PPD Kelompok
PPD Kelompok
MAKALAH
Kelompok 4
Oleh :
1
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2
1. PENDAHULUAN........................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 3
1.2 Fokus Bahasan............................................................................................................... 3
2. BAHASAN....................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Teori Perkembangan Etologi................................................................... 4
2.2 Teori Perkembangan Etologi...................................................................................... 5
2.3 Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi.............................................................................. 8
2.4 Fase-fase Kelekatan Perkembangan Manusia dalam Teori Etologi....................... 10
2.5 Mekanisme Perkembangan......................................................................................... 11
2.6 Studi Kasus Etologi..................................................................................................... 11
3. PENUTUP....................................................................................................................... 13
3.1 Simpulan........................................................................................................................ 13
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................................... 14
2
1. PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai (1) latar belakang pemilihan judul
dan (2) fokus bahasan. Kedua hal tersebut dijabarkan melalui sub-sub bab berikut.
3
Informasi mengenai teori perkembangan etologi yang menjadi fokus bahasan dalam
makalah ini perlu dijabarkan secara spesifik. Melalui sub-sub bagian berikut ini, informasi
tersebut dijabarkan sesuai fokus bahasan.
Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda sepanjang siklus kehidupan. Adanya
atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada waktu terbiologis dalam tertentu
selama masih hidup mempengaruhi individu dengan baik di luar waktu pengalaman-
pengalaman itu pertama kali terjadi. Pakar etologi yakin bahwa kebanyakan pakar psikologi
meremehkan pentingnya kerangka waktu khusus ini pada awal perkembangan dan peran yang
kuat yang dimainkan evolusi dan landasan biologis dalam perkembangan ( Charlesworth, 1992;
Hinde, 1992).
The tide of evolution carries everything before it, thoughts no less than bodies, and persons
no less than nations. --George
Santayana, Little Essays,
1920
Etologi lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan para pakar ilmu hewan
Eropa, khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi (ethology) menekankan bahwa
perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode
yang penting atau peka.
Melalui penelitian yang sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965)
memepelajari suatu pola perilaku yang dianggap diprogramkan di dalam burung. Seekor anak
angsa yang baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri untuk mengikuti induknya.
6
Pengamatan memperlihatkan bahwa anak angsa mampu berperilaku demikian segera setelah
ditetaskan. Lorenz membuktikan bahwa tidak benar anggapan bahwa perilaku semacam itu
diprogramkan pada binatang. Pada seperangkat percobaan yang luar biasa., Lorenz
memisahkan telur- telur seekor angsa ke dalam dua kelompok. Satu kelompok ia kenbalikan
kepada angsa untuk dierami olehnya; kelompok yang lain ditetaskan dalam suatu inkubator.
Anak-anak angsa dalam kelompok pertama berbuat seperti yang diramalkan, mereka mengikuti
induk mereka segera setelah mereka menetas. Akan tetapi, anak-anak angsa dalam inkubator
yang melihat Lorenz ketika mereka pertama kali menetas, mengikutinya ke mana saja, seolah
olah ia adalah induk mereka. Lorenz menandai anak-anak angsa dan kemudian menempatkan
kedua kelompok di bawah suatu kotak diangkat. Masing-masing kelompok anak angsa pergi
langsung ke”induk”-nya (lihat Gambar 2.2). Lorenz menyebut proses ini imprinting, konsep
etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu yang kritis yang
melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama kali.
Konrad Lorenz, seorang mahasiswa yang memelopori perilaku binatang, diikuti berenang oleh
tiga ekor angsa berwarna abu-abu hasil imprint. Lorenz menggambarkan angsa abu-abu yang
diimprint belajar cepat dan alamiah dalam suatu periode penting yang meliputi kedekatan
dengan obyek yang terlihat bergerak pertama kali. Bagi anak angsa, periode yang penting ialah
36 jam pertama setelah lahir.
Pandangan etologis Lorenz dan pakar ilmu hewan Eropa memaksa para pakar psikologi
perkembangan Amerika untuk mengakui pentingnya landasan biologis perilaku. Akan tetapi,
penelitian dan landasan teori etologi tampaknya masih kekurangan beberapa bahan yang akan
7
mengangkatnya ke tingkat yang sama dengan teori lain yang sudah didiskusikan sejauh ini di
dalam bab ini. Secara khusus, hanya sedikit atau tidak ada dalam pandangan etologis klasik
tentang relasi sosial sepanjang siklus kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh
setiap teori perkembangan utama. Juga, konsep periode penting (critical period), suatu periode
tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara
optimal, tampaknya terlalu dilebih-lebihkan. Teori etologi klasik lemah untuk mendorong
berbagai studi dengan manusia. Perluasan pandangan etologis baru-baru ini meningkatkan
statusnya sebagai suatu prespektif perkembangan yang dapat bertahan hidup.
Seperti para behavioris, para etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti. Tidak seperti
para behavioris, para etologis yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk
mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya, dirumah, taman bermain,
tetangga, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.
8
b) Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah diubah
oleh pembelajaran terkini?
c) Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal
yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan.
d) Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku bersama
dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni?
Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan
dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli
pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan angsa,
serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan dan
perbedaan dalam morfologi.
Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya
menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies mereka sendiri, dan mereka
dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola
aksi tertentu yang sedikit sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan
di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping
sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian
pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan
disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya
menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga
bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di
tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu.
3) John Bowlby (1907-1990)
Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak.
Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam
observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat
lekat pada anak sehingga diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebenarnya tingkah laku
kelekatan tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis
dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya
bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman,
isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon
tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini
9
adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan
(mutuality attachment). Teori etologi ini menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang
akan di alami oleh bayi. Fase-fase kelekatan antara lain : fase kedua, fase ketiga, fase keempat.
Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu hubungan atau
ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan
berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan
bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang
diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali
manusia menghadapi ancaman untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan
mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka
harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk
mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian cross-
fostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh orang tua atau
induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga memperlihatkan bahwa imprintingnya
juga akan muncul pada awal-awal kehidupannya. Pada kebanyakan spesies burung, penelitian
ini telah menunjukkan bahwa burung yang perkembangannya diasuh oleh orang tua atau induk
lain, pada saat dewasa nantinya dia akan mencoba kawin dengan anggota spesies induk yang
mengasuhnya (foster-spesies).
Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain imprinting juga dapat diamati.
Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang membutuhkan bermain dalam hidupnya.
Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing suka bermain-main dengan obyek yang bisa
bergerak-gerak yang membuatnya sangat menarik. Sama halnya dengan manusia pada saat
masa anak-anak, mereka suka bermain.
11
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu (19/9/2015), sejauh ini polisi belum
mengetahui motif tersangka menganiaya anaknya karena masih depresi berat. Oleh karena itu,
polisi memeriksa kondisi kejiwaan Nurlela. Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan jiwa
tersebut untuk melakukan proses hukum.
"Kita mintai keterangan diduga tersangka dalam KDRT tersebut, yang diduga dilakukan ibunya
terhadap anak. Namun sesampainya di sini, si ibu belum bisa memberikan keterangan mungkin
masih
Yayasan Tiara Brebes akan memberikan pendampingan hukum terhadap tersangka Nurlela.
"Ibunya disinyalir sebagai pelaku, tetapi dia bisa juga jadi korban karena dia habis pergi dari
TKW, pulang dalam keadaan agak stres, depresi, jadi itu perlu pendampingan kami," ucap
Psikolog Sekretaris Yayasan Tiara, Rini.
Nur Qoidatul Zakiyah, bocah berumur 1,5 tahun meninggal setelah menjalani perawatan di RS
Waled Cirebon. Pada bagian wajah dan kepalanya ditemukan luka lebam yang diduga akibat
dianiaya ibu kandungnya Nurlela.
Penganiayaan terhadap korban yang merupakan anak kandungnya diduga sudah lama
dilakukan tersangka, karena proses persalinan melalui operasi caesar dinilai terlalu menguras
biaya. (Vra/Mvi)
Analisis : Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam
observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat
pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat
tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis
dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya
bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman,
isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi
5 e-USU Repository ?2005 Universitas Sumatera Utara juga dipersiapkan untuk merespon
tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini
adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan
(mutuality attachment).
12
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada bagian 2 telah dipaparkan secara rinci tentang (1) pengertian teori perkembangan
etologi, (2) teori perkembangan etologi, (3) tokoh teori perkembangan etologi, (4) fase-fase
kelekatan teori perkembngan etologi, dan (5) mekanisme perkembangan teori etologi.
Berdasarkan bahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
1) Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku hewan, mekanisme,
serta faktor yang mempengaruhi. Namun teori ini juga digunakan dalam pendekatan ilmu
psikologi perkembangan manusia, sehingga etologi juga berarti ilmu yang mempelajari
perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami.
2) Dalam teori etologi, penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan
konsep kunci. Teori ini ditegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku
binatang dalam keadaan nyata.
3) Tokoh teori etologi antara lain Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989), Nikolas Tinbergen
( Den Haag, 1907 – 1988 ), dan John Bowlby (1907-1990).
4) Teori etologi menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan di alami oleh bayi.
5) Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan pengalaman.
Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan lokomotor, dan
peningkatan efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode sensitif.
13
DAFTAR RUJUKAN
14