Anda di halaman 1dari 16

Inilah Fakta Sebenarnya Tentang Prabowo Subianto Yang Tidak Terungkap

Media
Inilah Fakta Sebenarnya Tentang Prabowo Subianto Yang Tidak Terungkap Media - Jika kita
bicara tentang sosok Prabowo Subianto, mungkin bagi yang tahu pasti akan di kaitkan dengan
tragedi kerusuhan Mei 1998 dimana Prabowo Subianto menjadi salah satu aktornya. Itu yang di
gemborkan media yang mungkin Anda tahu. Tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya faktanya tidak
seperti itu, sebenarnya Prabowo Subianto lah yang di jadikan kambing hitam dalam tragedi Mei
1998. Anda penasaran ?, mari kita simak ulasannya tentang fakta tentang Prabowo Subianto
yang sebenarnya seperti yang ditayangkan oleh Kompas TV. Artikel ini cukup panjang sekali, jadi
harap dibaca dengan sabar dan seksama ya.

Jumat 14 Maret 2014, Kompas TV menayangkan Prabowo Subianto dalam acara Aiman Dan.
Prabowo adalah salah satu nama yang maju dalam pemilihan presiden Republik Indonesia. Karena
posisi presiden di RI, sesungguhnya lebih berkuasa daripada presiden Amerika Serikat maupun
Rusia, presiden RI haruslah yang terbaik dari yang ikut bertarung. Tulisan ini bukan sebagai
kampanye, karena saya bukan kader Partai Gerindra, namun hanya untuk mengulas mengenai sosok
Prabowo Subianto yang kontroversial dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Tujuannya adalah
agar masyarakat mendapatkan informasi yang lengkap dan berimbang tentang calon pemimpin yang
akan dipilihnya termasuk Prabowo. Mengingat begitu krontroversial dan banyaknya disinformasi
mengenai tokoh yang satu ini.
Prabowo lahir di Jakarta 17 Oktober 1951. Beliau adalah mantan Danjen Kopasus (Komandan
Jenderal Komando Pasukan Kuhusus), pengusaha sukses, politisi, dan calon presiden 2014.
Prabowo adalah putra dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Beliau juga
cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo yang merupakan anggota BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan juga merupakan pendiri Bank
Nasional Indonesia (BNI). Dari silsilahnya tampak bahwa Prabowo memiliki darah biru elit
pemimpin Indonesia. Bahkan jauh sebelum republik ini lahir.

Prabowo menikahi Titiek, putri Presiden Soeharto. Saat ini, Titiek sendiri menjadi calon anggota
legislatif dari Partai Golongan Karya (Golkar). Keputusan yang tampak prospektif saat itu namun
menjadi blunder dalam hidupnya dikemudian hari. Dengan latar belakang keluarga intelektual,
Prabowo mewarisi kecerdasan ayahnya. Beliau dikenal sangat cerdas di sekolah maupun di
AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Meski beliau adalah alumnus
AKABRI (1974), namun tidak banyak yang tahu bahwa setelah lulus SMA, Prabowo juga diterima
di American School In London, Britania Raya.
Karirnya dibidang militer terbilang sangat cemerlang dan membanggakan. Karir militer Prabowo
termasuk yang tercepat dalam sejarah ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Prabowo
bahkan sempat disebut sebagai The Brightest Star. Dialah jenderal termuda yang meraih 3
bintang pada usia 46 tahun.
Sebagai sesama orang militer, Prabowo bisa dianggap sebagai antitesa dari Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Mungkin karena karir beliau yang banyak diisi dengan penugasan di satuan
tempur. Meski sama-sama merupakan The Rising Star di tubuh ABRI saat itu, SBY lebih dikenal
sebagai perwira intelektualnya ABRI. Berbeda dengan SBY yang cenderung analitis dan berhati-
hati dalam mengambil keputusan, sebagai perwira lapangan Prabowo cenderung cepat, take action.
Saat keputusan sudah dibuat Prabowo akan menjalankannya dengan penuh determinasi. Beliau
siap menanggung segala konsekuensinya.
Salah satu contohnya adalah perihal peristiwa penculikan aktivis yang telah mencoreng nama baik
dan menjadi penyebab kehancuran karir militernya. DKP (Dewan Kehormatan Perwira) yang
menyelidiki kasus ini tidak pernah mngungkapkan hasil pemeriksaannya kepada publik. Tidak juga
kepada Prabowo yang notabene menjadi tertuduhnya. Tampaknya Wiranto sengaja mengambil
manfaat agar prasangka publik menghukum Prabowo lebih berat daripada dosanya. Meski
Prabowo berikeras mengatakan tak pernah perintahkan. Namun beliau mengambil alih tanggung
jawab anak buahnya. Saya ambil alih tanggung jawabnya. Begitu kata beliau saat itu. Sikap yang
harus dibayar mahal dengan hancurnya karir militer yang gilang gemilang, namun juga
menunjukkan kualitas kepemimpinan Prabowo. Jika Prabowo benar bersalah, mengapa justru
korban-korban penculikan seperti Pius L Lanang dan Desmond J Mahesa justru menjadi pengurus
Partai Gerindra?
Meski begitu, kualitas kepemimpinan Prabowo justru sudah teruji di saat-saat paling kritis yang
pernah dialami negeri ini. Bagi mereka yang lelah dengan kepemimpinan yang lemah, lama
mengambil keputusan, selalu terkesan ragu-ragu tampaknya Prabowo adalah jawabannya. Bagi
mereka yang muak dengan pemimpin yang sibuk selamatkan diri sendiri saat ada masalah maka
Prabowo adalah pilihan yang patut dipertimbangkan. Dibanding memilih mengorbankan anak
buahnya, Prabowo memilih untuk ambil alih tanggung jawab dan menanggung sendiri resikonya.
Seorang kapten kapal yang baik bukanlah yang pertama selamatkan diri saat kapal tenggelam, tetapi
justru yang terakhir. Seperti terlihat dalam film Titanic, ketika kapal sudah mulai tenggelam, kapten
kapal memastikan semua penumpang selamat, dan akhirnya dirinya sendiri gagal selamat. Sayang,
karir militer Prabowo yang gilang gemilang itu berakhir dengan cara yang kurang mengenakkan.
Bahkan bisa dikatakan memilukan.
Prabowo bisa dikatakan pihak yang dikalahkan dalam proses perebutan kekuasaan dan pengaruh di
tubuh militer pada masa-masa kritis tahun 1998. Berbicara tentang Prabowo kita tidak bisa lepas
dari peristiwa kelam Mei 1998 yang mencoreng nama bangsa Indonesia selamanya. Sebagai pihak
yang kalah Prabowo menjadi kambing hitam dari semua kejadian tersebut. Seperti kata pepatah,
tinta sejarah adalah milik pemenang. Ini tentu saja berpotensi menjadi pengganjal pencapresannya.
Stigma sebagai penjahat kemanusiaan pasti akan dimanfaatkan sebagai senjata lawan-lawan
politiknya untuk menjatuhkan Prabowo. Jika memang benar Prabowo adalah tokoh yang
bertanggung jawab terhadap peristiwa itu maka dia sudah menerima segala hukumannya.
Bayangkanlah perasaan Prabowo yang karir gemilangnya di dunia militer yang begitu dicintainya
itu harus berhenti dengan sejuta rasa malu dan aib. Lalu bagaimana jika semua itu tidak benar?
Layakkah Prabowo tersandera oleh prasangka tanpa bukti? Lantas layak pulakah bangsa Indonesia
kehilangan kesempatan untuk dipimpin oleh putra terbaiknya?
Jauh sebelum peristiwa Mei 98 proses penghancuran nama baik Prabowo sudah terjadi. Semua
berawal dari rivalitas antara Prabowo dan Wiranto. Ketidak harmonisan Prabowo dan Wiranto
memang sudah berlangsung sejak lama. Mungkin karena latar belakang keduanya yang jauh
berbeda. Prabowo yang kosmopolitan cenderung memiliki pola pikir yang terbuka. Sementara
Wiranto dengan latar belakang Jawa yang sangat kental lebih tertutup. Namun Prabowo yang
terbiasa dengan persaingan terbuka sejak kanak-kanak menganggap rivalitas semacam itu sebagai
hal biasa dan tidak dijadikan personal. Berbeda dengan Wiranto yang berlatar belakang sangat
Jawa Tradisional itu, dia lebih mirip dengan Soeharto dalam menyikapi suatu rivalitas. Lihat saja
nasib yang menimpa pesaing-pesaing Soeharto yang mengganggu karir militer atau politiknya di
masa lalu. Jika tidak mati, membusuk di penjara. Salah satu contohnya adalah kawan saja, Fadjroel
Rachman, yang sempat mendekam di Nusa Kambangan dan kehilangan teman-temannya. Fadjroel
sendiri akhirnya bebas ketika Habibie menjadi presiden.
Indikasi ketidaksukaan Wiranto terlihat dengan absennya beliau sebagai Pangab (Panglima ABRI)
dalam acara serah terima Pangkostrad Letjen Soegiono kepada Prabowo. Begitu juga saat
pemberhentian secara hormat Prabowo sebagai perwira militer. Beliau mencopot tanda-tanda
pangkat Prabowo dengan satu tangan saja. Proses berakhir secara paksanya karir militer Prabowo
memang tidak bisa dilepaskan dari rivalitas perwira muda dan perwira tua. Prabowo sebagai
gambaran perwira muda tentu saja menjadi sasaran tembak utama saat itu. Posisi Prabowo saat itu
benar-benar terjepit. Di satu sisi dia adalah menantu penguasa yang sedang menjadi sasaran
sentimen negatif rakyat. Di sisi lain akibat manuver Wiranto dkk, Soeharto yang masih punya
pengaruh justru membencinya sampai ke ubun-ubun. Sampai-sampai kepada penggantinya Habibie,
beliau menyampaikan pesan khusus untuk mengamankan Prabowo. Bagaimana hal tersebut bisa
terjadi? Semua tidak terlepas dari peristiwa Mei yang mengerikan itu. Peristiwa yang hingga kini
masih menghantui republik ini.
Ada 3 tuduhan utama yang diarahkan kepada Prabowo, yaitu: Penculikan akitivis, penembakan
mahasiswa Trisakti, dan dalang kerusuhan Mei 1998. Tidak satupun tuduhan tersebut yang terbukti.
Seandainya Prabowo bersalah bukankah Pangab saat itu Wiranto? Bukankah sebagai panglima
beliau yang seharusnya paling bertanggung jawab? Mengapa hingga saat ini Prabowo tidak pernah
diberitahu tentang hasil penyelidikan DKP sehingga tidak bisa membela diri? Mengenai
penembakan mahasiswa Trisakti, Wiranto juga terkesan sengaja buying time dengan tidak
mengusut kasus ini secara cepat. Akibatnya tuduhan kembali ke Prabowo, yang jadi bulan-bulanan
opini publik, dicurigai sebagai orang dibalik penembakan itu. Meski banyak sekali keanehan
terhadap tuduhan ini namun fitnah sudah mencapai sasaran. Dan sekali lagi Prabowo terlanjur
menjadi pesakitannya. Tuduhan mengarahkan Prabowo di balik penembakan, dengan konspirasi
anggota kopasus memakai seragam Polri sebagai pelaku penembakan snipper. Teori konspirasi ini
tidak pernah terbukti, karena peluru snipper diatas 7 mm dan proyektil peluru tertanam di korban
kaliber 5,56 mm. Sementara korban dipilih secara acak. Kalau snipper akan memilih misalnya
pemimpin demo atau target pilihan. Lima hari setelah insiden Trisakti, Prabowo datang ke rumah
Herry Hartanto. Di bawah Alquran dia bersumpah. Di depan Syaharir Mulyo Utomo orang tua
korban, Demi Allah saya tidak pernah memerintahkan pembantaian mahasiswa.
Perihal keterlibatan Prabowo atas penembakan mahasiswa Trisakti, tanggal 14 Mei terjadi
pertemuan di Makostrad (Markas Komanda Staf Angkatan Darat) atas inisiatif Setiawan Djodi.
Pertemuan antara Prabowo dan tokoh masyarakat, antara lain: Adnan Buyung Nasution, Setiawan
Djodi, Fahmi Idris, Bambang Widjoyanto. Dalam pertemuan itu Prabowo ditanya tentang
keterlibatannya. Prabowo menjawab, Demi Allah saya tidak terlibat, saya di set-up. Menurut
Buyung terlihat jujur. Peristiwa selanjutnya semakin memperkuat ketidak terlibatan Prabowo atas
peristiwa penembakan mahasiswa tersebut. Puspom ABRI Sjamsu Djalal menghadapi kesulitan
memaksa Kapolri Dibyo Widodo untuk menyerahkan anggotanya yang dicurigai terlibat. Disinilah
peran Wiranto terlihat.
17 hari setelah insiden itu berlalu baru Wiranto memanggil Dibyo untuk memerintahkan untuk
menyerahkan anggota. Itupun anggota diserahkan ke Polda bukan ke POM ABRI. Padahal Polri
saat itu masih menjadi bagian ABRI dan Pangabnya adalah Wiranto. Sementara senjata sebagai
barang bukti baru diserahkan tanggal 19 Juni 98. Hampir satu bulan sejak peristiwa terjadi. Kelak
tahun 2000, uji balistik di Belfast, Irlandia membuktikan bahwa peluru berasal dari anggota Polri
unit gegana. Siapa sesungguhnya dibalik pristiwa itu? Siapa yang beri perintah? Jelas bukan
Prabowo yang sebagai Pangkostrad tidak punya jalur komando ke Polri. Dalam militer, garis
komando benar-benar diterapkan. Bagaimana dengan tuduhan Prabowo sebagai otak dibalik
kerusuhan Mei 98? Benarkah dia yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut? Atau kembali
lagi beliau dikorbankan akibat proses perebutan kekuasaan terselubung diantara para elit militer saat
itu? Apakah benar kerusuhan tersebut terjadi karena spontanitas atau crime by omission
(kejahatan karena pembiaran) atau bahkan terror by design (teror yang didesain)?
Mari kita kembali ke zaman yang tidak mengenakkan itu. Kadang untuk mencari kebenaran sejarah
kita butuh mesin waktu. Tampaknya kita harus memanggil Doraemon ke sini sekarang. Kita juga
membutuhkan testimoni para pelakunya yang saat ini masih hidup bahkan sedang berkuasa. Sedikit
dari kita yang mengetahui apa peran SBY dalam proses pergantian kekuasaan saat itu. Padahal
beliau juga cukup berperan. Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa penembakan mahasiswa
Trisakti mengakibatkan terjadinya kerusuhan besar-besaran. Benarkahkah demikian? Bukti-bukti
menunjukkan bahwa kerusuhan Mei 98 itu bukanlah spontanitas kemarahan warga akibat peristiwa
Trisakti. Adakah rekayasa pihak tertentu atau setidaknya pembiaran sehingga peristiwa itu bisa
terjadi? Mari kita lihat secara jernih bukti-bukti yang ada.
Satu peristiwa yang bisa dijadikan kunci keterlibatan Wiranto pada peristiwa tersebut adalah
kepergiannya ke Malang saat ibukota sedang genting-gentingnya. Sebab Wiranto sudah tahu akan
ada kerusuhan di ibukota, tetapi tetap bersikukuh untuk pergi ke Malang. Acara di Malang adalah
serah terima PPRC dari Divisi I ke Divisi II. Wiranto menjadi Inspektur upacara (irup) nya.
Sebenarnya itu adalah acara rutin yang bisa diwakilkan. Bayangkan, untuk serah terima
Pangkostrad saja dia bisa berhalangan hadir. Bagaimana mungkin dalam kondisi ibukota yang
genting dia sebagai pemegang kunci komando lebih memilih jadi irup acara seremonial seperti itu?
Sangat tidak bisa diterima akal sehat. Apalagi mengingat tanggal 13 Mei malam Wiranto memimpin
rapat Garnisun Jakarta untuk menanyakan situasi terakhir. Lebih mencurigakan lagi bahwa Kasum
TNI Fahariur Razi saat itu sudah ditunjuk Pangkostrad Prabowo menjadi irup di Malang. Tetapi
sekonyong-konyong diambil alih oleh Wiranto. Suatu kebetulan atau kesengajaan? Mungkinkah
Wiranto sebagai Pangab tidak tahu menahu kondisi Jakarta? Dalam kondisi ibukota terjadi
kerusuhan Wiranto malah pergi ke Malang dengan mengajak komandan-komandan seperti Danjen
kopasus, komandan Marinir, dll. Lebih mencurigakan lagi sebenarnya Prabowo sudah brulang kali
menghubungi Wiranto untuk membatalkan kepergiannya. Wiranto menjawab Show must goon.
Ini mirip dengan Soeharto tahu akan gerakan 30 September namun sengaja tidak melakukan
tindakan apapun untuk mencegahnya.
Sebelumnya, saat situasi makin mengarah rusuh 12 Mei 1998 Panglima TNI Wiranto tidak
memerintahkan pasukan untuk berada di Jakarta. Atas permintaan Pangdam Jaya yang mendapat
perintah dari Mabes ABRI, Pangkostrad Prabowo kemudian membantu pengamanan ibukota.
Pangkostrad Prabowo kemudian membantu Pangdam Jaya dengan mendatangkan pasukan dari
Karawang, Cilodong, Makasar, dan Malang untuk membantu Kodam. Tetapi sekali lagi Wiranto
tidak mau memberi bantuan pesawat Hercules sehingga Prabowo mencarter sendiri pesawat Garuda
dan Mandala. Seharusnya jika negara dalam keadaan genting seperti itu panglima wajib mengambil
alih komando dan secara fisik wajib berada di lokasi. Tetapi yang terjadi justru tidak terlihat
sedikitpun itikad baik Wiranto untuk mencegah terjadinya kekacauan yang menelan korban hingga
ribuan orang tersebut. Anehnya justru belakangan kubu Wiranto yang melemparkan kesalahan
kepada Prabowo yang dianggap mengakibatkan kerusuhan itu. Bukankah Wiranto sudah menggelar
rapat Garnisun tanggal 13 Mei untuk menanyakan situasi terakhir? Apakah Zaki Anwar Makarim
sebagai ketua Badan Intelijen ABRI tidak pernah mengingatkan Wiranto akan ada kerusuhan?
Bukankah Prabowo sendiri sudah mengingatkan Wiranto akan terjadi kerusuhan dan mencegahnya
pergi ke Malang? Mengapa Wiranto tidak bergeming? Lantas apa sebenarnya tujuan Wiranto
membentuk Pam Swakarsa?
Pam Swakarsa ini rencananya akan dipakai sebagai perlawanan kalangan sipil terhadap demo yang
semakin menjadi-jadi saat itu. Untuk Pam Swakarsa sendiri, memiliki produk unggulan yaitu
Front Pembela Islam (FPI) yang kemudian direspon oleh hadirnya Jaringan Islam Liberal (JIL).
Namun belakangan dicurigai bahwa justru Pam Swakarsa inilah salah satu penyulut kerusuhan Mei
tersebut. Jauh sebelum peristiwa Mei terjadi, mantan Kakostrad Kivlan Zein bersaksi bahwa dialah
yang diperintahkan Wiranto untuk membentuk Pam Swaraksa. Mengapa Wiranto menolak
permohonan bantuan Hercules Prabowo sehingga dia harus mencarter sendiri pesawat Garuda dan
Mandala? Mengapa saat Prabowo mengerahkan pasukan untuk berusaha menghentikan penjarahan
sistematis toko-toko, justru Panglima TNI melalui Kasum Fahariur Razi malah melarang
pengerahan pasukan untuk membantu Kodam Jaya? Mengapa panser-panser dan pasukan yang
sudah siap saat itu tidak bisa bergerak karena menunggu perintah yang tidak kunjung datang?
Keragu-raguankah atau kesengajaan? Yang jelas akibatnya ribuan nyawa melayang sia-sia, ratusan
wanita diperkosa, aset-aset pribadi dibumi hanguskan.
Bukti lain semakin mengarah kepada Wiranto sebagai dalang sesungguhnya dari kerusuhan Mei 98
dari pengakuan mantan Ka Puspom ABRI Sjamsu Djalal. Melihat kondisi ibukota yang semakin
tidak terkendali, beliau menyarankan untuk memberlakukan jam malam. Namun Wiranto tidak
bergeming. Artinya ada lebih dari satu orang yang memberi peringatan kepada Wiranto saat itu.
Jadi keputusannya berangkat ke Malang adalah bagian dari rencana. Makin terkuak disini bahwa
Prabowo yang justru berupaya mengamankan situasi malah dijadikan kambing hitam sebagai
pelaku kudeta.
Pertanyaan selanjutnya adalah, benarkah kerusuhan Mei itu murni spontanitas warga atau karena
rekayasa dalam kaitan perebutan kekuasaan saat itu? Mengenai pembentukan Pam Swakarsa,
Kivlan Zein sudah memberi testimoni bahwa itu adalah bentukan Wiranto. Dia yang ditugasi
perintah pembentukan Pam Swakarsa diberikan oleh Wiranto. Dia panggil Kivlan Zein untuk
meminta dana dari Setiawan Djodi. Pertemuan ini diatur oleh Jimmly Asshidiqie. Dalam pertemuan
tersebut Wiranto mengatakan ini perintah Habibie. Jimmly akrab dengan Habibie dalam ICMI
(Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Kerusuhan yang terjadi karena spontanitas biasanya
meluas dengan menjalar. Tidak serempak dimulai di seluruh penjuru kota dalam waktu yang
bersamaan. Satu-satunya jawaban yang bisa diterima akal sehat adalah bahwa kerusuhan itu terjadi
by design, dimulai berdasarkan komando pihak-pihak tertentu. Mengapa pada pagi hari tanggal
14 Mei ada pasukan dari Solo diterbangkan ke Jakarta dan mendarat di Halim? Disaat yang sama
kerusuhan terjadi bersamaan antara Jakarta dan Solo. Semua terjadi pada pagi hari di waktu yang
persis bersamaan. Tidak ada jeda. Seolah-olah mengisyaratkan bahwa kerusuhan di kedua kota ini
sudah direncanakan matang sebelumnya dan dibawah komando yang sama. Disaat massa mulai
menjarah di Jakarta disaat yang sama kejadian serupa terjadi di Solo. Modusnya sama persis. Jika
kerusuhan itu spontanitas, mengapa dimulai secara serempak di berbagai penjuru Jakarta sekaligus
Solo?
Di salah satu pertokoan, ada kesaksian seorang ibu yang mencari anaknya yang ikut masuk ke Jogja
Plaza karena disuruh seseorang. Tetapi dilantai 2 ditampar dan disuruh keluar dan akhirnya keluar
sebelum pintu ditutup dari luar. Kita tahu akhirnya Jogja Plaza dibakar. Mungkinkah mahasiswa
atau penduduk urban sengaja memasukkan massa ke dalam gedung lalu membakarnya dari luar?
Atau ada pihak tertentu yang sengaja memobilisasi massa supaya terjadi kondisi kekacauan yang
memungkinkan pihak-pihak tertentu ambil peranan? Sebagaimana yang kita ketahui selanjutnya,
kondisi kacau itu sendiri akhirnya mempercepat proses jatuhnya Soeharto dari tampuk kekuasaan.
Lalu siapakah yang diuntungkan dari jatuhnya Soeharto? Adakah Wiranto dkk atau Prabowo? Yang
jelas sesaat setelah lengsernya Soeharto, Wiranto sebagai Pangab dengan mudahnya
menghancurkan karir militer Prabowo.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada aktivis mahasiswa 98, disini disampaikan bahwa
sesungguhanya kejatuhan Soeharto bukan karena demo. Tetapi lebih karena pengkhianatan para
elit, baik sipil maupun militer yang mana mereka sesungguhnya bagian dari kroni Soeharto sendiri.
Peristiwa jatuhanya Soeharto dari kekuasaanya itu sendiri lebih tepat dikatakan hasil dari sebuah
kudeta halus (soft coup) yang memanfaatkan demonstrasi mahasiswa yang merebak dimana-mana
sebagai pemicunya.
Rupanya dalam suasana genting jatuhanya kekuasaan Soeharto itu diwarnai pula oleh rivalitas yang
muncul ke permukaan diantara para perwira ABRI. Akibat lemahanya kepemimpinan Wiranto
sebagai Pangab ditambah suasana yang tidak menentu. Masing-masing perwira berusaha mencari
manfaat atas situasi tersebut. Para perwira berusaha berinvestasi pada masa depan masing-
masing, setidaknya mengamankan posisi mereka masing-masing. Pada saat itu terlihat jelas di tubuh
ABRI sendiri tidak solid dibawah satu komando. Masing-masing punya agenda sendiri-sendiri dan
saling curiga satu sama lain.
Salah satu contohnya adalah adanya siaran pers dari puspen (pusat penerangan) ABRI menjelang
berakhirnya kekuasaan Soeharto. Siaran pers yang walau dibantah langsung oleh Wiranto namun
turut mempercepat proses lengsernya Soeharto. Salah satu isi dari rilis tersebut adalah dukungan
terhadap sikap PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) yang mendukung Presiden Soeharto
lengser. Sebenarnya itu bukan merupakan rilis resmi ABRI karena tidak memakai kop surat dan
tidak ditanda tangani. Menurut Makodongan, siaran pers dukungan terhadap sikap PBNU itu dibuat
oleh Mardianto dan Kasospol saat itu, SBY. Meski tengah malam itu juga Wiranto membangunkan
seluruh perwira untuk menarik rilis itu dari seluruh media massa agar tidak diterbitkan. Namun
sudah terlanjur beredar dan Soeharto yang tahu tentang ini semakin kehilangan perspektif terhadap
kondisi lapangan, terutama mengenai dukungan ABRI. Kejadian ini semakin memperburuk
hubungan Prabowo dan Wiranto karena dia menganggap Prabowo-lah yang mengadukan ini ke
Presiden.
Tanggal 18 Mei Harmoko yang selalu menjilat Soeharto akhirnya menjadi Brutus dengan
meminta beliau secara arif dan bijaksana untuk mundur. Sikap Harmoko ini cukup mengejutkan
mengingat keberadaannya sebagai Ketua DPR/MPR adalah semata-mata untuk mengamankan
kekuasaan Soeharto. Sebelumnya dia selalu langganan dipilih sebagai menteri oleh Soeharto. Bisa
dikatakan dia memperoleh segala-galanya karena Soeharto. Namun karena desakan mahasiswa dan
tokoh masyarakat akhirnya dia memilih untuk menyelamatkan diri sendiri. Namun begitu
pernyataan pemimpin DPR/MPR itu, disambut gegap gempita oleh mahasiswa yang menduduki
gedung DPR dan masyarakat seluruh Indonesia. Tetapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama
karena sekitar pukul 23:00 WIB Wiranto menyampaikan bahwa ABRI menolak pernyataan
Harmoko itu.
Melihat situasi yang semakin tidak menguntungkan kekuasaannya sebenarnya Soeharto sudah
berniat mundur dari jabatannya. Namun dia ingin memastikan pasca mundurnya dia sebagai
presiden tidak ada kekacauan yang membuka peluang bagi militer untuk berkuasa. Tanggal 19 Mei
dibuatlah pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat, seperti Gus Dur, Nurcholis Madjid, Emha
Ainun Nadjib, dll, minus Amien Rais. Dalam pertemuan tersebut Soeharto menyatakan akan
membentuk Kabinet Reformasi yang akan menyiapkan pemilu. Sementara itu menjelang rencana
Amien Rais yang akan mengumpulkan massa di Monas tanggal 19 Mei, Wiranto mengadakan rapat
di Mabes. Dalam rapat yang dihadiri para perwira tinggi militer itu kembali muncul perbedaan
antara Prabowo dan Wiranto. Dalam rapat itu Wiranto mengatakan bahwa perintah yang dibuat
adalah mencegah masuknya pendemo dengan segala cara (at all cost). Prabowo bertanya berulang-
ulang apa maksud perintah itu? Apakah akan digunakan peluru tajam? Pertanyaan tersebut tidak
dijawab dengan jelas oleh Wiranto. Kivlan Zein menggelar tank dan panser dengan perintah,
Lindas saja mereka yang memaksa masuk Monas! Kivlan Zein meminta Prabowo agar Amien
Rais membatalkan rencana demo sejuta umat di Monas. Dari pada saya dimusuhi umat Islam lebih
baik saya tangkap Amien Rais kata Kivlan. Akhirnya Amien Rais membatalkan rencana demo di
Monas.
Saat menghadapi Habibie, Prabowo berkata, Pak, bapak sepuh mungkin akan lengser siapkah anda
menggantikannya? Bapak sepuh adalah sapaan Prabowo kepada Soeharto yang saat itu menjadi
mertuanya. Selanjutnya Prabowo meminta Habibie untuk mempersiapkan diri. Disini terlihat bahwa
Prabowo merasa tidak punya masalah dengan Habibie. Jika kita membaca ulang berita-berita media
jauh sebelumnya, juga tampak jelas hubungan kedua tokoh ini sangat akrab. Berulang kali Prabowo
menyampaikan kekagumannya pada Habibie, begitu juga sebaliknya. Prabowo yang berhasil
meredakan situasi merasa akan mendapat pujian. Maka datanglah dia ke Cendana. Tapi celaka,
disitu sudah ada kelompok Wiranto yang duduk bersama-sama dengan Soeharto dan putra-putrinya.
Rupanya disitu Wiranto mengadukan tentang manuver Prabowo yang mengindikasikan dia
runtang-runtung dengan Habibie dan para aktivis. Saat dia tiba, Mamiek langsung menghardik
Prabowo dengan kasar sambil mengacungkan telunjuk hanya satu inci dari hidung Prabowo. Sambil
berkata, Kamu pengkhianat! Jangan injakkan kakimu di rumah saya lagi! Prabowo keluar
menunggu sambil bilang, Saya butuh penjelasan. Titiek istri Prabowo- hanya bisa menangis, lalu
dia pulang. Saat itu sesungguhnya Prabowo sudah dikalahkan, kalah oleh lobi dan pendekatan
Wiranto yang meyakinkan. Dalam kondisi gamang seperti itu memang Soeharto sangat rentan
menerima informasi yang dipelintir. Hal yang sama akan terulang kembali pada Habibie. Kali ini
Wiranto sendiri mengakui ada informasi yang salah ditangkap Habibie dari dirinya.
Sementara itu Habibie yang merasa terancam dengan rencana pembentukan Kabinet Reformasi
mengeluarkan kartu As-nya. Dia dan 14 menteri ekuin di bawah Ginandjar Kartasasmita
menyampaikan keberatannya untuk menjadi bagian dari Kabinet Reformasi. Soeharto merasa
benar-benar terpukul atas kejadian terakhir ini karena merasa ditinggalkan. Apalagi diantara mereka
ada yang dianggap sebagai orang-orang yang dia selamatkan. Malam itu Soeharto terlihat gugup
dan bimbang. Suatu kejadian langka. Namun disaat-saat penuh kekecewaan itu hadir sahabat-
sahabat sejati yang menunjukkan kesetiaannya. Malam itu hadir di Cendana para mantan wapres
menyampaikan dukungannya; Umar Wirahadikusuma, Sudharmono, Try Sutrisno. Sekitar pukul
23:00 WIB Soeharto memanggil Yusril Ihza Mahendra, Saadilah Mursayaid, dan Wiranto. Beliau
menyampaikan bahwa besok akan menyerahkan kekuasaan kepada Habibie. Esok paginya,
Harmoko, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, Fatimah Ahmad, dan Ismail Hasan Metareum menemui
Soeharto di ruang Jepara.
Ada dokumen lain lagi? Tanya Soharto.
Tidak Pak. jawab Harmoko.
Baik kalian tunggu saja disini, saya akan melaksanakan pasal 8 UUD 45. Tutur Soeharto.
Di Credential Room Soeharto bertemu Habibie tetapi Soeharto melengos. Soeharto sangat sakit hati
dengan murid kesayangannya ini. Selesai menyampaikan pidato pengunduran dirinya, dia
menyalami Habibie dan kembali ke ruang Jepara. Kepada para pimpinan DPR/MPR itu dia berkata,
Saya sudah bukan presiden lagi. Mbak Tutut sembab matanya karena menangis. Harmoko
melongo. Pagi itu adalah pertemuan terakhir Soeharto dan Habibie. Bahkan saat kritis menjelang
ajalnyapun Habibie dilarang menemui Soeharto.
Hubungan Soeharto dan Habibie adalah hubungan panjang dua manusia yang berhasil menjadi
pemimpin negeri ini. Soeharto sudah mengenal Habibie sejak Habibie masih anak-anak. Bahkan
saat ayah Habibie meninggal Soeharto-lah yang menyolatkannya. Soeharto-lah yang menutupkan
mata ayah Habibie saat meninggal dunia. Bahkan dalam buku biografinya Soeharto tidak segan-
segan menunjukkan kepercayaan dan rasa sayangnya terhadap Habibie. Soeharto pula yang
mengirim utusan untuk menjemput Habibie di Jerman untuk kembali ke Indonesia. Kita belajar dari
sini. Bagaimana demi kedudukan hubungan umat manusia yang begitu dalam mampu dikorbankan.
Sekitar pukul 23:00 WIB Prabowo dan Muhdi bertemu dengan Habibie di kediamannya untuk
memberi dukungan pada presiden baru. Namun keesokannya pada tanggal 22 Mei, selesai Sholat
Jumat Prabowo mendapat kabar mengejutkan. Bagai petir di siang bolong, Prabowo di Makostrad
ditelepon Mabes AD, diminta menanggalkan benderanya. Perintah itu tak lain artinya bahwa
jabatannya dicopot. Prabowo mengingat perkataan Habibie jauh sebelumnya, Prabowo, kapan pun
kamu ragu temui saya, jugan pikirkan protokoler! Maka Prabowo menemui Habibie yang sudah
menjadi presiden dan berkata, Ini penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya.
Habibie menjelaskan kalau dia mendapatkan laporan dari Pangab bahwa ada gerakan pasukan
Kostrad menuju Jakarta, Kuningan, dan istana. Prabowo minta setidaknya 3 bulan di Kostrad.
Habibie menolak. Tidak, sampai matahari terbenam anda harus menyerahkan semua pasukan!
Dari sini kembali terlihat, untuk kedua kalinya Prabowo dikalahkan oleh lobi dan pendekatan
Wiranto. Kelak, Wiranto sendiri mengakui bahwa ada kemungkinan informasi yang diberikan
diterima secara salah oleh Habibie. Namun kesalahpahaman apapun itu, Prabowo sudah terlanjur
menjadi pihak yang dirugikan. Hancurlah karir militer yang begitu gilang gemilang.
Kita tidak pernah tahu apakah baik Soeharto maupun Habibie sama-sama salah mengartikan
informasi yang disampaikan Wiranto, atau memang ada kesengajaan melakukan miss-informasi
terhadap Prabowo mengingat persaingan internal ABRI saat itu. Demikian akhir tulisan singkat
mengenai Sang Jenderal Terbuang. Semoga menambah wawasan dan menjadi pelajaran bagi kita
semua.
Semoga artikel diatas bisa menambah wawasan Anda semua.

Fakta Kunci Tuduhan Penculikan Prabowo
Nama Prabowo Subianto telah menjadi momok bagi sebuah tragedi besar ditahun 1998. Tentu
sebagian kalangan yang sudah dewasa di tahun 1998 mudah mengasosiasikan Prabowo dengan
suatu hal yang menyeramkan. Prabowo Subianto diasosiasikan dengan Penculikan, Penembakan
Trisakti dan Dalang Kerusuhan Mei 1998. Benarkah?
Fakta Penculikan
Fakta-fakta ini saya paparkan berdasarkan kombinasi data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF),
Komnas HAM dan Komunitas Semanggi Peduli. Berdasarkan data TGPF, Komnas HAM dan
Semanggi Peduli, total aktivis yang ditangkap / diamankan / diculik sebanyak 23 orang.
Sebelum masuk lebih jauh, harus disamakan terlebih dahulu penggunaan istilah dalam bahasan ini.
Kosakata umum yang digunakan adalah Penculikan, istilah yang sangat provokatif dan tendensius.
Namun sesungguhnya, dalam kacamata negara dan aparat, kosakata yang digunakan adalah
pengamanan atau penangkapan.
Perlu diingat, situasi Indonesia saat itu cukup genting. Ancaman bom menghantui gedung-gedung
Sudirman. TVRI terus menerus menayangkan kabar-kabur soal ancaman bom. Aktivis Fretilin
ditemukan membawa bom di Demak. Dalam situasi genting di tengah ancaman bom, Presiden
Soeharto lancarkan Operasi Mantap Jaya untuk pengamanan menjelang Sidang Istimewa MPR
1998.
Badan Intelijen ABRI (BIA) ditugaskan melaporkan daftar nama orang / aktivis yang dianggap
berpotensi mengganggu stabilitas negara. Kemudian atas perintah Presiden Soeharto kepada
Panglima ABRI Wiranto, dilancarkanlah Operasi Mantap Jaya.
Pelaksana tugas Operasi Mantap Jaya adalah Polri, Kopassus, Kodim Jakarta Timur dan ABRI non
Kopassus. BIA bertugas memberi informasi, kemudian Polri, Kopassus, Kodim Jakarta Timur dan
ABRI non Kopassus mengeksekusi lapangan.
Dari hasil penyelidikan Komnas HAM, BIA mengeluarkan 18 nama yang diistilahkan sebagai Setan
Gundul. Namun berdasarkan fakta lapangan, total penangkapan sebanyak 24 orang, kelebihan 6
orang dari target awal.
Berikut hasil penyelidikan Komnas HAM terhadap Operasi Mantap Jaya yang menangkap 18 Setan
Gundul.
Sumber : Dokumen Komnas HAM Tahun 2006
Berikut daftar 24 nama aktivis yang diamankan/ditangkap/diculik :
Kopassus (Tim Mawar) :
1. Haryanto Taslam (dibebaskan dan bergabung ke Gerindra)
2. Pius Lustrilanang (dibebaskan dan bergabung ke Gerindra)
3. Desmon J Mahesa (dibebaskan dan bergabung ke Gerindra)
4. Aan Rusdianto (dibebaskan dan bergabung ke Gerindra)
5. Andi Arief (dibebaskan dan menjadi Staff Istana)
6. Nezar Patria (dibebaskan dan menjadi Jurnalis)
7. Mugiyanto (dibebaskan dan menjadi Ketua IKOHI)
8. Faisol Reza (dibebaskan dan menjadi Staff Muhaimin Iskandar)
9. Rahardjo Waluyo (dibebaskan dan menjadi Ketua PSN Jokowi)
ABRI non Kopassus :
1. Yani Afri hilang (hilang sejak 7 Mei 1998)
2. Sonny (hilang sejak 26 April 1998)
3. Herman Hendrawan (hilang sejak 12 Maret 1998)
4. Deddy Hamdun (hilang sejak 29 Mei 1998)
5. Noval Alkatiri (hilang sejak 29 Mei 1998)
6. Ismail (hilang sejak 29 Mei 1998)
7. Suyat (hilang sejak 29 Mei 1998)
8. Petrus Bima Anugrah (hilang sejak Maret 1998)
9. Wiji Thukul (hilang sejak 1998)
Pasukan Lain (Tak Dikenal) :
1. Aristoteles Masoka (11 November 2001)
2. A Nasir (14 Mei 1998)
3. Hendra Hambalie (14 Mei 1998)
4. Ucok Siahaan (14 Mei 1998)
5. Yadin Muhidin (14 Mei 1998)
6. M Yusuf (7 Mei 1998)
Dari 24 nama yang diamankan/ditangkap/diculik, sebanyak 9 orang dibebaskan, sementara sisanya
15 orang hilang.
Kalau bicara soal operasi yang dituduhkan kepada Prabowo Subianto, tentunya mengacu pada 9
nama yang ditangkap Tim Mawar. Dan bukan kebetulan, hanya 9 orang itulah yang selamat dan
dibebaskan. Sementara 15 orang lainnya, dimana 9 orang ditangkap oleh ABRI non Kopassus dan
Pasukan Tak Dikenal, masih menghilang.
Pada Operasi Mantap Jaya, institusi yang ditugaskan mengeksekusi lapangan Polri, ABRI non
Kopassus, Kodim Jakarta Timur dan Kopassus. Artinya 9 orang hilang yang dilakukan ABRI non
Kopassus itu dilakukan oleh Kodim Jakarta Timur, sedangkan 6 orang hilang oleh Pasukan Tak
Dikenal itu maksudnya adalah Polri. Tentunya ini perlu penelusuran lebih lanjut, khususnya
mengenai 15 orang hilang oleh ABRI non Kopassus dan Pasukan Tak Dikenal.
Apakah 9 orang hilang ABRI non Kopassus itu mengacu pada Kodim Jakarta Timur?
Apakah 6 orang hilang oleh Pasukan Tak Dikenal itu mengacu pada Polri?
Mahkamah Militer telah mengadili Tim Mawar dengan tuntutan Kesalahan Prosedur pada saat
penangkapan. Ganjarannya mulai dari pencopotan jabatan pemimpin Tim Mawar (seorang Mayor)
hingga penjara bagi pelaku kekerasan saat interogasi.
Kesalahan Prosedur yang dimaksud adalah Tim Mawar menginterogasi dengan kekerasan tanpa
koordinasi dengan atasan (Kopassus). Hasil penyelidikan TGPF, Komnas HAM dan Mahkamah
Militer tidak menemukan adanya bukti perintah kekerasan saat interogasi Tim Mawar. Itulah
sebabnya, pengadilan Mahkamah Militer hanya memberi hukuman kepada Tim Mawar, tidak
kepada Prabowo Subianto.
Karena memang Prabowo Subianto bukanlah pihak yang mendapat mandat menjalankan Operasi
Mantap Jaya. Presiden Soeharto memerintahkan pelaksanaan Operasi Mantap Jaya kepada
Panglima ABRI saat itu, Wiranto. Wiranto menjabat Panglima ABRI mulai 16 Februari 1998
hingga 26 Oktober 1999.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, agak aneh kalau menuduh Prabowo Subianto sebagai pelaku
penculikan aktivis. Faktanya dari 24 aktivis yang ditangkap, terdiri dari operasi 3 tim : 9 orang
ditangkap oleh Kopassus (Tim Mawar), 9 orang ditangkap oleh ABRI non Kopassus dan 6 orang
ditangkap oleh Pasukan Tak Dikenal.
Pengaitan Prabowo Subianto pada kisah penangkapan didasarkan pada operasi Tim Mawar semata.
Dan yang orang-orang lupa adalah Tim Mawar sudah diadili dan diganjar oleh Mahkamah Militer.
Penyelidikannya Mahkamah Militer pun kombinasi antara Komnas HAM dan TGPF.
Justru yang harus diselidiki lebih jauh adalah Wiranto yang menjabat sebagai Panglima ABRI saat
itu beserta Kodim Jakarta Timur dan Polri. Jangan lupa, Polri saat itu masih berada dalam struktur
ABRI, di bawah Panglima ABRI Wiranto.
Fakta Penembakan Trisakti
Bicara soal fakta penembakan Trisakti yang juga dituduhkan kepada Prabowo Subianto, saya bahas
singkat. Fakta yang saya pakai soal penembakan Trisakti adalah soal peluru penembakan. Hasil Uji
Balistik di Belfast, Irlandia Utara pada tahun 2000 menunjukkan bahwa peluru penembakan
Trisakti milik Unit Gegana Polri.
Peluru yang digunakan dalam penembakan Trisakti berkaliber 5,56 mm, bukan peluru kaliber 7 mm
milik Sniper Kopassus. Fakta ini jelas menggugurkan semua asumsi dan tuduhan bahwa
penembakan Trisakti dilakukan oleh Kopassus perinta Prabowo Subianto.
Dan perlu diingat, Polri (Unit Gegana) saat itu juga masih berada di bawah naungan ABRI di bawah
perintah Panglima ABRI Wiranto. Jadi saya tak mau debat kusir soal Prabowo dan penembakan
Trisakti, karena faktanya peluru berasal dari Polri Unit Gegana.
Fakta Kerusuhan Mei 1998
Satu lagi tuduhan yang mengatakan bahwa Prabowo Subianto adalah Dalang Kerusuhan Mei 1998.
Penyelidikan soal Kerusuhan Mei 1998 dilakukan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
TGPF terdiri dari unsur-unsur pemerintah, Komnas HAM dan LSM.
Hasil penyelidikan TGPF dapat di download disini http://semanggipeduli.com/tgpf/laporan.html
Tertulis dengan jelas disitu bahwa TGPF meminta pemerintah menyelidiki pertemuan Makostrad 14
Mei 1998. TGPF juga meminta pemerintah menyelidiki peran Prabowo Subianto pada Kerusuhan
Mei 1998.
Pemerintah lalu merespon hasil laporan TGPF tersebut dan melakukan penyelidikan lanjutan secara
mendalam.
Hasilnya adalah dikeluarkannya dokumen Sekretariat Negara bertanggal 13 September 1999,
Dokumen ini ditandatangani oleh Menteri Sekretariat Negara Muladi. Semula, Muladi merupakan
pihak yang cukup keras menuduh Prabowo terkait Kerusuhan Mei 1998. Namun fakta penyelidikan
pemerintah mengatakan kalau Prabowo tidak terkait dengan Kerusuhan Mei 1998.
Tertulis jelas bahwa hasil penyelidikan pemerintah dalam merespon laporan TGPF menyatakan
(poin a) :
Tentang Dugaan Keterlibatan Letjen TNI Prabowo Subianto dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998,
yang dimulai dengan adanya pertemuan Makostrad, berdasarkan penyelidikan yang kami lakukan
ternyata tidak terdapat cukup bukti yang memperkuat dugaan tersebut.
Pada poin b disebutkan :
Kepada para pelaku penculikan aktivis dan penembakan mahasiswa Trisakti telah diproses sesuai
ketentuan hukum yang berlaku dan kepada mereka yang telah terbukti bersalah telah dikenakan
sanksi hukuman berdasarkan Putusan Hakim (Mahmil) sesuai dengan tingkat kesalahannya
Dari fakta tersebut, hasil penyelidikan TGPF bersama Komnas HAM dan pemerintah juga militer,
Prabowo tidak terkait dengan yang dituduhkan. Pihak-pihak yang bersalah dan terkait dengan
penculikan, kerusuhan , penembakan telah diberikan sanksi.
Lantas atas alasan apa Prabowo masih dikait-kaitkan dengan persoalan HAM? Alasan politis?
Ataukah segala tuduhan HAM kepada Prabowo ini bentuk Kampanye Hitam dari Jokowi?
Mari kita simak kelanjutan kisahnya.

Inilah 10 Alasan Mengapa Kita Memilih Prabowo Hatta
Inilah 10 alasan yang wajib diketahui mengapa Dwi Tunggal Prabowo-Hatta harus menjadi
Presiden dan Wakil Presiden RI Masa Bhakti 2014-2019.
1. Prabowo-Hatta Pemimpin Visioner
Prabowo punya 6 visi besar membangun Peradaban Baru Indonesia melalui Program Aksi
Transformasi Bangsa. Sedangkan Hatta memiliki 8 visi Kerja Nyata untuk menjadikan Indonesia
Sejahtera. Kedua visi besar ini sangat nasionalis karena menginginkan kebangkitan Indonesia
menuju peradaban baru Indonesia yang lebih Berdaulat dan Bermartabat, Mandiri dan Berkarakter,
Adil-Makmur, dan Sejahtera.
6 Visi Besar Prabowo:
1. Membangun ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur.
2. Melaksanakan ekonomi kerakyatan
3. Membangun kedaulatan pangan dan energi serta pengamanan sumber daya air
4. Meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia melalui program Pendidikan,
Kesehatan, Sosial dan budaya serta Olahraga
5. Membangun infrastruktur dan menjaga kelestarian alam serta lingkungan hidup
6. Membangun pemerintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas, dan efektif
Visi besar Prabowo ini sejalan dengan 8 visi besar Hatta
8 Visi Kerja Nyata Hatta:
1. Reformasi Agraria
2. Ketahanan Pangan Nasional
3. Reformasi Pengelolaan SDA
4. Penguatan Industri Dalam Negeri
5. Birokrasi Yang Melayani
6. Demokrasi Kesejahteraan
7. Otonomi Daerah Yang Bertanggung Jawab
8. Nasionalisme Baru
2. Prabowo-Hatta Pemimpin yang Amanah
Prabowo-Hatta adalah pemimpin Dwi Tunggal yang amanah. Keduanya memiliki sifat-sifat
kepemimpinan (Leadership) yang terpuji dan unggul. Prabowo-Hatta dapat dipercaya dan
bertanggung jawab menjalankan tugas dan misi mulia demi bangsa dan negaranya. Mereka menjaga
kepercayaan rakyat dengan sangat bertanggung jawab. Kepercayaan itu pula yang menjadikan
Prabowo-Hatta juga dipercaya memimpin organisasi yang didirikan Prof.Dr.Ing. BJ Habibie yaitu
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai Dewan Penasihat ICMI dan Ketua Dewan
Pakar ICMI.
Prabowo memiliki New Nasionalism , Hatta Rajasa mempunyai Hattanomic. Keduanya sama-sama
menuju sebuah kebangkitan Indonesia Raya menuju Peradaban Baru Indonesia yang Adil, Maju,
dan Sejahtera
3. Prabowo-Hatta Pemimpin Berkarakter
Sosok Prabowo adalah sosok pribadi berkarakter kuat. Dalam dirinya terkandung pikiran, ucapan,
dan tindakan yang tegas, berani, jujur, disiplin, penuh komitmen, dan berintegritas.
Prabowo bukan tipe pemimpin yang lebay, peragu, pecundang, ciut nyali. Prabowo juga bukan
pemimpin berkarakter tempe, suka mencla-mencle, esok dele sore tape, cengengas-cengenges, dan
cuma jadi boneka yang gampang dipermainkan.
Prabowo berpendirian teguh, tak mudah disetir orang lain yang akan merusak bangsa dan
negaranya. Prabowo akan mempertaruhkan segalanya demi tegaknya Indonesia Raya, yang
Bermartabat, Adil, Maju, dan Sejahtera!!
Prabowo seperti Khalifah Umar Bin Khattab yang pemberani dan melindungi. Berani melindungi
kepentingan bangsanya, kepentingan rakyatnya, kepentingan ideologisnya, dan kebhinekaannya.
Prabowo juga humanis dan welas asih, berhati lembut kepada yang lemah dan kekurangan. Sama
seperti Khalifah Umar Bin Khattab yang harus memanggul bahan pangan untuk rakyatnya yang
menangis dan kelaparan. Pemimpin yang mengutamakan kepentingan dan keselamatan orang lain
daripada dirinya sendiri.
Sosok Hatta Rajasa adalah sosok berkarakter cerdas, bernas, jujur, dan berintegritas.
Cerdas karena dengan pikiran-pikirannya yang brilian, Hatta menciptakan konsep ekonomi,
Hattanomic, yang menyeimbangkan secara smart kepentingan nasional dan tetap menjaga
hubungan luar negeri sebagai bagian masyarakat dunia dengan melindungi dan menguatkan
industry dalam negeri guna menghadapi perdagangan bebas. Hattanomic menghindari resesi baru
dunia tetap secara cerdik memproteksi kepentingan dalam negeri.
Hatta adalah pribadi yang jujur dan berintegritas baik. Sebagai menter, Hatta menunjukan pribadi
yang sangat hati-hati menggunakan anggaran negara. Sikap kehati-hatian inilah salah satu praktik
menjaga kejujuran dalam perilaku politiknya. Sehingga, Hatta dikenal sangat berintegritas dan
antikorupsi.
Hatta Rajasa memiliki karakter seperti Khalifah Utsman Bin Affan yang mengerti betul bagaimana
memelihara ekonomi bangsanya dan memastikan setiap jiwa tercukupi pangan, sandang, dan papan,
serta mencerdaskan kehidupan bangsanya melalui pendidikan dan memastikan kesehatan rakyat.
Kombinasi Prabowo yang tegas dan berani dan sangat patriotis dengan sosok Hatta yang cerdas,
bernas dalam mengawal ekonomi dan kerakyatan merupakan kombinasi kepemimpinan yang tepat
untuk Indonesia saat ini. Indonesia membutuhkan tokoh politik yang mampu membangkitkan
kepercayaan rakyat dan menegakkan harga diri bangsa. Indonesia juga membutuhkan stabilitas
ekonomi, yang mengurusi kegiatan ekonomi rakyat untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat.
4. Prabowo-Hatta, Keturunan Trah Mataram dan Sriwijaya-Majapahit-Sunda Galuh
Prabowo Subianto adalah keturunan ke-8 Trah Sultan Agung Mataram dan Kesultanan Yogyakarta
Sultan Hamengkubuwono (HB) I. Silsilahnya dimulai dari Sultan Agung ke Rdn Adipati
Mangkuprojo, Rdn Tumenggung Indrajik Kartonegoro, Rdn Tumenggung Kertanegara atau Banyak
Wide (salah satu Panglima dan tangan kanan Pangeran Diponegoro), Rdn Kartoatmojo. Rdn
Kartoatmojo ini menikah dengan bangsawan dari Kesultanan Yogyakarta RA Djojoatmojo. RA
Djojoatmojo keturunan ke-4 dari Sultan HB I.
Selanjutnya hasil pernikahan itu menghasilkan keturunan Rdn Tumenggung Mangkuprojo dan
berikutnya adalah Margono Djojohadikusumo. Margono adalah salah satu Pendiri Negara Kesatuan
Republik Indonesia bersama Ir. Soekarno. Margono memiliki keturunan Prof. Dr. Soemitro
Djojohadikusumo. Soemitro adalah ayah kandung Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Sebagai anak pendiri bangsa dan negara Republik Indonesia, Prabowo memiliki darah kebangsaan
yang sangat kuat, memiliki nasionalisme yang sangat mendalam. Prabowo tidak akan
mempertaruhkan bangsa dan negara ini untuk kepentingan dirinya, keluarganya, atau golongannya.
Silsilah dan trah Prabowo merupakan jaminan bagi bangsa ini untuk bangkit dan Berjaya dan tak
bisa didikte oleh kepentingan asing yang akan merusak dan meruntuhkan bangsa ini.
Hatta Rajasa memiliki hubungan keturunan dari pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya atau Sri
Kertarajasa yang nama lengkapnya Prabu Kertarajasa Jayawardhana (Nararya Sanggaramawijaya
Sri Maharaja Kertajasa Jayawardhana 1293-1309).
Jika diurut dari kerajaan-kerajaan di Jawa, Hatta Rajasa masih terhubung dengan pendiri kerajaan
Singasari, yakni Sri Rangga Rajasa, dan masih memiliki trah dengan kerajaan Sunda Galuh. Sebab,
trah Raden Wijaya juga masih terhubung dengan kerajaan Singasari dan Sunda Galuh, karena
Raden Wijaya merupakan puteri pasangan Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal. Ayahnya
adalah putra Prabu Guru Darmasiksa, raja Kerajaan Sunda Galuh. Sedangkan ibunya adalah puteri
Mahisa Campaka, seorang Pangeran Kerajaan Singasari. Raden Wijaya keturunan Jawa-Sunda.
Masa keemasan Majapahit dipimpin Hayam Wuruk atau dikenal dengan Sri Rajasanegara. Saat
inilah Patih Gajah Mada mengikarkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara.
Hatta Rajasa lahir di bumi Sriwijaya (Palembang). Jadi, sosok Hatta Rajasa ini gabungan trah-trah
kerajaan Singasari-Majapahit dan Sriwijaya. Kombinasi trah raja-raja Jawa, Sunda, dan Sumatera.
Silsilah ini menjadi penting karena sejatinya Hatta Rajasa memiliki darah kepemimpinan dan
pengukir sejarah kejayaan Nusantara. Hatta Rajasa kini terlahir sebagai Pemimpin Modern yang
memiliki karakter pengabdian yang ditunjukan selama berabad-abad oleh sejarah pengabdian pada
Bumi pertiwi guna mewujudkan kejayaan Nusantara, melayani rakyat dan melindungi bangsa dan
negara.
5. Prabowo-Hatta Lebih Pro Rakyat
Bahasa komunikasi Prabowo sangatlah pro rakyat. Jargon-jargonnya pun sangat memihak rakyat.
Prabowo sangat humanis dan bekerja demi kesejahteraan rakyat.
Program-program kerakyatan diciptakan lebih banyak untuk membangkitkan kerakyatan dan
berpihak kepada rakyat. Program-program pengentasan kemiskinan, pertanian, perikanan, kelautan,
kehutanan, dan penciptaan lapangan kerja semata-mata guna meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan rakyat. Prabowo identik dengan kerakyatan dan kemaslahatan.
Pada saat yang sama, Hatta Rajasa merupakan sosok yang sarat pengalaman dalam menumbuhkan
dan membuktikan implementasi program kerakyatan. Selama menjadi menteri koordinator
perekonomian, Hatta Rajasa membuktikan dirinya sebagai pengonsep dan pelopor ekonomi
kerakyatan.
6. Prabowo-Hatta Menciptakan Tradisi Politik Baru
Prabowo mendirikan partai politik untuk membangun tradisi politik yang baik di parlemen dan
menjadi alat politik untuk merealisasikan cita-cita politik yang bermartabat. Partai politik bukan alat
mengeruk dan membobol anggaran negara tetapi sebagai pengawal rakyat dalam mengisi
kemerdekaan melalui parlemen. Partai Gerindra menjadi penjaga Indonesia Raya guna menuju cita-
cita kemerdekaan: adil dan sejahtera.
Prabowo adalah pendiri Partai Gerindra. Partai ini memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama dengan
Prabowo. Partai inilah yang menjadi kendaraan penting bagi Prabowo untuk merealisasikan mimpi-
mimpinya membuat Indonesia Berjaya.
Hatta Rajasa adalah sosok reformis yang mendobrak kebekuan Orde Baru. Bersama lokomotif
reformasi Amien Rais, Hatta Rajasa menjadi salah satu tokoh yang ingin mewujudkan tradisi politik
baru melalui penguatan parlemen dan efektifitas pemerintahan. Hatta menyeimbangkan dinamisasi
parlemen dan eksekutif sebagai bagian penting representasi demokrasi kerakyatan.
Melalui Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta mengalami secara langsung penciptaan tradisi politik
baru baik di pemerintahan maupun di parlemen. Hatta mendorong demokratisasi kerakyatan dalam
praktik berpolitik yang santun, beretika, bersih, antikorupsi, melalui high politic.
7. Prabowo-Hatta Adalah Gabungan Nasionalis-Religius
Prabowo dikenal sebagai nasionalis sejati. Di masa kekinian, Prabowo ingin menciptakan new
nasionalism yang menginginkan sebuah kebangkitan baru rakyat dan bangsa Indonesia menuju
Peradaban Baru Indonesia yang bermartabat, adil makmur, dan sejahtera.
Dibesarkan dalam tradisi dan tokoh-tokoh nasionalis, Prabowo menolak kapitalisme dan liberalisme
sebagai penguasa. Prabowo ingin mewujudkan nasionalis dan humanism sosial sebagai kombinasi
ideology yang menyejahterakan rakyat pribumi. Bahwa kesejahteraan hidup adalah menjadi
bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Bahwa nasionalis merupakan upaya untuk
mewujudkan masyarakat madani.
Dengan kombinasi nasionalis dan sosial, Hatta Rajasa akan melengkapinya dengan kekuatan
Religius Demokratis. Hatta dilahirkan dari keluarga religius dan demokratis. Keluarga yang taat
beribah, menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengagungkan Tuhan Penguasa Alam
Semesta dan berjuang untuk menjadikan dirinya dan agamanya sebagai Rahmatan Lil Alamin,
bermanfaat bagi alam semesta, bagi dunia, bagi kemajemukan bangsa, bagi kebhinekaan yang
bersatu padu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Prabowo-Hatta adalah kekuatan Nasionalis, Sosial, Religius, dan Demokratis (NASRED). Menjadi
Indonesia yang berketuhanan, berperikemanusiaan, dalam keadaban, bersatu dalam kemajemukan,
merakyat, adil dan makmur.
8. Prabowo-Hatta Tokoh Inspiratif, Pemimpin Masa Depan
Prabowo-Hatta membuktikan dirinya sebagai tokoh inspiratif dan pemimpin masa depan. Keduanya
adalah kekuatan reformasi yang mendobrak Orde Baru. Prabowo menciptakan reformasi dari dalam
dan Hatta mendesakkan reformasi dari luar. Kombinasi inspirasi ini melahirkan kepemimpinan
masa depan yang tangguh dan kuat.
Padu padan Prabowo-Hatta juga bisa saling menguatkan. Prabowo seorang militer yang tegas dan
berani. Hatta sosok pribadi yang jujur berintegritas yang memiliki kekuatan administrasi dan
kecerdikan konsep dan strategi manajemen. Prabowo tokoh politik visioner, Hatta tokoh ekonomi
kerakyatan.
Prabowo menyatukan bangsa dan negara, Hatta yang merawat kebhinekaan dan kemajemukannya.
Prabowo yang membangun mercusuar kebangkitan dan peradaban Indonesia baru, Hatta yang
menyiapkan infrastruktur dan anggarannya. Prabowo yang menghentak dunia dengan diplomasi dan
kekuatan visi nasionalisnya, Hatta yang meletakkan konsep dan strateginya. Prabowo yang
menyatukan bangsa dan negara, Hatta yang merawat kebhinekaan dan kemajemukannya.
9. Prabowo-Hatta Kombinasi Militer-Sipil, NU-Muhammadiyah, Jawa-Luar Jawa yang Sempurna
Prabowo simbol pemimpin Jawa yang tegas dan berani. Kombinasi berbeda ditunjukkan Hatta
Rajasa sebagai pemimpin luar Jawa yang jujur dan berintegritas. Kombinasi pemimpin Jawa dan
Luar Jawa yang pas untuk pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Prabowo tokoh militer yang sangat memegang janji sapta marga, mencintai bangsa dan negaranya.
Hatta Rajasa tokoh sipil yang sangat merakyat dan memegang janji suci kerakyatannya sehingga
melahirkan konsep ekonomi kerakyatan Hattanomic.
Prabowo dikenal sangat dekat dengan NU dan hidup dalam tradisi nahdliyin dan Hatta Rajasa
merupakan tokoh Muhammadiyah dan hidup dalam tradisi Muhammadiyah.
Jika berangkat tugas, sebagai tentara, saya akan datangi kyai untuk minta amalan-amalan dan doa
keselamatan, kata Prabowo.
10. Prabowo-Hatta Representasi Keindonesiaan dan Kejayaan
Prabowo-Hatta mewakili keindonesian dan keduanya sama-sama menggantungkan impian bagi
kejayaan dan kemajuan bangsa dan negara ini. Prabowo-Hatta merepresentasikan harapan bangsa
ini untuk lebih bermartabat, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan negara-negara di
dunia.
Prabowo-Hatta merepresentasikan harapan seluruh rakyat untuk hidup lebih layak, lebih adil, dan
lebih makmur. Prabowo- Hatta merepresentasikan keinginan seluruh elemen bangsa, laki-laki-
perempuan, tua-muda, kaya-miskin, buruh-majikan, pelajar dan mahasiswa, karyawan, ibu rumah
tangga, petani, pedagang, pegawai, birokrasi, yang Islam dan non-Islam, untuk bisa bersatu padu,
bersinergi, bangkit dari keterpurukan, bangkit dari kemiskinan, bangkit dari bangsa yang dihinakan
menuju kepada kedaulatan, kemandirian, kesejahteraan, dan kemuliaan dengan segenap jati diri
bangsa yang santun dan ramah.
Prabowo-Hatta adalah pilihan rasional dan pilihan hati nurani bagi kepemimpinan bangsa
Indonesia dalam Pemilu Presiden 2014-2019 saat ini.

Membongkar Kepalsuan Jokowi Si Capres Jongos Cina
Tingkah laku Jokowi yang selalu dimuat media sangat mengganggu pikiran terutama jika melihat
tidak ada substansi apapun dalam pemberitaan media tersebut kecuali hanya untuk popularitas dan
pencitraan Jokowi semata mata.
Demikian juga ketika lembaga lembaga survey bayaran sengaja melambungkan citra dan nama
Jokowi seolah olah ia pememimpin hebat padahal kinerja dan integritas diri Jokowi terbukti di
bawah rata rata walikota atau gubernur di Indonesia.
Lebih menjijikan ketika melihat fenomena aneh yang terjadi di sekitar masyarakat yang latah ikut
ikutan memuja memuji Jokowi padahal mereka tidak mengetahui persis siapa Jokowi apalagi
melakukan penelitian tentang diri Jokowi sebenarnya.
Begitu bodohkan bangsa ini yang terlalu mudah terkecoh dengan pencitraan dan opini sesat Jokowi
yang direkayasa oleh Stanley Benhard Greenberg, Tokoh Yahudi homoseksual teman karib James
Riady dan sama sama anggota Arkansas Connection (paguyuban sahabat sahabat karib Bill dan
Hillary Clinton) untuk mendukung cita cita James Riady dan konglomerat cina Indonesia
menjadikan Joko Widodo sebagai presiden boneka yang dapat mereka kendalikan dalam rangka
menguasai Indonesia sepenuhnya.
Begitu bodohkah bangsa Indonesia yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman pahit ditipu para
penjahat bertopeng malaikat. Banyak tokoh yang semula disanjung dan diteladani, kemudian
terbukti tidak lebih dari seorang penipu. Ketika mereka kabur, tinggalah rakyat korban penipuannya
menangis menderita meratapi kerugiannya.
Begitu bodohkah rakyat Indonesia hingga terlalu mudah percaya berita dan opini yang dibentuk
pemberitaan media mengenai karakter, integritas dan kredibiltas seorang tokoh. Tidak adakah
mekanisme check and recheck yang semestinya dilakukan sebelum memberi kepercayaan besar atas
sebuah amanah yang sangat menentukan nasib dan masa depan seluruh rakyat Indonesia.
Tidakkah sesuatu pencitraan yang berlebihan semestinya membuat kita lebih hati hati dalam
menilai figur tersebut. Bagaimana mungkin kita mempercayai bahwa tidak ada udang di balik batu
dari sebuah realitas pencitraan sedemikian banyak media terhadap seseorang tanpa terlebih dahulu
kita menganalisa apa sebenarnya tujuan pencitraan tersebut dan siapa pelaku atau sutradaranya.
Begitu kasat mata rekayasa pencitraan yang dibangun secara sistmatis, masif, terencana dan pasti
menghabiskan uang yang sangat besar untuk pencitraan Joko Widodo atau Dahlan Iskan. Bahkan
untuk Jokowi, nama akrab Joko Widodo, rekayasa pencitraan dirinya perlu diwaspadai.
Pencitraan terhadap Jokowi dilakukan oleh sebuah tim pencitraan yang lengkap, berpengalaman,
terdiri dari berbagai kelompok yang bertugas dan bertanggungjawab untuk membentuk citra diri
Jokowi sesuai dengan keinginan rakyat atau target yang ditetapkan tim konsultan pencitraan
Jokowi.
Berdasarkan pengamatan kami yang sudah lama mencurigai adanya maksud jahat terselubung dari
pihak tertentu terkait pengorbitan Jokowi sebagai tokoh nasional, tokoh terpopuler, calon presiden
terbaik dan seterusnya, terlihat jelas rekayasa pencitraan Jokowi dilakukan melalui cara cara
berikut ini :
Ratusan media nasional dan lokal (koran, majalah, TV, radio, media online dll) dikontrak dan
dibayar untuk setiap hari memuat berita positif tentang Jokowi. Pada media cetak yang dikontrak
dan dibayar tersebut, disediakan halaman atau kolom khusus yang memuat berita positif tentang
Jokowi. Pada media online, ditargetkan pemuatan berita Jokowi sampai sebanyak banyaknya.
Detik online misalnya, memuat berita tentang Jokowi bisa sampai 50 kali atau 50 judul per hari dan
selalu ditayangkan setiap saat. Begitu tingginya target frekwensi menaikan berita tentang Jokowi,
sampai sampai semua aktifitas Jokowi dimuat dan diberitakan media.
Jokowi akan naik sepeda ke kantor, jokowi lari maraton, jokowi akan mudik ke Solo, Jokowi akan
ke Pluit, Jokowi nonton film, Jokowi nonton wayang, jokowi makan banyak sebelum nonton,
Jokowi antar makanan ke Megawati, Jokowi bertemu si anu, Jokowi hebat, Jokowi luar biasa,
Jokowi berniat, Jokowi tertawa, jokowi dikawal, Jokowi bersedih, Jokowi disambut warga, Jokowi
bagi bagi uang, Jokowi blusukan, Jokowi bermimpi, dan seterusnya Mungkin hanya ketika
Jokowi buang angin, Jokowi buang hajat, Jokowi mimpi basah atau Jokowi sedang cebok, yang
tidak dimuat oleh media massa media massa bayaran dan kontraktor pencitraan Jokowi tersebut.
Sejumlah pengamat dan akademisi kampus disewa oleh sutradara dibalik pencitraan Jokowi untuk
memberikan pendapat, penilaian dan kesan baik tentang Jokowi. Sesuai informasi yang diterima
banyak staf pengajar dari Fisip UI Depok yang dibayar untuk mendukung pencitraan Jokowi.
Mereka ini rutin memberikan pendapat atau komentar positif terhadao sosok Jokowi. Perilaku
akademisi seperti ini dulu kami juluki pelacur intelektual. Menggadaikan rasionalitas dan
keilmuannya demi rupiah.
Jaringan internasional digunakan untuk memberikan legitimasi pencitraan positif tentang Jokowi.
Bayangkan saja, seorang gubernur di Indonesia yang belum membuktikan kemampuannya sebagai
pemimpin, belum ada prestasi kerjanya, tetapi sudah dipuja puji melalui pemberitaan berbagai
media di luar negeri. Informasi yang kami terima, pemuatan berita tentang jokowi ini adalah hasil
dari rekayasa James Riady, Stan Greenberg cs dan jaringan Arkansas Connection yang diduga
sebagai otak dari semua rekayasa pencitraan diri Jokowi.
James Riady adalah tokoh konglomerat pemilik grup Lippo yang merupakan teman baik mantan
presiden AS Bill Clinton selama puluhan tahun, sejak 1986 sampai sekarang. James memiliki
banyak catatan buruk mengenai sepak terjangnya di dunia bisnis dan politik, baik di Indonesia atau
pun di dunia internasional. Sejak menganut agama kristen evangelis, kedekatan James dengan tokoh
evangelis AS Pat Robertson sudah menjadi pengetahuan umum. Hal tersebut menempatkan James
sebagai sosok yang selalu dicurigai umat Islam mengingat Pat Robertson, Menton James Riady
dikenal sebagai tokoh fanatik dan sangat membenci Islam/anti Islam.
Sementara itu Stan Greenberg adalah patner sekaligus pemilik konsultan politik terkemuka AS,
Greenberg Quinlan Rosner, konsultan politik yang selalu digunakan Partai Demokrat AS dan
berpengalaman menjadi konsultan ratusan politisi terkenal di dunia. James dan Greenberg keduanya
adalah anggota utama Arkansas Connection.
Ratusan orang baik tenaga honor mau pun karyawan organik yang dipekerjakan di perusahaan
perusahaan Lippo Grup dan perusahaan para konglomerat tionghoa yang menjadi pendukung
pencitraan Jokowi, dikerahkan untuk membentuk citra palsu Jokowi melalui sosial media (socmed).
Ribuan akun di berbagai socmed (twitter, facebook, dll) dikerahkan untuk mendongkrak popularitas
dan kesan positif tentang sosok Jokowi. Mereka juga bertugas melindungi Jokowi dari segala
bentuk kritik, termasuk pengungkapan kebenaran tentang siapa sebenarnya Jokowi.
Rekayasa pencitraan Jokowi tidak hanya didukung oleh James Riady, Stangreeberg dan Arkansas
Connection, melainkan juga oleh mayoritas konglomerat tionghoa Indonesia, jaringan etnis China
dunia/internasional, segelintir tokoh dan konglomerat pribumi serta dari berbagai kalangan
/lembaga / insititusi non muslim, gereja, mayoritas komunitas tionghoa Indonesia dan seterusnya.
Benar benar sebuah konspirasi tingkat tinggi yang dibentuk dan dijalankan dalam rangka
mensukseskan Jokowi sebagai presiden boneka di Indonesia.
Pencitraan Jokowi yang luar biasa, menghabiskan sumber daya uang, waktu dan tenaga yang sangat
besar itu, juga berhasil menutupi fakta fakta yang sebenarnya tentang karakter, kinerja dan track
record Jokowi. Masyarakat tidak lagi berfikir logis dan tidak skeptis dalam menilai sosok Jokowi.
Begitu banyak catatan buruk tentang Jokowi yang diabaikan atau terlindas oleh tsunami informasi
dan opini yang dijejalkan konspirasi tingkat tinggi ini. Fakta bahwa Jokowi sesuai data Badan Pusat
Statistik (BPS) atau penilaian kinerja Kemendagri yang membuktikan prestasi Jokowi biasa biasa
saja, malah lebih buruk dibanding kinerja rata rata kepala daerah se Indonesia, tidak menjadi
perhatian rakyat.
Fakta bahwa Jokowi patut diduga terlibat korupsi pelepasan aset pemda Solo (Hotel Maliyawan),
korupsi dana KONI Solo sebesar Rp. 5 miliar, korupsi hibah dana rehabilitasi pasar dari Pemda
Jawa Tengah Rp. 1 miliar, korupsi dana bantuan siswa miskin Solo, korupsi proyek pengadaan
videotron Manahan Solo, korupsi renovasi THR Sriwedari Solo, dan lain lain, diabaikan begitu
saja oleh rakyat Indonesia. Belum lagi dugaan korupsi Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada
Program KJS dan KJP, KKN pada penunjukan pemenang dan pelaksana proyek MRT/Monorail
Jakarta, korupsi pengadaan sumur resapan dan lain lain.
Luar biasa hebat konspirasi James Riady cs dalam mengorbitkan Jokowi ke puncak popularitas
demi terwujudnya mimpi mereka untuk memiliki seorang presiden Indonesia yang berada di bawah
kendali dan pengaruh mereka.

Anda mungkin juga menyukai