Jika berbicara soal indonesia tentu belum lengkap bilamana kita tidak mengulik mengenai sejarah dari indonesia itu sendiri. Dan jika berbicara sejarah, rasanya kita akan dibuat merinding dengan bagaimana perjuangan para pendahulu kita. Sebuah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan diwarnai dengan perlawanan perlawanan yang bisa dibilang tidak seimbang. Bagaimana tidak, pejuang kita dengan alat seadanya berupa tombak juga parang dipaksa berjuang berlawan dengan meriam dan senapan dimana alat alat tersebut merupakan peralatan perang cangkih pada zamanya. Sebagai gambaran adalah perang aceh melawan belanda, memang aceh tidak sepenuhnya menang dalam medan perang. setidak tidaknya aceh telah melawan, melawan dengan segala kemampuan. Sebagaimana kutipan dari sebuah buku karya Pramoedya, ‘’kita harus melawan sekalipun hanya dalam hati.’’ Meraka orang orang aceh memiliki kekuatan tersendiri, kekuatan yang dimaksud disini bukanlah melulu tentang senjata yang canggih, melainkan kekuatan tekat yang kuat dan tertanam dalam tiap tiap per-orangan. Tak peduli tua muda, tapi semua pria juga wanita. Mereka membela apa yang mereka anggap menjadi haknya, tanpa mengindahkan maut. Dan dalam rekap jejak yang ada, pihak belanda sempat kuwalahan dalam melakukan serangan. Hal tersebut terjadi karena orang orang Aceh dibekali dengan kemampuan berpikir dalam menyusun sebuah serangan, hanya saja mereka tidak dibekali dengan peralatan yang memadai. Juga dengan kemampuan ber- organisasi yang tinggi. Jika dikorelasikan dengan pemuda - pemuda saat ini tentu tampak jelas perbedaanya. Dimana untuk kalangan muda sekarang sudah terbawa arus budaya barat. Memang, budaya merupakan sebuah seni. Akan tetapi kita juga harus memilah budaya budaya tersebut. Karena tak sepenuhnya budaya barat patut kita implimentasikan dalam kehidupan sehari sehari. Akhir akhir ini telah marak diberbagai daerah indonesia mengenai budaya peragaan busana. Okelah, tak ada salahnya kita meniru hal tersebut. Akan tetapi kurang patut bilamana seorang pria berlenggak lenggok layaknya seorang wanita. Coba bayangkan saja, pemuda – pemuda pendahulu kita dengan taruhan nyawa untuk mencapai kemerdekaan, Pemuda sekarang yang tinggal menikmati malah dengan percaya dirinya berdandan dan berlenggak lenggok layaknya seorang wanita. Mungkin pilihan kata yang tepat adalah miris! Tentu sering kita dengar mengenai potongan pidato bapak proklamator kita yang berbunyi ‘’beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia’’ yang menjadi pertanyaan diri kita masing adalah ; mampukah 10 pemuda di era sekarang mampu mengguncang dunia? Jangankan 10 pemuda, kita tambah saja menjadi 100 pemuda. Apakah dengan kualitas rata - rata pemuda sekarang mampu untuk mengguncang dunia? Dan yang mampu menjawab adalah diri kita masing masing. Yang harus kita tanamkan dari diri kita masing masing adalah jiwa Nasionalisme dan juga Patriotisme. Jika kita tafsirkan, Nasionalisme adalah sikap cinta terhadap tanah air. Respon dari sikap cinta terhadap tanah air maka tentu kita akan membela serta mempertahankan tanah air tersebut. Dan itulah yang kemudian disebut sikap Patriotisme. Hal tersebut tentu didasari oleh bentuk kecintaan kita, sehingga dengan kecintaan tersebut kita rela dan akan membela serta mempertahankan tanah air, yaitu Indonesia. Disini kita sebagai mahasiswa mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan jiwa Nasionalis dan juga Patriolis. Yaitu dengan mendukung implimentasi wawasan kebangsaan agar pola pikir kita tidak mudah dimasuki dengan paham paham radikal. Wawasan kebangsaan yang dapat dilakukan oleh para mahasiswa adalah dengan cara membangun keadaan sosial yang mengarah ke hal hal positif. Mahasiswa sendiri adalah sebagai agent of change, sebagai agent of change mahasiwa harus mampu membuat perubahan dalam lingkungan sekitar ataupun ruang lingkup yamg lebih besar. Adapun contoh pengimplimentasian agent of change dari mahasiswa adalah dengan menyuarakan aspirasi dari masyarakat. Sampai saat ini perubahan besar yang telah dicapai adalah runtuhnya orde baru pada tahun 1998, dan dipelopori langsung oleh gabungan gabungan Mahasiswa Indonesia. Maka dari itu sebagai mahasiswa terlebih mahasiswa aktivis kita harus mampu membuat perubahan, tentu perubahan dalam arah yang positif. Hal itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Dan dimasing masing diri kita harus tumbuh jiwa nasinalisme dan juga patriotisme. Hal itu bertujuan agar kita tidak mudah di masuki dogma dogma sesat dan juga paham radikal yang dapat membuat kecintaan kita terhadap tanah air Indonesia terkikis.