Anda di halaman 1dari 19

Segitiga api digambarkan dengan segitiga sama sisi yang menunjukkan bahwa ada tiga unsur yang harus

ada untuk terbentuknya api. Ketiga unsur dalam teori segitiga api itu adalah bahan bakar (fuel), sumber
panas atau api (heat), dan oksigen. Bahan bakar adalah segala unsur baik gas, padat, atau cair yang dapat
terbakar.
teori tetrahedron api atau segitiga api adalah sebuah uraian mengenai rantai kejadian hingga terciptanya
pembakaran atau oksidasi yang menghasilkan api.
Pengertian (Definisi) Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu
panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan cahaya. Ilustrasi 3 (tiga) unsur
api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api di atas.
3 Faktor Penyebab Kebakaran atau Segitiga Api. Benda padat, cair atau logam yang mudah terbakar.
Lingkungan yang memiliki suhu tinggi berpotensi lebih besar menimbulkan kebakaran. Sumber panas bisa
berupa sinar matahari, korsleting listrik, panas energi mekanik atau gesekan, reaksi kimia dan kompresi
udara.
Apa perbedaan api dan kebakaran?
Api adalah Suatu proses kimia yaitu proses oksidasi cepat yang menghasilka panas dan
cahaya. Kebakaran adalah Api yang tidak terkontrol dan tidak dikehendaki karena dapat
menimbulkan kerugian baik harta benda maupun korban jiwa

Jenis jenis apar apa saja?


 Apar Jenis Cairan / Water. APAR Jenis Air (Water) adalah Jenis APAR yang disikan oleh Air
dengan tekanan tinggi. ...
 Apar Jenis Busa / Foam (AFFF) adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar akan menutupi
bahan yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran
 Apar Jenis Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan
kombinasi dari Mono-amonium dan ammonium sulphate. Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan
akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang merupakan unsur
penting terjadinya kebakaran.
 Apar Jenis Karbon Dioksida (Carbon Dioxide (CO2) dalah Jenis APAR yang menggunakan bahan
Karbon Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya. APAR Karbon Dioksida
sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi
Listrik yang bertegangan)
 Apar Jenis Halocarbon (Halon) Media pemadam api jenis halocarbon (halon), adalah bekerja
secara kimia memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat unsur- unsur carbon dan
hydrogen yang berdiri bebas, dan sifat ikatannya sangat kuat sehingga akan menghentikan rantai
reaksi pembakaran secara kimia.
 Apar Jenis Clean Agent adalah jenis agent pemadam kebakaran yang secara elektrik non-
konduktif, mudah menguap, atau gas, dan yang tidak meninggalkan residu pada penguapan.
Sistem pencegah kebakaran clean agent memanfaatkan gas inert atau bahan kimia yang disimpan
dalam tempat dan dibuang ketika kebakaran terdeteksi.
 Apa arti dari flash over?
 Flashover adalah masa transisi antara tahap pertumbuhan dengan tahap pembakaran
penuh. Proses berlangsungnya sendiri sangat cepat, berkisar 300-600 derajat C. Munculnya
flashover disebabkan oleh adanya ketidakstabilan panas di dalam ruangan.
 Apa hubungan api dengan oksigen?

 Api merupakan hasil dari
lainnya dan saling melepaskan elektron. Reaksi
inilah yang akan menciptakan nyala api.
Apa wujud dari api?

 Meski belum benar-benar diketahui, untuk saat ini sifat api termasuk ke dalam plasma
 3 Langkah yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran?
 Jika terjadi kebakaran, Anda
tim pemadam kebakaran.
Apabila kebakaran dirasa masih dalam skala kecil, coba
padamkan api menggunakan APAR atau alat pemadam
tradisional yang tersedia di sekitar Anda.
 Dari mana api itu berasal?

 Asal api adalah suatu reaksi oksidasi cepat yang


terbentuk dari tiga unsur yaitu: panas, udara dan bahan
bakar yang menimbulkan panas dan cahaya.
Bagaimana cara memadamkan api?
5 Cara (Metode) Memadamkan Api / Kebakaran
1. Pendinginan. Menghilangkan unsur panas. ...
2. Isolasi. Menutup permukaan benda yang terbakar untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api. ...
3. Dilusi. Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api. ...
4. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar. ...
5. Pemutusan Rantai Reaksi.
Berapa jarak penempatan APAR?

Tinggi pemberian tanda pemasangan ialah 125


cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau
kelompok APAR bersangkutan (jarak minimal
APAR / Tabung Pemadam dengan laintai
minimal 15 cm). Jarak penempatan APAR /
Tabung Pemadam satu dengan lainnya
ialah 15 meter atau ditentukan lain oleh
pegawai pengawas K3 atau Ahli K3.

Apa itu Backdraft dalam kebakaran?


Backdraft adalah situasi yang dapat terjadi ketika produk kebakaran-gas yang kekurangan
oksigen; sehingga pembakaran melambat (karena kurangnya oksigen) tetapi bahan bakar gas
mudah terbakar (terutama CO) dan asap (terutama hidro-karbon bebas radikal dan partikel) tetap
berada pada suhu di atas titik-api gas bahan
1. Meningkatkan Risiko Luka Bakar.
2. Memicu Kejang pada Penderita Epilepsi.
3. Meningkatkan Risiko Gangguan Pernapasan.
4. Memicu Gangguan Pendengaran.
5. Berisiko Menyebabkan Masalah Penglihatan.
1. Kebakaran.
Meksipun keduanya sama-sama bisa memadamkan kelas kebakaran C, namun APAR powder ternyata
dapat memberikan proteksi lebih luas. APAR Powder dapat digunakan untuk mengatasi kebakaran
kelas A, B, dan C, bedanya APAR CO2 hanya bisa digunakan untuk mengatasi kebakaran kelas B dan
C saja.
Fire Point / Titik Bakar

Suhu

terendah suatu bahan yang mengeluarkan uap/gas, akan tetap menyala dan terbakar setelah sumber
panas dihilangkan.

Api berwarna apa?


Jika oksigen dalam reaksi kimia api rendah maka api cenderung berwarna kekuningan. Sementara
jika kandungan oksigennya tinggi maka api akan cenderung berwarna biru
TALI MENALI
adalah ilmu yang mempelajari tantang cara membuat simpul dan ikatan tali sesuai dengan fungsi
dan tujuan.

IKATAN
adalah hubungan antara tali dengan benda lain / obyek.

SIMPUL
adalah hubungan antara tali dengan tali itu sendiri.

JERAT
adalah ikatan yang makin mengencang apabila mendapat beban tarik.

TALI LUNCUR
Adalah tali yang berguna untuk naik dan turun dari ketinggian berbeda dengan Ciri-ciri:

 Tali Manila panjang tak terbatas diameter 5/8 s/d 7/16 inch
 Tali Kernmantle panjang 50–200 m diameter 9 – 12 mm.

TALI TUBUH
Adalah tali yang gunanya untuk perlengkapan perorangan dan berfungsi serba guna dengan Ciri-
ciri :

 Tali manila panjang +- 4 m dan diameter 3/8 inch


 Webbing panjang 4 s/d 4,5 m lebar 2,5cm.

TOUGLE ROPE
Adalah tali yang terbuat dari manila dan diberi pasak kayu, berfungsi sebagai alat luncur
penyeberangan (dodent ride).

TALI BILAY
Adalah tali yang berfungsi untuk memandu korban yang diturunkan atau dinaikkan yang
dikendalikan oleh petugas bleyer dari atas atau dari bawah.

TAG LINE / GUIDE LINE


Adalah tali pemandu yang diikatkan pada korban yang diturunkan dengan tujuan untuk
menghindari rintangan yang dikendalikan petugas bleyer dari bawah.

DODEN RIDE
Adalah yang berfungsi untuk turun penyeberangan
JENIS – JENIS TALI DITINJAU DARI BAHAN BAKU
Tali serabut alam ( natural fiber rope )
Adalah tali yang terbuat dari serabut tumbuhan atau lapisan dari tangkal tumbuhan, contoh :

 Tali manila (serat sisal)


 Tali cotton (serat kapas)
 Tali ijuk
 Tali serabut kelapa, Dll.

Tali serabut buatan ( sintetic rope )


Adalah tali yang terbuat dari serat sintetic yang diproduksi oleh pabrik dan menghasilkan tali yang
lebih baik dan kuat, Contoh :

 Tali nylon.
 Tali kernmantle / statis, dinamis dan semi.

PRINSIP TALI MENALI


KUAT
setiap ikatan yang dibuat harus kuat dan disesuaikan dengan tujuan.

CEPAT
Dalam pengikatan harus dilaksanakan secepat mungkin dan selesai dengan hasil yang baik.

HEMAT
Setiap bentuk ikatan dan simpul sedapat mungkin jangan terlalu banyak memakai tali.

DASAR – DASAR SIMPUL DAN IKATAN


1. Bight adalah tali berbentuk lengkung dan apabila tali berbalik arah tetapi tidak saling menyilang.
2. Loop / mata tali adalah tali yang berbentuk lingkaran dan tali saling menyilang.
3. Runing End / tali yang bergerak Ujung tali yang biasanya dipakai untuk membentuk ikatan atau simpul.
4. Standing End / tali yang tidak bergerak atau disebut juga pangkal tali.
5. Bend (penyatuan) adalah simpul yang digunakan untuk menyatukan dua ujung tali yang berbeda.
6. Hitch (simpul penambat) adalah simpul yang digunakan untuk mengikatkan tali pada sebuah obyek
lainnya.
7. Over Hand adalah tali yang melingkar di atas tangan.
8. Under Hand adalah tali yang melingkar di bawah tangan.

MACAM-MACAM IKATAN DAN FUNGSINYA


HALF HITCH ( Ikatan Setengah )

 Tidak dapat berdiri sendiri / tidak akan berfungsi sebelum ada ikatan lain.
 Untuk menegakkan benda yang akan dinaikkan atau diturunkan.
OVER HAND KNOT ( Ikatan Satu )

 Untuk mengikat sementara.


 Untuk menandai peralatan yang rusak.
 Untuk membuat tangga tali.

IKATAN DUA ( Jerat Sauh )

 Untuk mengunci ikatan / simpul yang lain.


 Untuk membuat tandu darurat.
CLOVE HITCH ( Ikatan Tiga )

 Untuk mengikat benda berpenampang bulat.


 Untuk mengikatkan tali luncur.
 Untuk menentukan titik ikatan.

IKATAN POKOK

 Sebagai pengganti harness.


MACAM – MACAM SIMPUL
1. Simpul Hidup (Reef Knot)
2. Simpul Nelayan (Fisherman Knot)
3. Simpul Anyam Tunggal (Singgle Sheet Bend)
4. Simpul Anyam Rangkap (Double Sheet Bend)
5. Simpul Kupu- Kupu
6. Simpul Gelung Satu
7. Simpul Gelung Dua
8. Simpul Gelung Tiga
9. Simpul Dada Tunggal ( Singgle Loop Bowline)
10. Simpul Dada Rangkap ( Double Loop Bowline)
11. Simpul Lepas / Ikatan Lepas (Draw Hitchs

DEFINISI DARI SIMPUL


SIMPUL HIDUP/ REEF KNOT
Simpul yang berguna untuk menyambung tali yang sama besar.

SIMPUL NELAYAN / FISHERMAN KNOT


Simpul yang berguna untuk menyambung tali yang sama besar yang sifatnya permanen.

SIMPUL ANYAM TUNGGAL / SINGGLE SHEET BEND


Simpul yang berguna untuk menyambung tali yang tidak sama besar.
SIMPUL ANYAM RANGKAP/ DOUBLE SHEET BEND
Simpul yang berguna untuk menyambung tali yang tidak sama besar dengan perbedaan diameter
yang mencolok.

SIMPUL KUPU – KUPU


Simpul yang digunakan untuk mengikatkan sebuah loop pada tengah-tengah tali
SIMPUL GELUNG SATU /SINGGLE LOOP
Simpul yang berguna untuk menempatkan cincin kait dan apabila gelungnya besar dapat untuk
membawa korban.

SIMPUL GELUNG DUA / DOUBLE LOOP


Simpul yang berfungsi sebagai sanggurdi atau dapat sebagai tali kursi untuk menahan beban yang
lebih berat. Pengembangan dari SGS.

SIMPUL GELUNG TIGA / TREEPLE LOOP


Simpul yang berfungsi sebagai tali kursi untuk menahan beban yang lebih berat lagi.
Pengembangan dari SGD.
IKATAN DADA /SINGLE AND DOUBLE LOOP BOW LINE
Simpul yang berfungsi sebagai pengganti Safety Belt.

SIMPUL LEPAS /DRAW HITCHS


Ikatan atau simpul yang apabila telah selesai digunakan dapat dilepas dgn menarik ujung tali
secara bergantian tanpa harus menyentuh simpul yang ada.

PEMELIHARAAN DAN
PERAWATAN TALI
1. Untuk tali baru sebelum digunakan
sebaiknya dicuci terlebih dahulu.
2. Pada saat menggulung tali jangan sampai ada
yang patah.
3. Tali tidak boleh terkena debu, pasir, oli, gemuk,
zat-zat kimia.
4. Tali dalam keadaan basah jangan disimpan dalam keadaan tergulung.
5. Simpanlah tali ditempat yang mudah diambil dan di tempat yang kering dengan temperature yang
sedang.
6. Penempatan tali sebaiknya digantung, usahakan tidak menempel pada dinding.
7. Bebas dari gesekan benda keras yang berpenampang tajam.
8. Apabila terkena air laut segera dicuci dengan air tawar dan dikeringkan tanpa terkena sinar matahari
langsung.
9. Setiap pemakaian perlu dicatat, Berapa lama pemakaian, Penggunaannya untuk apa, Dalam keadaan
kering atau basah dan Menggunakan alat apa, dll.
10. Jangan menginjak tali, karena dapat menekan butiran pasir masuk ke dalam tali yang dapat merusak
struktur tali.
11. Setiap habis pemakaian sebaiknya tali dicuci dan disikat menggunakan sikat yang halus atau
menggunakan sikat khusus pencuci tali ( jangan menggunakan detergen).
SOP
(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
KABUPATEN BATANG HARI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
KABUPATEN BATANG HARI

KETENTUAN UMUM
Standar Operasional Prosedur Penaggulangan Kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Batang
Hari selanjutnya disingkat SOP. Standar Operasional Prosedur adalah suatu Keterangan berupa system dan
prosedur yang baku serta merupakan penjabaran dari aturan dan ketentuan yang lebih tinggi untuk digunakan
dalam Penanggulangan Kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Batang Hari.

MAKSUD TUJUAN DAN PRINSIP DASAR


Maksud dan tujuan penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut :

1. Standar operasional prosedur disusun dengan maksud sebagai pedoman dan pelaksanaan tentang
penanggulangan kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Batang Hari.
2. Tujuan disusunnya standar operasional prosedur ini adalah agar pelaksanaan Penanggulangan Kebakaran
dapat dilakukan secara efisiensi, efektif, ekonomis, transparan dan akuntabel serta mempermudah pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan kegiatan.
Standar operasional prosedur mempunyai prinsip dasar :

1. Efisien adalah pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Kebakaran harus diusahakan dengan pemanfaatan dana
dan daya terbatas untuk mencapai sasaran yang ditentukan oleh waktu sesingkatnya dan dapat di pertanggung
jawabkan.
2. Efektif adalah pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Kebakaran sesuai dengan kebutuhan yang di tetapkan
dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai sasaran yang di tetapkan.
3. Ekonomis adalah pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Kebakaran dilakukan dangan input yang terbatas dan
output yan optimal.
4. Transparan adalah keterbukaan informasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Penaggulangan
kebakaran.
5. Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan
kegiatan Penanggulangan Kebakaran sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan peraturan-peraturan
undang-undang yang berlaku dalam kegiatan kerja yang ditetapkan.

RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup standar operasional prosedur ini adalah sebagai pedoman bagi seluruh
Pimpinan/Pejabat/Staf/Danru/Anggota/Sopir di lingkungan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Batang hari.

SISTEMATIKA
Standar operasional prosedur ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

 Mengupayakan memenuhi Prinsip Respon Time


Jarak dan waktu tempuh terjauh dari posko induk mako 2011103 dengan jarak 7,5 Km dalam waktu tempuh
kurang dari 15 menit adalah daerah yang terlayani dalam Wilayah Manajemen Kebakaran. (Kepmen PU No.
11/KPTS/2000).
 KPL (Komando Penggendalian Lapangan)
1. Adalah Posko/tempat Kepala Komando Pengendalian Lapangan menentukan sasaran pada proses
pengendalian operasi lapangan yang bertempat tidak jauh dari lokasi kejadian darurat kebakaran dan dilengkapi
dengan data perkembangan terbaru.
2. KPL dibawah Komando Kepala Dinas Pemadam kebakaran (Chief Officer ) atau Kabid Operasi dan
Sarpras yang berada di lokasi kejadian darurat kebakaran untuk memimpin sasaran strategi dan taktik serangan
pemadam.
3. KPL bisa dijabat oleh beberapa fungsi pengendalian lapangan dari instansi terkait dalam tugas KPL
terpadu tergantung pada situasi yang berkembang dilapangan.
 KKPL ( Kepala Komando Pengendalian Lapangan )
1. Kepala Komando Pengendalian Lapangan (KKPL) dijabat pertama kali oleh 1 orang Chief Officer
(Kadis,Kabid,Kasi Operasi) atau anggota yang memiliki skill dibidang Damkar dilokasi kejadian darurat
kebakaran sebelum adanya pengalihan KPL kepada pejabat yang lebih tinggi.
2. Pengambilan alih komando ditandai dengan bunyi sirine panjang 2 (dua) kali selama beberapa detik dan
pemberitahuan melalui pesawat radio komunikasi pada setiap jajaran bertanda telah terjadi pengalihan komando
dari kewenangan Kepala Komando Pengendalian lapangan pertama kepada KKPL selanjutnya.
3. Kepala Komando Pengendalian Lapangan membagi arah serangan setelah mendapat masukan dari Kabid
Operasi dan Sarpras menjadi 4 sisi arah serangan yaitu searah jam 12, arah jam 6, arah jam 3 dan arah jam 9.
4. Kepala Komando Pengendalian Lapangan bertanggung jawab menentukan sasaran yang akan dicapai melalui
strategi dan taktik serangan pada kejadian darurat kebakaran.
5. Kepala Komando Pengendalian lapangan melaksanakan pemadaman dengan tetap berpedoman kepada
perkembangan situasi dilapangan yang diperoleh dari masing-masing arah serangan yang dikuasai.
6. Masing-masing Arah serangan dipimpin oleh 1 orang Komandan Regu melalui penunjukan dari Kasi Operasi dan
membawahi 4 arah serangan.
7. Jika situasi menuntut serangan diperbanyak Kabid Operasi dan Sarpras dapat menunjuk beberapa Komandan
Regu untuk memimpin arah serangan yang dianggap perlu untuk ditanggulangi.
8. Operasional pemadaman akan dicabut oleh KKPL setelah situasi benar-benar dapat dikuasai aman dan
terkendali.
9. Operasional selesai ditandai dengan aba-aba berkemas dari KKPL atau sirine 1( satu) kali panjang selama
beberapa detik.
 Operasi Penanggulangan Kebakaran
1. Offensive
1. Dilakukan dengan cara masuk ke bangunan, meskipun pada kebakaran besar, pancaran dari luar juga
digerakkan sebagai serangan (paling bagus dari mobil tangga). Pada operasi ini sumber Daya dianggap tersedia
dan ancaman pada bangunan yang berdekatan.
2. Bila serangan offensive yang efektif tidak mungkin atau belum sukses dalam 20 menit, siap-siap untuk beralih ke
posisi defensive.
3. Pasukan dalam offensive harus maju secara tetap, diam ( stationary) sama buruknya dengan mundur.
1. Defensive
1. Dilakukan pemadaman diluar bangunan dengan prioritas utama melindungi bangunan yang berdekatan, jika ada
penghuni bangunan jelas bukan tempatnya operasi defensive.
2. Bila pasukan beralasan tidak mampu lagi memadamkan dan sebelum api menjalar, maka perintah mengambil
posisi bertahan harus dilakukan.
3. Proteksi bangunan bersebelahan dengan melindungi lapisan dengan air sebagai pelindung dari nyala api.
4. Hindari pancaran tekanan tinggi, gunakan pancaran kabut atau pancaran sesuai dengan kebutuhan.
1. No attack
1. Jangan lakukan penyerangan bila kondisi dapat membahayakan seperti adanya potensi BLEVE (Bulling liquid
vapor Explosion) potensi bahaya dari container tertutup berisi cairan antara lain drum, tangki, kaleng dan lain-
lain yang terkena api kebakaran pada kasus ini dengan membiarkan benda itu terbakar adalah pemecahan
masalah yang paling baik.
2. Bila jiwa manusia menjadi taruhan serangan offensive adalah keharusan (mandatory).
3. Mulailah pemadaman secepat mungkin maju secara bertahap dan sinergi.
 Sumber Daya ( SD)
Sumber daya adalah seluruh potensi berupa Personil dan Peralatan yang dibutuhkan oleh Kepala komando
Pengendalian Lapangan untuk operasi ditempat kejadian darurat kebakaran.

1. Potensi sumber daya : Dinas Pemadam Kebakaran, Militer, Dinas Kesehatan Kota, Dinas Perhubungan,
Kepolisian, Ambulance, RAPI, Dinas Sosial, SAR, Satuan Polisi Pamong Praja, dan unsure pendukung lainnya.
2. KKPL berhak untuk mengendalikan seluruh potensi sumber daya guna mencapai sasaran strategi dan taktis di
kejadian darurat kebakaran.
3. Sumber daya disiapkan pada Pangkalan Aju menunggu permintaan penugasan dari Kabid Damkar.
4. Penempatan sumber daya pada Pangkalan Aju tidak jauh dari kejadian darurat kebakaran.
5. Permintaan penggunaan sumber daya harus sepengetahuan Kepala Komando Pengendalian lapangan.
 Bantuan Sumber Daya Armada Damkar
1. Kepala Komando Pengendalian Lapangan berhak meminta bantuan mobil unit Damkar kepada Mako 113,
Pangkalan Aju, instani terkait dan Damkar luar kota situasi membutuhkan untuk penambahan unit armada.
2. Unit armada yang datang ke lokasi kejadian darurat kebakaran disiapkan pada Pangkalan Aju menunggu
perintah Kabid Operasi dan Sarpras untuk diarahkan kepada sasaran yang dituju.
3. Penambahan ataupun pengurangan mobi8l8 unit Damkar harus diketahu8i dan dilaporkan kepada Kepala
Komando Pengendalian Lapangan.
4. Kewenanggan point 1,2,3 di atas menjadi tanggung jawab penuh Komando Pengendalian Lapangan.
 Pangkalan Aju
Pangkalan Aju adalah suatu tempat untuk menghimpun seluruh potensi sumber daya personil dan Peralatan
tidak jauh dari kejadian darurat kebakaran dan dapat ditempuh dalam waktu 3 menit, dipimpin oleh seorang
manajer pangkalan aju.

1. Perintah yang digunakan untuk pangkalan aju adalah perintah Komando langsung dari Kabid Operasi dan
Sarpras kepada manajer pangkalan aju.
2. Seluruh sumber daya taat dan patuh pada perintah manajer pangkalan aju untuk digerakkan dalam mencapai
sasaran strategi dan taktik.
3. Pangkalan aju dikendalikan penuh oleh manajer pangkalan aju dalam pemanfaatan sumber daya.
4. Sumber daya yang masuk dan keluar serta yang sudah digunakan atau tak dapat digunakan tercatat dalam buku
laporan manajer pangkalan aju.
5. Tugas operasi telah diseleaikan jika telah mendapat perintah dari KKPL untuk menghentikan operasi.

 Olah Data Informasi


1. Olah data informasi oleh petugas operator : merespon laporan kejadian kebakaran pada buku catatan kejadian
darurat kebakaran Pastikan Informasi A1 (tidak diragukan lagi) dengan rincian sebagai berikut :
 Nama pelapor
 No telepon pelapor,
 Alamat tempat kejadian,
 Jenis yang terbakar,
 Bahan yang terbakar.
1. Pengecekan ulang data laporan mauk kejadian kebakaran untuk mematikan validitas data tersebut melalui
telepon ulang.
2. Waktu Olah Data Informasi s/d pemberangkatan Mobil unit Damkar dibawah 5 menit.
3. Melaporkan hasil olah data valid dari operator ke Danru Piket untuk segera menurunkan perintah operasi.
4. Danru Piket menurunkan perintah operasi penanggulangan kebakaran dengan menyembunyikan lonceng tanda
siaga darurat kebakaran 3x berturut-turut serta menurunkan mobil unit Damkar sesuai dengan SNI/NFPA 1996
berdasarkan bobot serangan dan resiko bangunan berdekatan.
5. Pemberangkatan armada pertama 3 unit, untuk 1 (satu) unit armada beranggotakan 6 (enam) atau maxsimal 12
(dua belas) orang dan didampingi oleh mobil Rescue, Ford Ranger, Fortable dan Mobil Ambulance untuk jarak
tempuh dibawah 7,5 Km dan waktu dibawah 15 Menit jika kebakaran besar.
6. Jika terjadi kejadian kebakaran kecil seperti Travo PLN meledak/terbakar, mobil terbakar, motor terbakar, mobil
terbakar, korlesting kecil dan lain-lain yang mengatasi hanya regu piket, namun jika kebakaran rumah,ruko,
kantor dan bangunan lainnya (lonceng di Mako berbunyi ) maka Komandan Regu Piket boleh minta bantuan
kepada personil yang lain dengan terlebih dahulu melaporkan kepada Kasi Operasional atau Kabid Damkar dan /
atau Kepala Pelaksana.
7. Untuk penambahan unit mobil di lapangan Danru melaporkan dan setelah mendapat perintah dari pimpinan
tertinggi/Komando lapangan saat itu seperti : Kadis,Kabid dan Kasi Operasional.
8. Laporan kejadian kebakaran harus dilampirkan Dokumentasi pada saat menyerahkan laporan.
 Menentukan Sasaran
Adalah rencana tindakan untuk menentukan prioritas yang akan dicapai secepatnya pada kejadian darurat
kebakaran, sebagai berikut :

1. Melokalisir bangunan yang terbakar.


2. Lakukan upaya Fire Rescue dengan mengevakuasi korban.
3. Proteksi/lindungi bangunan yang berdekatan.
4. Padamkan secepat mungkin dengan serangan penuh mengurung/membatasi (Confinement) tempat kejadian
darurat kebakaran
 Strategi
Melalui cara yang paling efektif untuk mencapai sasaran titik api sebagai berikut :

1. Melokalisir areal kebakaran agar tidak meluas dengan cara serangan Offensive dan serangan Defensive.
2. Lakukan upaya Fire Rescue mencari dan menyelamatkan korban yang masih terkurung di dalam gedung atau
areal kebakaran.
3. Proteksi/ lindungi bangunan yang berdekatan dengan upaya mengendalikan kebakaran agar tidak menjalar pada
bangunan yang bersebelahan.
4. Keputusan strategi didasarkan pada evaluasi situasi, potensi resiko dan kemampuan sumber daya yang tersedia.
 Taktik
Adalah metode/cara yang digunakan untuk menindak lanjuti sasaran Strategis, sebagai berikut :

1. Lakukan serangan offensive masuk ke dalam areal kebakaran pada sector-sektor yang dikuasai membentuk
beberapa tim dengan mengelar selang-selang, adakan ventilasi dan melaksanakan upaya Fire Rescue
( mencari/menyelamatkan) korban yang terkurung pada areal kejadian darurat kebakaran.
2. Lakukan serangan Defensive bertahan dengan pancaran kabut melindungi (proteksi) bangunan yang berdekatan
dengan areal kejadian darurat kebakaran.
3. Lakukan serangan penuh mengurung/membatasi (confinement) secepat mungkin pada 4 sisi sector, sector jam
12, sector jam 6, sector jam 3 dan sector jam 9 pada areal kejadian darurat kebakaran.
4. Taktik serangan tetap mempertimbangkan perkembangan situasi, bahan yang terbakar, luas areal yang terbakar,
sumber daya yang tersedia, waktu yang tersedia dan resiko yang akan ditempuh oleh Fire Figther dalam
serangan taktis tersebut.
5. Tim bergerak imultan membawahi beberapa regu Fire Figther mencapai sasaran strategi dan tetap dibawah
komando Kabid Damkar/Kasi Operasi.
 Diagram Standar Operasional Prosedur Penanggulangan Kebakaran
Diagram Standar Operasional Prosedur Penanggulangan Kebakaran dapat dilihat sebagaimana terlampir.

Standar Operasional Prosedur (SOP) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya dan melakanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan.

SELF CONTAINED BREATHING APPARATUS [SCBA] Adalah suatu alat


pelindung pernafasan yang berdiri sendiri, berisi udara bersih atau
oksigen yang dimasukan dalam tabung, yang membuat si pemakai
tidak tergantung lagi dari udara sekelilingnya, untuk jangka waktu
tertentu

PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN PERORANGAN

“ Barang siapa akan memasuki tempat kerja, diwajibkan mentaati semua


petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindungd iri yang diwajibkan“

UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Bab IX pasal 13 : Kewajiban


bila memasuki tempat kerja.

1. Penyebab kematian tertinggi ditempat kebakaran dikarenakan menghisap asap


dan gas beracun.
2. Adanya kondisi Panas dan oksigen yang berkurang ditempat kebakaran;
3. Warna, bau, dan rasa tidak dapat menjamin sebagai petunjuk dari bermacam-
macam bahaya pernafasan
PEMBAGIAN JENIS BREATHING APPARATUS

1. Berdasarkan isi botol


a. Oksigen
b.Udara bersih

2. Berdasarkan konstruksi
a. Berdiri sendiri .
b. Tidak berdiri sendiri .

3.Berdasar kancara kerja.


a. Rangkaian terbuka
b. Rangkaian tertutup

TYPE OPEN CIRCUIT

Adalah suatu type SCBA dimana persediaan udara di dalam tabung yang dihembuskan
oleh pemakainya langsung terbuang keluar melalui exhalation valve .

TYPE CLOSED CIRCUIT


Adalah suatu type SCBA dimana pemakainya menghembuskan nafas melalui filter
kimia yang memindahkan CO2’ kemudian bernafas kembali dengan sisa O2 yang ada .

KOMPONEN UTAMA SCBA

MASKER
Berfungsi untuk melindungi wajah dari terpaan
panas dan menjaga udara didalamnya agar tetap
dingin .

HARNESS BODY
Berfungsi untuk membawa SCBA dengan cara
digendong.

BOTOL/TABUNG
Berfungsi untuk menyimpan udara bertekanan /O2.

DIAPRAGMA
Berfungsi untuk komunikasi antar pemakai dalam jarak
dekat .
EXHALATION VALVE
Berfungsi untuk mengeluarkan udara sisa pernafasan
yang dihembuskan pemakai .

LENSA KACA
Berfungsi untuk melindungi muka dan menjaga udara agar
tetap dingin .

TALI MASKER
Berfungsi untuk mengencangkan masker .

TEKANAN POSITIF DAN KEBUTUHAN NEGATIF PADA MASKER

 Tekanan positif (selalu bertekanan) dalam masker untuk


mencegah udara disekitarnya masuk kedalam masker .
 Kebutuhan negatif yang ditekan dalam masker adalah tekanan
negatif selama penghisapan (kalau menghisap dilayani, kalau
tidak menghisap tidak dilayani).

RANGKAIAN BOTOL

 Katub botol

Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara dari botol ke


selang tekanan tinggi atau ke penurun tekanan.

 Tera Botol Meliputi: Ø Volume Botol Ø Test pressure Ø Working


pressure Ø Tahun pembuatan .

PROSEDUR PEMAKAIAN SCBA

1. Pemeriksaan visual komponen;


2. Perakitan cylinder dengan harness;
3. Tes tekanan tinggi;
4. Mengangkat, menggendong dan memakai masker;
5. Tes tekanan rendah .

PETUNJUK PENGGUNAAN SCBA

1. Percaya pada diri sendiri;


2. Percaya pada alat pelindung yang dipakai .
3. Berjalan dengan menggeser kaki.
4. Meraba dengan menggunakan punggung tangan
5. Ingat apa yang telah dilalui .
6. Berikan tanda pada ruangan yang telah diperiksa
7. Bekerja secara berkelompok ( min 2 orang )

PERLENGKAPAN KERJA LAINNYA

 Personel Lines
 Guide Lines
 DSU ( Distress Signal Unit )
 Flash Light
 Hand Glove
 Safety Shoes
 Helmet
 Alat Komunikasi
 Forsible Entry Tools
 Telly
 Control Board
 Berapa lama Breathing Apparatus bisa digunakan?

 Pada saat melakukan operasi, petugas dituntut bekerja secara efisien karena dibatasi oleh
waktu. Dengan durability yang baik, SCBA yang digunakan memiliki tekanan 300 bar pada
cylindernya yang rata-rata dapat digunakan selama 45 menit.
 Rumus penggunaan SCBA
Perhitungan waktu penggunaan SCBA dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
berikut ini; Waktu penggunaan = Volume botol (liter) x Pressure (bar) : 40 liter/menit. PT
Garuda Systrain Interindo menyediakan layanan pelatihan ahli K3 umum dan konsultasi di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, dan mutu.
Bidang Sarana dan Prasarana
Pasal 19

1. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
pengadaan, pemeliharaan, perawatan sarana prasarana pemadaman dan penyelamatan, pembangunan
dan pengembangan system informasi kebakaran dan penyelamatan serta pelaporan, pengolahan,
penyajian data kebakaran dan penyelamatan.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana poin di atas, Kepala Bidang Sarana Prasarana,
menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Sarana Prasarana;


b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup Bidang Sarana Prasarana;
c. Penyusunan rencana kebutuhan kegiatan di Bidang Sarana Prasarana;
d. Perencanaan, identifikasi, standardisasi, verifikasi, dan pengadaan sarana dan prasarana pemadam
kebakaran dan penyelamatan;
e. Perencanaan, identifikasi, standardisasi, verifikasi, dan pemeliharaan dan perawatan sarana dan
prasarana pemadam kebakaran dan penyelamatan;
f. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan system informasi kebakaran dan penyelamatan,
penyelenggaraan system informasi dan pelaporan kebakaran secara terintegrasi antara pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota, serta pengolahan dan penyajian data kebakaran dan penyelamatan secara akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup Bidang Sarana Prasarana;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Uraian tugas Kepala Bidang Sarana Prasarana sebagaimana yang dimaksud Ayat (1) adalah sebagai
berikut :

a. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA) Dinas;


b. Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas di Bidang Sarana Prasarana;
c. Mengelola rencana dan program kerja di Bidang Sarana Prasarana;
d. Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas Bidang Sarana Prasarana;
e. Merumuskan bahan kebijakan teknis di Bidang Sarana Prasarana;
f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan di Bidang Sarana Prasarana;
g. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan bawahan dalam rangka kegiatan di Bidang Sarana Prasarana;
h. Menyiapkan dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas operasional pemadam
kebakaran dan penyelamatan;

a. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas;

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Pasal 20
Bidang Sarana Prasarana terdiri dari :

a. Seksi Pengadaan Sarana Prasarana;


b. Seksi Pemeliharaan dan Perawatan Sarana Prasarana; dan
c. Seksi Informasi dan Pengolah Data.

Undang – undang terkait damkar :

1.KEPMENTK No.186 Thn 1999 - Unit Penanggulangan Kebakaran


Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
2.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Standar Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah
3.PERMENDAGRI_114_TH_2018_
Tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Kebakaran Daerah
Kabupaten/Kota
4.Permendagri_No.13_Th_2019+Lampiran
Tentang Pakaian Dinas Bagi Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Perangkat Daerah yang
Menyelenggarakan Sub Urusan Kebakaran
5.UU No.28 Thn 2002 - Bangunan Gedung
Tentang Bangunan Gedung
6.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016
Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung
7.PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2009
Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
8.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008
Tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
9.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 25/PRT/M/2008
Tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
10.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai