Anda di halaman 1dari 6
KERANGKA ACUAN PROGRAM SURVELAN DAN DBD [No Dokumen ——~—~—«& 44S /egKAK-B/MIMITV.03/172023 | | Tanggal Terbit oJanuari 2023 JiNesRavicl eceoepeticp rns es (00, Halaman 6 Halaman Ditetapkan Januari 2023, Kepala UPTD Puskesmas Merbau Mataram - b AGUNG SUPARWLSKM NIP. 19771223 200902 1002 DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN UPT PUSKESMAS MERBAU MATARAM TAHUN 2023 KERANGKA ACUAN SURVEILAN DAN DBD I, Pendahulu: Penyakit DBD mulai dikenal di indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah ‘endemis DBD. Penyakit ini tidak sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak ‘buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak 150.822 asus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki- aki sebesar 49,67%. Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Untuk menanggulangi penyakit DBD maka pemerintah melalui Kemenkes menerbitkan acuan pelaksanaan teknis maka diterbitkan permenkes 150/Meteri/per/x/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Pembaharuan Kepmenkes No.86/menteri/per/x/2014 tentang penanggulangan penyakit menular. Ruang lingkup kegiatan penanggulangan DBD adalah sbb : A. Surveilans Epidemiologi Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus secara aktif ‘maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans laboratorium dan surveilans terhadap faktor resiko penularan penyakit seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans al adanya perubahan iklim (climate change). B. Penemuan dan tatalaksana kasus Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit. C. — Pengendalian vektor ‘Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untuk memutuskan rantai Promosi keschatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan leaflet dan poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat. Metode ini antara lain dengan COMBI, PLA dsb. G. —_ Kemitraan/jejaring kerja Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh sektor keschatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait sangat besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melalui Sk KEPMENKES 581/1992 dan SK MENDAGRI 441/194 dengan nama Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL). Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan Jjejaring kemitraan dalam pengendalian DBD. I. Latar Belakang Penanggulangan DBD di wilayah kerja Puskesmas Merbau Mataram adalah penyelidikan epidemiologi (PE), pemeriksaan jentik di rumah pada daerah adanya kasus, fogging, dan pemberiaan bubuk abate. Dari data evaluasi Puskesmas tahun 2007 mengenai pemeriksaan jentik berkala (PJB) dinyatakan 0% dilaksanakan dan promosi kesehatan mengenai DBD (penyuluhan 3M plus dan pola penularan penyakit DBD) di Puskesmas Merbau Mataram dilaksanakan apabila terjadi kasus. Scharusnya menurut Departemen Kesehatan harus dilakukan PJB dan penyuluhan 3M minimal setiap 3 bulan sekali oleh Puskesmas sebagai ‘upaya penanggulangan DBD. Berdasarkan observasi dan wawancara, maka penulis merasa perlu untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program penangulangan DBD oleh Puskesmas Merbau Mataram, mengingat kasus demam berdarah dengue menempati peringkat pertama dari penyakit berbasis lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Merbau Mataram. 11. Tujuan Umun dan Tujuan Khusus Tujuan Umum Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan surveilan dan DBD dilingkungan Puskesmas Merbau Mataram Tujuan Khusus Teridentifikasinya masalah kegiatan penyelidikan epidemiologi dan Survey vector DBD * penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus : 1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas 2). Secara kimiawi dengan larvasidasi 3) Secara biologis dengan pemberian ikan 4) Cara lainnya (menggunakan repellant, obat nyamuk bakar, kelambu, memasang kawat kasa dll) Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara : 1) Mengaktifkan peran dan fungsi Jura Pemantau Jentik (umantik) dan dimonitor oleh petugas Puskesmas. 2) Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim penularan. 3) Pemeriksaan Jentik Berkala (PIB) setiap 3 bulan sckali dan dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. 4) Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ). D. __ Peningkatan peran serta masyarakat Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK dan organisasi Kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat umum dan tempat ibadah). Berbagai upaya secara polotis telah dilaksanakan seperti instruksi Gubernur/Bupati/Walikota, Surat edaran Mendagri, Mendiknas, serta terakhir pada 15 Juni 2011 telah dibuat suatu komitmen bersama pimpinan daerah Gubernur dan Bupati/Walikota untuk pengendalian DBD. E, Sistem kewaspadaan dit (SKD) dan penanggulangan KLB Upaya SKD KLB ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB dan apabilatelah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi. Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat menampung pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana logistik, dan tenaga medis, paramedis dan laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah menyiapkan anggaran untuk perawatan pasien tidak mampu. F.— Penyuluban V. Cara Melaksanakan Kegiatan No | Kegiatan Pelaksanaan Program pokok 1 | Penyelidikan 1. Siapkan persiapkan alat survei (tensi, senter, formulir PE) Epidemiologi 2. Lapor ke desa untuk melakukan PE 3. Membuat Laporan 4. Laporan ke Atasan 2 [Survey vector| 1. Siapkan persiapkan alat berupa senter DBD 2. Balnko laporan 3. Periksa jentik nyamuk di tempa tempat perindukan nyamuk dan di catat 4, Membuat Laporan 3 | Fogging focus 1. Siapkan alat dan bahan fogging 2. Insektisida dilarutkan dalam solar 3. Dilakukan fogging ( rumah dan halaman) pagi atau sore atau malam hari untuk fogging di mulai dari ruangan belakang, jendela dan pintu untuk di Ivar rumah harus dilakukan fogging searah dengan arah angin dan petugas fogging berjalan mundur 4, Penghuni rumah harus diluar,semua makanan dan tempat penampungan air minum agar ditutup | VI. Sasaran Sasaran kegiatan Penyelidikan epidemiologi dan Survey vector DBD adalah masyarakat (KK) di wilayah Puskesmas Merbau Mataram VI. Jadwal 1. Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi dilakukan setaip ada kasus 2. Kegiatan Survey vector DBD dilakukan dibulan mei 2023 di 8 desa VIM. Evaluasi 1. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh pemegang program di bantu oleh lintas program dan lintas sektor 2. Pelaporan evaluasi setelah kegiatan selesai dilakukan dan dilaporkan kepada kepala puskesmas IX, _ Pencatatan pelaoran dan evauasi kegaiatan 1. Pencatatan dilakukan dengan membuat format laporan dan dilaporkan ke dinas keschatan setiap ada kejadian kasus KLB 2. Laporan kegiatan Survey vector DBD dilaporkan dengan menggunakan format Japoran yang telah di tetapkan dan dilaporkan ke puskesmas selanjutnya di laporkan ke dinas kesehatan 3. Monitoring dilakukan setiap sehabis kegiatan sedangkan evaluasi dilakukan 6 bulan sekali sesuai dengan jadwal

Anda mungkin juga menyukai