Anda di halaman 1dari 2

KONTROVERSI, EKSPLOITASI, DAN KORUPSI PIALA DUNIA 2022 QATAR

PENDAHULUAN
Menurut berbagai ahli dan laporan, diperkirakan biaya yang dikeluarkan Qatar untuk
menyelenggarakan event Piala Dunia 2022 melebihi US$ 200 miliar atau setara RP3.142,66
triliun (kurs Rp15.713/dolar AS). Dengan ini Piala Dunia 2022 Qatar dinobatkan menjadi
turnamen sepakbola termahal sepanjang sejarah.
Namun dengan biaya semahal itu, keriuhan dan hype yang biasa bergema sebelum Piala Dunia
seperti lenyap tahun ini. Atmosfer Piala Dunia yang biasanya hadir dalam alunan theme song,
bamyaknya iklan-iklan, ataupun promosi nonton bareng (nobar) masih belum terasa hingga
sehari sebelum Piala Dunia 2022 digelar.
Ada sejumlah alasan mengapa Piala Dunia 2022 Qatar tidak seramai pada tahun-tahun
sebelumnya. Waktu penyelenggaraan yang tak biasa, isu hak asasi manusia (HAM), banyaknya
kontroversi terkait tuan rumah, hingga banyaknya platform yang menyediakan siaran Piala
Dunia menjadi alasan mengapa Piala Dunia tahun ini seperti lebih sepi.
ISI
Waktu Penyelenggaraan Yang Tak Biasa
Waktu penyelenggaraan Piala Dunia 2022 pada November yang tak umum membuat
kemeriahan Piala Dunia Qatar seolah tenggelam. Pasalnya, Piala Dunia berlangsung saat liga-
liga sepak bola di dunia masih berjalan. Liga-liga pun terpaksa berhanti di tengah musim.
Hal ini dikarenakan kondisi iklim Qatar yang termasuk negara timur tengah dengan iklim gurun
dengan musim yang panas. Suhu siang di Qatar pada pertengahan tahun dapat mencapai 40º
celcius keatas. Sehingga penyelenggaraan Piala Dunia yang biasanya digelar pada pertengahan
tahun dimana orang-orang sedang libur kerja digeser menjadi akhir tahun. Hal ini menyebabkan
Piala Dunia terasa sepi karena diselenggarakan diwaktu orang-orang sedang sibuk bekerja.
Isu Hak Asasi Manusia (HAM)
Isu hak asasi manusia yang berkaitan dengan pekerja migran menjadi salah satu masalah
terbesar di Piala Dunia 2022. Qatar menggunakan jasa buruh dari beberapa negara seperti India,
Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri lanka.
Amnesti Internasional menyatakan Qatar memperlakukan para pekerja dengan buruk dan
membiarkan para pekerja asing yang rentan untuk dieksploitasi, dengan kondisi kerja dan
kehidupan yang sejalan dengan perbudakan modern. Meskipun sulit mendapatkan angka yang
tepat, penyelidikan The Guardian pada Februari 2021 memperkirakan ada sekitar 6.500
kematian di tempat kerja dalam dekade setelah Qatar dianugrahi Piala Dunia.
Dilema Qatar Sebagai Negara Muslim
Qatar adalah negara Muslim pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia, dan karena itu
menghadirkan pandangan dunianya sendiri ke ajang FIFA. Ada dua isu yang mungkin akan
menguji tuan rumah dan penggemar sepak bola.
Pertama, Piala Dunia telah lama diasosiasikan dengan konsumsi alkohol dalam jumlah
berlebihan. Namun, penyelenggara Piala Dunia 2022 melarang penonton minum minuman keras
di dalam stadion. Meskipun alkohol tersedia di Qatar, namun minum alkohol di depan umum
merupakan pelanggaran hukum.
Kedua, Qatar secara terbuka melarang homoseksualitas. Aparat setempat memasukan
homoseksual ke dalam kategori kriminal dengan ancaman penjara hingga tiga tahun. Otomatis
hal-hal bernuansa LGBT dilarang Qatar selama piala dunia 2022. Penyelenggara Piala Dunia
2022 juga melarang atribut yang terasosiasi dengan LGBT. Namun beberapa negara peserta
ngotot ingin menggunakan atribut LGBT seperti ban kapten. Beberapa orang yang pro LGBT
juga tetap memakai atribut bernuansa pelangi meski diusir aparat.
Sebenarnya Qatar telah mencoba meyakinkan penggemar sepak bola dengan orientasi seksual
apapun bahwa mereka akan aman dan diterima, meskipun dengan peringatan bahwa
menunjukkan kemesraan di depan umum dalam bentuk apapun umumnya tidak disukai secara
lokal.
Kasus Korupsi FIFA
FIFA resmi memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada Desember 2010 silam.
Namun berselang enam bulan kemudian, dugaan suap Qatar terhadap FIFA menyeruak. Kasus
korupsi Piala Dunia 2022 semakin terkuak saat FBI melakukan penggeledahan terhadap mantan
Wakil Presiden FIFA Jack Warner pada 2014. Kasus ini menyeret nama-nama petinggi UEFA
dan AFC.
Pada 2020 sebuah dokumen tentang dugaan suap pihak Qatar terhadap Piala Dunia 2022
menguap ke publik. Qatar ditengarai membayar US$880 juta agar terpilih sebagai tuan rumah.
PENUTUP
Untuk saat ini, sepertinya nasi sudah menjadi bubur. Kehendak manusia sudah tidak bisa
menjegal pelaksanaan Piala Dunia 2022 di Qatar. Bagi mereka yang kontra, mungkin hanya bisa
berharap kepada kuasa Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai