Anda di halaman 1dari 4

 BIOGRAFI

Prabowo Subianto adalah seorang politisi dan mantan perwira militer Indonesia. Dia
lahir pada tanggal 17 Oktober 1951 di Jakarta. Prabowo adalah lulusan Akademi
Militer Nasional (AKMIL) dan pernah menjabat sebagai Letnan Kolonel di TNI
Angkatan Darat. Dia juga memiliki pengalaman dalam komando militer, termasuk
terlibat dalam operasi militer di Timor Timur.

Selain karier militer, Prabowo terlibat dalam dunia politik Indonesia. Dia pernah
menjadi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup dalam kabinet Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Selain itu, Prabowo dua kali mencalonkan diri sebagai calon
presiden Indonesia pada tahun 2014 dan 2019, tetapi kalah dalam kedua pemilihan
tersebut.

Prabowo Subianto juga merupakan pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
dan memegang peran penting dalam politik Indonesia. Selama kariernya, dia telah
menjadi tokoh kontroversial dan memiliki pendukung setia, tetapi juga banyak kritik.
Biografi Prabowo Subianto mencakup perannya dalam militer, politik, dan peran
dalam pemilihan presiden Indonesia.

Nama Lengkap: Prabowo Subianto


Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 17 Oktober 1951
Pendidikan: Lulusan Akademi Militer Nasional (AKMIL)
Karier Militer: Merupakan mantan Letnan Kolonel di TNI Angkatan Darat Indonesia
Karier Politik: Pernah menjabat sebagai Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup
dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mendirikan Partai Gerakan
Indonesia Raya (Gerindra) dan menjadi ketua partai tersebut.
Pemilihan Presiden: Dua kali mencalonkan diri sebagai calon presiden Indonesia pada
tahun 2014 dan 2019.
Kontroversi: Prabowo memiliki sejumlah kontroversi selama kariernya, dan
pandangannya sering kali menjadi perdebatan dalam politik Indonesia.

 PENDIDIKAN
1. Elementary School, Hongkong
2. Victoria Institution, Malaysia
3. International School, Swiss
4. American School In London, Inggris (1969)
5. Akabri Darat Magelang (1970-1974)
6. Sekolah Staf Dan Komando TNI-AD
7. Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1974)
8. Kursus Para Komando (1975)
9. Kursus Perwira Penyelidik (1977)
10. Free Fall (1981)
11. Counter Terrorism Course Gsg-9 Germany (1981)

 SANGKALAN
Mantan komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menyebut capres Prabowo Subianto
bukanlah pelaku pelanggaran HAM saat peristiwa kerusuhan pada 1998. Menurut
Pigai, penyelidikan Komnas HAM menyatakan Prabowo sebagai saksi.

“Hasil penyelidikan Komnas HAM itu tidak menyatakan tegas bahwa Prabowo itu
adalah pelaku dan saksi pelaku. Prabowo itu saksi, bukan pelaku dan saksi pelaku,”
kata Pigai di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).

Pigai menjelaskan, sesuai dengan hukum HAM internasional dan UU Nomor 26


Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Prabowo bukanlah pihak yang bertanggung
jawab atas pelanggaran HAM saat peristiwa pada 1998. Dia menyebut pihak yang
bertanggung adalah commander responsibilities.

Natalius Pigai dalam diskusi (Mochamad Zhacky/detikcom)


Jakarta – Mantan komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menyebut capres Prabowo
Subianto bukanlah pelaku pelanggaran HAM saat peristiwa kerusuhan pada 1998.
Menurut Pigai, penyelidikan Komnas HAM menyatakan Prabowo sebagai saksi.

“Hasil penyelidikan Komnas HAM itu tidak menyatakan tegas bahwa Prabowo itu
adalah pelaku dan saksi pelaku. Prabowo itu saksi, bukan pelaku dan saksi pelaku,”
kata Pigai di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).

Pigai menjelaskan, sesuai dengan hukum HAM internasional dan UU Nomor 26


Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Prabowo bukanlah pihak yang bertanggung
jawab atas pelanggaran HAM saat peristiwa pada 1998. Dia menyebut pihak yang
bertanggung adalah commander responsibilities.

“Siapa bertanggung jawab? Commander responsibilities peristiwa ’98 adalah Wiranto


sesuai dengan hukum HAM internasional dan hukum HAM nasional UU 26 Tahun
2000,” terang Pigai.

Pigai menuturkan kerusuhan pada 1998 merupakan peristiwa nasional. Karena itu,
tanggung jawab atas peristiwa tersebut, menurutnya, ada di pundak Wiranto.

“Kenapa commander responsibilities? Karena huru-hara peristiwa ’98 itu bukan


hanya dilokalisir pada tugas dan kewenangan satu kesatuan saja. Huru-hara peristiwa
adalah huru-hara nasional. Karena itu, tanggung jawab pimpinan keamanan dan
pertahanan nasional, yaitu Angkatan Bersenjata RI dan Wiranto,” jelasnya.

“Wiranto patut diduga sebagai orang yang sangat bertanggung sebagai pelaku
commander responsibilities. Berdasarkan UU 26 Tahun 2000. Patut diduga,” imbuh
Pigai.
Pigai lalu menjelaskan dasar pemecatan Prabowo sebagai prajurit TNI. Menurutnya,
capres nomor urut 02 itu dipecat bukan hanya karena kerusuhan 1998.

“Karena itu penetapan terhadap Prabowo, saya ingin sampaikan salah satu penetapan
terhadap Prabowo itu adalah berdasarkan pengerahan pasukan terhadap pembebasan
Soeharto di Kanada,” ujar Pigai.

“Jadi Prabowo itu dipecat, salah satunya dipecat karena pengerahan pasukan
pembebasan Soeharto di Kanada. Jadi jangan kita lokalisir ke peristiwa ’98,” Pigai
menambahkan.

Pigai lalu menyinggung soal sikap Prabowo yang diam terkait peristiwa 1998.
Menurutnya, Prabowo diam karena menyimpan rahasia tentang peristiwa tersebut.

“Sekarang pertanyaannya kenapa Prabowo selama ini diam? Seorang jenderal


menyimpan sebuah rahasia karena semua perintah itu selalu berdasarkan surat
perintah tertulis, apalagi perintah jenderal tidak ada perintah lisan, seluruh itu
dokumen kok, selalu, dengan visual juga ada, catatan-catatan juga ada, perintah
tertulis juga ada,” kata Pigai.

 KASUS GANJAR PRANOWO


Ganjar Pranowo harus membuktikan keberhasilannya sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Karena selama ini Ganjar Pranowo masih menjadi sasaran empuk kelemahannya
dalam mengatasi masalah laten seperti kemiskinan yang tinggi di provinsi yang
dipimpinnya. Selain itu, hingga saat ini Ganjar Pranowo belum merumuskan ide-ide
originalnya sebagai calon presiden.

Ganjar dinilai belum terlihat mampu mengembangkan program-program sebagai


pemimpin masa depan. Justru selama ini Ganjar terkesan hanya meneruskan program-
program populis Jokowi, tanpa memiliki ide brilian sebagai capres. Isu yang paling
krusial adalah citra Ganjar Pranowo sebagai calon boneka akibat kegagalan
Indonesia sebagai tukang rumah Piala Dunia U 20. Selain itu, isu yang pasti bakal
terus digoreng lawan-lawan politiknya bahwa Ganjar Pranowo hanyalah Capres
“petugas partai” yang dikendalikan PDIP.

Kelemahan lainnya, Ganjar Pranowo belum mengambil proporsi terbesar floating


mass atau massa mengambang yang belum terjamah oleh partai politik dan timsesnya.
Floating mass yang harus digarap Ganjar Pranowo dan timsesnya adalah penduduk
pedesaan, pemilih pemula, ASN di pulau Jawa. Ganjar Pranowo dan timsesnya juga
perlu belajar dari pengalaman Pilkada DKI 2017 dan Pemilu 2014/2019. Sebab,
dengan infrastruktur partai yang tidak memadai untuk memenangkan kandidat jika
hanya bekerja sendiri. Selain itu, beban yang ditanggung dari dukungan organ
relawan harus betul-betul diperhatikan.

 TRACK RECORD
Di tingkat dunia, menurut data terbaru Global Fire Power (GFP) militer Indonesia
berada diperingkat ke-13 naik dari sebelumnya berada di peringkat 14. Posisi militer
Indonesia berada dua tingkat di atas Ukraina dan satu tingkat di atas Mesir.

“Kemudian saat masa kepemimpinan Pak Prabowo di Kemenhan, data menyebutkan


kekuatan militer Indonesia semakin bertambah dan berada di urutan pertama di
ASEAN,” tukas Igor.

Bukti tersebut memperkuat Prabowo sebagai sosok pemimpin yang memang betul-
betul dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.

Kualitas kepemimpinan Prabowo dalam skala global tidak perlu diragukan lagi.
Prabowo konkret mampu membawa Indonesia menjadi negara terkuat di dunia.

 PRESTASI
1. Menjadi Taruna Akabri
2. Melaksana Operasi Nanggala di Timor Timur
3. Membebaskan Tawanan Mapenduma
4. Mengibarkan Bendera Indonesia di Puncak Everest
5. Masuk ke tahun 1991-1993 lalu, Prabowo Subianto menduduki posisi sebagai
Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Konstrad

Anda mungkin juga menyukai