Anda di halaman 1dari 12

Lomba Karya Ilmiah Kepahlawanan

“BAGAIMANA MENUMBUHKAN NILAI KEPAHLAWANAN DI KALANGAN


GENERASI MUDA”

Disusun Oleh:
Zahra Zalikha Aulia Putri
Qhirani Aulia Rahman Latunrung
Vanessa Kayla Zahra

SEKOLAH ISLAM ATHIRAH


SMA ISLAM ATHIRAH 1 MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Tema : Bagaimana menumbuhkan nilai kepahlawanan di kalangan generasi muda


Pelaksana : Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan
Ketua Kelompok : Zahra Zalikha Aulia Putri (XI IPS)
Anggota 1 : Qhirani Aulia Rahman Latunrung (XI IPS)
Anggota 2 : Vanessa Kayla Zahra (XI IPS)
Nama Pembimbing : Jumarni, S.Pd.Gr.
NIK : 392/SIA.376

Makassar, 22 September 2021


Mengetahui,
Kepala SMA Athirah 1 Makassar Pembimbing

Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd. Jumarni, S.Pd.,Gr.


NIK. 247/PIA.232 NIK. 392/SIA.376
Raden Ajeng Kartini pernah mengucapkan, “Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, tapi satu-satunya
hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri!”

Sebagaimananya tokoh pahlawan Raden Ajeng Kartini, sosok pahlawan Wanita Indonesia yang
berjuang untuk memperoleh kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Walaupun beliau hidup
di lingkungan yang tidak mendukung, dirinya tidak pernah patah semangat. Dengan berbekal rasa
pengetahuan dan semangat juang yang besar, beliau berhasil menggapai tujuannya. Hingga saat ini,
para wanita Indonesia dapat dengan bebas berekspresi dan menggali ilmu tanpa diikat oleh peraturan
yang seolah-olah menjadikan wanita sebagai budak dari lelaki.

Dari kutipan tersebut, kita dapat mengetahui betapa pentingnya “sikap” (memiliki sikap-sikap positif)
dalam kehidupan sehari-hari. Sikap posit sangat penting untuk ditanamkan pada para generasi muda
yang akan menjadi penerus bangsa indonesia di masa depan, sehingga kita dapat membawa nama
harum bangsa kita ke mata dunia internasional. Maka dari itu, kita harus terbiasa menanamkan dan
menerapkan sikap-sikap positif dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan,
dan kesetiakawanan sosial yang telah diwariskan para pahlawan, seperti sifat rela berkorban, pantang
menyerah, bekerja keras, suka menolong dan lain-lain harus kita terapkan mulai dari diri sendiri dan
dari sekarang.

Di masa sekarang, nilai nilai perjuangan kepahlawanan generasi muda sudah mulai memudar di
kalangan bangsa indonesia. Ini merupakan hal yang perlu kita tinjau dan perhatikan lebih jauh lagi.
Karena hal tersebut bukanlah hal yang sepele, tidak sedikit dari generasi generasi muda indonesia
yang sudah mulai melupakan nilai nasionalisme dan nilai kepahlawanan. Upacara Bendera setiap
tanggal 17 Agustus pun seringkali disepelekan oleh para generasi muda, padahal hari itu merupakan
hari yang sangat bersejarah dan sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda melanjutkan
perjuangan para pahlawan, salah satunya dengan mengikuti upacara secara hikmat. Banyak dari
mereka yang mengeluh akan panasnya terik matahari, meskipun hal tersebut tidak sebanding dengan
perjuangan para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan indonesia pada tanggal yang sama.
Sedangkan jika para pahlawan tidak berjuang mati-matian hingga mempertaruhkan nyawanya demi
bangsa indonesia, mungkin kita tidak dapat merasakan kebebasan dan kenyamanan tanpa adanya
negara yang menjajah bangsa Indonesia saat ini.
Terkadang kami merasa sangat miris ketika melihat generasi muda indonesia yang berperilaku tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang telah dicontohkan oleh para pahlawan semenjak dahulu kala. Bahkan
banyak dari mereka yang nampaknya telah kehilangan moralitas dengan melakukan hal-hal yang
sudah tidak sepantasnya dan tidak sesuai dengan nilai nilai Pancasila. Seperti berfoya-foya dan
melakukan suatu hal tidak bermanfaat demi sebuah kesenangan dan ketenaran yang sudah pasti
hanya bersifat sementara, kemudian hal tersebut juga berpengaruh ke lingkungan sekitar mereka.
Dimulai dari pengaruh buruk dariindividu atau segelintir orang (kelompok) tersebut yang terus
menyebar secara perlahan tapi pasti dan menjadi kebiasaan umum (budaya) yang pada akhirnya
membuat nilai-nilai kepahlawanan memudar bahkan bisa menghilang di kalangan generasi muda.

Dari skenario tersebut dapat kita buktikan bahwa bagaimana hal-hal kecil yang awalnya dari satu
orang dapat menyebar dengan cepat. Namun, bagaimana jika hal tersebut dibalik? Bagaimana jika
terdapat satu orang atau sekelompok orang yang dapat menyebarkan nilai-nilai kepahlawanan dan
membantu orang-orang di sekitarnya dalam menanamkan nilai-nilai Kepahlawanan dalam kehidupan
dan perilaku sehari-hari mereka?

Dapatkah dibayangkan bagaimana dampak hal tersebut dapat memberi pengaruh yang sangat besar
kepada generasi muda?

Maka dari itu, kita akan memulai membahas mengenai essay yang kami tulis.

Semenjak generasi muda mulai memasuki usia remaja, mereka akan cenderung melihat dan
mencontoh perilaku dari orang-orang yang jauh lebih dewasa dari mereka. Di usia yang masih muda,
mereka rentan terhadap pengaruh lain, kebanyakan masih belum bijak dalam membedakan hal-hal
yang dapat dicontoh dan yang mana yang tidak. Mereka cenderung melakukan hal-hal tanpa
memikirkan konsekuensi dan dampak kedepannya seperti apa. Dalam hal ini, peran orang tua
sangatlah besar dan juga penting dalam mendidik anak-anaknya. Dapat dilihat bahwa nilai
kepahlawanan itu telah memudar semenjak generasi-generasi sebelumnya yang membawa dampak
kepada generasi sekarang, dan generasi muda akan membawa dampak kepada generasi selanjutnya.
Jika hal seperti ini terus menerus berulang, dan tidak dicegah mulai dari sekarang maka akan
berdampak lebih buruk dan membawa pengaruh yang lebih besar lagi di masa yang akan datang.
Mari kita lihat satu kasus yang sedang dijadikan perbincangan oleh masyarakat saat ini. Yaitu kasus
dimana pelaku suatu kejahatan yang tidak senonoh, baru saja keluar dari penjara dan kemudian
disambut meriah oleh sebagian kalangan masyarakat bagaikan pahlawan yang telah berhasil
mengusir penjajah. Dan lebih buruknya lagi, hal tersebut juga disiarkan di beberapa stasiun televisi
Indonesia, yang dimana kita ketahui bersama, televisi merupakan salah satu media yang sangat
efektif dalam menyebarkan informasi dalam bentuk visual maupun vocal dan sudah pasti menjadi
tontonan seluruh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Tidak hanya itu, sudah banyak kasus
dimana orang-orang yang ingin mencari ketenaran dengan melakukan berbagai cara hingga yang
problematik sekalipun, kemudian mereka diberikan panggung, mendapatkan ketenaran dari hal
tersebut seakan-akan hal yang mereka lakukan itu adalah perilaku yang dapat dicontoh. Padahal kita
ketahui bersama, hal tersebut malah sebaliknya. Memberikan dampak buruk bagi masyarakat,
terutama bagi generasi muda. Mereka akan menganggap perilaku buruk tersebut hanyalah candaan
semata, lumrah dilakukan dan bukanlah hal yang harus ditindaklanjuti dengan serius. Dimulai dari hal-
hal kecil seperti itulah dapat memunculkan sikap ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar dan
mulai berbuat semena-mena, dimana kemudian para remaja tersebut akan mulai membuat kekacauan
di masyarakat.

Namun, di sisi lain dapat kita juga menyasikan bahwa masih banyak anak remaja yang memiliki sifat-
sifat positif, peduli terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Mereka yang berani mengutarakan
pendapat mereka di tengah pandemi, meskipun hanya melalui sosial media. Para remaja berbondong-
bondong mengkritik acara televisi tersebut dan menyadari bahwa itu merupakan hal yang tidak pantas.
Dari hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa masih ada remaja generasi sekarang yang memiliki
empati yang kuat. Itu merupakan sebuah contoh yang baik dalam menerapkan nilai nilai
kepahlawanan yang dapat mengajarkan kita untuk selalu peduli terhadap orang lain. Tindakan ini
mewakili salah satu sikap kepahlawanan dan merupakan salah satu cara menerapkan nilai nilai
pancasila persatuan Indonesia dimana mereka tetap bersatu untuk memperjuangan kebenaran yang
ada dan juga hak korban.

Hal tersebut tidak terjadi satu atau dua kali saja. Dengan bantuan teknologi yang semakin berkembang
di masa sekarang, berita-berita pun dapat tersampaikan dan menyebar dengan cepat. Kemudian
dengan kecerdasan dan semangat remaja sekarang, mereka tidak takut menyampaikan aspirasi dan
pendapat mereka ke publik. Nilai-nilai dan sikap pemberani dari para pahlawan belum hilang
sepenuhnya. Kita tidak boleh pupus harapan dan menyimpulkan begitu saja bahwa generasi muda
Indonesia sudah melupakan nilai-nilai kepahlawanan. Kenyataannya, nilai-nilai pahlawan masih ada
di hati mereka, namun banyak juga dari mereka yang tidak menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Kebanyakan dari para remaja lebih memilih untuk hidup dengan santai dan
semena-mena, serta tidak ingin susah payah menerapkan nilai-nilai kepahlawanan dalam keseharian
mereka. Mereka belum menyadari pentingnya hal-hal seperti itu untuk kehidupan mereka. Padahal,
dengan menerapkan nilai-nilai kepahlawanan dan Pancasila, mereka dapat memberikan contoh serta
membawa pengaruh yang baik untuk generasi selanjutnya.

Salah satu permasalahan yang cenderung kami perhatikan yang ada pada generasi muda sekarang
adalah, terkadang mereka lebih mementingkan teman dekat mereka. Sebagai contoh, dalam
pemilihan ketua OSIS, dimana kebanyakan akan memilih berdasarkan orang yang mereka kenal,
teman dekat, maupun sahabat mereka, bukan berdasarkan penilaian objektif mengenai siapa yang
paling pantas dan dapat bertanggung jawab dengan baik untuk menduduki jabatan tersebut. Ini juga
adalah hal kecil yang harus bisa diubah mulai dari sekarang. Berteman dan bersahabat dengan
banyak orang adalah hal yang baik. Namun, jika bergantung dengan mereka terus-menerus akan
memberikan efek yang tidak baik untuk diri mereka. Mereka akan cenderung merasa kurang percaya
diri tanpa kehadiran dari temannya itu, dan tidak berani melakukan hal-hal yang baru tanpa teman
dekatnya. Ketergantungan ini dapat menimbulkan dampak lain kepada diri mereka sendiri, salah
satunya yaitu kesulitan dalam bertanggung jawab pada tugas-tugas yang telah diberikan. Hal ini
tentunya tidak mencerminkan nilai-nilai kepahlawanan, dimana kita harus berani bertanggung jawab
dan percaya pada diri kita sendiri.

Sikap kepahlawanan yang seringkali dilakukan oleh generasi sekarang ialah sikap saling peduli akan
sesama yang tengah mengalami musibah ataupun terkena hal buruk lainnya. Terdapat survei yang
dilaksanakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional RI, yang membuktikan bahwa sikap saling peduli ini
masih kuat dan melekat pada bangsa Indonesia hingga saat ini. Sebagaimana apabila ada salah
seorang dari warga atau daerah di Indonesia yang terkena musibah, seperti mengalami kerusakan
hunian atau terkena bencana, para warga ataupun masyarakat lainnya tidak akan segan-segan untuk
melakukan penggalangan dana agar dapat membantu mereka yang membutuhkan. Untungnya,
dengan bantuan teknologi, penggalangan dana pun dapat dilakukan dengan mudah. Banyak juga
generasi-generasi muda yang menyebarkan penggalangan dana melalui media sosial yang mereka
punya. Dapat kita lihat bahwa generasi muda mampu memanfaatkan teknologi dengan cukup bijak.
Sikap ini jelas mencerminkan mengenai sikap kepahlawanan yang kerap dilakukan oleh pejuang di
masa lampau, dimana melakukan perjuangan karena peduli kepada bangsa Indonesia. Dengan
adanya rasa kepedulian ini, generasi generasi muda akan menjadi lebih termotivasi dan memikirkan
hal-hal baru yang dapat berguna dan membantu sesama. Berkat contoh dari penggalangan dana yang
biasa dilakukan oleh orang dewasa, generasi muda kemudian perlahan-lahan mulai mencontoh hal
tersebut, dimana membangkitkan rasa kepedulian untuk membantu sesama dan juga rela berkorban.

Namun, sangat disayangkan pula karena salah satu sifat yang sangat penting ini mulai makin mengikis
setiap saatnya yaitu kejujuran. Banyak kasus mengenai kecurangan dan korupsi yang seringkali
terjadi saat ini, bahkan ada kala sebagian orang akan bungkam apabila yang melakukan itu
merupakan teman bahkan keluarga mereka sendiri. Jika hal-hal seperti ini tidak segera dihentikan,
akan menjadi sebuah memori yang terus-menerus terulang di kepala para remaja. Mereka
menganggap berbohong dan tidak bersikap jujur itu merupakan hal yang sepele, lumrah dan tidak
berdampak besar ke depannya. Lama kelamaan, mereka akan semakin terbiasa melakukan hal
tersebut sehingga tidak ada perasaan bersalah dan malu lagi. Kembali lagi ke yang kami tekankan
sejak awal, dimulai dari hal-hal kecil.

Seperti yang kita ketahui bersama, bangsa Indonesia yang tersebar dalam pulau-pulau yang terpisah,
terdiri dari beragam suku, budaya, adat, etnis, tradisi, bahasa daerah, agama, dan banyak perbedaan
lainnya. Kata perbedaan dan kebhinnekaan sudah melekat dalam jati diri bangsa Indonesia, bahkan
jauh sebelum kemerdekaan itu diproklamirkan. Kebhinnekaan ini merupakan hal yang sangat perlu
disyukuri, bahkan dapat menjadi sesuatu yang dibanggakan, menjadi identitas bangsa yang tidak ada
samanya dengan negara manapun. Kita tidak akan pernah bisa berpisah hanya karena perbedaan
yang sudah ada sejak dulu kala, bahkan perbedaan tersebut yang membuat kita semakin kuat,
semakin Bersatu padu. Satu hal yang juga sudah sering dilupakan oleh generasi muda zaman
sekarang yaitu adalah menjaga kesatuan dan persatuan dalam perbedaan.

Rasanya hati menjadi sangat sakit ketika melihat saudara-saudara kita yang berasal dari pulau dan
etnis ataupun agama yang berbeda, malah menjadi bahan olokan atau ejekan. Mulai dari hal-hal kecil
nan sepele, yang kemudian menjadi kebiasaan. Contoh lainnya, Ketika para orang tua mendoktrin
anak-anaknya jika hitam itu kotor, kurang bersih, kurang cantik. Sementara putih itu bersih, cantik,
indah, dan enak dipandang. Ini adalah doktrin dan pemikiran yang sangat salah dan juga memberikan
gambaran yang tidak baik untuk anak-anak, namun masih banyak sekali yang menanamkan pikiran
tersebut pada anak-anak mereka. Secara tidak langsung, hal tersebut akan tersimpan dalam memori
kita para generasi muda. Sering kali kita menyaksikan perlakuan yang tidak pantas hanya karena etnis
atau asal mereka yang berbeda. Kebanyakan remaja pun menganggap itu bukanlah hal yang serius
dan menganggapnya candaan serta hal yang menyenangkan untuk mereka. Seharusnya, hal seperti
itu harus ditanggapi dengan lebih serius lagi.

Sejak dulu, kita telah ditekankan untuk harus menghargai sesama bangsa, sesama kesatuan
Indonesia. Sikap menghargai merupakan hal mendasar yang sudah sangat sering dilupakan.
Toleransi merupakan sikap yang paling indah jika dapat kita implementasikan dengan baik.
Bayangkan saja, jika tidak ada diskriminasi-diskriminasi yang tidak penting, sudah berapa banyak
pertikaian yang dapat kita hindari? Tentu saja, ada banyak sekali. Pertengkaran antar remaja biasanya
terjadi karena sikap diskriminasi atau rasisme. Hal ini kembali menunjukkan peranan penting orangtua
dalam membangun karakter anak mereka. Harus dipastikan kalau mereka tidak mendoktrin pemikiran-
pemikiran yang seperti itu. Nilai-nilai kepahlawanan sudah harus mulai ditanamkan sejak mereka
masih berusia dini. Hal-hal kecil pun tidak masalah. Cukup dengan diajarkan berterima kasih, meminta
tolong dengan sopan, meminta maaf atau mengakui kesalahannya serta menghargai adanya
perbedaan.

Mempelajari sikap kepahlawanan inilah yang dapat menjadi harapan kita untuk mengatasi
permasalahan ini. Selama 350 tahun bangsa Indonesia hidup dalam penindasan kaum penjajah asing
yang berlaku semena-mena pada bangsa kita. Saat itulah muncul para pahlawan yang rela
mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka demi menuntut keadilan dan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Sikap-sikap inilah yang perlu kita pertahankan hingga ke generasi-generasi selanjutnya di
masa mendatang. Sikap kepahlawanan ini, bukanlah hanya semata-mata berjuang dalam tumpah
darah, namun bisa juga dilakukan melalui banyak bentuk perjuangan lainnya. Bahkan tanpa kita
sendiri sadari, sudah banyak contoh sikap kepahlawanan yang telah kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari yang biasanya kita anggap sepele namun sangat berarti dan memiliki dampak besar bagi
kehidupan. Sebagaimana contohnya ketika orang tua yang mencari nafkah demi anak dan
keluarganya, mungkin ini terdengar sangat umum namun ini merupakan salah satu tindakan
kepahlawanan yang begitu berjasa bagi anak keluarganya. Dalam mencari nafkah tersebut, tidak
jarang bagi orang tua harus bekerja sangat keras membanting tulang, memeras keringat dan fikiran,
demi mengumpulkan nafkah, mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi jika nafkah tersebut demi
Pendidikan anak-anaknya, perjuangannya pun akan lebih dimaksimalkan lagi, demi generasi pelanjut
keluarganya, agar lebih baik dari dirinya saat itu.
Begitupula dengan seorang guru yang telah memberikan ilmu kepada para siswa siswinya, hal ini juga
merupakan suatu bentuk dari sifat kepahlawanan yang paling sering kita lihat dan paling dekat dengan
kita saat ini. Karena itulah sebutan bagi seorang guru yang merupakan seorang pahlawan tanpa tanda
jasa bukan hanya asal sebutan belaka. Guru mendidik siswanya yang awalnya siswa tersebut
bukanlah siapa siapa dan tidak mengetahui banyak hal menjadi seseorang yang berilmu dan berharga,
namun berbeda seperti halnya pahlawan berseragam militer, guru tidak memiliki tanda pangkat dan
jasa.

Namun perlukah kita menjadi seorang guru dan orang tua terlebih dahulu untuk menjadi seorang
pahlawan? Tentu saja tidak. Banyak cara bagi kita untuk bisa mengaplikasikan nilai-nilai
kepahlawanan dalam kehidupan sehari hari. Sikap kepahlawanan tentu dapat diwujudkan dengan
sikap jujur, tanggung jawab, rela berkorban, berjuang dengan ikhlas, berani membela keadialan dan
kebenaran, tidak mudah putus asa, serta menghargai perbedaan yang ada. Setiap orang dapat
menjadi pahlawan bahkan bagi dirinya sendiri.

Mulailah untuk menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri, dapat dengan menunjukkan rasa peduli
terhadap diri kita masing-masing dengan menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
kepahlawanan dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari kita, serta tetap berkomitmen dengan apa
pun yang ingin kita lakukan dan janjikan untuk diri kita sendiri. Lakukan hal hal yang telah diri kita
sendiri janjikan dan katakana serta berbanggalah kepada diri sendiri, dan yakinlah akan karakter yang
kita miliki dan menjadi ciri khas diri kita masing masing. Pada akhirnya, kita telah menjadi pahlawan
bagi diri kita jika memiliki niat, konsistensi, dan kasih sayang. Kita ketahui bahwa Pahlawan selalu
menghadapi rasa sakit dan perjuangan di masa lalu yang telah mereka lalui, dan masing-masing pasti
memiliki kelemahan ataupun kekurangan. Secara realistis, menjadi pahlawan diri sendiri adalah
tentang menjadi teman setia bagi diri kita sendiri yang tak akan tergoyahkan, bukan tentang menjadi
manusia super. Tetapi ini lebih menuju tentang memilih untuk bangkit dari pengalaman hidup yang
telah dilalui setiap harinya dengan penuh kasih, dimulai dari diri kita sendiri. Dengan begitu kita telah
menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri, dan karena sejujurnya sangat perlu agar kita dapat menjadi
pahlawan untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menjadi pahlawan bagi orang
lain. Kemudian bukan hanya sekedar ikut menyebarkan hal-hal baik untuk orang sekitar kita, tetapi
juga mengetahui cara agar dapat melakukan banyak hal positif yang memiliki dampak besar yang
dapat dicontoh oleh orang-orang terdekat dan lingkungan sekitar. Jika orang di sekitar kita bisa
mencontoh hal tersebut dengan baik maka mereka juga dapat ikut menjadi pahlawan untuk diri mereka
masing-masing dan bisa menyebarkan hal tersebut ke lingkungan yang lebih luas lagi.
Lampiran 1:

Identitas Peserta

Ketua Kelompok
Nama Lengkap : Zahra Zalikha Aulia Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Pinrang, 24 Desember 2006
Alamat Domisili : Jalan Gatot Subroto Nomor 5, Pangaliali, Majene.
Sekolah : SMA Islam Athirah Makassar
Nomor HP : 082190577929
Email : zzap.zahraxscholar@gmail.com

Anggota 1
Nama Lengkap : Qirani Aulia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 11 Mei 2005
Alamat Domisili : Jalan Monginsidi No.42 Makassar
Sekolah : SMA Islam Athirah Makassar
Nomor HP : 089526774660
Email : qiranirani2015@gmail.com

Anggota 2
Nama Lengkap : Vanesa Kayla Zahra
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 12 Maret 2004
Alamat Domisili : Jalan Kangkung Barat No.24 b, Makassar,
Sekolah : SMA Islam Athirah Makassar
Nomor HP : 081242172257
Email : vanesakaylaa12@gmail.com
Lampiran 2:

Identitas Guru Pembimbing

Nama Lengkap : Jumarni, S.Pd.,Gr.


NIK : 392/SIA.376
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Maros, 31 Desember 1986
Alamat Domisili : Perumahan Bukit Baruga Cluster Bali Thai Land, Jl. Kuta IV/37
Sekolah : SMA Islam Athirah Makassar
Nomor HP : 085342021218
Email : marniannyathirah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai