Anda di halaman 1dari 57

ORGANISASI PERSAUDARAAN

“SETIA HATI TERATE”

MATERI KE SH AN

Disusun Sebagai Tambahan Pengetahuan bagi


Pelatih di Lingkungan Persaudaraan ”Setia Hati Terate”

Dikumpul Dari Berbagai Tulisan Dan Ucapan Serta Hasil Perenungan, Dibuat
Dan Disusun Sebagai Referensi Pengetahuan

Tidak Diperuntukkan bagi Siswa

Untuk kalangan sendiri


Dilarang mengcopy / memperbanyak
dan atau mengedarkan tanpa seijin organisasi

Halaman 1 dari 57
Halaman 2 dari 57
Pengumpul Script :

Mat Sholeh
(Bojonegoro, 1991)

Khotimah
(Surabaya, 1991)

Makmur M., ST
(Sorong, 1995)

Mulyadi M
(Sorong, 1995)

Lismawati, A.Md.
(Makassar, 1998)

Editing :

Makmur M., ST
(Sorong, 1995)

Janganlah melihat apa yang telah terkumpul


Namun pahamilah keinginan para pengumpul

Halaman 3 dari 57
SEPATAH KATA RENUNGAN

Assalamu Alaikum Wr. Wb.,


Salam Sejahtera buat kita semua,
Salam Persaudaraan,

“Selama matahari masih terbit dari timur,


Selama bumi masih dihuni oleh manusia,
Selama itu pula Persaudaraan Setia Hati Terate akan tetap jaya selama-lamanya”

Kalimat diatas adalah suatu motto yang sering didengung-dengungkan dan menjadi
kalimat yang indah ditelinga kita, bahkan tak jarang pula menjadi suatu inspirasi untuk
sebuah arogansi yang salah kaprah.
Sebagai insan Persaudaraan Setia Hati Terate kita terlupa dengan apa yang dikatakan
dalam Mukaddimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persaudaraan Setia
Hati Terate yaitu tujuan kita adalah mencari dimana Sang Mutiara Hidup bertahta.
Menyikapi perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate, dimana sering terjadinya
perselisihan antara para warga dan atau ketersinggungan, baik secara sengaja maupun
tidak disengaja, menurunnya kualitas Siswa dan Warga terhadap pemahaman dan
penguasaan terhadap Materi Persaudaraan Setia Hati Terate, menurunnya etika Siswa
dan Warga sebagaimana yang diajarkan dalam pelajaran Kerohanian Persaudaraan Setia
Hati Terate, maka kami memandang perlu untuk membuat suatu garis-garis besar ajaran
Persaudaraan Setia Hati Terate yang begitu mulia sehingga dapat terwujud keselarasan,
keharmonisan, dan kesamaan persepsi yang nantinya diharapkan dapat diterapkan di
lingkungan masyarakat pada umumnya dan dilingkungan Persaudaraan Setia Hati Terate
khususnya.
Untuk itu, kami menyusun 2 (dua) buah panduan yaitu : “PANDUAN KEPELATIHAN” yang
ditujukan bagi para Siswa Persaudaraan Setia Hati Terate dan “PANDUAN KE-SH-AN”
yang ditujukan bagi Warga/Pelatih Persaudaraan Setia Hati Terate. Semoga kedua buku
tersebut dapat menjadi salah satu bahan referensi / pembelajaran bagi Warga / Pelatih
Persaudaraan Setia Hati Terate
Tiada maksud untuk mengedepankan idealisme yang kami punyai, hanya keinginan untuk
berbuat demi kemajuan dan kejayaan Persaudaraan Setia Hati Terate sebagaimana yang
tertera pada motto diatas. Namun diharapkan bukan hanya Persaudaraan Setia Hati

Halaman 4 dari 57
Terate yang jaya selama-lamanya, namun juga Setia Hati yang kita pahami bersama tidak
disalah artikan sehingga betul-betul dapat menjadi suatu kejayaan di dunia dan akhirat.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat menjadi suatu acuan bagi para Warga dan Pelatih
Persaudaraan Setia Hati sehingga tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate untuk mendidik
manusia yang berbudi luhur, tahu benar dan salah berdasarkan asas kekeluargaan dan
persaudaraan dapat terbina sepanjang masa, sehingga para insan Persaudaraan Setia
Hati Terate dapat Memayuh Hayuning Bawono.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tertuang dalam Panduan Kepelatihan ini
tidaklah sesempurna seperti yang diinginkan oleh seluruh Warga dan Pelatih
Persaudaraan Setia Hati Terate, namun semoga apa yang kami susun ini dapat menjadi
tolok ukur dan bahan referensi untuk pelaksanaan dalam suatu tempat latihan.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas segala kesalahan yang terkandung didalam
muatan-muatan tulisan ini. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan
menjadi bahan perenungan bagi kita semua.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.


Jayalah Persaudaraan Setia Hati Terate selama-lamanya…

Januari 2008

Penyusun

Setia Hati Sinandi


(Rahasia Setia Hati)

Set yo budyo, sinupeket sing Set

Halaman 5 dari 57
Ti niti Liring, Tindak Tinga Ti
A nggayuh Pandeme Ngawiry A
Ha marsudi Handaraning Wiwa Ha
Ti nulato Ing Reh Pangastu Ti

Halaman 6 dari 57
DAFTAR ISI

Lembar Judul
Kata Pengantar
Setia Hati Sinandi
Daftar Isi
BAB I Lanjutan Sejarah
BAB II Memelihara Persaudaraan
BAB III Arti Kesetiaan dalam Setia Hati
BAB IV Pembinaan Mental Kerohanian
BAB V Arti Pembukaan
BAB VI Arti Lambang
BAB VII Arti Mori Pengesahan dalam SH Terate
BAB VIII Tata Cara Pengesahan
A. Tempat Pengesahan
B. Upacara Selamatan
C. Tata Tertib Upacara Pengesahan
D. Perlengkapan Tempat dan Urutan Upacara Pengesahan
E. Mekanisme Pengesahan
F. Upacara Pengesahan / Pengeceran Calon Warga Baru
G. Tata Tertib Dewan Pengesahan
BAB IX Condro Jago
BAB X Arti Buceng
BAB XI Falsafah dan Kata-kata Mutiara Persaudaraan Setia Hati Terate
A. Falsafah
B. Kata-kata Mutiara
BAB XII Pendalaman Kebatinan
A. Pengertian Umum
B. Macam-macam Kebatinan
C. Wujud dan Isi Diri Pribadi Manusia
D. Wejangan-wejangan yang Diberikan Kepada Warga SH Terate
E. Penjelasan Tentang Wejangan Dasar
F. Isyarat Terate
G. Arti dan Kegunaan Latihan Pernafasan

Halaman 7 dari 57
H. Ilmu Sedhulur Papat
I. Kejawen
J. Meditasi
K. Samadi
L. Cipta Tunggal

Halaman 8 dari 57
BAB I
LANJUTAN SEJARAH
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

Motto :
“Gerak Lahir Luluh Dengan Gerak Batin, Gerak Batin Tercermin Oleh Gerak Lahir”
Ilmu Setia Hati yang diajarkan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo mempunyai jurus-jurus dengan nama-nama
sebagai berikut :
1. Jurus 1 : Betawen I 19. Jurus 19 : Sumedangan I
2. Jurus 2 : Betawen II 20. Jurus 20 : Sumedangan II
3. Jurus 3 : Cimande I 21. Jurus 21 : Lintau
4. Jurus 4 : Cimande II 22. Jurus 22 : Cimande VI
5. Jurus 5 : Cikalong 23. Jurus 23 : Alang Lawas I
6. Jurus 6 : Ciampas I 24. Jurus 24 : Alang Lawas II
7. Jurus 7 : Ciampas II 25. Jurus 25 : Kucingan Mingakabau I
8. Jurus 8 : Tanah Baru I 26. Jurus 26 : Solok Mingakabau II
9. Jurus 9 : Tanah Baru II 27. Jurus 27 : Cipecut
10. Jurus 10 : Tionghoa Minangkabau 28. Jurus 28 : Cimande VII
11. Jurus 11 : Cimande III 29. Jurus 29 : Sterlak / Sitaralak
12. Jurus 12 : Cimande IV 30. Jurus 30 : Padang Alai I
13. Jurus 13 : Cimande V 31. Jurus 31 : Padang Alai II
14. Jurus 14 : Cibaduyut/Toya 32. Jurus 32 : Bukit Tinggi
15. Jurus 15 : Padang Panjang I 33. Jurus 33 : Padang Alai III
16. Jurus 16 : Padang Panjang II 34. Jurus 34 : Padang Alai IV
17. Jurus 17 : Cipete 35. Jurus 35 : Kuda Batak
18. Jurus 18 : Padang Siranti 36. Jurus 36 : Sipai Minangkabau III

Dari ke-36 jurus tersebut yang diketahui Saudara-saudara Setia Hati hanya jurus 29 yang tidak diajarkan
dan jurus tersebut hanya diturunkan kepada adik Beliau sendiri yaitu Saudara Soto/Gunadi di Surabaya.
Karena jurus tersebut sangat berbahaya dan harus disumpah lagi dengan harus menyediakan Kera Kukang.
Beratnya lagi, dalam pertandingan maupun dalam permainan tidak boleh mundur 1 (satu) langkah pun,
mundur 2 (dua) langkah berarti mati, dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam
membela kebenaran.
Menurut Ki Ngabehi Soerodiwirjo, jurus 29 diberikan bila keadaan darurat/kacau balau. Dalam keadaan
biasa cukup dengan permainan dari Datuk Rajo Batuo, yaitu permainan “Ampang”.
Beberapa catatan :
Ki Ngabehi Soerodiwirjo badannya termasuk ringkih, maka lebih banyak menggunakan akal daripada
okolnya, sabar, moral kebaikannya tinggi, tegas, dan ahli dalam agama Islam.
Dalam soal kepercayaan/keyakinan pribadinya tidak bisa ditawar-tawar.
Selain itu, beliau mempunyai watak :
- Kasih sayangnya terhadap sesamanya tinggi, sesuai dengan apa yang diajarkannya pada setiap siswa,
teliti dalam segala tindak, cermat, namun juga sangat tegas

Halaman 9 dari 57
- Sebagai guru, Beliau memang mungguh atau pantas, tetapi beliau tidak mau disebut sebagai Guru
- Fasih dalam bahasa Madura, Minang, dan Sunda
- Kecuali mendalami agama Islam, pengetahuan agama lainpun dipelajarinya juga
- Dalam banyak hal, selalau “ya” kecuali yang prinsipal dan sekali bilang “tidak” maka semua siswa tidak
ada yang berani membantah lagi
- Dalam ilmu kebatinan tidak akan memberikan sesuatu sebelum ada pertanyaan, “camah” kalau ditonjol-
tonjolkan
- Jawabannya selalu “cekak aos” kalau ditanya
- Rambutnya panjang “kadal menek”, nanti pada tahun 1924 baru dicukur
- Beliau tahan tidak tidur, lebih-lebih bila menghadapi saat penting (wiridan), oleh karena itu matanya
cekung dan pandangannya tajam

Nama-nama Jurus SH Terate yang Lama :


Jurus 1 s/d 4 : Permainan Kera (Kaukun)
Jurus 5 s/d 8 : Permainan Cimande
Jurus 9 s/d 10 : Permainan Gunting
Jurus 11 : Permainan Merak
Jurus 12 s/d 13 : Permainan Harimau (Haukun)
Jurus 14 s/d 15 : Permainan Tinju Thailand
Jurus 16 s/d 20 : Permainan Dobel
Jurus 21 s/d 24 : Permainan Pedangan
Jurus 25 : Permainan Bawah
Jurus 26 : Permainan B Dobel
Jurus 27 : Permainan B Kilat
Jurus 28 s/d 34 : Permainan Katak
Jurus 35 : Permainan Ular (Liongkun)

Halaman 10 dari 57
BAB II
MEMELIHARA PERSAUDARAAN

Di dalam persaudaraan sangat diperlukan adanya tanpa pamrih dengan pandangan sama-sama sederajat,
tidak ada menang-menangan dan lebih mengutamakan :
1. Saling percaya
2. Saling membutuhkan
3. Saling menghargai
4. Saling memaafkan
5. Lebih mengutamakan rukunnya daripada kumpulnya
Di dalam Persaudaraan Setia Hati Terate berdasarkan suatu prinsip “Pelajaran Setia Hati Terate kita hayati
dan kita amalkan, pepacuh dan wasiat tidak kita langgar”
Persaudaraan Setia Hati Terate bukan persaudaraan yang awut-awutan, tetapi ada peraturannya dan
kaidah-kaidahnya, yaitu :
1. Tidak boleh sewenang-wenang bagi warga senior terhadap warga yunior
2. Bagi warga yunior tidak boleh bertindak semaunya terhadap warga senior
3. Persaudaraan tidak boleh meninggalkan tertib organisasi atau administrasi persaudaraan
4. Persaudaraan tidak boleh meninggalkan disiplin
5. Di sini Persaudaraan Setia Hati Terate adalah persaudaraan yang menghargai martabat sesama
saudara yang dijiwai oleh hati yang mengarungi samudera kehidupan ini
Di dalam Persaudaraan Setia Hati Terate tersebut pastilah ada hambatan-hambatan, penyebab antara lain :
1. Kalau ada warga Setia Hati Terate yang merasa hebat sendiri dan menghendaki warga lainnya tunduk
dan mengikuti kehendaknya
2. Persaudaraan Setia Hati Terate bisa terganggu apabila di dalam kegiatan-kegiatan jika ada pemimpin
yang bersifat kurang kepribadian yang dewasa

Sifat-Sifat Warga Persaudaraan Setia Hati Terate :


1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berbudi luhur, pemberani dan tidak takut mati, soal kecil mengalah, soal besar dan prinsip baru
bertindak.
Soal kecil mengalah artinya Warga Setia Hati Terate suka memberi maaf pada orang lain (cepak
pangapurane), baru pada masalah yang besar dan prinsip Warga Setia Hati Terate baru bertindak
dengan tidak meninggalkan tanggung jawab
3. Sederhana, dan suka berbuat memayu hayuning bawono
Sederhana berarti atingkah laku kita, kiita sesuaikan keadaan dimana kita berada (empan lan papan :
empan = wayah/waktunya kapan, papan = tempatnya dimana).
- Kalau menghadiri orang meninggal dunia, kita harus bisa menunjukkan ikut berbela sungkawa,
misalnya jangan guyon, cengingisan, atau memakai pakaian yang menyolok dengan gelang dan
kalung yang dimiliki dipakai semua.
- Kalau kita mendatangi orang yang tidak punya, kita tidak usah pamer kekayaan kita, misalnya
dengan menggunakan perhiasan yang menyolok atau berlebih-lebihan

Halaman 11 dari 57
- Kalau kita menghadiri pesta kita bisa ikut bergembira
- Kalau berbicara kita tidak menambah-nambahi sehingga tidak menimbulkan / menjurus kepada
kesombongan

Sikap memayu hayuning bawono berarti kita senang melihat kebahagiaan orang lain, namun kita tidak
senang melihat/membuat orang lain menderita/sengsara, sifat diatas dapat disingkat menjadi 3 hal, yaitu :
1. Harus bisa menghilangkan ke-aku-an kita
2. Harus bisa menghilangkan rasa meri
3. Siap menjalankan tugas dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi ilmu Setia Hati Terate merupakan sumber atau fondasi daripada sara berpikir, tindak tanduk, tingkah
laku, dan pengambilan keputusan dari suatu permasalahan.
Untuk itulah maka Persaudaraan Setia Hati Terate mampu atau bisa guyup rukun dalam mengarungi
kehidupan di dunia ini. Semua itu ada kaitannya dengan langgengnya Persaudaraan Setia Hati Terate di
dunia ini, yaitu dalam Persaudaraan harus ada saling pengertian, ada saling sayang menyayangi, dan saling
bertanggung jawab, artinya Persaudaraan Setia Hati Terate harus kita landasi :
1. Saling menghargai
2. Saling membutuhkan
3. Saling mempercayai

Uraian tersebut diatas adalah syarat-syarat demi kita Warga Persaudaraan Setia Hati Terate dalam
persaudaraan yang kekal dan abadi di dunia ini. Sedangkan ilmunya dinamakan Ilmu Setia Hati, ilmu Setia
Hati Terate adalah ilmu untuk mengenal diri pribadi kita sendiri sebaik-baiknya, karena Warga Setia Hati
Terate yang sudah dapat mengenal diri pribadinya sendiri maka ia tidak sulit mengenal pribadi orang lain,
siapa yang bisa memimpin dirinya sendiri maka ia tidak sulit memimpin orang lain

Halaman 12 dari 57
BAB III
ARTI KESETIAAN DALAM SETIA HATI

Setelah kita mengetahui arti persaudaraan dan makna ilmu Setia Hati Terate, maka timbullah kesetiaan di
hati kita masing-masing sebagai Warga Persaudaraan Setia Hati Terate yang berarti ber-Setia Hati.
Orang yang telah mempunyai ke-Setiaan pada-Hatinya sendiri itu punya sifat “Jumbuh Njobo Njerone”,
kalau perasaan di hati kita putih, maka yang keluar pun juga putih, kalau perasaan di hati kita kuning, maka
yang keluar pun juga kuning, ini berarti warga Setia Hati Terate tidak punya sifat yang munafik.
Untuk itu Persaudaraan Setia Hati Terate selalu dilambari pertemuan dari hati ke hati (selalu mengadakan
“sambung rasa” antara sesama warga) sehingga dapat membuahkan temu rasane (selalu merasakan sama
rasa walaupun sebelumnya kita tidak saling mengenal, namun setelah tahu kalau lawan kita bicara adalah
warga Setia Hati Terate maka rasanya langsung seperti berhadapan dengan saudara sendiri). Jadi kita tidak
merasa pas dalam bergaul, kalu dihati kita belum bertemu rasanya, yang seperti hal ini di dalam Setia Hati
Terate digambarkan “Suruh Temu Rose”.
Orang yang tidak mempunyai rasa munafik itu adalah orang yang tidak suka menipu dirinya sendiri, karena
yang suka menipu dirinya sendiri adalah orang yang telah menipu kepribadiannya, karena sebenarnya
orang yang punya pendirian yang teguh itu adalah orang yang mempunyai kepribadian yang teguh. Orang
yang mempunyai kepribadian yang teguh adalah orang yang mempunyai sifat-sifat yang tidak mudah
terseret oleh lingkungannya yang tidak baik, malah orang tersebut bisa mempimpin lingkungan yang tidak
baik tersebut manuju lingkungan yang baik yang tahu benar dan salah.
Manusia yang tahu benar dan salah adalah manusia yang mengerti apa yang harus dikerjakan dan apa
yang tidak dikerjakan. Demikian dalam dan luhurnya ilmu Setia Hati Terate, untuk itulah kita sebagai Warga
Persaudaraan Setia Hati Terate sepatutnyalah kalau kita harus merasa ikut handarbeni Persaudaraan Setia
Hati Terate yang kita cintai bersama ini. Karena kita sudah ikut merasa “handarbeni”, maka kita harus berani
ikut “hanggondeli” pula. Kalau kita sudah merasa ikut hanggondeli, maka kita harus bisa “mulat sariro
hangroso wani” yang artinya Warga Persaudaraan Setia Hati Terate tahu tempat dirinya masing-masing dan
akhirnya mengerti tugas dan kewajiban dan amal yang baik yang harus kita kerjakan, karena ilmu yang baik
bila tidak kita amalkan akan berdosa dan tidak berguna.
Jadi jelasnya dimanapun Warga Setia Hati Terate berada, disitu Persaudaraan Setia Hati Terate harus
berdiri dan berkembang. Janganlah ilmu yang baik yang sudah kita miliki dengan susah payah ini akan
“muspro” /hilang tanpa berfaedah karena tidak kita amalkan.
Pepatah Jawa mengatakan “Kadyo Wastro Lungset Ing Sampiran”
- Kadyo = seperti
- Wastro = kain batik yang halus, indah dan baik
- Lungset = lusuh/rusak
- Ing sampiran = di tempat gantungan
Jadi arti yang tersurat adalah kain batik yang halus baik dan indah rusak karena tidak di pakai, tapi rusak
hanya karena digantungkan digantungan saja.
Sedangkan arti yang tersirat adalah tidak bergunanya/hilang/musnahnya ilmu yang baik, berguna dan
bermanfaat karena tidak diamalkan dan hanya di pakai untuk dirinya sendiri saja.

Halaman 13 dari 57
BAB IV
PEMBINAAN MENTAL KEROHANIAN

SH singkatan dari Setia Hati, artinya setia pada hatinya sendiri atau percaya pada hatinya sendiri atau
percaya pada hatinya sendiri dengan keyakinan bahwa kekuatan tertinggi itu berada pada Tuhan Yang
Maha Esa.
Mengapa manusia harus percaya pada hatinya sendiri ?
Karena bila manusia sudah tidak/kurang percaya pada hatinya sendiri, maka manusia tersebut akan selalu
gagal dalam segala tindakannya atau selalu gagal dalam mencapai cita-citanya.
Pepatah SH Terate mengatakan :
Manusia bisa dihancurkan, manusia bisa dimatikan, tetapi manusia itu tidak akan dapat dikalahkan
selama manusia itu masih setia pada hatinya sendiri atau masih ber-SH pada hatinya sendiri.

Warga maupun siswa Persaudaraan Setia Hati Terate sebagai anggota masyarakat, akan selalu berkiprah
di dalam pergaulan umat manusia dalam segala macam bentuk dan tingkah laku. Oleh karena itu anggota
SH Terate harus mampu menampilkan sikap dan perbuatan sebagai pendekar yang berjiwa besar.
Salah satu unsur pendukung utama atau bekal utama untuk terjun ke dalam lingkungan pergaulan
masyarakat adalah mengerti dan bisa menerapkan “Tata Pergaulan” dengan baik.
1. Pengertian Tata Pergaulan
Tata pergaulan adalah suatu peraturan atau tata cara bergaul. Tata cara bergaul biasanya bukan suatu
tata cara yang dibuat secara tertulis, namun biasanya tata pergaulan merupakan norma-norma
kebiasaan dalam bersopan-santun yang terdapat di semua bentuk pergaulan di dalam masyarakat.
Tata pergaulan biasanya adalah suatu tata aturan yang dilaksanakan sebagai kewajiban sosial.
2. Maksud dan Tujuan Tata Pergaulan
Mengapa perlu di buat suatu tata cara bergaul ?
Manusia adalah makhluk sosial, atau makhluk yang cenderung melakukan hubungan/komunikasi
dengan makhluk lainnya atau disebut dengan bergaul .
Siapa yang tidak mengindahkan tata cara bergaul atau biasa disebut tidak mengerti “unggah-unggah”,
maka ia akan dianggap melakukan suatu pelanggaran , selain itu oleh manusia yang sudah terbiasa
dengan melaksanakan tata pergaulan yang baik dalam berhubungan antara sesama manusia, maka
manusia yang melakukan pelanggaran tata pergaulan cenderung akan selalu disingkiri, karena manusia
yang demikian akan dianggap manusia yang kurang beradab atau tidak mengerti sopan santun atau
tidak menghargai martabat orang lain, dan masih terbelakang dalam pergaulan.
Sebaliknya siapa yang pandai menjalankan tata pergaulan yang baik antara sesama akan emndapatkan
simpati dari lawan komunikasinya. Oleh sebab itu, kaidah tata pergaulan dapat diumpamakan sebagai
“kunci” yang dapat dipakai sebagai alat pembuka pintu masuk kepergaulan sesama umat manusia yang
sangat luas.
Untuk itulah maka anggota SH Terate perlu diberikan materi tata pergaulan, yang meliputi tata
pergaulan dengan umum (masyarakat) maupun sesama anggota SH Terate.

Halaman 14 dari 57
Tata pergaulan tidak akan dapat diterapkan secara baik apabila tidak mengindahkan faktor-faktor
sebagai berikut :
- kepentingan bersama
- peraturan setempat
- adat istiadat setempat
Faktor-faktor ini berlaku bagi suku yang satu dengan suku yang lain, antara masyarakat kampung yang
satu dengan masyarakat kampung yang lain, maupun pergaulan antara sesama bangsa di dunia ini.
3. Pergaulan dan Dampaknya
a. Tata Pergaulan di Tempat Latihan
Yang dimaksud disini adalah etika warga/pelatih yang berada di tempat latihan. Tempat latihan SH
Terate adalah tempat berkumpulnya para warga/pelatih dan para siswa SH Terate, dimana terdapat
berbagai macam suku, agama, dan budaya. Tempat latihan juga merupakan sarana anjangsana
atau silaturahmi antar warga SH Terate yang nota bene tidak semuanya berasal dari tempat yang
sama, tahun pengesahan yang sama, latar belakang ekonomi yang sama, dan tingkat pengetahuan
yang sama.
Perbedaan-perbedaan inilah yang menuntut para warga SH Terate agar dapat mawas diri,
bijaksana, dan adil dalam menyikapi sesama saudaranya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab terdahulu tentang bagaimana memelihara
persaudaraan, maka disini akan diberikan tambahan untuk dapat menjaga pergaulan antar sesama
warga / pelatih :
1. Bersalaman
Bersalaman adalah tanda dari persaudaraan, sebagaimana layaknya seorang saudara, maka
bagi yang muda atau yunior hendaknya menyalami saudaranya yang lebih tua (senior), namun
diharapkan agar senior tidak merasa angkuh terhadap penghormatan yang diberikan oleh
yuniornya sehingga menjadikannya seolah-olah merasa dibutuhkan dan diagungkan
Jika seorang warga datang ke tempat latihan dimana telah terdapat warga/pelatih yang telah
lebih dahulu datang, maka sebaiknya :
- Salamilah semua warga/pelatih yang ada di tempat latihan
- Jika ada pelatih yang sedang melatih, terlebih dahulu lihatlah kondisi latihan. Jika latihan
sedang berlangsung dengan penuh keseriusan dan membutuhkan perhatian dari pelatih
maka janganlah menyalami pelatih yang sedang melatih, tunggulah hingga ia selesai
melatih atau tunggulah sampai ia tidak sibuk saat melatih
- Janganlah mengelompokkan atau memisahkan diri dengan warga/pelatih lainnya
2. Mengkritik atau Menegur
Mengkritik atau menegur seorang warga/pelatih sebaiknya :
- Tidak dilakukan dengan suara keras
- Tidak menyinggung perasaan yang dikritik atau ditegur di depan warga/pelatih lainnya
terlebih di depan siswa
Jika dalam pelaksanaan latihan seorang pelatih salah dalam menyampaikan materi, sebaiknya :
- Pelatih tersebut ditegur dengan cara membisikinya
- Pelatih tersebut dipanggil ke belakang dengan cara memberi kode dan tidak dilakukan
dengan suara lantang

Halaman 15 dari 57
- Lakukan pembenaran materi tanpa diketahui oleh siswa
Hal-hal lain dalam Tata Pergaulan di Tempat Latihan :
- Jika ada yang ingin disampaikan atau ingin memanggil pelatih yang sedang berbicara atau
menyampaikan materi ke siswa sebaiknya dipanggil dengan cara membisikinya atau memberi
kode
- Warga/pelatih yang bukan pelatih di suatu tempat latihan sebaiknya tidak menambah atau
merubah-rubah materi yang telah diberikan oleh pelatih setempat. Jika terdapat perbedaan
dalam materi sebaiknya dikoordinasikan tanpa diketahui oleh siswa
- Warga/pelatih yang lebih senior sebaiknya tidak sewenang-wenang dalam melakukan
pembenaran sehingga menjatuhkan wibawa seorang pelatih
- Warga/pelatih yang melatih di tempat latihan tersebut berhak untuk menentukan materi apa
yang akan disampaikan kepada siswa dan tidak terpengaruh pada pendapat warga/pelatih lain
yang sifatnya tidak sesuai dengan ajaran dan aturan Persaudaraan Setia Hati Terate
- Seorang warga/pelatih yang baik, jika mengunjungi tempat latihan yang bukan wewenangnya
sebaiknya tidak mencampuri kegiatan yang ada kecuali ada permintaan dari warga/pelatih di
tempat latihan tersebut
Pada dasarnya, masih banyak hal-hal yang bisa dijadikan etika atau tatakrama atau tata pergaulan
di lingkungan tempat latihan. Namun etika tersebut tidak tertulis namun perlu disadari oleh para
warga/pelatih Persaudaraan Setia Hati Terate bahwa pada intinya adalah sikap saling menghormati,
saling menghargai, dan saling menghamat-hamati antar warga/pelatih Persaudaraan Setia Hati
Terate.
b. Tata Pergaulan di Rumah
1) Bapak Ibu adalah orang yang paling utama yang harus kita hormati, dan kita sayangi.
Jasa bapak dan ibu kepada kita tidak akan dapat dihitung dalm bentuk materi berupa apapun.
Selain mereka sebagai orang yang berperan utama dalam hal kelahiran dan kehidupan kita di
dunia ini. Bapak dan ibu adalah orang yang mengasuh, memelihara, melindungi dan
sebagainya, sehingga kita mampu berdiri sendiri untuk melakukan tugas kehidupan ini.
Terdapat banyak sekali contoh bahwa seorang anak yang berani / mendurhakai bapak atau
ibunya maka anak tersebut tidak akan memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam
hidupnya.
Bagaimana kita harus bersikap yang baik kepada Bapak Ibu, adalah dengan jalan menghormati
dan mengasihi.
Menghormati :
Adalah dengan jalan tidak mengeluarkan kata-kata keras ataupun kata-kata yang tidak sopan
(membentak, mengumpat, dsb), apalagi sampai melakukan tindak kekerasan (melukai,
menganiaya, dsb).
Mengasihi:
Adalah dengan jalan memberikan cinta atau kasih sayang kita kepada beliau, antara lain
dengan :
- Memperhatikan dengan jalan bisa mempedulikan kemauan dan pendapat bapak ibu. Ini
bisa dengan menuruti kemauan beliau sepanjang kemauan tersebut tidak bertentangan
dengan kebenaran, atau apabila kertentangan dengan kebenaran, kita harus bisa

Halaman 16 dari 57
menjelaskan bahwa kemauan tersebut pada dasarnya kurang benar, dengan jalan “matur”
atau mengajukan argumentasi kita dengan baik dengan tidak menyinggung perasaan
beliau.
- Meringankan beban. Disini bisa mengambil bentuk bermasam-macam, antara lain beban
dalam bentuk ekonomi, pekerjaan, pikiran dan sebagainya. Cara kita meringankan beban
kalau mungkin yaitu mengambil alih beban atau membantu memecahkan/menyelesaiakan,
atau setidak-tidaknya kita tidak boleh menambah beban yang berat kepada orang tua kita.
- Menyenangkan hati adalah membuat senang hati/perasaan beliau sehingga beliau dapat
merasa bangga terhadap tingkah laku/perbuatan kita karena telah memenuhi harapan
beliau. Misalnya dengan jalan kita dapat menyelesaikan studi kita dengan baik dsb.
2) Sikap Terhadap Saudara dan Keluarga
a. Sikap terhadap saudara
Sikap terhadap Saudara diterapkan dengan semestinya, apabila merasa sebagi Saudara
tua, maka kepada adik kita menunjukkan sikap membimbing, melindungi, menasehati, dsb.
Sebaliknya yang merasa lebih muda harus bisa menghormati, ikut menjaga nama baiknya,
atau saling mengingatkan bila ada hal-hal yang kurang berkenan dalam hubungan
berkeluarga, dsb.
b. Sikap terhadap keluarga :
Saat ini atau suatu saat, Saudara pasti penjadi kepala keluarga atau ibu rumah tangga.
Untuk itu peranan Saudara sangat dituntut untuk mampu menciptakan suasana
kebahagiaan dan kesejahteraan lahir bathin di rumah tangga Saudara, atau dengan istilah
lain mengatakan “Rumahku adalah istanaku”.
Saudara harus bisa bersikap sebagaimana mestinya apabila sebagai suami, maka
jalankanlah kewajiban dengan baik antara lain, sebagai pencari nafkah, pelindung, pendidik
yang baik, dan tanggungjawab bagi keluarga.
Sebaliknya, apabila menjadi seorang ibu, jadilah ibu rumah tangga yang baik, dengan
mendidik anak yang baik, menjalankan roda ekonomi rumah tangga dengan tertib, dan
bertanggung jawab sehingga tidak memberatkan suami sebagai pencari nafkah, memberi
dorongan kepada suami untuk lebih meningkatkan karir dan masa depan, jangan berkhianat
kepada keluarga atau suami, dsb.
Bekali putra dan putri Saudara sebelum terjun di masyarakat dengan sikap dapat mandiri
dengan iman dan budi pekerti yang baik, sehingga tidak akan gampang terpengaruh oleh
lingkungan yang kurang baik.
Timbulkan suasana gembira apabila Saudara ingin putra dan putri Saudara menjadi orang
yang berhasil dalam semua tujuannya. Jangan melibatkan putra dan putri Saudara pada
persoalan yang tidak menyenangkan dalam keluarga , misalnya pertengkaran suami istri
dan segala permasalahan yang belum waktunya bagi alam pikirannya,
Dalam berbuat atau bersikap sesuatu, berilah contoh perilaku yang baik kepada putra dan
putri Saudara, karena seorang anak biasanya akan selalu mencontoh perilaku orang tuanya
sebelum mencontoh perilaku orang lain.

Halaman 17 dari 57
Berilah peluang kepada putra dan putri Saudara untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya sehingga akan dapat menjadi bekal dalam mencapai kebahagiaannya di
masa depan.
3) Sikap sebagai Warga Masyarakat / Penduduk :
Sikap anggota SH Terate sebagai warga masyarakat / penduduk pada suatu tempat adalah :
- Mematuhi peraturan yang berlaku
- Ikut menjaga kebersihan / kelestarian lingkungan
- Berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di lingkungannya
- Bergaul dengan tetangga dengan baik
- Datang dan memberi pertolongan pada saat tetangga menderita kesusahan, repot, dan
sebagainya
- Menghadiri undangan rapat di RT / RW, dsb
c. Tata Pergaulan di Sekolah
1) Sikap Terhadap Guru :
Apabila Saudara ingin berhasil di sekolah, hendaknya jangan memandang guru sebagai orang
lain/asing yang Saudara musuhi. Pandanglah guru sebagai orang tua yang mengasihi Saudara,
yang Saudara hormati, dan kasihi juga. Apabila Saudara membenci seorang guru di sekolah,
maka Saudara tidak akan pernah bisa terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut
2) Sikap Terhadap Siswa :
Bersikaplah yang wajar terhadap sesama siswa di sekolah, janganlah bersikap yang dapat
menimbulkan permusuhan kepada sesama siswa, sembunyikan kemampuan Saudara dalam
berpencak silat dan janganlah sampai pencak silat yang Saudara miliki digunakan untuk
membela hal-hal yang tidak benar disekolah, ingatlah bahwa resiko dari kecerobohan Saudara
hanya Saudaralah yang akan menanggung kerugiannya dan orang tua Saudara akan
menyesalinya.
3) Hak dan Kewajiban Sebagai Siswa :
Tugas Saudara ke sekolah adalah untuk menuntut ilmu, laksanakan tugas tersebut dengan
semestinya. Selain Saudara harus menjalankan kewajiban tersebut diatas, sebagai siswa di
sekolah, antara lain mentaati tata tertib sekolah, disiplin membayar SPP tepat pada waktunya,
dsb.

Halaman 18 dari 57
BAB V
ARTI PEMBUKAAN DAN LAMBANG
SETIA HATI TERATE

A. PEMBUKAAN
Berikut ini akan dibahas makna dari gerakan pembukaan dalam SH Terate :
1. Pembukaan diawali dengan huruf Alif, dengan penjelasan pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa,
tidak sekedar pengakuan, tetapi harus diyakini seyakin-yakinnya, sehingga orang SH dapat
membuktikan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai pengantar dapat diberikan contoh sebagai berikut :
a. Kalau di angkasa ada awan berarak, maka kita yakin bahwa di sana ada angin, meskipun kita tidak
merasakan dan melihat angin tersebut
b. Juga kita melihat daun kelapa yang bergerak, pasti daun tersebut ditiup angin
Angin tidak nampak, yang nampak adalah beraraknya awan dan bergeraknya daun kelapa, maka kita
yang sehat akal ini harus yakin seyakin-yakinnya tentang adanya angin tersebut, demikian juga dengan
dunia seisinya ini, tidak mungkin ada kalau tidak ada yang mengadakan.
Karena kita orang yang beriman, tentunya kita yakin seyakin-yakinnya kalau yang
mengadakan/menciptakan dunia seisinya dan bahkan di luar dunia ini adalah Tuhan Yang Maha Esa
(Allah).
Untuk itulah seorang Warga SH Terate dituntut untuk mempertebal imannya sesuai dengan agama
ataupun kepercayaan yang dipeluknya.
Selain itu, berdiri tegak atau alif melambangkan :
a. Berdiri tegak di tengah-tengah kebenaran dan keadilan
b. Siap dan sanggup untuk melaksanakan dan mengamalkan pelajaran-pelajaran SH Terate dengan
baik dan benar
c. Kuat dan tangguh dalam menghadapi segala cobaan hidup dan menyelesaikannya dengan hasil
yang baik dan bertanggung jawab (tahan derita, pantang putus asa, siapa yang soleh itulah yang
menang)
d. Teguh dalam iman kepada Tuhannya, tidak gampang terpengaruh dan lurus dalam budinya
e. Dalam arti kiasan, harus bisa “menegakkan barang yang doyong dan meluruskan barang yang
bengkong”
f. Kenceng pikire, gedhe karepe, mantep tekade sehingga akan tercapai apa yang dicita-citakan
g. Cocok lahir lan bathine / cocok dalam kata dan perbuatan (jumbuh njaba njerone atau tidak munafik)
2. Setelah berdiri alif kemudian kaki dibuka dengan mbegagah artinya Gagah perkasa, selalu mempunyai
sifat kesatria, jauh dari sifat tercela, dan selalu berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam
bahasa Jawa “luwih becik mati mbegagah tinimbang mati nguncupake tangan nekuk dengkul”. Kaki
yang dibuka adalah kaki kanan yang juga mengandung arti selalu mengutamakan kebaikan dalam
perbuatan dan tingkah laku serta selalu mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan
pribadi
3. Duduk pada tumit, berat badannya dibebankan pada tumit, artinya tahu dan mengerti pada beban
hidupnya atau masalah dalam hidupnya sendiri yang selayaknya memang menjadi beban hidupnya atau

Halaman 19 dari 57
tanggung jawabnya. Disinilah letak Warga SH yang mempunyai rasa narimo/menyadari akan tanggung
jawabnya.
4. Telapak kaki jinjit artinya, dalam segala tindak tanduk harus selalu berhati-hati. Berhati-hati dalam pikir,
berhati-hati dalam kata, dan berhati-hati dalam perbuatan, inilah yang dikatakan “nastiti ngati-ngati”.
5. Tangan menyilang (membantu meringankan beban tumit) artinya, suka menolong pada apa yang
membutuhkan dan senang gotong royong pada hal-hal yang baik.
6. Dua jari melambangkan, isi dunia ini ada 2 (dua) yang saling berlawanan namun saling membutuhkan,
misalnya ada pria dan ada wanita, ada atas ada bawah, ada gelap ada terang, dsb.
Dua jari juga melambangkan hubungan antara Al-Khaliq dan Makhluknya (antara Pencipta dan yang
diciptakan).
7. Kedua jari menunjuk ke tanah, menurut yang tersurat menunjuk kepada Ibu Pertiwi / tanah air kita. Kita
bisa hidup ini salah satunya karena dari makan hasil ibu pertiwi ini (makan, minum, dsb). Oleh sebab itu
Warga SH Terate diharapkan mempunyai kecintaan kepada tanah airnya atau negaranya dalam arti
harus berani membela tanah air dari serangan musuh yang mengancamnya, sampai titik darah
penghabisan (rela mati demi Ibu Pertiwi). Selain itu, tanah merupakan zat yang oleh Tuhan diciptakan
sebagai unsur pembentuk awal tubuh manusia.
Menurut yang tersirat, adalah betul-betul menunjuk kepada Ibu yang melahirkan kita, oleh sebab itu
Warga SH Terate haruslah berbakti kepada Ibu yang melahirkannya (tidak akan menyakiti jiwa dan
raganya).
8. Kedua jari menunjuk keatas :
Menurut yang tersurat, menunjuk kepada Bopo Angkoso atau udara, karena kita bisa hidup ini dengan
menghirup udara yang ada di Indonesia, oleh sebab itu Warga SH Terate haruslah mencintai Negara
Indonesia yang dihirup udaranya ini. Selain itu, udara adalah salah satu unsur dalam kehidupan
manusia, karena udara masuk dalam tubuh manusia sebagai nafas.
Menurut yang tersirat, menunjuk kepada Bapak kita (orang tua laki-laki kita) yang telah mengukir jiwa
dan raga kita. Oleh sebab itu, warga SH Terate haruslah berbakti kepada Orang Tua laki-lakinya juga
(tidak menyakiti jiwa dan raganya).
9. Dua jari menempel di pilingan artinya, berpikir selalu eling untuk ingat dan menghormat pada Tuhan,
Orang tua, dan Gurunya, sesama makhluk hidup, dan menghormati agama lain. Dengan memiliki watak
hormat dan tansah eling, maka merendahkan orang lain, sombong, kikir, dll, sifat yang tidak baik, tidak
akan mendapat tempat di hati Warga SH Terate.
10. Tangan mengepal artinya, ngregem sedulur papat limo pancer (dapat dilihat pada arti lambang).
Tangan mengepal juga berarti mohon perlindungan untuk menghalau lawan lahir maupun batin dengan
suatu keyakinan bahwa kita akan dapat menyelesaiakan semua masalah dengan baik. Menyelesaikan
masalah dengan baik ditunjukkan dengan tangan yang dikepalkan kemudian diacungkan ke depan
bukan tinjunya yang di acungkan tapi bagian belakang tangan
11. Badan diputar dari kiri ke kanan artinya, luwes dalam pergaulan karena luwes dalam pergaulan
merupakan modal hidup dalam masyarakat. Untuk itu Warga SH Terate diharapkan dalam hidup
dimasyarakat selalu supel dalam pergaulan namun kukuh dalam pendirian. Kukuh dalam memegang
prinsip yang baik dan luhur.
12. Tangkisan dengan siku artinya bisa mbengkas karyo atau mrantasi gawe, bisa menyelesaikan
masalahnya dengan baik dan dengan hasil yang baik pula.

Halaman 20 dari 57
13. Dari berdiri, jongkok, terus gerak lingkup dalam pembukaan, sampai akhirnya berdiri tegak lagi,
melambangkan lahir, hidup dan matinya manusia, dari tidak ada, lalu ada, lalu ada, lalu kembali ke tidak
ada lagi (mulih marang mulo mulaniro).
Catatan :
Gerakan tangan kiri dalam pembukaan waktu menunjuk ke Bopo Angkoso dan Ibu Pertiwi artinya sama
dengan tangan kanan.

B. LAMBANG
Berikut akan dijabarkan pendalaman arti lambang Persaudaraan Setia Hati Terate :

1. Bentuk Segi Empat


Melambangkan papat kiblat limo pancer, atau yang dimaksud arah mata angin, dan pancernya adalah
tempat dimana kita berpijak artinya Warga SH Terate dalam mencapai tujuannya / mengembangkan
dirinya selalu memegang teguh pada Wasiat Persaudaraan Setia Hati Terate
Juga berarti Warga SH Terate tidak akan kehilangan arah dalam menghadapi persoalannya maupun
dalam kehidupannya di masyarakat, harus selalu eling / ingat akan posisinya sebagai apa dan apa
kewajibannya
Arti lain adalah 5 unsur yang ada pada manusia sehingga manusia dapat hidup di dunia dan berkarya
untuk melangsungkan kehidupan. 5 unsur tersebuat adalah Cinta, Karsa, Rasa, Jiwa, dan Raga.
Kelima unsur tersebut harus dapat selaras, serasi, dan seimbang dalam arti salah satu unsur tidak boleh
ada yang terganggu (sakit), jika kelima unsur tersebut dapat berjalan seimbang maka manusia akan
dapat berkarya dengan baik dalam memenuhi hidupnya
Secara simbolis, bentuk lambang SH Terate secara keseluruhan adalah Papat Kiblat, Limo Pancer.
Dengan mengabaikan semua simbol terlebih dahulu, dimana kita hanya melihat bentuk segi empat
berwarna hitam dimana ditengah-tengahnya terdapat hati putih yang dibatasi garis merah dan bersinar
hingga ke tepi lambang, maka arti lambang dikatakan sebagai papat kiblat, limo pancer yang diartikan
sebagai empat macam nafsu yang mengelilingi dan membatasi gerak dan ruang dari hati yang
merupakan simbol dari limo pancer atau yang kelima yang ditengah
2. Dasar Hitam
Melambangkan persaudaraan Warga Persaudaraan Setia Hati Terate yang dalam arti kiasannya adalah
kekal dan abadi
Persaudaraan yang dimaksud adalah persaudaraan yang sangat erat seperti bahkan melebihi eratnya
saudara sekandung. Saudara yang berasal dari dua kata yaitu sa artinya satu dan udara artinya rahim,
jadi diharapkan bahwa persaudaraan yang dimiliki oleh para Warga SH Terate adalah persaudaraan
seperti layaknya saudara kandung atau saudara satu rahim bahkan diharapkan melebihi daripada
saudara kandung

Halaman 21 dari 57
3. Jantung/Hati berwarna Putih yang Tepinya Merah
Berwarna putih melambangkan kesucian hati atau Warga SH Terate harus selalu berpikiran bersih / suci
(contoh : tidak mau memiliki barang-barang atau sesuatu yang tidak sah atau bukan haknya).
Berwarna merah melambangkan batasan kedisiplinan atau cinta kasih yang ada batasnya, artinya cinta
kasih yang suci yang diberikan tanpa pamrih, tidak berlebihan, dan selalu ada batasannya, karena cinta
kasih yang tidak ada batasnya akan membuat orang yang menerima cinta kasih tersebut menjadi
sengsara atau bahkan mati.
Dalam makna lanjutan, merah melambangkan nafsu yang selalu menyelimuti hati. Secara biologis, hati
manusia berfungsi untuk menyaring racun yang berada dalam darah dan racun tersebut disimpan di
empedu yang letaknya melekat di hati. Seperti itu pulalah kedekatan antara hati dan nafsu yang apabila
tubuh manusia dikuasai oleh nafsu, maka rusaklah seluruh tubuh dan jiwanya.
4. Hati yang Bersinar
Melambangkan dimanapun orang SH Terate berada harus dapat memancarkan sinar kasih sayang atau
bahasa jawanya sepodo padane tumitah (saling mengasihi sesama manusia dan makhluk ciptaan
Tuhan).
Juga melambangkan jalannya hukum karma atau hukum timbal balik atau hukum pembalasan, yang
bahasa kjawanya : menungso iku bakal ngunduh wohing pakarti (manusia itu akan memetik buah
tanamannya / hasil karyanya), dalam pepatah lainnya : sing sopo nandhur pari bakal ngunduh pari sing
sopo nandhur rawe bakal ngunduh rawe.
Arti selanjutnya menyebutkan menyebutkan bahwa sinar tersebut adalah pancaran sinar yang berwarna
terang benderang, dikandung maksud Warga SH Terate harus sanggup menciptakan suasana
tenteram, damai, dan menyenangkan pada lingkungan dimanapun ia berada.
5. Bunga Terate
Bunga terate dapat hidup disegala tempat (di air, di rawa) dan selalu berada diatas, melambangkan
bahwa warga SH Terate harus mempunyai semangat juang yang tinggi atau ketahanan/semangat
optimisme dalam mempertahankan cita-cita untuk memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, dan
dimanpun warga SH Terate berada harus dapat menjadi panutan yang baik bagi masyarakat lain di
lingkungannya.
Simbol bunga terate yang mengajarkan agar warga SH Terate dapat menyesuaikan diri dimana pun ia
berada ditunjukkan dengan :
- Akar Terate : berada sampai ke tanah
- Daun Terate : berada di air
- Bunga Terate : berada di udara
6. Bunga Terate yang terdiri dari Kuncup, Setengah Mekar, dan Mekar
Melambangkan di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate anggotanya terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat, ada yang kaya, ada yang setengah kaya maupun ada yang miskin, ada yang guru,
ada yang pegawai swasta, ada yang tentara, dsb. Namun diharapkan semua warga SH Terate harus
tetap utuh saling menganggap sebagai saudara kandung yang tidak terkotak-kotak.
7. Tulisan “Persaudaraan” yang ditempatkan di atas
Melambangkan bahwa dalam SH Terate yang diutamakan adalah persaudaraan bukan pencak silatnya.
Lebih baik diutamakan persaudaraannya yang baik daripada pencak silatnya.

Halaman 22 dari 57
Persaudaraan jelek, pencak silatnya baik, yang demikian ini tidak bisa diangkat menjadi warga SH
Terate.
Sebaliknya jika persaudaraannya baik, pencak silatnya jelek, justru yang demikian ini yang dapat
diangkat menjadi warga SH Terate.
Namun diharapkan sebagai warga Persaudaraan Setia Hati Terate, persaudaraannya harus baik dan
pencaknyapun harus baik pula.
8. Pita Tegak Putih Garis Tengah Merah
Melambangkan keberanian diatas dasar kesucian, atau berani karena benar takut karena salah. (kami
tidak mencari pedang bermerah darah, tapi bila terpaksa harus berjumpa maka saya tidak akan takut
untuk lari menjauhinya).
Juga melambangkan bahwa warga SH Terate harus dapat berdiri tegak di atas kebenaran dan keadilan
9. Senjata Persilatan
Melambangkan bahwa di dalam SH Terate diajarkan sesuatu kekuatan untuk membela diri yaitu Pencak
Silat asli budaya Indonesia, yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para nenek moyang kita.
Pepatah SH Terate mengatakan pencak silat adalah budaya asli bangsa Indonesia oleh sebab itu harus
kita lestarikan keberadaannya untuk membela jiwa bangsa Indonesia menjadi kuat dan beradab, karena
bangsa yang kehilangan kebudayaan adalah bangsa yang terjajah jiwanya.
10. Tulisan Berwarna Kuning
Melambangkan kejayaan dan keagungan/kebesaran, dimanapun SH Terate berada diharapkan agar
dapat menunjukkan keagungan dan kebesaran serta menjaga nama baik SH Terate
Tulisan “TERATE” yang berwana kuning melambangkan sifat keikhlasan dan kesederhanaan untuk
mecapai keagungan, yang dalam SH Sinandi dikatakan sebagai Hamarsudi Handaraning Wiwaha,
Tinulato Ing Reh Pangastuti
11. Tulisan Berwarna Putih
Melambangkan kesucian hati dalam melaksanakan ajaran SH Terate untuk diri sendiri dan masyarakat
pada umumnya.
Tulisan “PERSAUDARAAN” dan “SETIA HATI” berwarna putih melambangkan ketulusan untuk
menebarkan cinta kasih dengan berdasarkan kebenaran dan keadilan

Halaman 23 dari 57
BAB VII
ARTI MORI PENGESAHAN DALAM SH TERATE

Mori pengesahan dalam SH Terate adalah lambang, tanda, bendera, yang menyatakan bahwa pemilik mori
tersebut adalah warga SH Terate yang sah/yang sudah disahkan.
Mori warnanya putih melambangkan kesucian. Pemilik mori haruslah mempunyai sifat-sifat kesucian hati
dalam arti, akan selalu berbuat kebaikan, tidak mau mempunyai sifat yang tercela, dan tidak mau memiliki
barang-barang yang tidak sah. Warna putih juga melambangkan kepasrahan kita kepada kehendak Tuhan
Yang Maha Esa.
Mori harus disimpan di tempat yang bersih, rapi dan mudah dilihat, ini agar kita selalu teringat dan merasa
terpanggil untuk berbuat baik dan berbudi luhur.
Bila bepergian jauh, mori pengesahan bisa dibawa (untuk kendit) ini untuk mengingatkan kita bahwa kita
harus selalu menjaga kesucian hati (sing sopo suci bakal adoh beboyo pati). Juga seandainya kita dalam
perjalanan jauh itu meninggal dengan tiba-tiba, maka orang yang menemukan jasad kita tidak akan sulit-sulit
mencari pembungkus jasad kita, karena kita sudah mempersiapkan pembungkus jasad kita sendiri dengan
baik.
Kebiasaan di SH, mori tersebut bila sekiranya kotor dicuci pada bulan Sura (Muharram), tapi sebenarnya
kita boleh mencuci mori tersbut sewaktu-waktu. Mencucinya dibilas dengan air kembang setaman yang
baunya harum, maksudnya supaya kita selalu menjaga keharuman nama kita, jadi semakin lama kita ini
hidup haruslah tingkah laku kita semakin baik, tidak semakin jelak.
Untuk warga SH Terate perlu kami peringatkan dengan tegas bahwa mori tersebut jangan dipundi-pundi,
dikutuki, dimenyani dll. Yang seolah-olah mempunyai kekuatan magis/gaib yang hebat, karena ini akan
merusak keimanan Saudara yang selama ini sudah Saudara bina dengan baik. Yang perlu Saudara ingat
bahwa mori tersebut hanyalah lambang kesucian dalam bertingkah laku.
Demikianlah penjelasan singkat mori pengesahan Warga SH Terate, semoga pengertian ini bisa diterima
dengan baik dan tidak menimbulkan pandangan yang negatif bagi orang yang kurang mengerti arti mori
pengesahan tersebut.
Catatan :
Mori putih di sini yang dimaksud adalah kain yang berewarna putih, mengenai bahannya boleh sembarang
bahan, misalnya : bludru, katun, sutera, dll. Tapi biasanya mori yang dipakai pengesahan adalah mori dari
katun yang bahannya sederhana dan murah harganya, ini melambangkan bahwa kita Warga SH Terate
harus dapat hidup sederhana.
Mengenai panjang mori sebaiknya sakdedeg sakpengawe(dapat dilebihi sedikit) ini juga suatu lambang
bahwa hendaknya cita-cita/kemauan kita itu harus diukur dengan kemampuan yang ada.

Halaman 24 dari 57
BAB VIII
TATA CARA PENGESAHAN

A. Tempat Selamatan
Gambar :

7 6

5 4 3 2 1
1 1

Keterangan :
1. Meja untuk tempat : - Gelas berisi bunga telon
- Gelas tempat yoshua sejumlah hari dan pasaran
pengesahan
- Lilin besar 2 (dua) buah
2. Meja untuk tempat : Ingkung dan pisang raja dari calon warga yang akan di
sahkan dan mori dari calon warga ditutupkan diatas ingkung
dan pisang raja serta sirih calon warga.
3. Meja untuk tempat : Uborampen selamatan (buceng, jajan pasar, bubur, dsb).
Tepi meja di beri lilin kecil
4. Tempat Dewan Pengesahan dan Unsur Pimpinan
5. Tempat para Tamu Undangan dan Warga SH Terate
6. Meja bertingkat tempat lilin
7. Panitia Pengesahan
8. Tempat para Calon Warga

Halaman 25 dari 57
B. Upacara Selamatan
Setelah semua sudah siap, maka upacara selamatan dapat dimulai dengan urutan acara sebagai
berikut :
1. Pembukaan oleh Panitia
2. Laporan Ketua Cabang
3. Sambutan oleh Ketua Umum Pusat
4. Penjelasan dan makna arti selamatan oleh Dewan Pengesahan
5. Doa selamatan dipimpin oleh dewan pengesahan
6. Makan bersama (kembul bujana)
7. Penutup
Perlu diperhatikan dan dilaksanakan bahwa dalam upacara selamatan harus betul-betul hening dan
hikmat.
Pelaksanaan dimulai jam 18.00 s/d 23.00 waktu setempat
Sewaktu do’a, lilin dihidupkan dan lampu penerang (listrik/petromak, dll) dimatikan, setelah selesai do’a
selamatan lampu dinyalakan dan lilin dibiarkan terus menyala.
Isi do’a selamatan :
Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Perkenankanlah hamba-Mu bersudjud dan berserah diri untuk memohon ampunan serta limpahan
rahmat dan karunia-Mu
Ya Tuhan Yang Maha Pengampun
Ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa para pahlawan syuhada bangsa kami
Ampunilah dosa bapak pendekar dan pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate, serta ampuni juga para
tokoh dan pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate yang Engkau panggil kehadirat-Mu
Semoga arwah-arwah beliau Engkau terima dan mendapat tempat di alam yang kekal abadi, surga yang
baik dan bahagia atas perkenan-Mu
Ya Tuhan Yang Maha Bijaksana
Kami para pemimpin Persaudaraan Setia Hati Terate adalah orang yang lemah, hanya karena rahmat
dan perkenan-Mu-lah kami bisa berbuat baik, benar, dan berfaedah dalam kehidupan ini
Bimbinglah Persaudaraan Setia Hati Terate dimanapun berada
Kami yakin, ditangan-Mu segalanya pasti baik dan berfaedah, buatlah Warga-warga Persaudaraan
Setia Hati Terate dimanapun berada selalu berjalan di jalan yang benar, sehat wal’afiat, murah rezeki,
guyup rukun, saling asih mengasihi, selalu tenteram dan damai dalam hidupnya
Ya Tuhan Yang Maha Perkasa
…………………… inti ……………………..
Ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemurah
Kabulkanlah semua do’a-do’a kami dan berikanlah kesempatan kepada kami untuk dapat berbuat ikut
memayuh hayuning bawono
Izinkanlah ya Tuhan, kami bersemboyan :
“Selama matahari masih bersinar, selama masih dihuni oleh manusia, selama itu pula Persaudaraan
Setia Hati Terate tetap kekal, jaya abadi untuk selama-lamanya”
Amin – Amin – Yaa Rabbil ‘Alamin

Halaman 26 dari 57
C. Tata Tertib Upacara Pengesahan
Upacara pengesahan harus betul-betul mencermnkan suasana hikmat dan hening, karena dalam
pengesahan inilah kesakralan Persaudaraan Setia Hati Terate diuji. Oleh karena itu, dalam arena atau
tempat pengesahan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Yang diijinkan berada di dalam ruangan pengesahan adalah :
- Dewan Pengesahan
- Sekretaris Dewan Pengesahan
- Pembantu Dewan Pengesahan
b. Bagi warga yang bukan atau tidak bertindak sebagai petugas, dapat mengikuti jalannya upacara
pengesahan tetapi harus berdiri/duduk dipinggir dan ikut berdio’a memohon kepada Tuhan Yang
Maha Esa semoga adik-adik/calon warga baru dapat menjadi warga yang baik, setia dan berbudi
luhur, berbahagia hidupnya lahir maupun batin, taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Selama pengesahan berlangsung, warga maupun calon warga dilarang :
- Membuat gaduh/ribut
- Berbicara yang mengakibatkan ramai sehingga mengganggu kesakralan, keheningan,
kehikmatan jalannya upacara pengesahan
- Selain petugas/panitia bagian pengesahan dilarang ikut mengatur pengesahan
d. Tiap-tiap tempat pengesahan maksimum sebanyak 50 (lima puluh orang calon warga, kecuali
mendapat izin tertulis dari Pengurus Pusat.
e. Persiapan tempat pengesahan harus sudah dimulai pada jam 23.00 waktu setempat termasuk
pengisian air ke dalam gelas dan tong untuk sumpah
f. Calon warga tidak boleh masuk ke dalam pengesahan apabila segala perlengkapan dan keperluan
dalam ruang pengesahan belum terpenuhi. Pada saat calon warga masuk ke dalam ruang
pengesahan maka segala sesuatu keperluan, perlengkapan, dll. Dalam ruang pengesahan harus
tersedia, lengkap dan teratur rapi sehingga akan memberikan kesan yang hikmat dan sakral.

D. Perlengkapan Tempat dan Urutan-urutan Upacara Pengesahan


1. Perlengkapan :
a. Meja dan kursi sesuai dengan jumlah yang akan disahkan
b. Lilin sebanyak 2 atau 3 buah tiap meja
c. Sirih yang sudah di seleksi/dipilih oleh petugas
d. Pisau
e. Gelas berisi air bersih, setiap calon warga 1 (satu) buah
f. Tong/tempat berisi air
g. Surat sumpah

Halaman 27 dari 57
2. Lay Out/Tempat Pengesahan

I II III

Keterangan :
I : Tempat Dewan Pengesahan
II : Tempat untuk meletakkan tong berisi air, lilin ,gelas berisi bungan telon dan yoshua
III : Tempat calon warga

E. Urutan-Urutan/Mekanisme Pengesahan
Setelah semua perlengkapan teratur rapi, maka urutan-urutan pengesahan sebagai berikut :
1. Panitia pengesahan memanggil calon warga untuk masuk ke tempat pengesahan dan diperintahkan
untuk duduk di kursi dan memangku kain mori masing-masing (lilin, gelas berisi air dan sirih sudah
tersedia di meja masing-masing calon warga)
2. Dewan Pengesahan mengambil tonggak kepemimpinan dari panitia pengesahan untuk
melaksanakan tugas sebagai berikut :
a. Dewan Pengesahan memerintahkan calon warga dengan urutan sebagai berikut :
 Calon warga berdiri disamping kanan kursinya masing-masing
 Mori di taruh/diletakkan dikursinya masing-masing
 Uang mahar di taruh/diletakkan di dalam mori
 Petugas memeriksa setiap mori dan uang mahar masing-masing calon warga
b. Dewan Pengesahan mengajak/meminta calon warga supaya berdoa memohon kepada Tuhan
Yang Maha Esa, semoga dalam mengikuti upacara pengesahan mendapat ridho dan rahmat
dari Tuhan Yang Maha Esa dan dapat mengikuti upacara sampai selesai dengan selamat.
c. Dewan Pengesahan memerintahkan calon warga duduk dikursinya masing-masing dengan
menduduki (duduk diatas) mori dengan syarat kedua telapak kaki menempel di lantai. Setelah
duduk di larang keras mengangkat pantat dan kedua telapak kaki.
d. Dewan Pengesahan memimpin Sumpah Bersama
e. Dewan Pengesahan berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga air yang akan
diminum bersama-sama dapat membawa manfaat bagi calon warga dan menjadi saudara yang
baik lahir maupun bathinnya.
f. Sebelum seluruh calon warga meminum air secara bersama-sama, Dewan Pengesahan harus
minum lebih dulu, baru kemudian diikuti calon warga seluruhnya.

Halaman 28 dari 57
g. Dewan Pengesahan memimpin ndulung/menyuapi arang-arang kambang dan klepon kepada
calon warga secukupnya dibantu oleh petugas pengesahan.

F. Upacara Pengesahan/Pengeceran Calon Warga Menjadi Warga Baru SH Terate


Sebelum memulai pengesahan/pengeceran, sirih di cek/dikontrol terlebih dahulu sudah benar atau
belum
a. Pada saat pengesahan/ngeceri, Dewan Pengesahan berdiri disamping kiri calon warga
b. Tangan kanan ditaruh diatas gelas yang berisi air dan tangan kiri melintang diatas tangan kanan
untuk berjabat tangan dengan tangan kiri calon warga
c. Dewan Pengesahan memandang panon (tengah-tengah kedua mata) calon warga dan calon warga
memandang mata sebelah kiri Dewan Pengesahan
d. Sirih dilinting (digulung) dan terus diiris sebanyak 3 (tiga) kali, dengan pengertian sebagai berikut :
- Irisan pertama : kesetiaan
- Irisan kedua : keberanian
- Irisan ketiga : kerajinan
e. Dewan Pengesahan menggunakan sisa irisan untuk ngeceri mata sebelah kiri calon warga
kemudian mata sebelah kanan
f. Selesai ngeceri, peserta pengesahan disuruh minum air didalam gelas tersebut dan sisanya untuk
membasuh seluruh tubuh sampai air tersebut habis.
g. Dewan Pengesahan memerintahkan doa syukur bagi peserta pengesahan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bahwa upacara pengesahan/pengeceran telah selesai dan berjalan dengan tertib dan
baik.
h. Dewan Pengesahan memerintahkan peserta pengesahan untuk berdiri disamping kursinya masing-
masing dan mengembil mori yang berisi uang maharnya.
i. Semua Dewan Pengesahan berdiri didepan
Selanjutnya peserta pengesahan dengan membawa mori berisi uang mahar, secara berurutan,
tertib dan teratur maju ke depan (didepan dewan pengesahan),
Dewan Pengesahan mengambil uang mahar dan dimasukkan ke dalam besek/tempat uang
kemudian mengambil mori dan mengalungkannya kepada peserta pengesahan serta berjabat
tangan/memberikan selamat kepada warga baru.
j. Dewan Pengesahan berhak membatalkan pengesahan dari peserta, apabila pada saat upacara
pengesahan berlangsung peserta tersebut :
- Mengangkat kaki atau pantat dari tempat duduknya.
- Buang hajat besar atau kecil/kencing di tempat duduknya
- Sakit yang diikuti dengan muntah-muntah ditempat duduknya
- Gelas berisi sirih tumpah seluruhnya dan atau gelasnya pecah
k. Dewan Pengesahan memberikan penjelasan/pengertian tentang :
- Arti dan makna dari mori pengesahan
- Arti dan makna dari pembukaan
- Arti dan makna dari pengesahan
- Arti dan maknsa dari pakaian SH Terate

Halaman 29 dari 57
- Pepacuh
- Wasiat SH Terate
- Kode
- Jurus kunci, khusus bagi yang sudah lengkap jurusnya (36)

G. Tata Tertib Dewan Pengesahan


1) Dewan Pengesahan bertanggung jawabterhadap tertib, lancar, dan hikmatnya upacara pengesahan
2) Dewan Pengesahan dalam melaksanakan tugasnya diharapkan setidak-tidaknya 3 (tiga) hari
sebelum pengesahan/melaksanakan tugas supaya tirakat (tidak boleh bersebadan/berkumpul suami
istri)
3) Dewan Pengesahan dalam melaksanakan tugasnya diharapkan bertugas dengan mantap serta
khusuk demi kebaikan peserta pengesahan/calon warga
4) Dewan Pengesahan dalam melaksanakan tugas harus berpakaian hitam-hitam lengan panjang
(bukan safari) lengkap dengan morinya dan menggunakan kopiah hitam
5) Sekretaris Dewan Pengesahan dan panitia pengesahan harus berpakaian hitam-hitam lengkap
dengan morinya.

Halaman 30 dari 57
BAB IX
CONDRO JAGO

1
2

5 6

7 9

10

12 11
13

15
14

Halaman 31 dari 57
Keterangan :
1. Kepala Melambangkan Keberanian
2. Cucuk Melambangkan Kemampuan
3. Mata Melambangkan Tanggap Situasi
4. Cengger : Menunjukkan Sifat
- Sumpel : Suka dendam (kemauan besa, usaha kurang)
- Dlimo : Kemampuan serba bisa
- Telon : Baik/suka menolong
- Sengkleh : Jelek/mudah putus asa/kurang tanggung jawab
- Wilah : Tukmis/suka bermain perempuan
5. Gembel : Melambangkan Kesenangan
- Besar : Suka ngiwo
6. Rawis Melambangkan Ilmu yang dicapai
7. Leher : Melambangkan Emosi
- Pendek : Tak dapat menahan emosi
- Panjang : Dapat menahan emosi
- Amat Panjang : Amat, hati-hati jadi penakut
8. Telih Melambangkan Kenikmatan
9. Swiwi Melambangkan Semangat juang
10. Buntut (ekor) Melambangkan Kekayaan/keduniawian
11. Kaki : Melambangkan Kerajinan
- Kokoh : Rajin/pandai berusaha
- Kecil : Malas/suka berkhayal
12. Sisik : Melambangkan Keteguhan
- Basah : Kelemahan jiwa
13. Jalu Melambangkan Andalan
- Patah : Tidak punya kekuatan

14. Driji : Melambangkan Kepuasan


- Lebih dari 4 : Tidak puas
- Dibawahnya ada batu rantai : Mudah mendapat kepercayaan

15. Kuku : Kesehatan


- Bengkok Kesehatan tidak stabil
Hal – hal lainnya :
 Buntut keatas lalu kebawah : Serakah
 Di swiwi ada bulu yang malik 2/3
 Kepala banyak bulu : Mampu mengangkat derajat
 Kepala besar, cucuk kecil : Mudah berhubungan dengan makhluk halus
 Bulu di leher komplit : Kemauan besar tapi kemampuan kecil

Halaman 32 dari 57
 Bulu di leher ada yang malik : Punya ilmu cukup
 Tentang warna bulu : : Suka memusuhi saudara sendiri
a) Bulu merah
b) Bulu window : Brangasan
c) Bulu klawu : Serakah
d) Bulu blorok : Suka main perempuan
e) Bulu tolak : Pikiran tidak tetap
f) Bulu hitam : Baik
g) Bulu putih : Kesabaran
h) Bulu wiring kuning : Suci/keluhuran
: Ksatria

Halaman 33 dari 57
BAB X
MAKNA SELAMATAN DAN ARTI BUCENG

Sebutan/kalimat/kata-kata selamatan untuk masing-masing daerah atau negara tidak sama, namun maksud
dan tujuannya adalah sama yaitu diperuntukkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tanda syukur atas
segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya agar kita mendapatkan yang lebih tinggi, dijauhkan dari
marabahaya, dan didekatkan rezeki yang besar serta kebahagiaan lahir/batin di dunia dan akhirat.
Kata-kata selamatan umumnya dipakai di Indonesia, dan khususnya di Jawa hal ini merupakan kebudayaan.
Di Arab dinamakan tasyakuran, sedangkan dikalangan internasioal dapat disebut pesta atau resepsi.
Selamatan ini merupakan syarat bagi seseorang untuk menjadi warga sebab sebelum disahkan harus
mengadakan selamatan menurut ketentuan yang ada di Persaudaraan Setia Hati Terate dikandung maksud
supaya warga SH Terate selalu dalam keadaan selamat dan mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang
Maha Esa, dijauhkan dari segala marabahaya.
Karena SH Terate ini lahir di Pulau Jawa, maka dalam acara pengukuhannya memakai adat/budaya Jawa,
sedang uborampe selamatannya terdiri dari 8 (delapan) buceng, yaitu :
1. Buceng Slamet (Kendhit)
2. Buceng Robyong
3. Buceng Dinar
4. Buceng Punar
5. Buceng Kuat
6. Buceng Tulak
7. Buceng Golong
8. Buceng Megana (Kebuli)
Tempat buceng adalah bulat dan dibuat dari bambu (tampah), maksudnya sebagai warga SH Terate itu
tidak mudah ceklek/putus asa/mutung, tapi yang diharapkan yang bulat dan utuh, dapat menyelesaiakn
permasalahannya, juga berarti sederhana.
Lauk dari buceng adalah krawu dikandung maksud hidup ini jangan dibeda-bedakan/ras diskriminasi. Krawu
dibuat dari daun-daunan dan kacang-kacangan, dll. Apabila dicampur jadi satu, rasanya enak.
Dalam selamatan, buceng dibuat lancip bentuk kerucut, maksudnya diperuntukkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sedangkan korbannya adalah ayam jago. Hal ini dikandung maksud setelah jadi warga SH
Terate harus menjadi jagonya masyarakat dan dapat menjadi contoh/teladan di masyarakat.
Selain buceng, juga terdapat :
 Bubur Syuran atau Jenang sengkala kita dijauhkan dari hal-hal yang jelek.
 Jajanan pasar
 Pisang raja setangkep
Maka secara keseluruhan dikandung maksud organisasi SH Terate itu penuh kesadaran dan selalu dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi contoh masyarakat pada umumnya.
8 (delapan) Buceng atau tumpeng yang dijadikan prasyarat untuk melakukan selamatan pengesahan warga
baru, dimana masing-masing buceng tersebut merupakan simbol yang perlu diketahui oleh para Warga
Persaudaraan Setia Hati Terate.

Halaman 34 dari 57
Buceng-buceng tersebut adalah sebagai berikut :

1. Buceng Slamet (Kendhit)

Buceng yang bagian tengahnya diberi sabuk ketan hitam.


Selain lauk pauknya krawu diberi ayam panggang
Maksudnya : Agar supaya Warga SH Terate selalu dalam keselamatan lahir dan batin

2. Buceng Robyong

Buceng yang ditancapi Bunga Telon sebanyaknya jumlah neptu hari pengesahan
Selain lauk pauknya krawu diberi ayam panggang
Maksudnya : Agar Warga SH Terate disenangi masyarakat banyak

3. Buceng Dinar

Buceng terbuat dari nasi biasa yang seluruhnya ditutup telur dadar,
Selain lauk pauknya krawu juga diberi ayam Ingkung
Maksudnya : Agar barang yang kurang baik jangan sampai menimpa para Warga SH Terate

Halaman 35 dari 57
4. Buceng Punar/Kuning

Buceng yang terdiri dari nasi punar dan diberi ayam panggang
Lauk pauknya terdiri : sambal goreng ati/rempeng, sambal goreng kering tempe, abon, telor dadar diiris-iris,
kacang kelinci dan diberi lauk pauk lainnya yang serasi.
Maksudnya : Agar Warga SH Terate selalu memancarkan nama yang harum, baik nama, derajat dsb.

5. Buceng Kuat

Buceng yang bagian puncaknya terdiri dari ketan putih 1/5 bagian.
Selain lauk pauknya krawu, buceng ini diberi ingkung
Maksudnya : Agar kuat dan lestari. Khususnya derajatnya para Warga SH Terate

6. Buceng Tulak

Buceng yang dasarnya diberi 4 janur kuning bersilang dan diatas janur diletakkan buceng dari nasi
biasa. Selain lauk krawu diberi ayam panggang
Maksudnya : Agar Warga SH Terate dijauhkan dari rubeda/sambikolo/menolak bilahi/hal-hal yang jelek

Halaman 36 dari 57
7. Buceng Golong

Buceng yang terdiri dari nasi yang dibentuk bulat sebanyak 5 – 7 – 9 – 11 buah yang berbentuk kerucut.
Selain lauknya krawu diberi panggang
Maksudnya : Agar Warga SH Terate selalu gumolong/rukun

8. Buceng Megana (Kebuli)

Buceng dari nasi gurih yang didalamnya diberi ingkung.


Lauk pauknya : abon, telor dadar di iris-iris, sambal goreng kering tempe, kacang kelinci dan diberi lauk
pauk lainnya yang serasi.
Maksudnya : Bagi warga SH Terate yang dipentingkan isinya/pribadinya, bukan luarnya saja

Halaman 37 dari 57
Penjelasan :
1. Krawu atau urapan terdiri dari : kuluhan yang macamnya lebih dari satu macam misalnya : bayam.
wortel, buncis, kangkung dan capar (ganteng) serta parutan kelapa yang diberi bumbu. Juga telor
kampung yang direbus (dibelah dua), tahu/tempe, botok, peyek, dll.
2. Telor dadar dan telor rebus harus telor ayam kampong
II. Bubur Syuran : Terdiri dari nasi bubur yang lauk pauknya : sambel goreng ati/rempela,
telor dadar yang diiris-iris, abon, sambel goreng kering tempe, kacang
kelinci, krupuk dan lauk pauk yang serasi
III. Jenang Sengkolo : a) Jenang beras berwarna putih : terbuat dari beras biasa berwarna putih
b) Jenang beras berwarna merah : terbuat dari beras biasa diberi warna
merah. Warna merahnya berasal dari gula jawa
c) Jenang berwarna putih ditumpangi merah
d) Jenang berwarna merah di tumpangi putih
e) Jenang beras berwarna hijau : terbuat dari beras biasa diberi warna
hijau yang berasal dari daun pandan
f) Jenang beras berwarna hitam : terbuat dari beras biasa yang diberi
warna hitam yang berasal dari bubuk kopi
g) Jenang beras kuning : terbuat dari beras biasa dan diberi warna kuning
yang berasal dari parutan kunir/kunyit
h) Jenang Tuwo : terbuat dari beras biasa yang diberi parutan kelapa dan
diatasnya diberi gula merah
IV. Cok Bakal : Terdiri dari telor bebek, kemiri, kluwak, brambang/ bawang, merica, kacang
hijau, beras ketan putih, terasi, garam, gula jawa (aren), teri, lawe, satu iris
daging, bedak adem, dom bolah, sirih yang digulung, kembang boreh,
kembang telon, rokok kretek 1 biji, uang logam dan menyan madu
Jumlah Cok Bakal ada 9 (sembilan) :
- 1 didalam ruangan tempat pengesahan
- 4 dipojok di luar tempat pengesahan
- 1 di tempat memasak
- 1 di pintu masuk tempat pengesahan
- 2 perempatan jalan
V. Jajanan Pasar : Sebanyak jumlah neptu hari pengesahan
VI. Yoshua : Sebanyak jumlah neptu hari pengesahan
VII. Kembang telon di tempatkan di dalam gelas yang diberi air.

Halaman 38 dari 57
BAB XI
FALSAFAH DAN KATA-KATA MUTIARA
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

A. Falsafah
Warga Persaudaraan Setia Hati Terate dalam melaksanakan kehidupan ini selalu berpedoman pada
falsafah yang menyatakan bahwa :

“ Manusia dapat Dihancurkan, Manusia dapat Dimatikan, tetapi Manusia tidak dapat
Dikalahkan selama Manusia itu masih Setia pada hatinya sendiri (masih ber-SH pada dirinya
sendiri)”

Dari falsafah tersebut terkandung maksud bahwa sebagai orang / Warga Persaudaraan Setia Hati
Terate bila berjuang harus sampai tuntas, ibaratnya tidak akan menyerah kalah sebelum maksudnya
tercapai dan akan mengaku kalah apabila sudah kembali kepada ibu pertiwi.
Begitu pula dalam pepatah Jawa mengatakan : apabila kita berjuang, “madep karep mantep, cilik ing
loro gedening pati wani nglakoni dan kita yakin serta selalsu memohon petunjuk dari Tuhan Yang Maha
Esa, maka yakinlah bahwa Tuhan Yang Maha Esa pasti meridhoinya (pasti ngijabahi)”.
Sebab Tuhan Yang Maha Esa itu sifatnya selalu Rahman dan Rahim, apapun yang menjadi kehendak
manusia bila memohonnya dengan sungguh-sungguh pasti akan dikabulkan.

B. Kata-Kata Mutiara
Sebagai wujud nyata dari pengalaman falsafah tersebut diatas, maka kita dapat mengambil
hikmah/makna beberapa pepatah / kata mutiara / peribahasa seperti berikut :
“Ojo sok rumongso biso nanging sing biso rumongso.” Dikandung maksud bahwa kita sebagai
warga SH Terate ini jangan merasa lebih. Paling super, tetapi justru kita harus bisa menempatkan diri
kita ditengah masyarakat dengan sebaik-baiknya.
“Karyenak tyasing sesami, leladi sesamining dumadi”, dikandung maksud bahwa kita sebagai
warga SH Terate ini selalu berusaha untuk mewujudkan suatu kebahagiaan bersama, ikut memayu
hayuning bawono, karena sebenarnya kita hidup ini adalah untuk mengabdi pada kehidupan ini.
“Sepiro gedhening sangsoro yen tinompo amung dadi cobo”, dikandung maksud bahwa kita
sebagai warga SH Terate ini harus berani menghadapi segala tantangan dan hambatan dalam
kehidupan ini, untuk mencapai tujuan/kesuksesan dalam kehidupan kita masing-masing.
“Sebaik-baiknya manusia bila memberikan pertolongan dengan diam-diam, tak perlu orang lain tahu,”
atau dalam bahasa Jawa dikatakan : “Sak apik-apike wong yen akeh pitulungan kanthi dedhemitan
tan ono kang wruh”. Ini dikandung maksud bahwa kita sebagai warga SH Terate harus mempunyai
sifat bila kita memberikan pertolongan kepada orang lain, tidak perlu kita pamerkan dan harus dengan
hati yang tulus ikhlas, tidak mengharapkan imbalan dari pemberiannya tersebut. Yang penting kita yakin
bahwa Tuhan Yang Maha Esa pasti mengetahuinya.

Halaman 39 dari 57
BAB XII
PENDALAMAN KEBATINAN

A. Pengertian Umum
Ilmu kebatinan yang berada di dalam SH Terate adalah ilmu kebatinan yang bersumber kepada azas
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karena kita sadar bahwa sesungguhnya manusia hidup tidak bisa memungkiri keberadaan Tuhan
Yang Maha Esa, dan kita tidak hidup dengan sendirinya tanpa ada yang menghidupkan. Dan salah
satu sumber untuk mempertebal keyakinan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa adalah mengenal
diri pribadi. Untuk mengenal diri pribadi, kita harus mawas diri dan merasakan dengan rasa pengrasa
yang halus mendalam, bahwa segala amal perbuatan kita keluar selalu berlandaskan sumber (Tuhan),
dan amal perbuatan kita ke dalam/bathin menuju kembali kepada sumber yang menggerakkan yaitu
Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kita merasakan hidup di dalam Tuhan, kita harus pasrah lahir batin
kepada Tuhan, hidup mau matipun tidak menolak.
Terkadang kebatinan selalu dikaitkan dengan kesaktian, ilmu, dan sebagainya, namun pada
hakikatnya kebatinan adalah suatu proses pembelajaran untuk mengetahui hakikat kebenaran, hakikat
hidup, dan hakikat diri sendiri.
Walaupun pelajaran kebatinan mendatangkan kesaktian, namun perlu dipahami bahwa sebenarnya
semua itu adalah kehendak dari Sang Maha Pemberi Hidup, jadi janganlah disalahgunakan.
Penyalahgunaan kebatinan inilah yang kemudian dikenal dengan nama “Ilmu Hitam”, yaitu ketika
seorang manusia telah bersekutu dengan Iblis dan Jin.
Ketaqwaan, keyakinan, dan keimanan dalam SH Terate dibagi menjadi :
1. Melaksanakan perintah Tuhan dan tidak melaksanakan larangan-larangan-Nya
2. Melaksanakan perintah Tuhan dan juga melaksanakan larangan-Nya
3. Tidak melaksanakan perintah Tuhan dan tidak melaksanakan larangan-Nya
4. Tidak melaksanakan perintah Tuhan dan juga melaksanakan larangan-Nya

B. Macam-Macam Kebatinan
Sebagai pemahaman awal, perlu diketahui macam-macam kebatinan, yaitu :
1. Kebatinan Asli
Kebatinan asli maksudnya adalah bahwa semua yang berada di dunia ini berasal dari Tuhan Yang
Maha Esa, dimana terdapat dua unsur yang penting yaitu : makrokosmos dan mikrokosmos
Makrokosmos terdiri dari ibu pertiwi (tanah) dan bopo angkoso (udara), dan mikrokosmos adalah
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam pelajaran kebatinan, seorang Warga SH Terate diajarkan satu jenis pernafasan yang
disebut Pernafasan SH Terate atau Pernafasan Kesah. Pernafasan kesah adalah pernafasan yang
diajarkan untuk mengolah zat kesah (mikrokosmos) dalam tubuh manusia dimana zat kesah
tersebut sebenarnya juga terdapat di udara dengan perantaraan tanah (makrokosmos) yang
disebut zat ether.
Tujuan pernafasan ini adalah untuk mengenal diri sendiri sehingga diharapkan Warga SH Terate
menjadi lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mendapat keagungan disisi-Nya

Halaman 40 dari 57
Oleh karena itu, sebelumnya perlu juga diketahui bahwa kebatinan asli terbagi atas :
a. Kebatinan Kodrat
Kebatinan kodrat maksudnya bahwa manusia pada dasarnya semenjak lahir telah memiliki
naluri atau insting yang berasal dari hati nuraninya contohnya, firasat. Jadi kebatinan ini tidak
dicari karena sudah menjadi kodrat bagi setiap manusia.
b. Kebatinan Iradat
Kebatinan iradat sesungguhnya adalah kelanjutan dari kebatinan kodrat, maksudnya jika
seseorang telah memahami apa saja yang menjadi kebatinan kodrat kemudian melatihnya
untuk lebih mempertajam melalui suatu proses latihan tertentu maka kebatinan ini disebut
kebatinan iradat
c. Kebatinan Ilahiah
Kebatinan ilahiah adalah kebatinan yang paling tinggi derajatnya dan merupakan anugrah
langsung dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Contohnya mu’jizat yang diberikan Tuhan kepada
Nabi dan Rasul-Nya
2. Kebatinan Karang
Yang dimaksud kebatinan karang adalah pelajaran kebatinan yang mengajarkan apa saja yang
berada diluar kodrat manusia seperti tidak mempan di bacok, bisa mematahkan atau
menghancurkan besi, dsb yang didapatkan tidak bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Namun apabila Tuhan Yang Maha Kuasa berkehendak, hal-hal tersebut dapat dimiliki oleh
seorang manusia.
Oleh karena itu Persaudaraan Setia Hati Terate tidak mengajarkan kebatinan tersebut diatas guna
menghindari sifat sombong, takabbur, egois, dan musyrik. Persaudaraan Setia Hati Terate
mengajarkan pernafasan untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

C. Wujud dan Isi Diri Pribadi Manusia


Manusia itu bila dilihat wujud wantahnya yang dapat kita kenali hanyalah badan wadag dan panca
inderanya, akan tetapi sesungguhnya diri pribadi manusia itu berisikan :
1. Hati sanubari, adalah : batin kita yang selalu berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sifatnya
gaib.
2. Panca indera, adalah : berfungsi untuk mengenali keadaan, yang terdiri dari :
- Mata, sebagai alat penglihat
- Hidung, sebagai alat pencium
- Telinga, sebagai alat pendengar
- Lidah, sebagai alat pengecap (manis, asin, gurih, dll)
- Kulit, sebagai alat perasa, kasar, halus, panas, dll.
Panca indera yang baik adalah yang dapat mengenali sifat-sifat Tuhan.
3. Badan wadag, adalah berfungsi sebagai alat/kendaraan bagi bekerjanya panca indera dan hati
sanubari, terdiri dari 7 unsur luar yaitu : rambut, kulit, daging, otot, tulang, sumsum dan darah. Dan
5 unsur dalam yaitu : otak, jantung, kebuk, hati dan waduk.

Halaman 41 dari 57
Melalui hati sanubari, kita dapat berhubungan, berkontak, bersatu dengan Tuhan Pencipta. Ini hanya
mungkin bilamana panca indera dan badan wadag berfungsi dengan baik, dan diri kita (rasa, akal dan
pikiran) terlatih menghadap ke dalam dan tidak keluar, tidak hanyut pada karya-Nya.
Contoh :
- melihat keindahan, tidak hanyut pada yang dilihat
- mendengar suara merdu, tidak hanyut pada suara itu
- merasakan makanan enak, tidak hanyut pada rasa enak itu
Akan tetapi kesemuanya itu harus mengingatkan dan menyentuh rasa hati kita kepada : “ Yang
menjadikan kita melihat, mendengar, merasakan, dsb”. Serta “Yang menciptakan keindahan,
kemerduan, kelezatan, dsb,” semua itu tidak lain hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keadaan
yang demikian itu, rasa dan akal pikiran kita atau kehendak hati kita menjadi sinkron dengan fungsi hati
sanubari, lalu mendekatkan kita menadi insan kamil (manusia sempurnah/utuh) yang sanggup
menerima dan menghayati segala tugas dan titian ilahi.
SH Terate melalui pendidikan rohani dan pelajaran pencak silat ingin membantu warganya mencapai
tingkat insan kamil tersebut, agar dapat hidup, mengerti dan ikut memayu hayuning bawono sesuai
dengan fitrahnya. Manusia utuh menurut SH Terate adalah manusia yang dalam segala daya, gerak
dan upayanya berkiblat pada Tuhan Yang Maha Esa.

D. Wejangan-wejangan yang Diberikan kepada Warga SH Terate


1. Wejangan Tingkat I (Erste Trap) berisikan :
- Wejangan dasar, diberikan pada saat acara “keceran”
- Penjelasan dan pendalaman mengenai pepacuh dan larangan orang SH Terate
- Penanaman budi pekerti luhur dengan penjelasan dan penghayatan 8 sifat orang SH Terate
- Penanaman disiplion hidup
2. Wejangan Tingkat II (Twersde Trap) berisikan :
- Pendalaman mengenai 8 sifat manusia SH Terate (budi pekerti)
- Penanaman dan penjelasan mengenai taukhid dan sangkan paraning dumadi
- Tuntunan awal
3. Wejangan Tingkat III (Dersde Trap) berisikan :
- Tuntunan lanjut
- Pengamalan

E. Penjelasan Tentang Wejangan Dasar


Wejangan dasar meliputi penanaman tengang maksud dari “keceran”termasuk ubo rampe dan
pantangan secara mendasar.
Catatan : Ubo rampe keceran terdiri dari :
1. Mori Putih sadedek pengawe panjangnya
Ini melambangkan kesucian/kebersihan jiwa. Calon warga memasuki SH Terate dengan niat yang
bersih, hati yang suci dan sanggup memelihara dan mempertahankan kesucian hatinya ini dalam
lingkungan kekeluargaan SH Terate sampai mati (mori sadedek pengawe lambang kesucian untuk
pembungkus yang pertama mayat kita apabila sudah meninggal). Calon warga harus menduduki
mori putih yang dibawanya itu artinya harus tetap berada dalam kesucian, kebersihan tanpa

Halaman 42 dari 57
dikotori. Mori putih tersebut dipakai pengikat pinggang, artinya mori putih akan mengingatkan
kepada kita anggota SH Terate bahwa ikatan persaudaraan yang dijalani berdasarkan kesucian
dan kebersihan hati
2. Air dalam gelas dengan sirih temu rose dan kemenyan madu didalamnya
Air :
Melambangkan kemauan yang keras, air ingin selalu kembali keasalnya ialah lautan atau
samudera, apapun rintangannya. Ini gambaran dari hati sanubari yang selalu berkiblat kepada
Tuhan dan selalu berusaha menyatukan diri dengan-Nya. Air juga melambangkan sifat/watak
momot, tenggang rasa atau teposliro tetapi air mempunyai pula sifat/watak teguh, kuat dan
sentausa
Contoh :
- Air laut kena terik matahari, menguap menjadi awan, awan menggumpal terbawa angin dan
membeku oleh suhu yang dingin, dan akhirnya menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi, di
gunung, dingarai, dilembah. Titik-titik air hujan menyatu menjadi kali lalu mengalir ke laut.
- Apabila dibendung, air bisa menjadi pembangkit listrik, karena sifat air tidak diam saja, selalu
angin melintasi bendungan atau membobolnya, kalau usaha ini tidak mungkin air akan
berusaha meresap ke dalam bumi dan akhirnya juga tetap ke laut.
- Air jika dipedang akan melukai sepanjang pedang, begitu pedang diangkat air akan menyatu
kembali, dan seolah-olah tidak terjadi sesuatupun.
- Air dapat digunakan sebagai alat atau zat pembersih/bersuci dari segala kotoran, dan air
sifatnya menghidupi makhluk hidup dan bisa tenang maupun bergejolak sesuai keadaan.
- Air laut menelan apa saja yang tenggelam didalamnya, yang baik maupun yang buruk, tanpa
meninggalkan bekas, seperti tidak terjadi sesuatu apapun
Sirih temu rose :
Melambangkan rasa yang telah cocok, menemukan inti kesadaran tentang hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Juga melambangkan kehendak yang telah manunggal dalam hati untuk
mencari ilmu pada SH Terate menjadi manusia yang berbudi luhur. Sirih mengandung arti kata
“sir”, yang berarti keinginan, ketemu rose mengangdung arti ketemu “rosone”, rasa di sini adalah
“roso sejati” atau rasa kasukman disebut juga rasa Ketuhanan, jadi secara keseluruhan
mengandung makna diri dengan pribadi telah bertemu manunggal dengan Tuhan Sang Pencipta
Kemenyan madu :
Melambangkan darah yang memungkinkan rasa tersebut meliputi seluruh tubuh. Kemenyan madu
melambangkan juga darah harum atu rah-hadi, menjadi kata rahadian atau radem, yang artinya
darah ningrat, jadi orang SH Terate itu harus bisa jadi panutan seperti halnya para keturunan
bangsawan atau raja-raja.
Air dengan sirih temu rose dan kemenyan dalam wadah gelas, melambangkan kesatuan tekad
yang senada antra Hati Sanubari dan Rasa (roso) di dalam badan wadag kita (calon warga) untuk
berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Calon anggota harus meminum sedikit air serta sisanya untuk membasuhi (memborehi) anggota
badan, mulai dari kening, kepala. Leher, kedua mata, kedua telinga, kedua lengan dari siku sampai
keujung jadi dan kedua kaki.

Halaman 43 dari 57
Maksudnya adalah : bertekad untuk berfikir dan berbuat segala sesuatunya hanya dengan tujuan
yang suci.
3. Uang logam 36 biji dari nilai yang rendah
Uang logam :
Melambangkan kejelasan dan keterusterangan, tidak sembunyi-sembunyi, bloko-suto ora tedeng
aling-aling
Nilai yang rendah :
Melambangkan kesederhanaan, juga seadanya, tidak mengada-ngada atau prasaja.
Jumlah 36 :
Mengingatkan pada 36 jurus yang harus dilalui oleh calon anggota untuk dapat menjadi Warga
Persaudaraan Setia Hati Terate secara penuh dan sah.
Arti keseluruhannya adalah menggambarkan tekad si calon warga SH Terate yang berpegang
teguh pada kejujuran, kesederhanaan, tidak munafik dan mencintai dengan ikhlas badan
tunggangannya beserta segala keberadaannya.
4. Pisang raja (tidak termasuk uborampe keceran tapi untuk selamatan)
Pisang raja adalah merupakan pisang yang paling baik, karena lezat rasanya. Mengandung
hikmah agar supaya orang SH Terate menjadi tokoh (raja) di dalam dunia persilatan, dan
berwibawa sepertinya seorang raja.
5. Lilin
Lilin adalah merupakan alat penerang (pelita) dalam kegelapan, mengandung maksud bahwa
orang SH Terate hendaknya bisa menjadi penerang di dalam memasyarakatkan atau menjadi
contoh yang baik bagi lingkungannya.
Selain itu mengandung arti bahwa manusia itu, salah satu unsurnya adalah api.

Dalam wejangan dasar ini diberikan pula pepacuh-pepacuh serta pantangan (larangan) yang harus dihindari
oleh setiap warga SH Terate, yaitu :
- Tidak boleh menggantungkan pakaian di tepi pintu atau jendela
Maksudnya : pakaian melambangkan diri sendiri, adapun jendela atau pintu melambangkan jalan
dimana segala kemungkinan bahaya bisa masuk.
Tujuannya : setiap orang SH Terate harus selalu waspada dan hati-hati di dalam menempatkan diri
di tempat umum, jangan sampai atau sengaja menempatkan diri di tempat yang mengandung bahaya
- Tidak boleh menaruh teko/kendi sejenisnya dengan cucuknya menghadap kepintu
Maksudnya : teko/kendi melambangkan diri kita, dan menghadap kemuka berarti menantang.
Tujuannya : agar setiap warga SH Terate jangan mempunyai sikap menantang atau konfrontatif,
sikap yang demikian itu dapat mengandung tanggapan yang tidak diinginkan, maka lebih utama
dibiasakan berendah diri.
- Tidak boleh melihat (menengok-nengok) kotoran yang dikeluarkan bila sedang buang air besar/air
kecil)
Maksudnya : apabila kita memberi sesuatu barang (apa saja) kepada orang lain, jangan dipikir-pikir
terus atau menghitung-hitung untung dan rugi. Barang yang telah keluar dari kita hendaknya di
ikhlaskan, jangan di ungkit-ungkit dan tidak usah mengharap kembaliannya atau balasannya,
- Dilarang merusak/melanggar pager ayu dan purus hijau

Halaman 44 dari 57
Maksudnya : warga SH Terate tidak boleh menyenangi istri/suami orang lain atau merusak
keperawanan/keperjakaan seseorang secara tidak sah dan tidak bertanggung jawab. Disini juga
dimaksudkan agar para Warga SH Terate tidak merusak kebahagiaan orang lain dan juga warga SH
Terate tidak boleh melanggar peraturan yang berlaku di dalam masyarakat.
- Tidak boleh empek-empekan rokok (menyalakan rokok dengan pinjam api rokok orang lain)
Maksudnya : apabila melakukan perbuatan, tidak boleh sembunyi-sembunyi, tidak dengan terang-
terangan, misalnya menyuap, menyogok atau berbisik-bisik di depan teman yang lain sehingga
membuat tersinggung dan sakit hati. Selain itu warga SH Terate tidak boleh membuka isi hati (rahasia
diri) begitu saja dihadapan tamu atau orang lain yang belum begitu kita kenal, kita harus hati-hati.

F. Isyarat Terate
Bunga terate berwibawa bukan karena pandainya membawa diri, menempatkan diri dimanapun dia
hidup. Pesonanya justru karena Terate dapat tetap tegar dan tegak untuk selalu menghadapkan diri,
menetapkan kuntum bunganya ke arah langit.
Beberapa pertanyaan yang mungkin menggelitik benak dan jiwa para kadhang SH Terate…mengapa
harus TERATE bukan bunga yang lainnya atau bahkan nama hewan agar terasa lebih bergengsi…???
Ada beberapa alasan yang sekiranya dijadikan bahan pertimbangan oleh para pencetus, para
sesepuh, dan para tokoh-tokoh pendahulu SH Terate dan patut kita renungkan bersama…
Bagaimana bila nama organisasi persaudaraan ini menggunakan nama hewan ??
Nama hewan tidak digunakan atau bahkan dimasukkan dalam lambang karena akan menggambarkan
sifat hewani yang melambangkan keangkeran, ambisi, nafsu, dan lebih menonjolkan amarah.
Warga SH Terate tidak dididik untuk menjadi angker, penuh ambisi, dikuasai nafsu, dan
mengutamakan amarah dalam kehidupan. Sebaliknya, Warga SH Terate diharapkan bersifat lemah
lembut, punya sikap nrimo dan sabar dalam kehidupan sehari-hari, namun berani berdiri tegak diatas
kebenaran dan keadilan, jadi bukannya nrimo dan sabar yang mengarah pada kepasrahan
Lalu seandainya bunga, kenapa tidak menggunakan nama Bunga Mawar, Bunga Melati, Bunga
Matahari, atau yang lainnya ??
Mari kita renungkan..
Mawar dan melati adalah bunga yang harum dan menarik, namun dibalik itu mawar menyimpan duri
yang berbahaya bagi siapapun yang menyentuhnya. Sehingga walaupun terlihat cantik dan menarik,
namun berduri dan mudah sekali gugur kelopak bunganya. Begitu pula dengan melati, kanthil, dan
bunga lain yang berbau harum, semuanya mudah gugur karena tiupan angin.
Lalu bagaimana dengan bunga matahari ??
Bunga matahari sebagaimana namanya adalah bunga yang akan tegak menghadap matahari
dimanapun matahari berada, dasn tidak berdaya saat matahari terbenam
Dan..lalu..bagaimana dengan bunga terate ??
Bunga terate adalah bunga yang indah dan penuh simpatik namun tidak menebarkan bau yang harum.
Hal ini mengajarkan kepada Warga SH Terate untuk dapat berbuat kepada hal-hal yang indah dan
mengandung simpatik namun sikap/perbuatan tersebut tidak harus diumumkan atau diketahui orang
banyak sehingga menimbulkan pujian-pujian yang bersifat mengidolakan atau bahkan bersifat menjilat
dan mengada-ada

Halaman 45 dari 57
Terate terdiri dari akar, daun dan bunga, hal ini melambangkan :
1. Akar Terate adalah akar yang menumpang di atas tanah didalam air yang mengambil sari-sari
makanan dari air dan tanah sehingga mudah berpindah-pindah tempat apabila air yang menjadi
tempatnya hidup mengalir
Hal ini melambangkan kepada Warga SH Terate untuk dapat berpikir kreatif dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dan dapat melihat kesempatan yang baik dimanapun ia berada untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara yang benar dan tidak dipaksakan.
2. Daun Terate yang berada dipermukaan air menutupi akarnya dan menjadi wadah bagi bunganya
Hal ini melambangkan agar Warga SH Terate mampu menjadi tempat yang baik untuk melindungi
yang lemah dan menutupi sifat buruknya dengan kebajikan-kebajikan dan amal perbuatan yang
baik
3. Batang Bunga Terate yang tidak memiliki inti batang atau tidak berkayu yang mudah dipatahkan
Hal ini melambangkan agar Warga SH Terate selalu sadar diri bahwa sebenarnya kita hadir di
dunia ini tanpa kekuatan apapun kecuali kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa, lalu untuk apa kita
menyombongkan diri
4. Bunga Terate, walupun hidup di air namun ia berusaha untuk tidak basah dan selalu menghadap
tegak lurus ke angkasa
Berusaha untuk tidak basah menlambangkan agar Warga SH Terate mampu untuk menempatkan
diri dimanapun ia berada. Menghadap tegak ke angkasa melambangkan agar Warga SH Terate
mestinya bisa berwibawa dan disegani, bukan ditakuti, sebab kewibawaan timbul dari amal
perbuatan yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa
Semoga Warga SH Terate dapat mengambil hikmah dari apa yang tersirat dari Terate dan dapat
mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat

G. Arti dan Kegunaan Latihan Pernafasan


Pernafasan atau bernafas adalah suatu pertanda hidup bagi makhluk Tuhan.
Bernafas pada prinsipnya :
1. Memasukkan nafas ke dalam tubuh dengan jalan menghirup udara bersih yang berisikan unsur-
unsur daya hayati hidup. Pada hakekatnya adalh menghimpun tenaga/kekuatan tubuh/badan
menjadi kuat karena menerima daya hayati hidup (RAHSA) yang dikirim oleh jantung
2. Mengeluarkan nafas dari dalam tubuh dengan jalan menghembuskan udara kotor berisikan unsur-
unsur daya hayati hidup yang telah digunakan untuk kegiatan-kegiatan tubuh. Pada hakekatnya
adalah kehilangan tenaga/kekuatan, tubuhnya menjadi lemah karena daya kekuatan (RAHSA)
ditarik kembali dari seluruh anggota tubuh ke jantung
Dalam hal ini, jantung sebagai pusat mahligai hati sanubari berfungsi sebagai penghimpun dan
pengatur daya hayati hidup (RAHSA) dalam bentuk tenaga/kekuatan. RAHSA ini diangkut oelh darah
bersih dan menyerap ke seluruh anggota tubuh.
Cara mengatur masuk dan keluarnya nafas ke dalam tubuh dan dari dalam tubuuh secara tepat,
teratur, dan terarah serta seimbang dalam bentuk latihan-latihan yang berturut-turut disebut pula Olah
Nafas

Halaman 46 dari 57
Cara latihan dan kegunaan olah nafas bagi Jiwa :
Disini tidak akan diajarkan bagaimana praktek cara berlatih pernafasan, namun hanya menjelaskan
suasana sikap mental yang baik dan tepat dalam tata cara latihan tersebut.
Dalam hal ini harus dilakukan dengan khidmat, tenang, bebas dan ikhlas, tiada merasa dipaksa dan
terpaksa. Sikap tubuh harus lepas, santai/rileks agar mudah bagi daya hayati hidup untuk meresap
menyerapi jaringan sehingga seluruh jasad diserap RAHSA.
Lakukan dengan tekun dan dengan kesungguhan hati serta sabar, tidak lekas merasa bosan.
Jangan tergesa-gesa mengharapkan hasil yang banyak. Ibarat kita menanam pohon buah-buahan,
beberapa bulan bahkan beberapa tahun barulah kita bisa mengenyam hasilnya, itupun jika kita rajin
memeliharanya.
Adapun kegunaan latihan pernafasan sebagai olah jiwa adalah sebagai berikut :
1. Memupuk dan mempertinggi “stamina” atau daya tahan diri pribadi agar dijauhkan dari serangan
penyakit dalam (jantung, paru-paru, dsb)
2. memupuk ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi segala tantangan hidup, terlatih untuk
menguasai diri
3. Menuntun kita pada “mengenal diri pribadi” dan mengantar kita menjadi manusia yang utuh
4. Memperkuat dan mempertinggi landasan beriman untuk mewujudkan sifat kemanusiaan disertai
budi pekerti yang luhur, tahu benar dan salah
Uraian singkat diatas adalah susunan kata-kata dan dijadikan kalimat. Kalimat “mati” yang tidak
bermakna, tidak hidup, dan tidak berjiwa bila tidak dijiwai oleh jiwa para Warga SH Terate sendiri.

H. Ilmu Sedulur Papat


Manusia lahir dalam keadaan telanjang. Telanjang dalam arti manusia itu masih bersih dari dosa-dosa,
bersih dari sifat yang dipengaruhi oleh lingkungannya, belum mendapat sentuhan apapun dari
lingkungan sekitarnya, (menurut Sigmund Freud, psikologi Jerman).
Manusia yang baru dilahirkan itu bersih seperti lilin. Sifat dan watak manusia sangat dipengaruhi oleh
sifat pembawaan (ayah dan ibu) dan lingkungan sekitarnya. Namun semua sifat manusia yang
bermacam-macam itu dapat dirangkum dalam 4 (empat) nafsu manusia(4 kiblat) yaitu mutmainnah,
sufiah, aluamah, dan amarah. Nafsu yang dominan terhadap diri setiap manusia itulah sifat yang paling
mendasar pada manusia tersebut. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai keseluruhan sifat
tersebut, namun tinggal manusia itu sendiri yang berhak mengendalikannya, dan nafsu mana yang
dipilihnya untuk dijalani. Namun dari ketiga nafsu yang kurang baik untuk diterapkan (sufiah, aluamah,
amarah) dapat ditekan atau dikendalikan dengan cara melaksanakan ajaran agama dari masing-
masing yang diyakininya. Contohnya : berpuasa, semedi (bertapa), sembahyang, nglakoni, mencontoh
tindak-tanduk dari para sesepuh (nabi) yang dianutnya, membaca dan memahami kitab suci, dll. Tanpa
adanya hal-hal demikian sangat mustahil manusia itu akan dapat mengendalikan dirinya terhadap hal-
hal yang merusak imannya (batinnya/kerena batin (hati kecil) adalah tempatnya kebenaran dan
kesucian). Karena hal demikian akan selalu mengingatkan pada Dzat Yang Maha Kuasa (Limo
Pancer).
Manusia dilahirkan sebagai makhluk Allah Sejati, tak heran bila di dalam diri manusia tersimpan
kekuatan yang amat dahsyat.

Halaman 47 dari 57
Manusia sebelum dilahirkan di dunia masih berada di rahim ibunya selama 9 bulan 10 hari,
mengandung arti yang sangat dalam, bagaikan betapa melengkapi SEMBILAN SUKMA. Setelah
dilahirkan keluar dari rahim ibunya, yang pertama kali keluara dalah :
Air Ketuban atau bahasa Jawanya “Kakang Kawah”, setelah si bayi keluar dikuti oleh LIMA PANCER
(HAWA NAFSU) yang harus kita kendalikan dengan RUH IDHOFIL (Ruh Utama/Roh Suci) setelah bayi
keluar dipotong pusernya atau disebut TALI ARI-ARI yang fungsinya menjaga kita setelah dewasa
segala tindak tanduknya selalu diawasi dan di jaga apabila dirinya terancam bahaya/musibah. Dan kita
akan mengalami kontak batin dengan saudara kembar batin kita, yang disebut SAUDARA PAPAT,
yang tugasnya menjaga & membantu kita.
Pertama kali manusia dilahirkan ke bumi ini, yang sering kita sebut weton atau tiron, harus kita ingat
selalu, akrena pada waktu itu manusia memasuki dunia fana sebagai makhluk Allah yang sempurnah
untuk itu pada hari kelahiran kita (weton, tiron) manusia tidak boleh berbuat yang aneh-aneh, karena
pada waktu itu kita akan selalu sial/naas. Untuk itu kita diwajibkan untuk berpuasa selama 1 hari.

I. Kejawen
Mari kita mengutip satu tembang jawa :
Tak uwisi gunem iki
Saya akhiri pembicaraan ini
Niyatku mung aweh wikan
Saya hanya ingin memberi tahu
Kabatinan akeh lira
Kebatinan itu banyak macamnya
Lan gawat ka liwat-liwat
Dan artinya sangat gawat
Mulo dipun prayitno
Maka itu berhati-hatilah
Ojo keliru pamilihmu
Jangan sampai kamu salah pilih
Lamun mardi kebatinan
Kalau belajar kebatinan

Tembang ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang ingin mempelajari
kebatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha
mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup yang sejati dan berada dalam keadaan harmonis
hubungan antara kawulo (manusia) dan Gusti (pencipta) atau jumbuhing kawula Gusti (pendekatan
kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan dan mempunyai moral
yang baik,. Bersih, jujur. Beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang
mantap. Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi
semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa, dan karya harus baik,
benar, suci, dan ditujukan untuk mamayuh hayuning bawono

Halaman 48 dari 57
Ati suci jumbuhing kawulo Gusti – hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti,
kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna
dari hakekat hidup yan gmendukung nilai-nilai.
Ilmu sejati atau ilmu kesempurnaan sesungguhnya bisa dijalani oleh setiap manusia. Ilmu
kesempurnaan dibagi menjadi :
1. Kasampurnan Lahir : yaitu semua manusia yang lahir selalu lahir ke dunia
2. Kasampurnan Donya : yaitu jika manusia mampu mencukupi kebutuhan dan
keinginannya sendiri
3. Kasampurnan Budi : yaitu jika manusia mampu memahami budi pekerti dan bisa
mengamalkan dalam kehidupannya
4. Kasampurnan Kodrat : yaiut jika manusia bisa memahami asalnya kesucian dan
memahami kekuasaan Tuhan serta mau mengerti bahwa
hidupnya itu berdasarkan kehendak dari Sang Maha Kuasa
5. Kasampurnan Batin : yaitu jika manusia bisa menguasai keempat nafsunya dan
mengendalikan nafsu angkara dari dalam tubuhnya
6. Kasampurnan Sejati : yaitu jika manusia sudah bisa menguasai empat unsur yaitu
cipta, rasa, karsa, dan karya dan mengekang nafsu serta raga
menjadi satu sehingga mendapatkan perasaan yang tenteram
dalam kehidupan
7. Kasampurnan Ilahi : yaitu jika manusia sudah mengetahui rahasia alam keabadian
dan dapat mengetahui wujud sejati manusia serta selalu bersih
hatinya
Dalam budaya jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau
simbol untuk membimbing pemikiran manusia ke arah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih
dalam atau biasa disebut sanepan. Manusia mempergunakan simbol sebagai media penghantar
komunikasi antar sesama dan segala sesuatu yang dilakukan manusia sebagai perlambang dari
tindakan atau bahkan karakter dair manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol
dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan
dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa diterima oleh
manusia yang lain yang memiliki daya tangkap yang berbeda-beda.
Kisah suku jawa diawali dengan kedatangan seorang satrya pinanditha yang bernama Aji Saka,
sampai kemudian satrya itu menulis sebuah sajak yang kemudian sajak tersebut diakui menjadi huruf
jawa dan digunakan sebagai tanda dimulainya penanggalan tarikh Çaka.
Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai
macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik
yang berkembang dari ajaran tassawuf agama-agama yang ada.
Tindakan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaiut tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis
dalam tradisi, dan tindakan simbolis dalam seni.
Tindakan simbolis dalam religi adalah contoh kebiasaan orang jawa yang percaya bahwa Tuhan
adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar
dapat diakui keberadaannya, misalnya dengan menyebut Tuhan dengan sebutan Gusti Ingkang
Murbheng Dumadhi, Gusi Ingkang Moho Kuoso, dsb.

Halaman 49 dari 57
Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yang mendoakan
oran gyang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari , seratus hari, satu tahun, dua tahun,
tiga tahun, dan seribu hari setelah seseorang meninggal dengan mengadakan tahlilan.
Tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah
wayang kulit, warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi
pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa
membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa
mengindahkan unsur kesakralan, bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya
karena dijadikan sebagai obyek eksploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan
seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah tiang penyangga atau empat buah tiang
utama (catur soko guru) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang
keempatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah
tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu
tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah. Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana
nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan
terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme,
dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya sangkakala.
Mangkunegara IV memiliki empat ajaran utama yang meliputi sembah raga, sembah cipta (kalbu),
sembah jiwa, dan sembah rasa.
1. Sembah Raga
Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau amal
perbuatan yang bersifat lahiriah. Cara bersucinya sama dengan sembahyang biasa yaitu dengan
mempergunakan air (wudhu). Sembah yang demikian biasa dikerjakan lima kali sehari semalam
dengan mengindahkan pedoman secara tepat, tekun, dan terus menerus, seperti bait berikut :
Sembah raga puniku
Pakarthining wongamagang laku
Sesucine asarana saking warih
Kang wus lumrah ling waktu
Wanthu wataking wawaton
Sembah raga sebagai bagian pertama dari empat sembah yang merupakan perjalanan hidup yang
panjang ditamsilkan sebagai orang yang magang laku (calon pelaku atau penempuh perjalanan
hidup kerohanian), oran gmenjalani tahap awal kehidupan bertapa (sembah raga puniku,
pakartining wong amagang laku). Sembah ini didahului dengan bersuci (thaharah) yang
menggunakan air (sesucine asarana saking warih). Yang berlaku umum sembah raga ditunaikan
sehari semalam sebanyak lima kali, atau dengan kata lain bahwa untuk menunaikan sembah ini
telah ditetapkan waktu-waktunya lima kali dalam sehari semalam (kang wus lumrah limang waktu).
Sembah lima waktu merupakan shalat fardhu yang wajib ditunaikan setiap muslim dengan
memenuhi segala syarat dan rukunya (wanthu wataking wawaton). Sembah raga yang demikian ini
wajib ditunaikan secara terus menerus tiada henti (wanthu) seumur hidup. Dengan keharusan
memenuhi segala ketentuan syarat dan rukun yang wajib dipedomani (wataking wawaton). Watak

Halaman 50 dari 57
suatu waton (pedoman) harus dipedomani. Tanpa mempedomani syarat dan rukun maka sembah
itu tidak syah
2. Sembah Cipta (Kalbu)
Sembah ini kadang-kadang disebut sembah cipta dan kadang-kadang disebut sembah kalbu,
seperti terungkap pada Pupuh Gambuh bait 1 terdahulu dan Pupuh Gambuh bait 11 berikut :
Samengkon sembah kalbu
Yen lumintu uga dadi laku
Laku agung kang kagungan narapati
Patitis teteking kaweruh
Meruhi marang kang momong
Apabila cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan, atau keinginan yang tersimpan di
dalam hati, kalbu berarti hati, maka sembah cipta disini mengandung arti sembah kalbu atau
sembah hati, bukan sembah gagasan atau angan-angan.
Apabila sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan najis
lahiriah, maka sembah kalbu menekankan pengekangan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan
berbagai pelanggaran dan dosa (sucine tanpa banyu, amung nyunyuda hardaning kalbu)
Thaharah (bersuci) itu, demikian kata Al Gazhali, ada empat tingkat. Pertama membersihkan
hadats dan najis yang bersifat lahiriah. Kedua, membersihkan anggota badan dari berbagai
pelanggaran dan dosa. Ketiga, membersihkan hati dan akhlak yang tercela dan pekerti yang hina.
Keempat, membersihkan hati nurani dari apa yang selain Allah. Yang keempat inilah thaharah
pada Nabi dan para Shiddiqin.
Jika thaharah yang pertama dan kedua menurut Al Gazhali masih menekankan bentuk lahiriah
berupa hadats dan najis yang melekat di badan yang berupa pelanggaran dan dosa yang
dilakukan oleh anggota tubuh. Cara membersihkannya dibasuh dengan air, sedangkan kotoran
yang kedua dibersihkan dan dibasuh tanpa air yaitu dengan menahan dan menjauhkan diri dari
pelanggaran dan dosa.
Thaharah yang ketiga dan keempat juga tanpa menggunakan air, tetapi dengan membersihkan
hati dari budi jahat dan mengosongkan hati dari apa saja yang selain Allah.
3. Sembah Jiwa
Sebah jiwa adalah sembah kepada Hyang Sukma (Allah) dengan mengutamakan peran jiwa. Jika
sembah cipta (kalbu) mengutamakan peran kalbu, maka sembah jiwa lebih halus dan mendalam
dengan menggunakan jiwa atau ruh. Sembah ini hendaknya diresapi secara menyeluruh tanpa
henti, setiap hari dan dilaksanakan dengan tekun secara terus menerus, seperti terlihat pada bait
berikut :
Samengko kang tinulur
Sembha katri kang sayekti katur
Mring Hyang Sukma sukmanen saari-ari
Arahen dipun kecakup
Sembahing jiwa sutengong
Dalam rangkaian ajaran sembah Mangkunegara IV yang telah disebutkan terdahulu, sembah jiwa
ini menempati kedudukan yang sangat penting. Ia disebut pepuntoning laku (pokok tujuan atau
akhir perjalanan suluk). Inilah akhir perjalanan hidup batiniah. Cara bersucinya tidak seperti

Halaman 51 dari 57
smebah raga dengan air wudhu atau mandi, tidak pula seperti pada sembah kalbu dengan
menundukkan hawa nafsu, tetapi dengan awas emut (selalu waspada dan ingat/dzikir kepada
keadaan alam baka, alam illahi). Betapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampak
dengan jelas pada bait berikut :
Sayekti luwih perlu
Ingaranan pepuntoning laku
Kalakuan kang tumrap bangsaning bathin
Sucine lan awas emut
Mring alaming lama amota
Berbeda dengan sembah raga dan sembah kalbu, ditinjau dari segi perjalanan suluk, sembah ini
adalah tingkat permulaan (wong amagang laku) dan sembah yang kedua adalah tingkat lanjutan.
Ditinjau dari segi tata cara pelaksanaannya, sembah yang pertama menekankan kesucian
jasmaniah dan sembah yang kedua menekankan kesucian kalbu, sedangkan sembah ketiga
menekankan pengisian seluruh aspek jiwa dengan dzikir kepada Allah seraya mengosongkannya
dari apa saja selain Allah.
Pelaksanaan sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hati untuk mengemaskan segenap
aspek jiwa lalu diikatnya kuat-kuat un tuk diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai tanpa
melaksanakan apa yang telah dipegang pada saat itu. Dengan demikian triloka (alam semesta)
tergulung menjadi satu, begitu pula jagad besar (makrokosmos) dan jagad kecil (mikrokosmos)
yang digulungkan, disatu padukan. Dsitulah terlihat alam yang bersinar gemerlapan. Maka untuk
menghadapi keadaan yang mengagumkan itu, hendaklah perasaan hati dipertebal dan diperteguh,
jangan terpengaruh pada apa yang terjadi. Hal yang demikian itu dijelaskan Mangkunegara IV
pada bait berikut :
Ruktine ngangkah ngukud
Ngiket ngruket triloka kakukud
Jagad agung ginulung lan jagad alit
Den kandhel kumandhel kulup
Mring kelaping alam kono
4. Sembah Rasa
Sembah rasa ini berlainan dengan sembah-sembah yang sebelumnya. Sembah rasa lebih
didasarkan kepada rasa cemas. Sembah yang keempat ini ialah sembah yang dihayati dengan
merasakan inti sari kehidupan makhluk semesta alam.
Jika sembah kalbu mengandung arti meny4embah Tuhan dengan alat batin kalbu (hati), sembah
jiwa berarti menyembah Tuhan dengan alat bantu batin jiwa atau ruh, maka sembah rasa berarti
menyembah Tuhan dengan menggunakan alat batin inti ruh. Alat batin yang terakhir ini adalah alat
batin yang paling dalam dan paling halus menurut Mangkunegara IV dan disebut dengan telenging
kalbu (lubuk hati yang paling dalam) atau disebut wosing jiwa raga (inti ruh yang paling halus)
Dengan demikian menurut Mangkunegara IV, dalam diri manusia terdapat 3 buah alat batin, yaitu
Kalbu, jiwa/ruh, dan inti jiwa/inti ruh yang memperlihatkan susunan urutan kedalaman dan
kehalusannya

Halaman 52 dari 57
Pelaksanaan sembah rasa itu tidak lagi memerlukan petunjuk dan bimbingan guru seperti ketiga
sembah sebelumnya, tetapi harus dilakukan sendiri dengan kekuatan batinnya, seperti di
ungkapkan Mangkunegara IV dalam bait berikut :
Semongko ingsun tutur
Gantya sembah lingkang kaping catur
Sembah rasa karasa wosing dumadhi
Dadi wus tanpo tuduh
Mung kalawan kasing bathos
Apabila sembah jiwa dipandang sebagai sembah pada pada proses pencapaian tujuan akhir
perjalanan susluk (papuntoking laku), maka sembah rasa adalah sembah yang dilakukan bukan
dalam perjalanan suluk ini, melainkan sembah yang dilakukan di tempat tujuan akhir suluk.
Dengan kata lain, Seorang salik telah tiba ditempat yang dituju dan disinilah akhir perjalanan
suluknya
Disini dituntut kemandirian, keberanian, dan keteguhan hati, tanpa menyandarkan kepada orang
lain. Kejernihan batiniah yang menjadi modal utama

J. Meditasi
Apakah Meditasi ?
Mengusahakan rumus yang pasti mengenai arti meditasi tidaklah mudah, yang dapat dilakukan adalah
memberi gambaran berbagai pengalaman dari mereka yang melakukan meditasi, berdasarkan
pengalaman meditasi dapat berarti :
1. Melihat ke dalam diri sendiri
2. Mengamati, refleksi kesadaran diri sendiri
3. Melepaskan diri dari pikiran atau perasaan yang berobah-obah, membebaskan keinginan duniawi
sehingga menemui jati dirinya yang murni atau asli
Tiga hal tersebut diatas baru awal masuk ke alam meditasi, karena kelanjutan meditasi mengarah
kepada sama sekali tidak lagi mempengaruhi panca indera (termasuk pikiran dan perasaan) terutama
ke arah murni mengalami kenyataan yang asli
Perlu dicatat, bahwa pengalaman meditasi akan berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya
karena pengalaman dalam bermeditasi banyak dipengaruhi oelh latar belakang tingkat emosional,
tingkat kecerdasan/intelektual, dan tingkat spriritual, serta tujuan meditasinya
`secara umum, orang yang melakukan meditasi yakin adanya alam lain selain yang dapat dijangkau
oleh panca indera biasa. Oleh karena itu mungkin sekali lebih tepat jika cara-cara meditasi kita
masukkan ke golongan seni daripada ilmu
Meditasi dengan tubuh adalah mempergunakan, menyerahkan tubuh ke dalam situasi hening. Lauknya
adalah dengan mempergunkan pernafasan. Untuk mencapai keheningan, aturlah nafas sehalus
mungkin saat menarik dan mengeluarkannya. Carilah posisi tubuh yang paling cocok yang dirasakan
oleh setiap pribadi, bisa duduk tegak, bisa berbaring dengan lurus dan rata, harus ada keyakinan
dalam diri bahwa alam semesta ini tediri dari cahaya yang tiada habis-habisnya. Keyakinan itu
dipergunakan ketika menarik nafas dan mengeluarkan nafas secara teratur. Ketika menarik nafas,
sesungguhnya menarik energi dan cahaya alam semesta yang akan mengharmoni dalam diri,
penarikan nafas tersebut harus dengan konsentrasi yang kuat. Ketika mengeluarkan nafas dengan

Halaman 53 dari 57
teratur pula, sesungguhnya tubuh telah didiamkan untuk beberapa saat. Jika dilakukan dengan sabar,
tekun, dan teratur manfaatnya tidak hanua untuk kesehatan tubuh saja tetapi juga ikut menumbuhkan
rasa tenang.
Kesulitan yang paling berat dalam bermeditasi adalah “mengendalikan pikiran dengan pikiran” artinya
kita berusaha “mengelola” semua pikiran-pikiran yang ada, hingga mencapai keadan “tidak berpikir”
atau “mengosongkan pikiran”. Caranya adalah dengan memfokuskan pikiran kepada suatu tujuan,
misalnya ingin manunggal dengan Tuhan, ingin bisa menolong orang lain, dsb. Cita-cita yang
berdasarkan kasih dan sayang sebaiknya menjadi dasar dalam memfokuskan pikiran saat akan
bermeditasi.
Secara fisik, ada yang berusaha “mengosongkan pikiran” dengan cara mendengarkan bunyi nafas
sendiri pada awal meditasi, ada juga yang memfokuskan diri pada nyala lilin pada awal meditasi
kemudian memejamkan matanya, dan ada juga yang memejamkan mata namun arah mata terfokus
pada ujung hidung.

K. Samadi
Samadi berasal dari kata : sam yang artinya besar dan adi yang artinya bagus atau indah.
Seseorang yang melakukan samadi adalah seseorang yang mengambil posisi patrap untuk meraih
budi yang besar, indah, dan suci.
Budi suci adalah budi yang diam tanpa nafsu, tanpa keinginan dan pamrih apapun. Inilah kondisi
suwung (kosong) tetapi sebenarnya ada aktifitas dari getaran hidup murni sebagai sifat-sifat hidup dari
Tuhan.
Budi suci terlihat seperti cahaya atau sinar yang disebut Nur. Nur itu adalah hati dari budi. Jesatuan
dari budi dan nur secara mistis disebut curigo manjing warongko atau bersatunya kawula dan Gusti
atau juga biasa digambarkan Bima manunggal dengan Dewa Ruci.
Istilah lainnya ialah pangrucatan atau kamukswan, pangrucatan artinya dilepas, yang dilepas adalah
pengaruh nafsu terhadap diri sendiri, mukswa artinya dihapus, yang dihapus adalah pengaruh nafsu
terhadap diri sendiri. Oleh karena itu samadi adalah satu proses dari penyucian budi, budi menjadi Nur.
Didalam nur inilah, seorang kawula dapat berkomunikasi dengan Gusti untuk menerima tuntunan
sesuai dengan kedudukannya sebagai kawula.
Memahami Manusia :
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan memiliki :
1. Badan Jasmani : Badan Kasar
2. Badan Jiwa : Badan Halus
3. Badan Cahaya : Nur atau Sukma
Dengan susunan seperti tersebut diatas, diharapkan akan mampu mengetahui Sangkan Paraning
Dumadi (makna perjalanan kehidupan)
Memahami Jagad Raya :
Sebelum adanya jagad raya, tidak ada apa-apa kecuali kekosongan dan suwung. Didalam suwung
terdapat sifat-sifat hidup dari Tuhan, jagad raya adalah suatu Causa Prima. Sifat-sifat hidup Tuhan
terasa seperti getaran, dan getaran ini terus menerus.

Halaman 54 dari 57
Ada tiga elemen, yang terdiri dari :
1. Elemen Merah dengan sinar merah bersifat panas
2. Elemen Biru dengan sinar biru bersifat dingin
3. Elemen Kuning dengan sinar kuning bersifat menakjubkan
Elemen-elemen ini selalu bergetar. Sebagai hasil dari perpaduan ketiga elemen tersebut, elemen
keempat lahir dengan warna putih atau putih keperak-perakan dan inilah yang disebut Nur. Nur itu
adalah sari dari jagad raya, ada yang menjadi calon planet, ada yang menjadi badan budi atau jiwa,
yaitu badan jiwa dari manusia.

L. Cipta Tunggal
Cipta bermakna : pengareping rasa
Tunggal bermakna : satu atau difokuskan kepada suatu obyek
Jadi, Cipta Tunggal bisa diartikanmemfokuskan atau mengkonsentrasikan rasa kepada sesuatu
Cipta, karsa (kehendak), dan pakarti (tindakan) selalu aktif selama manusia itu masih hidup.
Pakarti bisa berupa tindakan fisik maupun non fisik, pakarti non fisik misalnya seseorang bisa
membantu memecahkan suatu permasalahan orang lain dengan cara memberikan saran atau
nasehat, nasehat ini berasal dari cipta atau rasa yang muncul dari dalam. Sangatlah diharapkan
seseorang itu hanya menghasilkan cipta yang baik sehingga dia juga mempunyai karsa dan pakarti /
tumindhak yang baik pula dan yang berguna untuk diri sendiri atau orang lain
Untuk bisa mempraktekkannya, orang itu harus selalu sabar, konsentrasikan cipta untuk sabar. Orang
tersebut bisa makari dengan baik apabila kehendak dari jiwa dan panca indera serasi lahir dan batin.
Ingatlah bahwa jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan api, angin, tanah, dan air.
Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :
1. Minumlah segelas air dingin (bukan air es) di pagi hari, siang, dan malam sebelum tidur. Air segar
ini bagus untuk syaraf dan bagian-bagian tubuh yang lain yang telah melaksanakan makarti
2. Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur
3. janganlah merokok terlalu banyak, bahkan sebisanya janganlah merokok
4. konsumsilah lebih banayk sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit daging. Perlu diketahui
daging yang berasal dari hewan yang disembelih dan memasuki raga bisa berpengaruh kurang
baik, maka itu menjadi vegetarian (tidak memakan daging) adalah langkah yang positif
5. Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, nrimo, dan eling. Janganlah terlalu banyak
bersenggama, seminggu sekali atau dua kali sudah cukup

Halaman 55 dari 57
Untuk melatih cipta, antara lain bisa dilakukan :
1. Tenangkan badan (hening) dengan cipta yang jernih dan tenteram. Bila cipta bisa dipusatkan dan
difokuskan ke arah satu sasaran, artinya cipta mulai mempunyai kekuatan sehingga bisa dipakai
untuk mengatur kehendak
2. Buatlah satu titik di tembok atau dinding, duduklah bersila dilantai menghadap tembok, pandanglah
titik itu tanpa berkedip untuk beberapa saat, konsentrasikan cipta, kontrol panca indera, cipta dan
pikiran jernih ditujukan pada titik tersebut. Jangan memikirkan orang lain, jarak mata dan titik
tersebut kira-kira 75 cm, letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan dengan santai
3. lakukan latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi demikian juga pada sore
hari sebelum mandi. Tarik nafas dengan tenang dalam posisi yang enak
4. Lakukan olah raga ringan (senam) secara teratur supaya badan tetap sehat, sehingga mampu
mendukung latihan olah nafas dan konsentrasi
5. Hisaplah ke dalam badan sari trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara masih
bersih, lakukan sebagai berikut :
Keluarkan
Tarik nafas Tahan Nafas Jumlah Min. Pelaksanaan
Nafas
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik Minggu I : 3x
15 detik 10 detik 15 detik 40 detik Minggu II : 3x
20 detik 10 detik 20 detik 50 detik Minggu III : 3x
25 detik 10 detik 25 detik 60 detik Minggu IV : 3x

6. Untuk memperkut otak, tariklah nafas dengan lubang hidung sebelah kiri dengan cara menutup
hidung sebelah kanan, lalu tahan nafas, selanjutnya keluarkan nafas melalui hidung sebelah
kanan, dengan cara menutup hidung sebelah kiri
Keluarkan
Tarik nafas Tahan Nafas Jumlah Min. Pelaksanaan
Nafas
4 detik 8 detik 4 detik 16 detik Minggu I : 7x
10 detik 7 detik 10 detik 27 detik Minggu II : 7x
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik Minggu III : 7x
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik Minggu IV : 7x
20 detik 20 detik 20 detik 60 detik Minggu V : 7x

Karsa akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dapat dituruti dengan benar. Praktekkan samadi
pada waktu malam hari, paling bagus tengah malam di tempat atau dikara yang bersih. Kontrol panca
indera, tutuplah sembilan lubang dari raga, duduk bersila dengan santai, fokuskan pandangan kepada
pucuk hidung.
Tarik nafas, tahan nafas, dan keluarkan nafas dengan tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu
dengarkan suara nafas
Cobalah sebagai berikut :
1. Lupakan segalanya selama 12 detik
2. Dengan sadar memusatkan cipta kepada Dzat Yang Agung selama 140 detik
3. Jernihkan pikiran dan rsa selama 1, 2, atau 3 jam (semampunya)

Halaman 56 dari 57
7 macam tapa raga yang perlu dilakukan :
1. Tapa mata, mengurangi tidur, artinya jangan mengejar pamrih
2. Tapa telinga, mengurangi nafsu, artinya jangan menuruti kehendak jelek
3. Tapa hidung, mengurangi minum, artinya jangan menyalahkan orang lain
4. Tapa bibir, mengurangi makan, artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain
5. Tapa tangan, jangan mencuri, artinya jangan mudah memukul orang atau bertindak kasar
6. Tapa kaki, mengurangi jalan, artinya jangan suka menimbulkan masalah atau suka membuat
kesalahan
7. Tapa alat seksual, mengurangi hubungan badan (bersetubuh), artinya jangan berzinah

7 macam tapa jiwa yang perlu dilakukan :


1. Tapa raga, rendah hati melaksanakan hal-hal yang baik
2. Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat
3. Tapa nafsu, tidak iri kepada kesuksesan orang lain, tidak mengeluh, dan sabar pada saat
menderita
4. Tapa jiwa, setia, tidak berbohong, dan tidak mencampuri urusan orang lain
5. Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso
6. Tapa cahaya, bersifat luhur dan berpikiran jernih
7. Tapa hidup, selalu waspada dan sadar

Halaman 57 dari 57

Anda mungkin juga menyukai