DI SUSUN
NPM : 2019206022
TAHUN 2020
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyaknya pergeseran tren kehidupan pelajar Indonesia saat ini menjadi sebuah masalah
yang sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Dan sekarang ini juga banyak kenakalan
remaja yang semakin merajalela, bahkan sekarang ini semakin luntur nasionalisme, kolusi dan
nepotisme dengan wajah demokrasi, korupsi, etika politik terutama para penyelenggara negara
dewasa ini sangat mengecewakan rakyat. Sebagai salah satu contohnya yaitu Dalam media
televisi, kita menyaksikan seorang anggota wakil rakyat yang diproses dalam pengadilan karena
terlibat korupsi, namun mereka masih tersenyum dan melambaikan tangan kepada pemirsa,
sehingga terkesan seakan-akan pelanggaran itu biasa-biasa saja.
Berdasarkan realitas kehidupan saat ini yang dihinggapi berbagai krisis, maka kita
sebagai warga negara yang baik sangat penting untuk merealisasikan pembangunan karakter
bangsa pada generasi muda. Proses pembangunan kakter bangsa tidak dapat dilepaskan dari
proses pendidikan. Dalam hal ini, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat menjadi
wahana pembangunan karakter muda bangsa yang bermartabat.
B. TUJUAN
1. Mampu memahami pengertian pendidikan kewarganegaraan.
2. Mampu memahami pengertian pendidikan karakter.
3. Mampu memahami peran pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk karakter generasi
muda
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pendidikan Kewarganegaraan pada awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat pada
tahun 1790 dengan tujuan untuk meng-Amerika-kan bangsa Amerika dengan nama “Civics”.
Henry Randall Waite yang pada saat itu merumuskan pengertian Civics dengan “The science of
citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collection, the individual in
his relation to the state”. Pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu Kewarganegaraan
membicarakan hubungan antara manusia dengan manusia dalam perkumpulan perkumpulan
yang terorganisasi (organisasi social ekonomi, politik) dengan individu-individu dan dengan
negara.
Sedangkan di Indonesia, istilah civics dan civics education telah muncul pada tahun
1957, dengan istilah Kewarganegaraan, Civics pada tahun 1961 dan pendidikan Kewargaan
negara pada tahun 1968. (Bunyamin dan Sapriya dalam Civicus, 2005:320). Mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan masuk dalam kurikulum sekolah pada tahun 1968, namun pada
tahun 1975 nama pendidikan kewarganegaraan berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila
(PMP). Pada tahun 1994, PMP berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).
Definisi pendidikan menurut para ahli :
a) Menurut Soedijarto:
“Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun
sistem politik yang demokratis.”
b) Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Tim ICCE UIN Jakarta:
“Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di
mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan
memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political participation
serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.
Pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungis
untuk membentuk generasi muda sebagai warga negara yang mempunyai karakter.
Pendidikan kewarganegaraan semata-mata tidak hanya sebagi ilmu, namun pendidikan
kewarganegaraan memiliki tujuan diantaranya:
1. Berpikir secara kritis,rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab , dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter
masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
B. PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam buku Pendidikan Karakter oleh Prof. Darmiyati Zuchdi, EEd.D., dkk
mengemukakan bahwa Wynne (1991) istilah karakter diambil dari bahasa yunani yang berarti ‘to
mark’ (menandai). Istilah ini lebih difokuskan pada bagaimana upaya pengaplikasian nilai
kebaikan dalam bnetuk tindakan atau tingkah laku. Wynne mengatakan bahwa ada dua
pengertian tentang karakter. Kesatu, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku
apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya apabila seseorang berperilaku jujur, suka
menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karate erat
kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bias disebut ‘orang berkarakter’ apabila
tingkahlakunya sesuai kaidah moral.dengan demikian pendidikan karakter yang baik, menurut
Lickona, harus melibatkan bukan saja aspek ‘knowing the good’, tetapi juga ‘desiring the
good’ atau ‘loving the good’ dan ‘acting the good’.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang kuat menurut Kaelan (2011)
didasarkan pada dasar filosofis bangsa. Bangsa Indonesia telah menentukan jalan kehidupan
berbangsa dan bernegara pada suatu’khitoh’ kenegaraan, filosofischegrondslag atau dasar filsafat
negara, yaitu Pancasila. Karena itu, etika politik kenegaraan sebagai prasyarat membentuk
karakter bangsa pelu didasarkan pada nilai-nilai dasar Pancasila. Sebab sebagai dasar
negara, filosofischegrondslag, Pancasila bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah
merupakan suatu realitas objektif bangsa dan negara Indonesia, yang memiliki dasar legitimasi
yuridis, filosofis, politis, historis dan kultural.
Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter di kalangan generasi muda,
yaitu:
a) Pendidikan agama sebagai salah satu media/sarana pendidikan karakter di kalangan generasi
muda. Pendidikan agama yang diberikan kepada generasi muda saat ini, haruslah dipahami
dimaknai secara mendalam, dan menyemaikan kebaikan tersebut di hati dan mewujudkannya
dalam tindakan. Dengan makna yang demikian akan dapat dijadikan landasan pembangunan
kecerdasan emosi dan spiritual dimana suara hati adalah menjadi landasannya.
b) Pendidikan keluarga sebagai salah satu media/sarana pendidikan karakter di kalangan generasi
muda.
Untuk pembentukan karakter salah satunya adalah faktor keluarga dan pendidikan. Keluarga
(pendidikan) adalah sebuah unit yang membangun bangsa dan untuk itulah negara dibangun.
Keluarga adalah tempat dimana karakter anak dibentuk dimana pendidikan dimulai dan dipupuk,
dimana norma pengambilan keputusan oleh si anak diciptakan. Seperti “refleksi” dalam majalah
Nirmala mengungkapkan bahwa: jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan
dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika
anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan
dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya, dan jika anak dibesarkan dengan kasih sayang
dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA