Anda di halaman 1dari 14

TEORI PERKEMBANGAN ETOLOGI

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Perkembangan Peserta Didik

Yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd.

Kelompok 4

Oleh :

RIA NUR AINI (150412603385)

SITI ROKHIMAH (150412601123)

TASPIN AGUSTINA P. (150412604122)

TITIK RISKY A. (150412601194)

TRI ANNA S. (150412601226)

TRI WAHYUNI O. (150412605052)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
PEBRUARI 2016

1
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2

1. PENDAHULUAN........................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 3
1.2 Fokus Bahasan............................................................................................................... 3
2. BAHASAN....................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Teori Perkembangan Etologi................................................................... 4
2.2 Teori Perkembangan Etologi...................................................................................... 5
2.3 Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi.............................................................................. 8
2.4 Fase-fase Kelekatan Perkembangan Manusia dalam Teori Etologi....................... 10
2.5 Mekanisme Perkembangan......................................................................................... 11
2.6 Studi Kasus Etologi..................................................................................................... 11
3. PENUTUP....................................................................................................................... 13
3.1 Simpulan........................................................................................................................ 13

DAFTAR RUJUKAN......................................................................................................... 14

2
1. PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai (1) latar belakang pemilihan judul
dan (2) fokus bahasan. Kedua hal tersebut dijabarkan melalui sub-sub bab berikut.

1.1 Latar Belakang


Perkembangan merupakan perubahan dalam upaya mengungkap perubahan dalam
konteks pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli psikologi mengungkapkan berbagai
konsepsi yang menggambarkan mekanisme perubahanyang dialami manusia sepanjang masa
perkembangannya.
Menurut Crow dan Crow(1980), perkembangan merupakan perubahan secara kualitatif
serta cenderungke arah yang lebih baik dari segi pemikiran, rohani, moral, dan sosial..
Kemudian berbagai macam teori perkembangan mulai dikenal. Salah satunya teori
perkembangan etologi. Munculnya teori etologi erat kaitannya dengan landasan biologis dan
evolusioner perkembangan. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period)
merupakan konsep kunci. Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda berubah
sepanjang siklus kehidupan. Adanya atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada
waktu tententu selama masa hidup mempengaruhi individu dengan baik. Para etologi meyakini
bahwa kebanyakan para pakar psikologi kurang memperhatikan pentingnya kerangka waktu
khusus pada awal perkembangan dan peran kuat yang dimainkan evolusi dan landasan biologis
dalam perkembangan. Oleh karena itu, dalam makalah ini dijabarkan mengenai Teori
Perkembangan Ethologi.

1.2 Fokus Bahasan


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada sub bab sebelumnya, berikut
ini dipaparkan secara rinci beberapa hal yang menjadi fokus bahasan dalam makalah.
1) Pengertian teori perkembangan etologi
2) Teori perkembangan etologi
3) Tokoh-tokoh teori perkembangan etologi
4) Fase-fase kelekatan perkembangan manusia dalam teori etologi
5) Mekanisme perkembangan teori etologi
2. BAHASAN

3
Informasi mengenai teori perkembangan etologi yang menjadi fokus bahasan dalam
makalah ini perlu dijabarkan secara spesifik. Melalui sub-sub bagian berikut ini, informasi
tersebut dijabarkan sesuai fokus bahasan.

2.1 Pengertian Teori Perkembangan Etologi


Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang
berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat juga berarti karakter.
Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter.
Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan.
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku
hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari
perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi
perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu
psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang
alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan
alaminya. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan
perilaku binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat
mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-
sifat ini ditemukan pula pada diri manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang
bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami perilaku
manusia.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia
karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering bekerja
dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah
terprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir
sepertinya dilahirkan dengan insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan
bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah
perilaku ini diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan
sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang
diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa.
Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok.
Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain
ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera
setelah ditetaskan.
4
Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka
menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai
anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan
“Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat. Tiap kelompok anak angsa
langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang
cepat dan alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak
pertama yang terlihat.

2.2 Teori Perkembangan Etologi


Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan sebuah studi
mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan. Teori ini juga menekankan bahwa
kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan,
Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman. Jika gagal
mendapat pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etologi menyatakan bahwa
perkembangan tidak mungkin dapat optimal. Penamaan (imprinting) dan periode penting
(critical period) merupakan konsep kunci. Teori ini ditegakkan berdasarkan penelitian yang
cermat terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata.
Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi
perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun
demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan
meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit
atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi klasik yang membahas mengenai karakteristik
hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh
teori perkembangan manapun. Teori etologi klasik lemah dalam mensimulasikan studi dengan
manusia.
Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya sebagai
perspektif perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu daripada menekankan
pada periode kritis yang kaku dan sempit, kini teori etologi menawarkan periode sensitif yang
lebih panjang. Salah satu dari beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan
manusia meliputi teori kelekatan John Bowlby (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa
kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting
sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang
mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki
5
hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya
negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi
kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period),
adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan
perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan
mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku.
Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di rumah,
taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
Pendekatan Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah laku
dengan setting yang alamiah) Langkah–langkahnya :
1) Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
2) Mengamati tingkah laku khasnya,
3) Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.

Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda sepanjang siklus kehidupan. Adanya
atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada waktu terbiologis dalam tertentu
selama masih hidup mempengaruhi individu dengan baik di luar waktu pengalaman-
pengalaman itu pertama kali terjadi. Pakar etologi yakin bahwa kebanyakan pakar psikologi
meremehkan pentingnya kerangka waktu khusus ini pada awal perkembangan dan peran yang
kuat yang dimainkan evolusi dan landasan biologis dalam perkembangan ( Charlesworth, 1992;
Hinde, 1992).
The tide of evolution carries everything before it, thoughts no less than bodies, and persons
no less than nations. --George
Santayana, Little Essays,
1920
Etologi lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan para pakar ilmu hewan
Eropa, khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi (ethology) menekankan bahwa
perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode
yang penting atau peka.
Melalui penelitian yang sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965)
memepelajari suatu pola perilaku yang dianggap diprogramkan di dalam burung. Seekor anak
angsa yang baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri untuk mengikuti induknya.

6
Pengamatan memperlihatkan bahwa anak angsa mampu berperilaku demikian segera setelah
ditetaskan. Lorenz membuktikan bahwa tidak benar anggapan bahwa perilaku semacam itu
diprogramkan pada binatang. Pada seperangkat percobaan yang luar biasa., Lorenz
memisahkan telur- telur seekor angsa ke dalam dua kelompok. Satu kelompok ia kenbalikan
kepada angsa untuk dierami olehnya; kelompok yang lain ditetaskan dalam suatu inkubator.
Anak-anak angsa dalam kelompok pertama berbuat seperti yang diramalkan, mereka mengikuti
induk mereka segera setelah mereka menetas. Akan tetapi, anak-anak angsa dalam inkubator
yang melihat Lorenz ketika mereka pertama kali menetas, mengikutinya ke mana saja, seolah
olah ia adalah induk mereka. Lorenz menandai anak-anak angsa dan kemudian menempatkan
kedua kelompok di bawah suatu kotak diangkat. Masing-masing kelompok anak angsa pergi
langsung ke”induk”-nya (lihat Gambar 2.2). Lorenz menyebut proses ini imprinting, konsep
etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu yang kritis yang
melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama kali.

Gambar 2.2 Penerapan contoh proses imprinting

Konrad Lorenz, seorang mahasiswa yang memelopori perilaku binatang, diikuti berenang oleh
tiga ekor angsa berwarna abu-abu hasil imprint. Lorenz menggambarkan angsa abu-abu yang
diimprint belajar cepat dan alamiah dalam suatu periode penting yang meliputi kedekatan
dengan obyek yang terlihat bergerak pertama kali. Bagi anak angsa, periode yang penting ialah
36 jam pertama setelah lahir.

Pandangan etologis Lorenz dan pakar ilmu hewan Eropa memaksa para pakar psikologi
perkembangan Amerika untuk mengakui pentingnya landasan biologis perilaku. Akan tetapi,
penelitian dan landasan teori etologi tampaknya masih kekurangan beberapa bahan yang akan
7
mengangkatnya ke tingkat yang sama dengan teori lain yang sudah didiskusikan sejauh ini di
dalam bab ini. Secara khusus, hanya sedikit atau tidak ada dalam pandangan etologis klasik
tentang relasi sosial sepanjang siklus kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh
setiap teori perkembangan utama. Juga, konsep periode penting (critical period), suatu periode
tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara
optimal, tampaknya terlalu dilebih-lebihkan. Teori etologi klasik lemah untuk mendorong
berbagai studi dengan manusia. Perluasan pandangan etologis baru-baru ini meningkatkan
statusnya sebagai suatu prespektif perkembangan yang dapat bertahan hidup.
Seperti para behavioris, para etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti. Tidak seperti
para behavioris, para etologis yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk
mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya, dirumah, taman bermain,
tetangga, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.

2.3 Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi


Teori etologi dapat berkembang karena adanya peran para tokoh etologi. Berikut
dijabarkan tokoh-tokoh teori etologi modern.
1) Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989)
Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah meraih
Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan ornitologi
berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang juga seorang ahli
tingkah laku hewan (ethologist). Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon
penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah
laku berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi.
2) Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 )
Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam fisiologi
atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas penemuan
mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang dipercayainya
yang harus ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku binatang. Selain itu, dengan
metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak. Kerjasama Lorenz
dan Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu memperhatikan empat jenis penjelasan
setiap perilaku :
a) Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk
kelangsungan hidup dan reproduksi?

8
b) Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah diubah
oleh pembelajaran terkini?
c) Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal
yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan.
d) Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku bersama
dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni?
Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan
dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli
pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan angsa,
serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan dan
perbedaan dalam morfologi.
Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya
menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies mereka sendiri, dan mereka
dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola
aksi tertentu yang sedikit sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan
di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping
sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian
pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan
disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya
menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga
bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di
tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu.
3) John Bowlby (1907-1990)
Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak.
Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam
observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat
lekat pada anak sehingga diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebenarnya tingkah laku
kelekatan tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis
dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya
bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman,
isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon
tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini
9
adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan
(mutuality attachment). Teori etologi ini menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang
akan di alami oleh bayi. Fase-fase kelekatan antara lain : fase kedua, fase ketiga, fase keempat.
Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu hubungan atau
ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan
berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan
bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang
diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali
manusia menghadapi ancaman untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan
mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka
harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk
mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian cross-
fostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh orang tua atau
induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga memperlihatkan bahwa imprintingnya
juga akan muncul pada awal-awal kehidupannya. Pada kebanyakan spesies burung, penelitian
ini telah menunjukkan bahwa burung yang perkembangannya diasuh oleh orang tua atau induk
lain, pada saat dewasa nantinya dia akan mencoba kawin dengan anggota spesies induk yang
mengasuhnya (foster-spesies).
Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain imprinting juga dapat diamati.
Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang membutuhkan bermain dalam hidupnya.
Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing suka bermain-main dengan obyek yang bisa
bergerak-gerak yang membuatnya sangat menarik. Sama halnya dengan manusia pada saat
masa anak-anak, mereka suka bermain.

2.4 Fase-fase Kelekatan Perkembangan Manusia dalam Teori Etologi


Fase pertama merespon kepada seseorang. Fase ini akan terjadi pada bayi lahir sampai
berusia 3 bulan. Fokus hanya terhadap orang-orang yang dikenalnya. Fase ini terjadi pada bayi
berusia 3 sampai 6 bulan. Hal ini terjadi karena adanya intensitas aktivitas antara bayi dan
orang-orang yang sering berinteraksi dengannya, sehingga bayi mulai dapat membedakan
antara orang yang dikenal dan yang tidak.
Kelekatan yang intens dan pencarian kedekatan yang aktif terhadap orang-orang
sekitarnya. Fase ini terjadi saat bayi berusia 6 bulan sampai 3 tahun. Menunjukkan tingkah laku
persahabatan. Pada fase ini anak mulai menunjukkan sikap kelekatan dan ketertarikan terhadap
10
teman sebayanya dan orang-orang yang baru ditemuinya. Fase ini terjadi pada usia 3 tahun
sampai akhir masa kanak-kanak. Kelekatan seorang anak mengikuti arah yang serupa dengan
proses pencetakan (imprinting) pada hewan. Imprinting adalah proses dimana hewan belajar
stimuli pemicu untuk melepaskan insting-insting sosial mereka.
Sedangkan pada manusia, dapat juga mengamati proses serupa, meskipun berkembang
sangat lambat. Selama minggu-minggu pertama hidupnya bayi tidak bisa secara aktif
mengikuti objek lewat keinginan mereka sendiri melainkan hanya melakukan respon sosial
langsung kepada orang-orang. Namun, sejak usia 3 bulan mereka mulai mempersempit
kemelekatan mereka hanya kepada beberapa orang, dan akhirnya pada satu orang saja.

2.5 Mekanisme Perkembangan


1) Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan pengalaman.
Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan lokomotor, dan peningkatan
efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode sensitif.
2) Sebagai tambahan dari perubahan biologis sepanjang rentang kehidupan, terdapat
kemampuan belajar yang innate (yang umum & spesifik). Kemampuan ini terkait dengan
tingkah laku insting, yaitu tingkah laku yang tidak pernah dipelajari dan muncul karena
stimulus eksternal tertentu. Contohnya: tindakan penyelamatan diri anak ayam oleh induknya
karena dapat merespon kapanpun jika anak-anaknya berada dalam bahaya.
3) Kemampuan belajar yang dibangun sampai sistem saraf inilah yang memungkinkan
organisme dapat belajar dari pengalamannya.
4) Etologis juga mempelajari perilaku yang dipelajari (learned behavior) yang ditujukan
untuk adaptasi.
5) Kritik Terhadap Teori Etologi yaitu : Konsep periode kritis dan periode sensitive masih
terlalu kaku, terlalu menekankan pada dasar biologis, perhatian terhadap kognisi kurang
memadai, teori tersebut lebih baik dalam menghasilkan penelitian-penelitian dengan hewan
daripada dengan manusia.

2.6 Studi Kasus Teori Etologi


Liputan6.com, Brebes - Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Brebes, Jawa
Tengah hingga kini belum memeriksa Nurlela, tersangka dugaan penganiayaan terhadap anak
kandungnya Nur Qoidatul Zakiyah sampai tewas.

11
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu (19/9/2015), sejauh ini polisi belum
mengetahui motif tersangka menganiaya anaknya karena masih depresi berat. Oleh karena itu,
polisi memeriksa kondisi kejiwaan Nurlela. Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan jiwa
tersebut untuk melakukan proses hukum.

"Kita mintai keterangan diduga tersangka dalam KDRT tersebut, yang diduga dilakukan ibunya
terhadap anak. Namun sesampainya di sini, si ibu belum bisa memberikan keterangan mungkin
masih

shock dan psikis," ucap Kanit PPA Brebes Ipda Budi S.

Yayasan Tiara Brebes akan memberikan pendampingan hukum terhadap tersangka Nurlela.
"Ibunya disinyalir sebagai pelaku, tetapi dia bisa juga jadi korban karena dia habis pergi dari
TKW, pulang dalam keadaan agak stres, depresi, jadi itu perlu pendampingan kami," ucap
Psikolog Sekretaris Yayasan Tiara, Rini.

Nur Qoidatul Zakiyah, bocah berumur 1,5 tahun meninggal setelah menjalani perawatan di RS
Waled Cirebon. Pada bagian wajah dan kepalanya ditemukan luka lebam yang diduga akibat
dianiaya ibu kandungnya Nurlela.

Penganiayaan terhadap korban yang merupakan anak kandungnya diduga sudah lama
dilakukan tersangka, karena proses persalinan melalui operasi caesar dinilai terlalu menguras
biaya. (Vra/Mvi)

Analisis : Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam
observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat
pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat
tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis
dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya
bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman,
isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi
5 e-USU Repository ?2005 Universitas Sumatera Utara juga dipersiapkan untuk merespon
tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini
adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan
(mutuality attachment).

12
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada bagian 2 telah dipaparkan secara rinci tentang (1) pengertian teori perkembangan
etologi, (2) teori perkembangan etologi, (3) tokoh teori perkembangan etologi, (4) fase-fase
kelekatan teori perkembngan etologi, dan (5) mekanisme perkembangan teori etologi.
Berdasarkan bahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
1) Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku hewan, mekanisme,
serta faktor yang mempengaruhi. Namun teori ini juga digunakan dalam pendekatan ilmu
psikologi perkembangan manusia, sehingga etologi juga berarti ilmu yang mempelajari
perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami.
2) Dalam teori etologi, penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan
konsep kunci. Teori ini ditegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku
binatang dalam keadaan nyata.
3) Tokoh teori etologi antara lain Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989), Nikolas Tinbergen
( Den Haag, 1907 – 1988 ), dan John Bowlby (1907-1990).
4) Teori etologi menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan di alami oleh bayi.
5) Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan pengalaman.
Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan lokomotor, dan
peningkatan efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode sensitif.

13
DAFTAR RUJUKAN

Santrock.2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai