Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN TUGAS 2

NAMA : ASDAR JAYA


NIM : 050819061
JURUSAN: PENDIDIKAN MATEMATIKA
MATKUL: FISIKA DASAR 1

1. Diketahui : M = M (massa balok)


m = m (massa peluru)
v = v (kelajuan)
h = h (tinggi)

Pernyataan yang tidak tepat adalah nomor 2. Selaam peluru bersarang di


dalam balok, berarti tumbukan antara peluru dengan balok adalah tumbukan
tidak elastis sehingga kecepaatan peluru sesaat tumbkan sama dengan
kecepatan balok.
Dengan kekekalan momentum dapat dituliskan
mv = (m + M) v’

m adalah massa peluru, M adalah massa balok dan v’ adalah kecepatan


sesaat setelah tumbukan. Seandainya tidak ada kehilangan energi saat terjadi
tumbukan, msalnya tidak terjadi perubahaan suhu yang ditandai dengan
adanya panas maka akan terjadi pergantian energi kinetic menjadi energi
potensial. Eenrgi kinetic peluru Bersama balok sesaat setelah tumbukan
sama dengan energi potensial peluru Bersama balok di puncak
ayunan,yaitu :
½ ( m + M) v2’ = (m + M) g h
Atau v’ = √2 gh

Digabungkan dengan persamaan sebelumnya yaitu kekekalan momentum


akan didapatkan.
v = m + M/m √2 gh
Jika balok mengalami perubahan kedudukan setinggi h, energi potensial
peluru yang bersarang di balok saat mencapai titik h tidak dua kali dari
energi kinetic peluru sesaat setelah menumbuk balok. Energi potensial
peluru yang bersarang di balok saat mencapai titik h sama dengan perubahan
energi kinetic peluru setelah menumbuk balok.

2. Diketahui: m = 2 kg
s=2m
θ = 53°
g = 10 m/s²

Pernyataan yang tidak tepat adalah nomor 2. Karena tidak ada gaya gesek
pada system tersebut, maka total energi mekanik bola pada setiap titik dalam
perjalanan bola akan tetap konstan. Namun, gaya pegas bukanlah gaya
konservatif karena energi mekanik system tidak terjaga akibat kerja pegas.
Ketika bola menumbuk pegas, sebagian energi kinetic bola akan diubah
menjadi energi potensial pegas. Sehingga, pernyataan yang tidak tepat
adalah nomor 2.

Pernyataan nomor 3 benar karena


a = g sin θ
= 10 x sin 53°
= 10 x 0,8
= 8 m/s²
v = √ a x s = √8 x 2 = √16 = 4 m/s
3. Pernyataan yang tepat terkait posisi sumbu putar dan momen inersia batang
(I) ditunjukkan oleh nomor 3 dan 4.

Benda tegar yag berdiri dari partikel sangat banyak, momen inersianya
seperti dinyatakan dengan bentuk integral
I = Σ m R² = R² dm

Kalau ρ merupakan kerapatan benda sehingga dm = ρdV maka momen


inersia
I = ρ R² dv

Jika benda tersebut homogen, kerapatannya tetap. Suatu penyelesaian yang


tepat hanya jika pelat tersebut tipis. Momen inersia relative terhadap sumbu
sejajar mempunyai hubugan rumus sederhana. Andaikan z merupakan
sumbu sembarang dan zc adalah sumbu sejajar melalui pusat massa dan a
adalah jarak pemisah sumbu tersebut maka menurut Stainer besarnya mmen
inersia adalah :
I = Ic + M a²

Ketika sumbu putar di y2, momen inersia batang akan memiliki nilai yang
berbeda dengan momen inersia saaat sumbu putar di y1. Momen inersia
batang terhadap sumbu putar y2 dapat dihitung dengan menggunakan
Teorem Huygens-Steiner, yaitu I = Ic + Md², dimana Ic adalah momen
inersia batang terhadap sumbu CM (y3), M adalah massa batang, dan d
merupakan jarak sumbu putar y2 denga sumbu CM. Jadi, momen inersia
batang yang dimaksud adalah I(y2) = Ic + Md²

Ketika sumbu putar y3, momen inersia batang akan memiliki nilai yang
paling besar. Hal ini karena sumbu putar berada di salah satu ujung batang
yang jauh dari sumbu CM batang. Momen inersia batang terhadap sumbu
putar y3 dapat dihitung menggunakan persamaan momen inersia baatang
Panjang sebaatang dengaan massa M dan panjang L yaitu I(y3) = (1/3)ML².

Sehingga, pernyataan yang tepat terkait posisi sumbu putar dan momen
inersia batang adalah nomor 3 dan 4.
4. Diketahui : M1 = 8 kg
M2 = 2 kg
m1 = 2 kg, m2 = 4 kg, m3 = 8 kg, m4 = 10 kg
r1 = 6 kg, r2 = 8 kg, r3 = 4 kg, r4 = 4 kg
AB = 15 cm

Untuk menentukan percepatan dan kecepatan benda di titik B pada setiap


katrol, kita perlu menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika yang berlaku
dalam system ini.

Pertama kita perlu menghitun gaya yang bekerja pada setiap benda daalam
system. Pada setiap katrol, terdapaat gaya tegangan tali yang diberikan oleh
masing-masing balok. Selain itu, terdapaat gaya berat yang bekerja pada
setiap balok dan katrol.

Untuk ktarol dengan nomor 1, gaya tegangana tali dari balok 1 ke katrol
bertindak ke atas ( ke arah balok) dengan sebesar T1. Sementara itu, gaya
tegangan tali dari balok 2 ke katrol bertindak ke bawah (kearah balok)
dengan sebesar T2.Jika kita asumsikan percepatan benda di titik B pada
katrol nomor 1 adalah a1, maka kita memiliki persamaan:

T1 – T2 = (m1 + m2 ) x a1 – persamaaan 1

Selanjutnya, kita perlu menghitung momen inersia pda masing-masing


katrol. Momen inersia pada katrol ddengan jari-jari r diberikan oleh
persamaan I = (1/2) x m x r²

Selanjutnya, kita perlu menghitung momen gaya yang bekerja pada setiap
katrol. Karena setiap katrol bergerak hanya rotasi, kita perlu menggunakan
persamaaan maktor = I x α, dimana alpha ( α ) adalah percepatan sudut.
Dalam hal ini, percepatan sudut dalam katrol adalah sama dengan percepatan
translasi benda di titik B karena tuli bahwa v = r x ω. Karena ketiga gaya
tegangan tali sejajar denagn sumbu putar katrol, maka tidak ada momen
gaya yang bekerja pada katrol dalam kasus ini.

Selanjutnya, kita perlu menghubungkan percepatan benda di titik B dengan


percepatan sudut katrol dengn menggunakan hubungan v = r x ω. Dalam
kasus ini, r adalah jari-jari katrol dan v adalah kecepataan translasi benda di
titik B.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas, kita dapat menghitung


percepatan dan kecepatan benda di titik B pada setiap katrol dan
membandingkannya.

Untuk katrol nomor 1, untuk menghitung percepatan a1, kita perlu mencari
gaya tegangan tali T1 dan T2 terlebih dahulu. Kita dapat menggunakan
persamaan T2 = (m2/ (m1+ m2)) x (m1 + m2) x g = 2/10 x (8 + 2) x 10 = 20
N. Dalam kasus ini, gaya T2 dialaskan oleh balok 2. Selanjutnya, kita dapat
menentukan gaya T1 menggunakan persamaaan 1 yaitu T1 – 20 = (8+2) x
a1. Jika kita substitusikan nilai (m1 + m2) x a1 = T1 – T2, kita dapat
mencari a1 = 13/10 m/s²
Selanjutnya, kita dapat menghitung kecepatan translasi v di titik B
menggunakan persamaan v = r x ω = 3/100 x 13/10 = 39/100 m/s.

Untuk katrol nomor 2, kita dapat menggunakan metode yang sam seperti
pada katrol nomor 1. Menggunakan persaamaan yang sama, kita dapat
mencari T2 = (4/ (8+4)) x (8+4) x 10 = 20 N. Karena pada katrol nomor 2
balok 1 yang mendapapt tegangan, maka T1 = (8/(8+4)) x (8+4) x 10 = 40
N.Menggunaakan persamaan 1, kita dapat mencari a2 = 98/120 x 10-(4/12)
x 10 = 20/3 m/s ². Menggunakan persamaaan v = r x ω = 8/100 x 20/3 =
160/300 = 8/15 m/s.

Untuk katrol nmor 3, gaya tegangan yang bekerja pada katrol juga adalah 40
N. Maka, a3 = (8/(8 + 8) x 10 – (4/8) x 10 = 0. Menggunakaan persaaman
v= r x ω = 4/100 x 0 = 0.
Untuk katrol nomor 4, gaya tegangan yang bekerja juga adalah 40 N, maka
a4 = (8/(8 + 10)) x 10 – (10/ 10) x 10 = -32/9 m/s². Perceaatan negative
menandakan bahawa benda akan bergerak kearah yang berlawanan dengan
arah yang ditentukan pada gambar. Menggunkan persamaan v = r x ω =
4/100 x (-32/9) = -128/900 m/s.

Dari perhitugan di atas, dapat dilihat bahwa katrol nomor 2 memiliki


percepatan dan kecepaatan paling besar. Hal ini disebbkan oleh
perbandingan masssa balok 1 dan balok 2 yang lebih besar dibandingkan
dengan katrol nomor 1 dan 4, sehingga gaya yang bekerja pada katrol nomor
2 lebih besar dan menghassilkan perepaatan dan keepatan yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai