Anda di halaman 1dari 7

PROBLEMATIKA KRISIS AIR BERSIH DI KABUPATEN SINJAI

SULAWESI SELATAN

Oleh:

MUHAMMAD FAJRUL

210222119

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Hartati Malkab, S.H.,M.H.

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
T.A 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir, isu perubahan iklim semakin sering menjadi topik
pembahasan dalam dunia internasional disebabkan karena dampak yang ditimbulkan
dari fenomena perubahan iklim ini sudah semakin berbahaya yang berdampak ke
seluruh penjuru dunia. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi fenomena
perubahan iklim diantaranya adalah faktor manusia dan juga pertumbuhan ekonomi
yang semakin pesat.

Faktor utama yang menjadi salah satu penyebab fenomena perubahan iklim
faktor manusia. Dampaknya bisa lebih besar daripada bencana alam karena dampak
yang diakibatkan oleh ulah manusia bisa berlanjut secara terus menerus. Kerusakan
yang paling mudah terlihat adalah adanya pencemaran lingkungan, baik itu udara,
tanah, air dan bertumpuknya sampah limbah manusia. Pertumbuhan manusia yang
semakin pesat membuat kebutuhan hidup semakin meningkat yang pastinya juga
mengakibatkan kebergantungan terhadap lingkungan semakin tinggi. Hal inilah yang
mengakibatkan manusia melakukan ekploitasi terhadap bumi dan lingkungan
sekitarnya demi memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan
hidup.

Berdasarkan data dari Worid Meteorologi Organization (WMO), tahun 2023


merupakan tahun terpanas di Dunia peringkat ke 6 dan tahun 2016-2023 menjadi 8
(delapan) tahun terpanas. Di Indonesia, kondisi ini menjadi pemicu mencairnya salju
abadi di Puncak Jaya Papua dengan lebih cepat. Selain itu, perubahan iklim juga
berdampak pada keberadaan pulau-pulau kecil di Indonesia terancam tenggelam
akibat mencairnya es di Kutub sehinggga volume air laut bertambah. Perubahan iklim
juga menyebabkan maraknya kejadian kekeringan dan banjir di Indonesia dengan
frekwensi dan intensitas yang lebih tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari perubahan
iklim ekstrim ini membawa kerugian besar dalam kehidupan alam semesta beserta
seisinya.

Kondisi perubahan iklim yang ekstrem tersebut kini sedang menjadi concern
dunia terutama pada poin 13 Sustainable Development Goals terkait Penanganan
Perubahan Iklim. Kesadaran penanganan perubahan iklim tidak lepas karena dampak
negatif yang ditimbulkan misal pada lingkungan ditandai dengan munculnya
bencana-bencana alam serta kerusakan lingkungan, pada sektor kesehatan yakni
muudahnya mahluk hidup terserang penyakit langka dan pada sektor sosial ekonomi
ditandai dengan terganggunya sistematis kehidupan munusia sebagai sosialis.

Dampak perubahan iklim yang paling signifikan adalah menurunnya kualitas


air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.
Kuantitas air berkurang. Pemanasan global membuat jumlah air pada atmosfer
meningkat yang mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali
ke laut. Jadi, air tidak akan sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk
digunakan manusia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana permasalahan air di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan?

C. Tujuan
1. Untuk menganalisis permasalahan air di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan Air di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan

Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global. Itu adalah kondisi


dimana karbondioksida dan gas sejenis menjadi sangat terkonsentrasi. Efek rumah
kaca merupakan dampak atau efek pemanasan yang ditimbulkan di bumi oleh gas-gas
atmosfer. Radiasi matahari menembus kaca suatu bangunan. Di dalam, sinar radiasi
berhadapan dengan benda-benda yang mampu memantulkan kembali sinar matahari.
Akibatnya, pantulan tersebut ditangkap kembali oleh atap (yang berbahan kaca)
dalam bentuk lain, yakni sinar infra merah, yang menyebabkan peningkatan suhu
ruangan lebih cepat daripada suhu luar ruangan.

Pemanasan global, salah satu masalah terbesar dunia, telah membawa banyak
perubahan pada planet ini, hal ini terbukti karena ada sangat banyak emisi di udara
saat ini. Selain itu, panas yang memantul tidak kembali ke luar angkasa. Akibatnya,
efek rumah kaca berhenti di udara (atmosfer) dan membahayakan bumi secara tidak
langsung melalui pemanasan global.

Efek rumah kaca merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan


bumi memiliki efek seperti rumah kaca pemanas matahari terperangkap oleh atmosfer
bumi. Gas gas di atmosfer, seperti karbon dioksida (C02) mampu menahan panas
matahari, sehingga panas matahari terperangkap di dalam atmosfer bumi. Akan tetapi,
efek rumah kaca membuat sebagaian panas yang seharusnya dipantulkan permukaaan
bumi diperangkap oleh gas-gas rumah kaca diatmosfer. Ini yang membuat bumi
menjadi semakin panas.

Sebenarnya banyak dari gas-gas ini terjadi secara ilmiah, tetapi berbagai
aktifitas manusia turut meningkatkan kosentrasinya diatmosfer, khususnya pada
metana, karbon dioksida (C02), gas berfluorinasi (C02), dan dinitrogen oksida.
Istilah perubahan iklim sering kali tertukar dengan pemanasan global. Padahal
fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, Ini
karena parameter iklim tidak cuma temperature, tapi ada juga kondisi awan, angina,
hingga radiasi matahari. Pemanasan global adalah peningkatan rata-rata temperature
atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan ditroposfor yang dapat
berkontribusi pada perubahan pola iklim global.

Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca karena adanya gas dalam
atmosfer yang menyerap sinar panas, yaitu sinar inframerah yang dipancarkan oleh
bumi.

Pembuatan energi, energi listrik dan panas dihasilkan dengan membakar


bahan fosil, sehingga menghasilkan emisi karbon dioksida dan dinitrogen oksida,
yaitu gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Penggunaan Transportasi,
selanjutnya ada penggunaan transportasi yang juga menjadi salah satu penyebab
perubahan iklim. Bahan bakar fosil sebagai sumber energi kendaraan menyebabkan
perubahan iklim karena emisi gas karbon dioksida.

Kegiatan manufaktur dan industri menghasilkan emisi gas rumah kaca.


Industri manufaktur merupakan salah satu kontributor emisi gas rumah kaca terbesar
di dunia. Emisi gas rumah kaca juga timbul akibat penebangan hutan. Pohon yang
ditebang akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya. Karena hutan
menyerap karbon dioksida, penebangan juga mengakibatkan berkurangnya
penyerapan emisi gas rumah kaca. Gaya hidup, emisi penggunaan barang elektronik,
bepergian dan jumlah makanan yang dikomsumsi juga berkontribusi pada emisi gas
rumah kaca. Gaya hidup pada akhirnya berpengaruh besar terhadap pebubahan iklim.

Efek negatif iklim ekstrim berdampak luas terhadap masyarakat, tidak hanya
berdampak pada naiknya temperature bumi, perubahan iklim juga mempengaruhi
banyak aspek alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat,
hutan, kesehatan, lahan pertanian, hingga ekosistem pesisir.
Dampak perubahan iklim yang paling signifikan adalah menurunnya kualitas
air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.
Kuantitas air berkurang.

Seperti yang terjadi saat ini, sebanyak 39 desa di Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Selatan (Sulsel) mengalami kekeringan hingga kekurangan air bersih dampak
kemarau panjang. Total ada 52.898 jiwa yang terdampak.

Selain itu telah mengakibatkan sumber mata air warga mengering dan
mengalami krisis air bersih. Dari 39 desa di Sinjai yang mengalami kekeringan tidak
semua menyeluruh dalam satu desa. Satu desa terkadang hanya satu dusun hingga
tiga dusun yang mengalami kekeringan.

39 desa yang mengalami kekeringan tersebar di 6 kecamatan di antaranya


Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Tengah, Bulupoddo, Tellu Limpoe, Sinjai Selatan
dan Pulau Sembilan. Jumlah kartu keluarga yang terdampak ada sekitar 15.315.

Menanggapi hal itu, pemerintah menetapkan SK Bupati Nomor 662 tahun


2023 tentang status tanggap darurat kekeringan dan kebakaran lahan. Selain itu,
upaya yang dilakukan dengan mengaktifkan posko darurat, melakukan pemetaan
wilayah yang terdampak kekeringan. Kemudian mengimbau kepada warga agar tidak
melakukan pembukaan dan pembersihan lahan dengan cara membakar.

Saat ini Pemda dan pemerintah kecamatan serta desa saling bersinergi
mengupayakan untuk menyiapkan bak penampungan (tandon) di wilayah yang
mengalami kesulitan air bersih. Karena kebutuhan yang mendesak juga adalah air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6977395/39-desa-di-
sinjai-dilanda-kekeringan-imbas-kemarau-52898-jiwa-terdampak/amp

Kurnia, A., & Sudarti. (2021). Efek Rumah Kaca Oleh Kendaraan Bermotor. GRAVITASI,
4, 1-9.

Leu, B. (2021). Dampak Pemanasan Global Dan Upaya PengenDaliannya Melalui


Pendidikan Lingkungan Hidup Dan Pendidikan Islam. Jurnal At Tadbir STAI Darul Kamal
NW Kembang kerang NTB, 5, 1-14.

Putra, A., & Keluanan, Y. H. (2022). Dampak Kejatuhan Manusia terhadap Kerusakan
Ekologi Menurut Kejadian 3. HUPERETES, 3, 116-126.

Anda mungkin juga menyukai