Eco Governance
Eco Governance
SULAWESI SELATAN
Oleh:
MUHAMMAD FAJRUL
210222119
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir, isu perubahan iklim semakin sering menjadi topik
pembahasan dalam dunia internasional disebabkan karena dampak yang ditimbulkan
dari fenomena perubahan iklim ini sudah semakin berbahaya yang berdampak ke
seluruh penjuru dunia. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi fenomena
perubahan iklim diantaranya adalah faktor manusia dan juga pertumbuhan ekonomi
yang semakin pesat.
Faktor utama yang menjadi salah satu penyebab fenomena perubahan iklim
faktor manusia. Dampaknya bisa lebih besar daripada bencana alam karena dampak
yang diakibatkan oleh ulah manusia bisa berlanjut secara terus menerus. Kerusakan
yang paling mudah terlihat adalah adanya pencemaran lingkungan, baik itu udara,
tanah, air dan bertumpuknya sampah limbah manusia. Pertumbuhan manusia yang
semakin pesat membuat kebutuhan hidup semakin meningkat yang pastinya juga
mengakibatkan kebergantungan terhadap lingkungan semakin tinggi. Hal inilah yang
mengakibatkan manusia melakukan ekploitasi terhadap bumi dan lingkungan
sekitarnya demi memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan
hidup.
Kondisi perubahan iklim yang ekstrem tersebut kini sedang menjadi concern
dunia terutama pada poin 13 Sustainable Development Goals terkait Penanganan
Perubahan Iklim. Kesadaran penanganan perubahan iklim tidak lepas karena dampak
negatif yang ditimbulkan misal pada lingkungan ditandai dengan munculnya
bencana-bencana alam serta kerusakan lingkungan, pada sektor kesehatan yakni
muudahnya mahluk hidup terserang penyakit langka dan pada sektor sosial ekonomi
ditandai dengan terganggunya sistematis kehidupan munusia sebagai sosialis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk menganalisis permasalahan air di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemanasan global, salah satu masalah terbesar dunia, telah membawa banyak
perubahan pada planet ini, hal ini terbukti karena ada sangat banyak emisi di udara
saat ini. Selain itu, panas yang memantul tidak kembali ke luar angkasa. Akibatnya,
efek rumah kaca berhenti di udara (atmosfer) dan membahayakan bumi secara tidak
langsung melalui pemanasan global.
Sebenarnya banyak dari gas-gas ini terjadi secara ilmiah, tetapi berbagai
aktifitas manusia turut meningkatkan kosentrasinya diatmosfer, khususnya pada
metana, karbon dioksida (C02), gas berfluorinasi (C02), dan dinitrogen oksida.
Istilah perubahan iklim sering kali tertukar dengan pemanasan global. Padahal
fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, Ini
karena parameter iklim tidak cuma temperature, tapi ada juga kondisi awan, angina,
hingga radiasi matahari. Pemanasan global adalah peningkatan rata-rata temperature
atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan ditroposfor yang dapat
berkontribusi pada perubahan pola iklim global.
Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca karena adanya gas dalam
atmosfer yang menyerap sinar panas, yaitu sinar inframerah yang dipancarkan oleh
bumi.
Efek negatif iklim ekstrim berdampak luas terhadap masyarakat, tidak hanya
berdampak pada naiknya temperature bumi, perubahan iklim juga mempengaruhi
banyak aspek alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat,
hutan, kesehatan, lahan pertanian, hingga ekosistem pesisir.
Dampak perubahan iklim yang paling signifikan adalah menurunnya kualitas
air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.
Kuantitas air berkurang.
Seperti yang terjadi saat ini, sebanyak 39 desa di Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Selatan (Sulsel) mengalami kekeringan hingga kekurangan air bersih dampak
kemarau panjang. Total ada 52.898 jiwa yang terdampak.
Selain itu telah mengakibatkan sumber mata air warga mengering dan
mengalami krisis air bersih. Dari 39 desa di Sinjai yang mengalami kekeringan tidak
semua menyeluruh dalam satu desa. Satu desa terkadang hanya satu dusun hingga
tiga dusun yang mengalami kekeringan.
Saat ini Pemda dan pemerintah kecamatan serta desa saling bersinergi
mengupayakan untuk menyiapkan bak penampungan (tandon) di wilayah yang
mengalami kesulitan air bersih. Karena kebutuhan yang mendesak juga adalah air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6977395/39-desa-di-
sinjai-dilanda-kekeringan-imbas-kemarau-52898-jiwa-terdampak/amp
Kurnia, A., & Sudarti. (2021). Efek Rumah Kaca Oleh Kendaraan Bermotor. GRAVITASI,
4, 1-9.
Putra, A., & Keluanan, Y. H. (2022). Dampak Kejatuhan Manusia terhadap Kerusakan
Ekologi Menurut Kejadian 3. HUPERETES, 3, 116-126.