Anda di halaman 1dari 17

ARA BACA GAMBAR RANCANG BESI TULANGAN

Pada gambar rencana bangunan terdapat gambar rancana tulangan besi (kontruksi
penulangan besi untuk beton). Hal - hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

KODE BESI POLOS DAN BESI ULIR :

 Besi Polos. Biasanya ditulis dengan kode P atau tanpa kode. Biasanya besi
polos untuk link atau sengkang atau begel. Misalnya ditulis : Ø8 - 100 itu artinya
besi polos ukuran diameter 8 mm dengan jarak sengkang atau link atau begel 100
mm. Atau tertulis : 6 P 12 berarti perlu 6 batang besi polos ukuran diameter 12 mm.

 Besi ulir. Dilambangkan dengan tulisan D. Contoh tertulis 8 D 16, artinya perlu
tulangan 8 buah besi ulir dengan ukuran diameter 16 mm.

PENULISAN BESI TULANG DAN SENGKANG / LINK / BEGEL :

 Besi tulang. Besi tulang ditulis dengan format jumlah, jenis dan ukuran. Contoh :
6 D 13, atinya perlu tulang 6 buah jenis ulir dengan ukuran diameter 13"

 Besi sengkang / link / begel. Ditulis dengan awalan lambang Ø kemudian jenis,
ukuran besi dan jarak antar sengkang / link / begel tersebut. Contoh : Ø8 - 150,
artinya perlu sengkang dengan besi polos ukuran 8" dengan jarak antar sengkang
150 mm.

TUMPUAN DAN LAPANG


Tumpuan dan lapang adalah istilah yang dipakai pada racang bangun tulangan besi
beton baik pada KOLOM maupun BALOK. Perlu dketahu dalam istilah gambar
bangunan yang dimaksud KOLOM adalah tiang yaitu cor beton yang vertikal sedangkan
yang dimaksud BALOK adalah bim atau cor beton yang horisontal.

Tumpuan adalah wilayah baik kolom maupun balok yang berdekatan dengan pangkal
atau ujung, dengan panjang masing-masing 1/4 ukuran panjang kolom atau balok
tersebut.
Sedangankan lapang adalah wilayah tengah kolom atau balok dengan panjang 1/2 dari
panjang kolom atau balok tersebut.

Perhatikan gambar di bawah ini :

CONTOH GAMBAR RANCANGAN PENULANGAN BESI BETON DAN ARTINYA :

1. PENULANGAN BALOK :
ARTI GAMBAR DI ATAS ADALAH :

1. Dimesnsi balok adalah lebar 250 mm dan tinggi 400 mm.

2. Untuk tumpuan balok sebelah kiri :


a. Untuk tulang atas butuh 6 buah besi ulir ukuran 13"
b. Untuk tulang tengah butuh 2 buah besi ulir ukuran 13"
c. Untuk tulang bawah butuh 4 buah besi ulir ukuran 13"
d. Untuk sengkang atau link atau begel perlu besi polos ukuran 8" dengan jarak antar
sengakng 100 mm.

3. Untuk lapang atau lapangan :


a. Untuk tulang atas betuh 4 besi ulir ukuran 13"
b. Untuk tulang tengan butuh 2 besi ulir ukuran 13"
c. Untuk tulang bawah butuh 6 besi ulir ukuran 13"
d. Untuk sengakng perlu besi polos 8 " dengan jarak pasang 150 mm.
4. Untuk tumpuan sebelah kanan :
a. Untk tulang atas butuh 6 besi ulir 13"
b. Untuk tulang tengah butuh 2 besi ulir ukuran 13"
c. Untuk tulang bawah butuh 4 besi ulir ukuran 13".
d. Untuk sengkang perlu besi polos ukuran 8" dengan jarak pasang antar sengkang
100 mm.

PENULANGAN KOLOM :

Arti dari gambar diatas adalah sebagai berikut :


1. Dimensi kolom adalah 400mm X 400mm
2. Tulang sebanyak 12 besi ulkir ukuran 16 "
3. Untuk sengkang atau link dengan besi polos 10" dengan jarak pasang 100 mm untuk
wilayah tumpuan dan 150 mm untuk wilayah lapangan.
Selamat sore, kembali lagi di website kesayangan kita. Kali ini saya mau
membagikan artikel mengenai Prinsip Dan Teknik Penulangan Beton Pada
Bangunan. Pekerjaan pembesian yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pekerjaan
pada pembuatan struktur beton bertulang. Beton bertulang adalah beton yang
ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum,
yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan beban.

Gaya-gaya yang bekerja pada beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya
tekan sedangkan tulangan diperhitungkan memikul gaya tarik dan sebagian gaya
tekan, selain itu ada gaya-gaya lain yang dipikul oleh tulangan seperti, gaya puntir
(Torsi), gaya geser, dan lain lain.

PRINSIP DASAR BETON BERTULANG

A. Balok beton dan Tulangan

1. Balok Beton tanpa Tulangan

Sifat dari beton yaitu sangat kuat untuk menahan tekan, tetapi tidak kuat (lemah)
untuk menahan tarik. Oleh karena itu, beton dapat mengalami retak jika beban
yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.

Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi
dan rol) dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat (P) dan beban merata
(q), maka akan timbul momen luar, sehingga balok akan melengkung ke bawah
seperti tampak pada gambar II.1.(a) dan gambar II.1.(b).

Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan
oleh kopel gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-
serat balok bagian tepi atas akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah
tegangan tekan tersebut semakin kecil dan sebaliknya, pada serat bagian tepi
bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas tegangan tarik semakin
kecil pula. (lihat gambar II.1.(c)), pada bagian tengah, yaitu pada batas antara
tegangan tarik dan tegangan tekan, serat-serat balok tidak mengalami tegangan
sama sekali (tegangan tarik dan tegangan tekan bernilai nol). Serat-serat yang tidak
mengalami tegangan tersebut membentuk suatu garis yang disebut garis netral.
Gambar
II.1. balok beton tanpa tulangan

Gambar
II.1. balok beton tanpa tulangan

Gambar II.1. balok


beton tanpa tulangan

Jika beban di atas balok itu cukup besar, maka serat-serat beton bagian tepi bawah
akan mengalami tegangan tarik yang cukup besar pula, sehingga dapat terjadi retak
pada bagian tepi bawah. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang
momennya besar, yaitu pada bagian tengah bentang.

Baca Juga:

 Download Gambar Desain Atap Konservasi Beton dan Baja DWG AutoCAD
 Download Aplikasi Menghitung Analisa Keperluan Besi Format Excel
 Download Gambar Standard Beton SNI Format DWG AutoCAD
2. Balok Beton dengan Tulangan

Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi
bawah, maka diperlukan baja tulangan sehingga disebut dengan istilah “Beton
Bertulang” pada balok beton bertulang ini, tulangan baja ditanam dalam beton
sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada
penampang retak dapat ditahan oleh tulangan seperti tampak pada gambar II.2

Gambar II.2. balok beton bertulang


Gambar II.2. balok beton bertulang

Karena sifat beton tidak kuat terhadap tarik, maka pada gambar II.2 (b) tampak
bahwa bagian balok yang menahan tarik (di bawah garis netral) akan ditahan oleh
tulangan, sedangkan bagian yang menahan tekan (di atas garis netral) tetap
ditahan oleh beton.

3. Fungsi utama beton dan tulangan

Dari uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa baik beton maupun baja tulangan
pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi yang berbeda sesuai
dengan sifat bahan yang bersangkutan.

Fungsi utama beton:

 Menahan gaya tekan.


 Menutup baja tulangan agar tidak berkarat.
Fungsi utama baja tulangan:

 Menahan gaya tarik.


 Mencegah retak beton agar tidak melebar.

B. Pemasangan Tulangan

1. Pemasangan tulangan longitudinal


Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan
gaya tarik. Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun struktur
lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan longitudinal
(tulangan memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami tegangan
tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang menahan momen lentur besar
(umumnya di daerah lapangan/tengah bentang, atau di atas tumpuan), sehingga
sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat tegangan lentur tersebut.

Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang. Berikut ini diberikan
beberapa contoh pemasangan tulangan memanjang pada balok maupun pelat (lihat
Gambar II.3).

Gambar II.3. pemasangan tulangan memanjang

2. Pemasangan Tulangan Geser

Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat
dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya
lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material beton
dari balok yang bersangkutan.

loading...

Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan geser
yang dapat berupa tulangan-miring/tulangan-serong atau berupa sengkang/begel.
Jika sebagai penahan gaya geser hanya digunakan begel saja, maka pada daerah
dengan gaya geser besar (misalnya pada ujung balok yang dekat tumpuan)
dipasang begel dengan jarak yang kecil/rapat, sedangkan pada daerah dengan gaya
geser kecil (daerah lapangan/tengah bentang balok) dapat dipasang begel dengan
jarak yang lebih besar/renggang. Contoh pemasangan tulangan miring dan begel
balok dapat dilihat pada Gambar II.4.

Gambar II.4. Pemasangan


Tulangan Miring & Begel Balok

3. Jarak tulangan pada balok

Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan jarak


tertentu seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar II.5. Tulangan longitudinal & begel balok

4. Jumlah tulangan maksimal dalam 1 baris

Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b adalah ukuran


lebar dan h adalah ukuran tinggi total dari penampang struktur. Sebagai contoh
dimensi balok ditulis b/h atau 300/500, berarti penampang dari balok tersebut
berukuran lebar balok b = 300 mm dan tinggi balok h = 500 mm.
Gambar II.6. dimensi penampang balok

Mutu Baja Tulangan


Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam-macam jenis dan
mutu tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis baja tulangan,
tulangan polos (Plain bar) dan tulangan ulir (Deformed bar). Sebagian besar baja
tulangan yang ada di Indonesia berupa tulangan polos untuk baja lunak dan
tulangan ulir untuk baja keras. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai
tertentu tanpa mengalami keretakan.

Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton
perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan
gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis
yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang
baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-batang baja
yang dianyam dengan teknik pengelasan. Baja beton dikodekan berurutan dengan:
huruf BJ, TP dan TD,
 BJ berarti Baja.
 TP berarti Tulangan Polos.
 TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir).
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik yang
dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja
beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir. Baja beton yang dipakai dalam
bangunan harus memenuhi norma persyaratan terhadap metode pengujian dan
pemeriksaan untuk bermacam-macam mutu baja beton menurut Tabel. Tabel
berikut menunjukan sifat mekanik baja tulangan:

Simbul Tegangan Leleh Minimum Kekuatan Tarik Minimum Perpanjangan Minimum


Mutu (kN/cm2) (kN/cm2) (%)

BJTP – 24 24 39 18

BJTP – 30 30 49 14

BJTD – 30 30 49 14

BJTD – 35 35 50 18

BJTD – 40 40 57 16

SNI menggunakan simbol BJTP (Baja Tulangan Polos) dan BJTD (Baja Tulangan
Ulir). Baja tulangan polos yang tersedia mulai dari mutu BJTP – 24 hingga BJTP –
30, dan baja tulangan ulir umumnya dari BJTD – 30 hingga BJTD – 40. Angka yang
mengikuti simbul ini menyatakan tegangan leleh karakteristik materialnya. Sebagai
contoh BJTP – 24 menyatakan baja tulangan polos dengan tegangan leleh material
2400kg/cm2 (240 MPa).

Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang tata cara perhitungan


struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang digunakan harus
tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon.
Disamping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang ditabelkan itu, mutu
baja yang lain dapat juga spesial dipesan (misalnya BJTP 30). Tetapi perlu juga
diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan harganya jauh lebih mahal. Guna
menghindari kesalahan pada saat pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang
spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja BJTP 24 dan BJTD 40 yang umum
dipakai. Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan melalui pengujian tarik. Sifat
fisik tersebut adalah: kuat tarik (fy), batas luluh/leleh, regangan pada beban
maksimal, modulus elastisitas (konstanta material), (Es).
Tulangan Polos (Plain)

Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa diameter, tetapi karena ketentuan SNI
hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang dan tulangan spiral, maka
pemakaiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga
diameter 16 mm, dengan panjang 12 m.

Diameter (mm) Berat (kg/m) Luas Penampang (cm2)

6 0,222 0,28

8 0,395 0,50

10 0,617 0,79

12 0,888 1,13

16 1,578 2,01

Tulangan Ulir (Deform)

Diameter (mm) Berat (kg/m) Keliling (cm) Luas Penampang (cm2)

10 0,617 3,14 0,785

13 1,04 4,08 1,33

16 1,58 5,02 2,01

19 2,23 5,96 2,84

22 2,98 6,91 3,80

25 3,85 7,85 4,91

32 6,31 10,05 8,04

36 7,99 11,30 10,20

40 9,87 12,56 12,60

Berdasarkan SNI, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaiannya untuk batang
tulangan struktur beton. Hal ini dimaksudkan agar struktur beton bertulang tersebut
memiliki kehandalan terhadap efek gempa, karena akan terdapat ikatan yang lebih
baik antara beton dan tulangannya.

Bentuk baja tulangan seperti gambar dibawah ini:


Gambar II.7. bentuk baja tulangan

Simbul-simbul gambar pembesian:

Gambar II.8. Simbul-simbul pembesian

2 Øp 12 (2 Ø12) = 2 batang tulangan polos diameter 12 mm,


Øp 10 – 250 = tulangan polos diameter 10 mm jarak pasang 250 mm,
2 ØD 19 (2 D 19) = 2 batang tulangan ulir diameter 19 mm,
f’c = mutu beton,
fy = mutu baja tulangan (tegangan leleh baja),
A’ = Luas tulangan tekan,
A = Luas tulangan tarik,
b = Lebar balok atau pelat,
h = Tinggi balok atau pelat,
d = Tinggi manfaat.

Sekian postingan siang ini mengenai Prinsip Dan Teknik Penulangan Beton
Pada Bangunan, semoga bisa bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Jangan
lupa untuk selalu berbagi satu kebaikan dengan cara share atau bagikan artikel ini
ke teman-teman di sosial media, terimakasih!

Anda mungkin juga menyukai