DI SUSUNOLEH :
KELOMPOK III
Rosanna Situmorang : 202322026
Era Patonah : 202322003
Edi Bustami : 202322020
Susanna Ameliah : 202322021
Meliana : 202322018
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah...................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tingkat Pencegahan
1. Pencegahan Primer..........................................................4
2. Pencegahan Sekunder.....................................................5
3. Pencegahan Tersier.........................................................6
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di
hadapi oleh masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang
kesehatan. Semakin banyak pula macam penyakit yang mendera
masyarakat. Hal ini tentu saja di pengaruhi oleh faktor tingkah laku
manusia itu sendiri. Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak
setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap
insan. Upaya pencegahan terhadap suatu penyakit di bidang pelayanan
Kesehatan terdapat tiga tingkatan yaitu pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier.
1
status sehat. Tujuannya adalah menurunkan kelemahan dan
kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita-
penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak
dapat diobati lagi. Yang terdiri dari disability, limitation, dan
rehabilitation. Pencegahan tersier pada fase penyakitnya adalah
penyakit tahap lanjut (pengobatan dan rehabilitasi) dan targetnya
adalah pasien.
A. Rumusan masalah
Bagaimanakah Pencegahan (Primer, Sekunder, Tersier) Pada Kasus
Kritis Sistem Imun-Hematologi ?
B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pencegahan (primer, sekunder, tersier)
pada kasus kritis sistem imun-hematologi.
C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Sebagai ladang informasi dan media pembelajaran tentang
pencegahan (primer, sekunder, tersier) pada kasus kritis sistem
imun-hematologi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
2) Pengamatan tumbuh kembang anak atau growth and development
monitoring
3) Pengadaan rumah yang sehat
4) Pengendalian lingkungan masyarakat
5) Program P2M (pemberantasan penyakit tidak menular)
6) Simulasi dini dalam kesehatan keluarga dan asuhan pada anak atau
balita penyuluhan tentang pencegahan penyakit
b. General and spesific protection (perlindungan umum dan khusus)
Merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara
khusus dan umum terhadap seseorang atau masyarakat, antara lain :
1) Imunisasi untuk balita
2) Hygine perseorangan
3) Perlindungan diri dari terjadinya kecelakaan
4) Perlindungan diri dari lingkungan kesehatan dalam kerja
5) Perlindungan diri dari carsinogen, toxic dan allergen
2. Pathogenesis phase
Pada tahap pathogenesis ini dapat dilakukan dengan dua kegiatan
pencegahan yaitu :
1
and prompt treatment”. Pencegahan sekunder ini dilakukan mulai saat
fase patogenesis (masa inkubasi) yang dimulai saat bibit penyakit masuk
kedalam tubuh manusia sampai saat timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat prosespatologik (proses perjalanan penyakit) sehingga akan
dapat memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan
penyakit.
1
penyakitnya sendiri yaitu mengembalikan individu kepada tingkat yang
optimal dari ketidakmampuannya. Jadi pencegahan pada tahap
pathogenesis ini dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan masyarakat
yang sudah jatuh pada tahap sakit ringan, sakit, dan sakit berat agar dapat
mungkin kembali ke tahap sehat optinum.
b. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dapat dilakukan pada masyarakat berisiko penyakit SLE
di Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM menggunakan formulir
SALURI (Periksa Lupus Sendiri) dan di puskesmas atau di sarana
pelayanan kesehatan lainnya bagi masyarakat yang dicurigai menderita
penyakit SLE (Kemenkes, 2017 dalam Anggi, S., 2018). Penyuluhan dan
intervensi psikososial sangat penting diperhatikan dalam penatalaksanaan
penderita SLE, terutama pada penderita yang baru terdiagnosis. Hal ini
dapat dicapai dengan penyuluhan langsung kepada penderita atau
dengan membentuk kelompok penderita yang bertemu secara berkala
untuk membicarakan masalah penyakitnya (Setiyohadi, 2003 dalam Anggi,
S., 2018).
1
kepada penderita SLE yaitu terapi konservatif dan terapi agresif
(imunosupresi) (Isbagio dkk, 2010).
1
pada penderita SLE, terutama digunakan pada pendeita SLE berat. Obat-
obatannya antara lain azathioprine, cyclophosphamide, mycofenolate mofetil,
dan methotrexate (Isbagio dkk, 2010 dalam Anggi, S., 2018).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita
SLE sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Perbaikan psikososial,
sosial, dan dukungan dari sekitar sangat dibutuhkan agar dapat hidup mandiri.
Hal yang dapat dilakukan adalah pemberian konseling pada penderita SLE
karena pada dasarnya penderita SLE memerlukan pengetahuan akan masalah
aktivitas fisiknya dan mengurangi atau mencegah kekambuhan. Program
rehabilitasi diberikan pada penderita SLE sesuai dengan keadaan penderita
berupa terapi fisik atau terapi dengan modalitas. Terapi fisik dilakukan untuk
mempertahankan kestabilan sendi, modalitas fisik seperti pemberian panas
atau dingin diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri, menghilangkan kekakuan
otot (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011 dalam Anggi, S., 2018).
1
darah, maupun komponen padat berupa sel-sel (Firani, 2018 dalam Wulandari,
Ayu, 2019). Darah juga memiliki peranan didalam tubuh makhluk hidup
khususnya untuk mengangkut zat-zat yang penting untuk proses metabolisme,
proses metabolisme tubuh akan terjadi gangguan jika darah mengalami
gangguan. Kelainan pada darah adalah kondisi yang mempengaruhi salah satu
atau beberapa bagian dari darah sehingga menyebabkan darah tidak dapat
berfungsi secara normal. Dampak kelainan darah akan mengganggu fungsi dari
bagian-bagian darah tersebut. Kelainan darah dapat terjadi pada anak-anak
maupun dewasa, kelainan pada darah diantaranya yaitu kelainan eritrosit
seperti anemia, kelainan pada leukosit seperti leukemia, kelainan pada
trombosit seperti trombositopenia, dan kelainan hemostasis : hemophilia.
Sedangkan stem cell mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel darah merah,
sel darah putih (neutrofil, eosinofil, basofil, dan monosit) dan platelet.
Terdapat 4 tipe utama dari leukimia yaitu : (1) Acute Myeloid Leukaemia (AML);
(2) Acute Lymphoblastic Leukaemia (ALL); (3) Chronic Myeloid Leukaemia
(CML); (4) Chornic Lymphocytic Leukaemia (CLL). Keempat tipe leukimia ini
secara lebih lanjut kemudian akan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa subtipe.
Penanganan yang akan diberikan tergantung pada pembagian ini (Anwar dan
Widyaningsih, 2017).
Leukemia mieloid akut (Acute Myeloid Leukemia/ AML), nama lain penyakit
ini antara lain leukemia mielositik akut, leukemia mielogenou sakut, leukemia
granulositik akut, dan leukemia non- limfositik akut. Istilah akut menunjukkan
1
bahwa leukemia dapat berkembang cepat jika tidak diterapi dan berakibat fatal
dalam beberapa bulan. Istilah myeloid sendiri merujuk pada tipe sel asal, yaitu
sel-sel myeloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau
trombosit) (Anwar dan Widyaningsih, 2017).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi
perkembangan kemampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak
berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk
penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga
medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang diberikan yaitu
perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup
penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan
dibidang psikologi, sosial dan spiri tual. Dukungan moral dari orang-orang
terdekat juga diperlukan.
1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN