Anda di halaman 1dari 19

KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN

INFOGRAFIS TENTANG PENANAMAN NASIONALISME DAN


PATRIOTISME

Sultan Shalihuddin AlAyubi


Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
E-mail: sshalihuddin77@gmail.com

ABSTRAK: Raden Mas Soewardi atau yang lebih dikenal dengan Ki


Hadjar Dewantara merupakan sosok pahlawan nasional yang patut dijadikan
teladan oleh generasi muda saat ini, karena di zaman modern seperti saat ini
nilai teladan sangat penting karena pada saat ini banyak terjadi
penyimpangan perilaku pada generasi muda. Ki Hadjar merupakan salah
satu tokoh pahlawan nasional yang patut menjadi teladan hidup karena kisah
hidup perjuangan beliau dapat dijadikan inspirasi bagi generasi sesudahnya.
Tujuan penciptaan karya seni ini yang diciptakan oleh pencipta adalah
memperkenalkan sosok pahlawan nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara
dalam wujud seni digital berbasis infografis secara menarik, sehingga dapat
menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme. Metode penciptaan yang
digunakan dalam penciptaan ini secara prosedural dengan pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif dengan memaparkan langkah-langkah
secara berurutan dari proses awal hingga akhir. Prosedur penciptaan dimulai
dari melakukan riset meliputi pencarian data, analisis, sintesis sampai
dengan visualisasinya. Hasil dari penciptaan karya seni digital ini meliputi
(1) proses produksi yang meliputi pengumpulan data, narasi, sketsa, dan
editing (2) karya yang dihasilkan berupa karya cetak berukuran A1
berjumlah 6 buah secara berseri (3) hasil karya akhir dipamerkan agar
masyarakat dapat mengapresiasi karya seni yang telah diciptakan. Hasil dari
penciptaan karya seni digital berbasis infografis ini diharapkan bisa menjadi
sumber inspirasi dan dapat menjadi pelajaran yang baik mengenai nilai
keteladanan dari pahlawan nasional tersebut. Sehingga dapat menanamkan
rasa nasionalisme dan patriotisme yang baik melalui kisah-kisah teladan
yang baik dari infografis biografi Ki Hadjar Dewantara tersebut. Dengan
demikian, maka penciptaan ini akan bermanfaat dan berdaya guna bagi
penanaman rasa nasionalisme dan patriotisme.

Kata kunci: Ki Hadjar Dewantara, nasionalisme dan patriotisme, infografis

1
2

Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi


Soeryoningrat adalah salah satu tokoh nasional yang memperjuangkan
kemerdekaan dan memajukan pendidikan di Republik Indonesia ini. Beliau
dikenal begitu sangat dekat dengan rakyat karena jalan perjuangan dan sifatnya
memang pro dengan rakyat. Begitu besar peran beliau dalam memerdekakan
bangsa ini dan memajukan pendidikan di Indonesia ini sehingga beliau diberi
julukan “ Bapak Pendidikan Indonesia” dan bertepatan dengan hari lahir beliau
yaitu 2 Mei diabadikan dan diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Berbagai
tulisan buku atau novel hingga kisah perjuangan Ki Hadjar Dewantara telah
banyak ditulis dan dibukukan, mulai dari masa kecil, remaja hingga tumbuh
dewasa sampai perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Namun ada beberapa hal yang perlu sedikit digali dan dipahami yaitu melihat
perjuangan Ki Hadjar Dewantara sebagai tokoh organisasi dan politik hal ini
dapat dikaitkan dengan kepripadian beliau yang arif sehingga dapat menjadi
contoh bagi pemuda pada abad 20 saat ini.
Dalam buku “Ki Hadjar Sebuah Memoar” karya Haidar Musyafa
menceritakan Ki hadjar sejak kecil dikenal sebagai anak yang cerdas dan tekun
dalam menimba ilmu, sehingga diumur yang masih remaja beliau sudah mampu
menjadi guru untuk teman-temannya yang kurang mampu untuk bersekolah,
karena beliau memang dikenal suka berteman dengan anak-anak rakyat biasa
ketimbang dengan pelajar dari kalangan Belanda. Beliau juga sangat menyukai
pelajaran bahasa, sebab bahasa merupakan ilmu pengetahuan yang dapat
menghubungkan dia dengan orang-orang yang berasal dari berbagai macam ras
dan suku bangsa. Dari remaja hingga tumbuh dewasa beliau sangat aktif dalam
bidang pendidikan, cita-cita beliau dari kecil memang ingin menjadi seorang guru.
Namun , hal ini bertolak belakang dengan keinginan sang ayah agar dia bisa
bersekolah di OSVIA agar bisa bekerja di pemerintahan kolonial Belanda saat itu.
Dengan perjalanan beliau yang aktif dalam pendidikan dan politik saat itu serta
semangat perjuangan beliau yang gigih untuk memerdekakan bangsa ini dari
kolonial Belanda, akhirnya mendorong beliau memutuskan untuk mendirikan
sekolah sendiri yang diberi nama “National Onderwijs Institut Tamansiswa”.
3

Melihat perjuangan Ki Hadjar Dewantara yang begitu inspiratif dan mepunyai


sumbangsih sangat besar dalam dunia politik, ideologi, dan pendidikan di negeri
ini, jika di bandingkan dengan realitas pada saat ini sangatlah jauh berbeda dalam
situasinya. Contoh nyata yang dapat kita lihat adalah peran pemuda dalam
pendidikan menjadi faktor terpenting dalam kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU SISDIKNAS No. 20
Tahun 2003, Bab II pasal 3).
Menurut petikan diatas tidak jauh beda dengan cita-cita luhur Ki Hadjar
Dewantara ketika membuat dasar dari sekolah Tamansiswa yaitu ingin melahirkan
dan menggodok generasi masa depan yang terdidik secara jasmani dan rohani.
Dapat diartikan bahwa pendidikan di negeri ini pada dasarnya ingin
menghasilakan generasi-generasi penerus bangsa yang memiliki adab yang baik
dan berjiwa nasionalis patriotis sehingga mampu mengangkat martabat bangsanya
sehingga dapat memajukan bangsanya. Sehingga implikasinya komponen-
komponen yang ada di dalam sistem pendidikan kita harusnya mendukung aspek-
aspek tersebut.
Namun pada kenyataannya, saat ini banyak kita temui dan jumpai baik di
media online atau surat kabar banyak kabar-kabar yang tidak mengenakkan. Inti
permasalahnya adalah hilangnya rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan
pelajar dalam menuntut ilmu, sehingga dari hal tersebut memicu berbagai tingkah
laku pelajar yang tidak sepatutnya, seperti kasus tawuran antar pelajar, pelecehan
seksual, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau napza dan lain sebagainya.
Seperti berita yang di muat oleh sindonews.com (Kamis, 30 Agustus 2018)
tentang perkelahian antar pelajar di daerah tanggerang yang melibatkan tiga
sekolah menengah atas dimana sebanyak 91 pelajar berhasil di amankan dalam
tawuran itu. Menurut saksi mata, tawuran berlangsung sangat sengit. Para siswa
4

sempat saling lempar batu dan mengadu senjata tajam jenis parang, pedang,
celurit, bambu, dan lainnya. Memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme
tersebut menurut Pawitasari (2014) dalam artikelnya salah satunya karena krisis
keteladan. Keteladan sangat memberi pengaruh terhadap perkembangan karakter
seorang anak. Pada era sekarang ini, dapat kita lihat bahwa anak-anak kecil sudah
akrab dengan gadget dan televisi yang notabene banyak dari stasiun tv lokal yang
memberikan tontonan kurang mendidik, dari gadget mereka pun dapat mengakses
berbagai game online yang kurang mendidik pula. Pada akhirnya anak-anak
bangsa kita salah pilih idola dan teladan dalam kehidupan mereka, para pemuda
merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya. Jika suatu
lingkungan mereka bersikap baik, maka para pemuda kita juga akan tumbuh
menjadi pemuda yang baik namun jika mereka tumbuh dalam lingkungan yang
kurang baik mereka juga akan tumbuh menjadi pemuda yang kurang baik pula.
Media infografis, merupakan salah satu jenis media pembelajaran, menurut
Glasgow (1994:7) Infografis sering disebut pula sebagai ilustrasi informasi.
Sedangkan media menurut Sihkabuden (2008:5) adalah suatu alat atau sarana atau
perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran atau jembatan dalam
kegiatan komunikasi (penyampaian dan penerimaan pesan) antara komunikator
(penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan). Maka, oleh sebab itu media
infografis ini sangat cocok digunakan untuk mengenalkan biografi pahlawan
nasional secara efektif dan evisien namun juga menarik dan komunikatif.
Namun pada kenyataanya bisa kita lihat bahwa masih banyak di sekitar
kita konten-konten informasi media cetak atau lainnya yang bertemakan edukasi
yang tersebar di masyarakat dan dari pengamatan penulis di SMKN 12 Malang
masih sangat kurang, kalaupun ada sajian isi konten yang diberikan kurang
informatif dan kurang menarik dari segi desain, belum ada juga media infografis
yang menyajikan biografi dari pahlawan nasional yang informatif. Adanya
infografis biografi pahlawan nasional tersebut dapat dijadikan untuk penanaman
nasionalisme dan patriotisme yang akan menjadi faktor pendukung untuk sarana
edukasi masyarakat, pertumbuhan karakter, sekaligus dapat mendukung
pembelajaran sejarah dan budi pekerti.
5

Melalui media infografis ini diharapkan masyarakat yang melihat dapat


melihat dan mengambil pelajaran sehingga terinspirasi dari kisah hidup dan
keteladanan dalam berbagai tingkah laku dan kebiasaan baik dari pahlawan
nasional tersebut yang telah membawa pahlawan tersebut memiliki sumbangsih
yang sangat besar untuk negeri ini. Sehingga dari sinilah para pemuda negeri ini
diharapkan akan tertanam sifat nasionalisme dan patriotisme dari kisah-kisah
teladan infografis biografi pahlawan tersebut.
Dalam merealisasikan ide dan rancangan penciptaan ini maka dibuatlah
konsep yang terdiri dari penentuan gaya desain, pemilihan warna, tata bahasa dan
layout, serta metodologi berkarya. Maka dari pokok permasalahan di atas dapat di
tarik judul “Ki Hadjar Dewantara Sebagai Inspirasi Penciptaan Infografis Tentang
Penanaman Nasionalisme Dan Patriotisme”.

METODE
Model penciptaan adalah kerangka pola pikir atau langkah-langkah
penciptaan dari suatu permasalahan hingga menghasilkan sebuah karya desain.
Untuk menghasilkan produk karya yang baik dalam penciptaan ini agar tepat
sasaran sesuai dengan apa yang ditujukan, maka terlebih dahulu disusun langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam membuat suatu produk karya penciptaan yang
sistematis. Untuk mencapai hal tersebut dibuatlah model penciptaan agar dapat
dikerjakan secara sistematis sehingga mendapat hasil karya yang baik dan efektif.
Penciptaan karya infografis ini menggunakan model yang dibuat oleh
Safanayong dengan menggunakan metode prosedural. Di mana metode
penciptaan prosedural ini memiliki langkah-langkah yang mudah dipahami oleh
penulis sehingga tepat digunakan untuk penciptaan karya desain grafis ini berupa
infografis biografi Ki Hadjar Dewantara.
Metode ini digunakan untuk lebih memudahkan pencipta sehingga proses
penciptaan dari awal hingga akhir dapat disusun secara sistematis dan dapat
dikerjakan dari tahap ketahap karena dalam penciptaan ini tidak sedikit proses
yang akan dilalui. Setiap tahap dari proses penciptaan dilakukan secara baik dan
mempertimbangkan berbagai faktor sehingga akan menghasilkan karya yang baik.
6

Sistematika penciptaan adalah langkah-langkah atau alur yang akan


dilakukan dalam penciptaan, yang dimulai dengan langkah awal yaitu dari latar
belakang masalah kemudian dilakukan pengumpulan data untuk melanjutkan
proses penciptaan karya desain.
Menurut model penciptaan Safanayong yang digunakan oleh pencipta
dalam menciptakan karya ini, terdapat delapan langkah pokok yang harus dilalui
dalam berkarya sehingga penciptaan ini dapat disusun secara sistematis. Berikut
adalah penjelasan langkah-langkah pokok tersebut:

1. Riset
Menurut Leddy (1997:3) pengertian riset atau penelitian adalah sebuah
proses yang tersusun secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan kita mengenai fenomena yang menjadi perhatian kita atau yang
sedang kita amati.

a. Latar Belakang
Latar belakang masalah berisi informasi tentang suatu masalah dan atau
peluang yang dapat dipermasalahkan agar ditindaklanjuti lewat penelitian,
termasuk hal-hal yang melatar belakanginya (Umar, 2001:238). Penciptaan ini
memunculkan ide untuk menciptakan media edukasi yaitu berupa infografis,
dimana pokok permasalahan yang diambil adalah kemrosotan rasa nasionalisme
dan patriotisme para generasi muda negeri ini. Sehingga dari penciptaan media
infografis biografi Ki Hadjar Dewantara ini diharapkan mampu untuk menjadi
sarana edukasi bagi masyarakat, pertumbuhan karakter sekaligus dapat digunakan
untuk melestarikan sejarah bangsa dan penanaman budi pekerti.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ialah suatu usaha untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang spesifik dan perlu dijawab
(Purnomo, 1996:55). Rumusan masalah dibuat setelah pencipta mengetahui latar
belakang masalah yang akan diangkat, kemudian diwujudkan dengan
menciptakan media edukasi berupa infografis yang ditinjau dari proses dan wujud
7

penciptaan desain grafis berupa infografis Ki Hadjar Dewantara untuk penanaman


nasionalisme dan patriotisme.

c. Tujuan Penciptaan
Tujuan penelitian adalah kalimat yang menunjukan indikasi kearah mana
penelitian dilakukan atau data serta informasi apa yang akan di capai dari
penelitian itu (Daeng, 2000:48). Dalam tahap ini ditentukan langkah untuk
menindak lanjuti permasalahan tersebut. Pada penciptaan ini memiliki tujuan
menciptakan karya desain grafis berupa infografis dengan ide, gagasan, dan
sumber inspirasi tentang biografi Ki Hadjar Dewantara untuk penanaman
nasionalisme dan patriotisme.

2. Pengumpulan Data Penciptaan


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Arikunto, 2010:265).
Dalam riset baik tidaknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi juga oleh
metode dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data merupakan langkah-
langkah yang digunakan dalam memperoleh data yang akan digunakan.
Sedangkan data yang digunakan bersumber pada buku sejarah yang ditulis oleh
Haidar Musyafa (2017) yang berjudul “ Ki Hadjar Sebuah Memoar ” yang
diterbitkan oleh Imania dan “Ki Hadjar Dewantara Biografi Singkat 1889-1959”
karya Suprapto Rahardjo (2009). Tidak menutup kemungkinan data-data lain yang
diperoleh melalui proses membaca, mendengarkan maupun melihat pada sumber-
sumber lain berupa vidio atau audio. Dari data yang dikumpulkan yang berkaitan
dengan pokok bahasan yang nantinya data tersebut didapat diolah secara
sistematis untuk memberikan kesimpulan serta langkah-langkah yang akan
dijadikan pedoman dalam proses penciptaan karya infografis ini.
3. Analisis Data
Pengertian data sendiri adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2010:244). Setelah data yang cukup tentang objek
8

yang akan dijadikan sumber penciptaan maka langkah selanjutnya adalah


menganalisa langkah-langkah dalam menciptakan desain produk yang diharapkan
bisa menjadi solusi yang baik dari permasalahan yang diangkat. Teknik analisa
data yang digunakan adalah analisa deskriptif, dimana memaparkan langkah-
langkah dalam mengumpulkan data secara bertahap sebelum menyimpulkan data
yang digunakan.
Untuk data biografi Ki Hadjar didapat dari buku-buku sejarah yang
menyantumkan cerita biografi Ki Hadjar sebagai objek utama yang akan dijadikan
produk karya penciptaan. Salah satu sumber pustaka utama adalah buku yang
berjudul “Ki Hadjar Sebuah Memoar” karya Haidar Musyafa, namun tidak
menutup kemungkinan adanya sumber tambahan data dari sumber lainnya. Untuk
pokok alur cerita yang dibahas dalam karya infografis nantinya penulis berfokus
pada keseharian Ki Hadjar Dewantara semasa hidup dari mulai kebiasaan sehari-
hari sampai kisah pantang menyerah dalam memerdekakan bangsa ini yang
menjadikannya orang berpengaruh di negeri ini dan mempunyai sumbangsih besar
terhadap kemerdekaan bangsa ini. Sehingga dari sinilah kisah teladan beliau dapat
dijadikan sebuah karya infografis yang menjadi faktor penting bagi pertumbuhan
karakter sekaligus bermanfaaat dan berdaya guna bagi penanam nasionalisme dan
patriotisme.
4. Sintesis
Sintesis menurut Sanyoto (2006:44) adalah perpaduan dari permasalahan
yang ada pada latar belakang masalah yang telah dirangkum ke dalam analisis.
Dalam penciptaan ini proses sintesis merupakan proses dimana pencipta
menyatukan ide dan gagasan yang telah ditetapkan pada proses sebelumnya
dengan gaya dan teknik berkarya yang akan digunakan dalam penciptaan karya
ini.

5. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi persoalan atau pikiran utama (Esten,
1987:49). Dalam peciptaan ini, tema yang diangkat adalah Biografi Ki Hadjar
Dewantara. Latar belakang penulis memilih tema Biografi Ki Hadjar Dewantara
9

ini dikarenakan sosoknya telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia
karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat karena jalan perjuangan
beliau memang pro dengan rakyat. Beliau juga dikenal pantang menyerah dan
gigih dalam merealisasikan cita-citanya yang luhur meskipun banyak ditentang
oleh pemerintahan kolonial saat itu. Sehingga perjuangan beliau dapat dicontoh
oleh anak muda saat ini.

6. Strategi Komunikasi
Menurut Cangara (2013:61) strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik
dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media),
penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan
yang optimal. Agar dapat terlihat senada dan tiap-tiap komponen dapat
memberikan kesan yang sama maka dibentuklah konsep antara lain :

a. Konsep Verbal
Pada konsep penciptaan secara verbal dapat dituliskan nilai-nilai yang
terkandung dan juga konten yang disajikan dalam sebuah karya infografis ini.
Konsep verbal yang ada pada karya nantinya dibuat agar pembaca dapat
menerima pesan positif dari pengamatan yang telah mereka lihat.

b. Konsep Visual
Konsep dapat berupa gambaran umum berupa gagasan yang belum
dibentuk dalam sebuah karya visual. Seperti pemilihan warna, gaya desain, font
yang dipilih, dan juga jenis media yang akan digunakan dalam penciptaan karya
tersebut merupakan unsur-unsur yang digunakan dalam konsep penciptaan ini.

7. Visualisasi
Visualisasi adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan atau perasaan
dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dsb.
Selain itu, visualisasi dapat diartikan sebagai proses pengubahan konsep menjadi
gambar untuk disajikan lewat suatu media (Hendratman, 2014:85). Pada tahap ini
visualisasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat, bahan, dan teknik. Dimana alat
dan bahan merupakan sarana utama dan teknik adalah sarana pendukungnya.
10

Dalam proses penciptaan ini akan dijelaskan alat, bahan, dan teknik apa saja yang
akan digunakan sebagai berikut:

a. Alat dan Bahan


Alat dan bahan merupakan komponen utama sebagai sarana fisik yang
mengolah material karya ke dalam media. Misalnya alat atau perangkat tersebut
digunakan untuk visualisasi sebuah objek gambar hingga proses pewarnaannya.
Dalam penciptaan ini menggunakan media digital, di mana dalam pembuatan
karyanya menggunakan perangkat keras komputer sebagai perangkat utama dan
perangkat lunak atau software sebagai perangkat pendukungnya. Sedangkan
perbedaan bahan antara penciptaan desain grafis ini dan seni lukis pada umumnya
di mana seni lukis menggunakan kanvas, cat, dan kuas sebagai alat dan bahan
penciptaannya sedangkan untuk desain grafis ini alat dan bahan tersebut menjadi
satu dalam sebuah software. Dalam proses finalisasinya akan melalui proses cetak
terlebih dahulu yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Komputer (Hardware)
Komputer merupakan perangkat keras yang terpenting dalam proses
penciptaan ini. Komputer memiliki spesifikasi dan komponen yang berbeda-beda,
yang digunakan dalam penciptaan ini adalah komputer rakitan sendiri dengan
prosesor AMD A8-7600 Radeon berkecepatan 3.10GHz, RAM 4.00 GB, VGA card
Nvidia Quadro NVS 135M berkapasitas 256 MB, serta sistem operasi Windows 10
64-bit, dengan layar berukuran 22 yang memiliki resolusi 1920x1080” yang
dinilai cukup dalam proses penciptaan ini. Dalam komputer ini juga telah terinstal
software atau perangkat lunak khusus untuk mengolah gambar.

2. Aplikasi berbasis Vektor (Software)


Menurut Jannatul Firdaus dalam (belajar-komputer-mu.com) CorelDRAW
adalah program atau perangkat lunak (software) pada komputer yang dapat
digunakan untuk melakukan editing pada gambar vektor. Program ini dibuat oleh
Corel, sebuah perusahaan software di Ottawa, Kanada. Sejak tahun 1989 Corel
telah mengembangkan program CorelDRAW. Sedangkan yang digunakan dalam
penciptaan ini adalah CorelDRAW versi X7 yang dirilis pada 27 Maret 2014.
11

3. Bahan
Dalam penciptaan ini pencipta tidak hanya menyelesaikan karyanya secara
semu pada komputer, yang pada akhirnya akan dicetak pada media sintetis dengan
mesin cetak (printer).
Pada penciptaan ini pencipta memilih media cetak berbahan sintetis yakni
syntethic Matte Paper dengan ukuran A1. Syntethic Matte Paper adalah bahan
dengan tipe semi gloss dengan ketebalan bervariatif dari 180 gsm hingga 210 gsm.
Syntethic Matte Paper merupakan bahan khusus untuk mencetak dalam ruangan
(indoor).

8. Finishing
Proses finishing ini merupakan proses penyelesaian ke dalam bentuk akhir
karya seni yang sudah diciptakan. Dalam proses ini pencipta melakukan
pencetakan dari file digital berupa format JPEG yang dihasilkan dari proses
penciptaan dan direalisasikan menjadi karya cetak dengan bantuan printer.
Sehingga karya yang sudah melalui proses cetak tersebut akan siap dipamerkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ketika menghasilkan produk karya terbaik dalam menciptakan sebuah
karya desain dengan teknik digital yang sesuai dengan tujuan penciptaan desain
membutuhkan proses yang sistematis, yaitu diawali dengan mecari masalah
dimana penulis menggambil permasalah di SMKN 12 Malang dimana kurangnya
media edukasi yang dapat menginspirasi dan menjadi contoh suri tauladan bagi
remaja saat ini. Pada akahirnya dari kurangnya media edukasi tersebut berdampak
pada rasa nasionalisme dan patriotisme kalangan remaja pada era saat ini karena
kurangnya figur yang dapat menjadi contoh yang baik untuk mereka.
Penulis mampu menghasilkan enam buah karya digital poster infografis berupa
elemen estetik 2D yang orisinil dalam waktu kurang lebih satu bulan. Karya-karya
yang diciptakan oleh penulis merupakan hasil eksplorasi dari bebarapa Tool yang
di sediakan oleh Software Corel Draw X7. Pada setiap karya yang telah diciptakan
objek dan warna merupakan elemen dasar yang sangat penting sebagai satu
12

kesatuan karya digital ini dan merupakan sebuah media estetik yaitu benda seni
konvensional yang nantinya membutuhkan bantuan mesin cetak atau printer.

Hasil Produk Penciptaan

1. Karya 1
Judul : Mimpi Anak Puri
Media : Syntethic Matte Paper
Ukuran : 59,4 cm x 84,1 cm
Tahun : 2018

Gambar 1
Pada karya desain dengan judul Mimpi Anak Puri ini penulis ingin
menyampaikan kisah hidup perjalanan Ki Hadjar Dewantara ketika beliau baru di
lahirkan hingga tumbuh remaja dengan digambarkan melalui berbagai ikon dan
penambahan text informasi. Terdapat ikon bayi yang menggambarkan awal
kelahiran beliau kemudian ikon tasbih dimana beliau pernah disekolahkan
ayahnya ke pesantren lalu ada ikon palet warna yang menyimbolkan beliau
memang sangat hobi dengan duni seni dan sastra khususnya sastra Jawa kemudian
ada bangunan sekolah di mana setelah beliau ke pesantren beliau melanjutkan
sekolah ke ELS (Europesche Lagere School). Dan terakhir terdapat ikon kertas
dan pena yang menyimbolkan beliau melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool
setara dengan sekolah tinggi kejuruan.
13

2. Karya 2
Judul : Hijrah Ke Batavia
Media : Syntethic Matte Paper
Ukuran : 59,4 cm x 84,1 cm
Tahun : 2018

Gambar 2
Pada karya digital dengan judul Hijrah Ke Batavia ini penulis
memvisualkan kehidupan diperkotaan dengan menggambarkan suasana gedung-
gedung dan memberikan warna dasar biru agar kesan yang ditimbulkan terlihat
menyenangkan dan tidak kaku atau formal. Terdapat pula sosok Ki Hadjar
Dewantara di sebelah kiri bawah dengan gaya flat design. Divisualkan pula kereta
api dimana ketika beliau berangkat ke Batavia menggunakan kereta api. Pada
watu itu kereta api merupakan angkutan umum untuk publik yang bisa dijangkau
dan transportasi pilihan utama ketika bepergian jauh.

3. Karya 3
Judul : Pasang Kehidupan
Media : Syntethic Matte Paper
Ukuran : 59,4 cm x 84 cm
Tahun : 2018
14

Gambar 3

Ki Hadjar adalah orang yang sangat gigih dan sabar dalam menghadapi
segala cobaan yang menimpanya. Dalam karya ke III ini terdapat ilustrasi
kehidupan di perkotaan yang sangat padat yang di dominasi dengan warna biru.
Dalam karya ini banyak di dominasi warna biru di mana warna ini
menggambarkan kesan kalem dan dingin yang menggambarkan sosok Ki Hadjar
yang memiliki sifat kalem. Objek utama juga tetap menggunakan warna dasar biru
dan coklat dan di tambahkan aksen shading warna gelap agar objek tampak lebih
meruang.
4. Karya 4
Judul : Mimpi Anak Puri
Media : Syntethic Matte Paper
Ukuran : 59,4 cm x 84,1 cm
Tahun : 2018

Gambar 4
15

Karya ke IV ini berjudul Tamansiswa dimana puncak dari cita-cita Ki


Hadjar adalah memiliki sekolah sendiri di ilustrasikan dan ditata seperti hasil
karya diatas dimana ada sosok tokoh Ki Hadjar yang masih muda memakai
pakaian adat jawa lengkap dengan blangkon khas yogyakarta dan pusaka keris.
Warna hijau tosca dan ungu tosca dipilih sebagai warna background agar objek
utama dalam karya infografis ini tampak menonjol.
Terdapat banyak simbol pendukung seperti mata uang, meja dan kursi,
amplop yang berisikan perhiasan, rumah yang digambarkan sebagai Tamansiswa
dan kertas yang berisikan informasi tentang tujuan dan semboyan dari
Tamansiswa sendiri. Warna yang dipilih seperti hijau, kuning, ungu sangat
menyatu satu dengan warna yang lainnya.

5. Karya 5
Judul : Cahaya Cinta
Media : Syntethic Matte Paper
Ukuran : 59,4 cm x 84,1 cm
Tahun : 2018

Gambar 5

Pada karya ke V ini menggambarkan kehidupan keluarga Ki Hadjar.


Terdapat karakter ki hadjar beserta ke 6 (enam) anaknya beliau dengan memakai
jas putih, kopyah hitamnya yang sangat identik dengan beliau pada saat itu.
Karakter disisni di ciptakan sesuai dengan sosok Ki Hadjar dan keluarganya di
modifikasi sedemikian rupa dengan imajinasi dari penulis. Warna putih dan pink
16

di kombinasikan dalam pakaian ki hadjar dan keluarganya warna putih


menggambarkan suasana keraton yang di pandang suci oleh masyarakat jawa dan
warna pink di identikan dengan warna perempuan yang lemah lembut. Terdapat
ilustrasi karakter Soertatinah yaitu istri beliau sedang memasak lengkap dengan
tungku api dan pancinya. Memang istri beliau dikenal sangat perhatian dengan
suaminya walaupun hidupnya serba pas-pasan makan pun dengan seadannya.
6. Karya 6
Judul : Fajar Baru Untuk Indonesia
Media : Syntethic Matte Paper
Ukuran : 59,4 cm x 84,1 cm
Tahun : 2018

Gambar 6

Pada karya ke VI atau yang terahir ini tampak didominasi warna merah.
Warna ini dipilih karena disesuaikan dengan informasi yang akan disampaikan
yaitu visualisasi sebelum dan sesudah kemerdekan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Warna merah ini dipilih agar karya memberikan kesan
semangat kepada penikmatnya. Terdapat ilustrasi Ki Hadjar bersama Ir.Soekarno
dan M. Hatta memakai jas berwarna putih dan peci berwarna hitam. Di visualkan
pula Ir. Soekarno saat membacakan teks proklamaasi lengkap dengan mimbar
yang menggambarkan beliau adalah tokoh penting dalam era pergerakan pada saat
itu. Di pojok kanan atas juga di ilustrasikan pemuda pemudi sedang merayakan
17

kemerdekaan yang di dominasi warna merah menyimbolkan rasa semangat


nasionalisme dan patriotisme. Di pojok bawah terdapat ilustrasi ki hadjar sedang
rapat. Di ilustrasikan sosok Ki Hadjar di pojok kanan bawah dengan mamakai jas
putih membawa tas berwarna coklat dan memakai peci berwarna hitam. Dalam
karya ini gaya yang digunakan tetap menggunakan flat design.

PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat beberapa point penting dari dari hasil penciptaan karya digital
berupa infografis dengan tema Biografi Ki Hadjar Dewantara ini, antara lain
sebagai berikut.
1. Keenam karya yang di pamarkan sesuai dengan tujuan awal penulisan ini yang
dijelaskan pada bab –bab sebelumnya.
2. Penulis telah memvisualkan Biografi Ki Hadjar Dewantara dari sudat pandang
penulis berupa elemen estetik 2D (dua dimensi) dalam wujud karya poster
berbasis infografis yang dapat diapresiasi.
Kesimpulan dari penciptaan karya desain grafis berupa infografis ini dari
permasalahan pada bab pertama, dimana kemrosotan moral anak-anak bangsa
yang mempengaruhi patriotisme dan nasionalisme pada abad 20 ini sangat
memprihatinkan. Dengan adanya permasalahan yang muncul maka dibuatlah
infografis sebagai media edukasi dengan mengangkat biografi Ki Hadjar sebagai
objek penciptaan. Tujuan dari penciptaan karya infografis ini adalah mengenalkan
tokoh-tokoh pahlawan nasional yang mempunyai sumbangsih besar terhadap
kemerdekaan bangsa ini dan memiliki peran penting terhadap pendidikan di tanah
air ini yang akhirnya penulis memilih tokoh nasionalis Ki Hadjar sebagai tokoh
utama dalam penciptaan karya ini. Setelah mengetahui latar belakang, rumusan
masalah, dan tujuan penciptaan maka selanjutnya menyusun kajian pustaka yang
meliputi definisi desain, infografis, flat desain, dan sumber inspirasi yaitu biografi
Ki Hadjar Dewantara.
Untuk menghasilkan karya yang baik, maka dibuatlah motode penciptaan
dengan menggunakan model safanayong yang telah dijelaskan pada bab-bab
18

sebelumnya. Dimana metode ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat


deskriptif dengan memaparkan langkah-langkah secara berurutan dari awal hingga
hasil final atau akhir. Model Safanayong ini berisi mengenai riset yaitu meliputi
data, analisis, sintesis, strategi komunikasi sampai dengan visualisasi. Dalam
proses penciptaan karya infografis ini dipaparkan konsep verbal dimana berisi
naskah yang didapat dari buku karya haidar musyafa “Ki Hadjar Sebuah Memoar”
dan “Ki Hadjar Dewantara Biografi Singkat 1889-1959” karya Suprapto
Rahardjo kemudian dimuat dalam konten karya desain infografis, sedangkan
konsep visual berisi proses visualisasi karya yang meliputi sketsa, pemilihan
warna, pemilihan font, serta proses editing.
Pada penciptaan ini terdapat enam buah karya dimana setiap karya
merepresentatifkan keseharian beliau dan kisah perjuangan beliau semasa hidup
dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini melalui jalur pendidikan.
Diharapkan melalui media informasi dari karya desain berbasis infografis ini bisa
berdaya guna bagi generasi muda di abad ini dan diharpakan dapat mengambil
pelajaran hidup dari kisah-kisah keteladanan yang secara tidak langsung dapat
menjadi sumber inspirasi serta dapat mempengaruhi sikap dan perbuatan agar
menjadi lebih baik. Dengan demikian media infografis ini bisa menjadi media
edukasi dalam mendukung pendidikan karakter khususnya penanaman
nasionalisme dan patriotisme.

Saran
Media infografis ini memang sangat efektif dan efisien untuk
menyampaikan pesan dalam bentuk visual. Namun perlu diperhatikan dalam
pemasangan atau display infografis ini, karena jika kita salah memilih tempat
besar kemungkinan pesan tidak akan tersampaikan dengan baik dan dapat
menimbulkan salah persepsi bagi pembacanya.
Untuk pengembangan lebih lanjut, disarankan untuk memperbanyak tokoh
pahlawan nasional atau bahkan internasional yang mampu dijadikan sebagai
sarana edukasi dan motivasi kalangan remaja saat ini dengan jenis media yang
lebih beragam.
19

RUJUKAN
Daeng, Hans J .2000 . Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan Tinjauan
Antropolgis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Glasgow, Dale. 1994. Information Illustration. Addison-Wesley Publishing


Company.
Hendi, Hendratman. 2014. Computer Graphic Design. Bandung: Informatika

Ibrahim, H, Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. Media pembelajaran:


bahan sajian progam pendidikan akan mengajar. Malang: Universitas Negeri
Malang, 2001.
Firdaus, Jannatul. 2012. Pengertian dan Kegunaan CorelDRAW. (Online).
(http://belajar-komputer-mu.com/pengertian-dan-keguanaan-program-corel-draw)
diakses pada 16 September 2018
Leedy, P. D. and Ormrod, J. E. 2001. Practical Research Planning and Design.
Upper Saddle River, N. J: Prentice-Hall.
Pawitasari, Sahida. 2014. Krisis Keteladanan. (online).
(https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedi/hikmah/10/02/19/104461-
krisis-keteladanan) diakses pada 3 September 2018
Purnomo Setiady Akbar. MPd, dan DR. Husaini Usman. MPd. 1996, Metodelogi
Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara
Umar, Husein, 2002. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (Online).
(http://puskurbuk.net/web13/) diakses 8 September 2018
Sanyoto, S. E. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Periklanan Visual.
Yogyakarta: Dimensi Press.
Safanayong, Yongky. 2006. Desain komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte
Intermedia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai