2. Carilah informasi tentang APK, APM, angka pemasukan, angka putus sekolah, angka
mengulang, angka kelulusan dari data berikut ini.
a. Data Penduduk
Usia Jumlah
7 tahun 10.119
7-12 tahun 60. 209
13 tahun 9.001
13-15 tahun 27.355
16 tahun 10.005
16-18 tahun 28.118
Jawaban:
Dari hasil perhitungan tabel di atas, dapat diketahui jumlah penduduk sebagai berikut:
* Usia SD/MI (10-12 Tahun) * Usia SMP/MTS (13-14 Tahun)
* Usia 10 Tahun = 951,3632 * Usia 13 Tahun = 944,0064
* Usia 11 Tahun = 948,1584 * Usia 14 Tahun = 942,8896
* Usia 12 Tahun = 945,5824 * Usia 13-14 Tahun = 1887
* Usia 10-12 Tahun = 2845,104 / 2845
Dapat disimpulkan bahwa dari 4732 penduduk yang berusia 10-14 tahun, 2845 orang
yang berusia 10-12 tahun (usia SD/MI) dan 1887 orang yang berusia 13-14 tahun (Usia
SMP/MTS)
Dari hasil perhitungan tabel di atas, dapat diketahui jumlah penduduk sebagai berikut:
• Usia SMP 15 Tahun = 941,64
• Usia SMA/MA (16-18 Tahun)
• Usia 16 Tahun = 940,76
• Usia 17 Tahun = 937,776
• Usia 18 Tahun = 931,52
• Usia 16-17 Tahun = 2810,056/ 2810
Dapat disimpulkan bahwa dari 4.675 penduduk yang berusia 15-19 tahun, terdapat 942
orang yang berusia 15 tahun (usia SMP/MTS) dan 2810 orang yang berusia 16-18 tahun
(usia SMA/MA)
• Usia SD = 5.716
• Usia SMP = 2.829
• Usia SMA = 2810
4. Buatlah kohort siswa SD dari data di bawah ini, kemudian analisislah kohort tersebut
guna menemukan permasalahan dan tingkat efisiensi internalnya!
Jawaban:
Untuk mencari nilai koefisien melanjutkan pada tingkat I atau n-1 dari data kohort
diatas sebagai contoh, maka kita dapat menghitungkannya sebagai berikut:
Jumlah siswa tingkat II tahun 2015 3254
n-1 = yaitu n-1 = = 0,916
Jumlah siswa tingkat I tahun 2014 3553
dibulatkan menjadi 0,92
Perlu diperhatikan bahwa “n” ini berbeda dengan koefisien murid yang naik tingkat (q)
pada garis diagonal ke kanan bawah di bagan kohort. Koefisien murid yang naik tingkat di
tingkat I tahun 2014 adalah jumlah siswa yang naik tingkat di tingkat I ke tingkat II tahun 2014
dibagi dengan jumlah murid seluruhnya di tingkat I tahun 2014, yaitu: 2669 dibagi 3553 = 0,75.
Koefisien naik tingkat pada tulisan ini disimbolkan dengan huruf “q”
Selanjutnya untuk mencari koefisien lulusan I yaitu untuk mencari koefisien lulusan sd
adalah L = n-1 x n-2 x n-3 x n-4 x n-5 x n-6 dan untuk mencari koefisien lulusan sekolah
lanjutan yaitu L = n-1 x n-2 x n-3. Dengan mengikuti contoh cara pengerjaan mencari nilai
koefisien melanjutkan pada tingkat I (n-1) di atas, dan dengan berpedoman kepada kohort
nominal yang sama, maka kita dapat menghitung n-2, n-3, dan seterusnya sampai n-6 sebagai
berikut: n-2 = 0,96, n-3 = 0,88, n-4 = 0,87, n-5 = 0,90, n-6 = 0,94.
Dengan diketahui nilai koefisien n-1 sampai dengan n-6 di atas, Maka mudah untuk
mencari koefisien lulusan (L) yaitu dengan melakukan perkalian n-1 x n-2 x n-3 x n-4 x n-5 x
n-6 sehingga koefisien lulusan (L) adalah: L = 0,92 x 0,96 x 0,88 x 0,87 x 0,90 x 0,94 = 0,57.
Ini berarti Bahwa lulusan murid yang masuk mulai tingkat I pada tahun 2014 pada kohort
tersebut adalah 57% dari keseluruhan murid. Penyelenggaraan pendidikan dikatakan efisien
jika koefisien lulusan mendekat angka 100%. Semakin jauh dari angka 100% maka dinyatakan
semakin tidak efisien (semakin boros).
Untuk mencari nilai koefisien melanjutkan pada tingkat I atau n-1 dari data kohort
diatas sebagai contoh, maka kita dapat menghitungkannya sebagai berikut:
Perlu diperhatikan bahwa “n” ini berbeda dengan koefisien murid yang naik tingkat (q)
pada garis diagonal ke kanan bawah di bagan kohort. Koefisien murid yang naik tingkat di
tingkat I tahun 2014 adalah jumlah siswa yang naik tingkat di tingkat I ke tingkat II tahun 2014
dibagi dengan jumlah murid seluruhnya di tingkat I tahun 2014, yaitu: 2669 dibagi 3553 = 0,75.
Koefisien naik tingkat pada tulisan ini disimbolkan dengan huruf “q”
Selanjutnya untuk mencari koefisien lulusan I yaitu untuk mencari koefisien lulusan sd
adalah L = n-1 x n-2 x n-3 x n-4 x n-5 x n-6 dan untuk mencari koefisien lulusan sekolah
lanjutan yaitu L = n-1 x n-2 x n-3. Dengan mengikuti contoh cara pengerjaan mencari nilai
koefisien melanjutkan pada tingkat I (n-1) di atas, dan dengan berpedoman kepada kohort
nominal yang sama, maka kita dapat menghitung n-2, n-3, dan seterusnya sampai n-6 sebagai
berikut: n-2 = 0,96, n-3 = 0,88, n-4 = 0,87, n-5 = 0,90, n-6 = 0,94.
Dengan diketahui nilai koefisien n-1 sampai dengan n-6 di atas, Maka mudah untuk
mencari koefisien lulusan (L) yaitu dengan melakukan perkalian n-1 x n-2 x n-3 x n-4 x n-5 x
n-6 sehingga koefisien lulusan (L) adalah: L = 0,92 x 0,96 x 0,88 x 0,87 x 0,90 x 0,94 = 0,57.
Ini berarti Bahwa lulusan murid yang masuk mulai tingkat I pada tahun 2014 pada kohort
tersebut adalah 57% dari keseluruhan murid. Penyelenggaraan pendidikan dikatakan efisien
jika koefisien lulusan mendekat angka 100%. Semakin jauh dari angka 100% maka dinyatakan
semakin tidak efisien (semakin boros).
Rata-rata Jumlah Tahun Ajaran yang Dialami Oleh Siswa yang Masuk Mulai di Tingkat
I Dengan Simbol “P”
Untuk mencari rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami oleh murid yang masuk mulai di
tingkat I adalah menggunakan rumus sebagai berikut:
Untuk dapat menggunakan rumus di atas, terlebih dahulu harus dicari nilai b-1 sampai dengan
b-5. Koefisien nilai b adalah koefisien yang melanjutkan satu tingkat di atasnya dengan
melibatkan koefisien naik tingkat pada tahun yang sama dengan rumus b-1 = 1 x q-1, b-2 = b-
1 x q-2, b-3 = b-2 x q-3, b-4 = b-3 x q-4, b-5 = b-4 x q-5.
Dengan menggunakan contoh cara mencari koefisien naik tingkat di tingkat I, dan
dengan menggunakan data pada kohort angka nominal di atas, dapat dihitung nilai koefisien
naik tingkat q-1 sampai dengan q-5, dan koefisien melanjutkan b-1 sampai dengan b-5 seperti
pada tabel di bawah ini.
Rata-rata Jumlah Tahun Ajaran yang Dialami Oleh Siswa yang Masuk Mulai di Tingkat
I Dengan Simbol “P”
Untuk mencari rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami oleh siswa yang masuk mulai di
tingkat I adalah menggunakan rumus sebagai berikut:
Untuk dapat menggunakan rumus di atas, terlebih dahulu harus dicari nilai b-1 sampai
dengan b-5. Koefisien nilai b adalah koefisien yang melanjutkan satu tingkat di atasnya dengan
melibatkan koefisien naik tingkat pada tahun yang sama dengan rumus b-1 = 1 x q-1 , b-2 = b-
1 x q-2, b-3 = b-2 x q-3, b-4 = b-3 x q-4, b-5 = b-4 x q-5.
Dengan menggunakan contoh cara mencari koefisien naik tingkat di tingkat I, dan
dengan menggunakan data pada kohort angka nominal di atas, dapat dihitung nilai koefisien
naik tingkat q-1 sampai dengan q-5, dan koefisien melanjutkan b-1 sampai dengan b-5 seperti
pada tabel di bawah ini.
5. Buatlah proyeksi penduduk usia 7-12 tahun suatu wilayah untuk lima tahun ke depan
dari data penduduk usia 7-12 tahun lima tahun yang lalu di bawah ini!
Tahun Penduduk Usia 7-12 Tahun
2008 3.485
2009 3.679
2010 3.842
2011 4.007
2012 4.223
Jawaban:
% perkembangan penduduk = (Pn + 1) x 100%
P0
P0 = Penduduk pada tahun tertentu
Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung tingkat rata rata pertumbuhan penduduk
sebagai berikut :
% pertumbuhan penduduk = (4.223) x 100%
3.485
= 121,2%
Dari data di atas, maka dapat dihitung rata rata perkembangan penduduk tahunan
dengan rumus:
Pn = P0 (1+r)n
Log Pn (Log dari 4.223) adalah = 3,6256 dan Log P0 (Log dari 3.485) adalah =
3,5422. Dari data tersebut, maka dapat dihitung:
Untuk menghitung jumlah penduduk tahun yang akan datang, menggunakan rumus:
T1 = T0 (%PP x T0)
T2 = T1 (%PP x T1)
T3 = T2 (%PP x T2) dan seterusnya
Jadi,
Jumlah penduduk tahun 2013 yaitu = 4.223 + (4,9% x 4.223) = 4.223 + 207 = 4.430
Jumlah penduduk tahun 2014 yaitu = 4.430 + (4,9% x 4.430) = 4.430 + 217 = 4.647
Jumlah penduduk tahun 2015 yaitu = 4.647 + (4,9% x 4.647) = 4.647 + 228 = 4.875
Jumlah penduduk tahun 2016 yaitu = 4.875 + (4,9% x 4.875) = 4.875 + 239 = 5.114
Jumlah penduduk tahun 2017 yaitu = 5.114 + (4,9% x 5.114) = 5.114 + 251 = 5365
6. Buatlah proyeksi siswa SD tahun 2020 sampai dengan tahun 2021 dari data siswa di
bawah ini dengan asumsi bahwa tidak ada kebijakan untuk menaikkan atau
menurunkan angka pemaskukan, angka tinggal kelas, angka putus sekolah, dan angka
naik tingkat (berdasarkan data di masa lalu saja).
Jawaban:
7. Hitunglah kebutuhan guru SD, SMP, SMA dari data di bawah ini dengan
menggunakan rumus dan kurikulum yang berlaku!
Jenis Sekolah Jumlah Rombongan Belajar
SD 8
SMP 27
SMA 34
Jawaban:
Untuk menentukan kebutuhan guru SD/MI yang mempunyai 6 romobongan belajar
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
JG = (8-1) + 1 GA + 1 GO + 1 KS
Dengan rumus diatas dapat diketahui bahwa jumlah guru yang dibutuhkan untuk
SD/MI yang memiliki 8 rombongan belajar adalah 10 guru dengan rincian: 7 guru
kelas, 1 guru agama, 1 guru olahraga, dan 1 kepala sekolah.
Alokasi Belajar/minggu
KOMPONEN
VII VIII IX
Kelompok A
1 Pendidikan Agama 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Matematika 5 5 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 5 5 5
6 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 4 4 4
7 Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
8 Seni Budaya (termasuk muatan Lokal) 3 3 3
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 3 3 3
10 Prakarya (termasuk muatan Lokal) 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 38 38 38
27
27 𝑥 38 − 12 𝑥 10 27
+1+
24 12
1.026 − 22,5
= + 3,25
24
1.026− 22,5
= + 3,25
24
= 45,06
Dibulatkan menjadi 45 guru dengan 1 kepala sekolah, 2 wakil kepala sekolah dan 42
guru mata Pelajaran.
Untuk menghitung kebutuhan guru untuk setiap mata Pelajaran SMP/MTS berdasarkan
kebutuhan setiap mata Pelajaran, sebagai berikut:
27 𝑥 3 81
= = 3,37 = 3 𝑔𝑢𝑟𝑢
24 24
Karena alokasi belajar yang 3 terdiri dari maple pendidikan agama, pendidikan
Pancasila, seni budaya, dan pendidikan jasmani. Maka dari masing – masing maple
tersebut membutuhkan 3 guru.
27 𝑥 4 108
= = 4,5 = 4 𝑔𝑢𝑟𝑢
24 24
Karena alokasi belajar yang 4 terdiri dari mapel IPS dan Bahasa Inggris. Maka dari
masing – masing maple tersebut membutuhkan 4 Guru.
27 𝑥 5 135
= = 5,6 = 6 𝑔𝑢𝑟𝑢
24 24
Karena alokasi belajar yang 5 terdiri dari mapel Matematika dan IPA. Maka dari masing
– masing maple tersebut membutuhkan 6 Guru.
27 𝑥 6 162
= = 6,7 = 7 𝑔𝑢𝑟𝑢
24 24
Karena alokasi belajar yang 6 adalah Mapel Bahasa Indonesia jadi membutuhkan 7
guru.
27 𝑥 2 54
= = 2,25 = 2 𝑔𝑢𝑟𝑢
24 24
Karena alokasi belajar yang 2 adalah Mapel Prakarya jadi membutuhkan 2 guru.
SMA
34
34 𝑥 42 − 12 𝑥 10 34
+1+
24 12
1.428 − 28,3
= + 3,83
24
Dibulatkan menjadi 62 guru dengan 1 kepala sekolah, 2 wakil kepala sekolah dan 59 guru mata
Pelajaran.
34 𝑥 (2 + 2) 136
= = 1,89 = 2 𝑔𝑢𝑟𝑢
3 𝑥 24 72
8. Hitunglah kebutuhan biaya pendidikan di masa depan selama satu periode rencana lima
tahunan (2013-2017) dari data pembiayaan pendidikan di masa lalu (tahun 2012)
sebesar Rp 4,2 triliun, dengan asumsi pertumbuhan 3,5%, 4%, dan 5,5% per tahun.
Jawaban:
Asumsi Tahun
(%) 2013 2014 2015 2016 2017
3,5
4.347 4.499 4.657 4.820 4.988
4
4.368 4.543 4.724 4.913 5.110
5,5
4.431 4.675 4.932 5.203 5.489
9. Analisislah kebutuhan prasarana dan sarana pendidikan di suatu wilayah berdasarkan
data di bawah ini!
KOMPONEN FASILITAS PENDIDIKAN DATA HASIL STANDARD
SURVEY YANG ADA
Siswa per kelas 56 45
Luas ruang kelas 30 m2 36 m2
Luas area bermain per siswa 1 m2 3 m2
Luas area tempat duduk per siswa 1,6 m2 4 m2
Pemakaian toilet oleh siswa. 150 50
Penggunaan listrik per siswa 51% 100%
Penggunaan air per siswa 40% 100%
Meja per siswa 0,56 1
Kursi per siswa 0,31 1
Jawaban:
1) Terdapat kelebihan 11 siswa di setiap kelas, artinya diperlukan tambahan ruang kelas
di kemudian hari.
2) Ketentuan menyatakan luas kelas per siswa adalah 0,8 meter2 (36 dibagi 45 = 0,8 m2),
sedangkan data survei 0,54 m2 per siswa atau kurang 33% dari standar yang ditentukan.
3) Tempat duduk dan area bermain anak terlalu kecil, dan tidak dapat berbuat apa-apa jika
tidak tersedia lahan untuk membangun sekolah.
4) Sanitasi serta pelayanan listrik dan air sangat kurang memuaskan.
5) Hampir ada 2 siswa yang menempati satu meja, dan 3 siswa menempati satu
kursi/bangku. Hal ini menyebabkan siswa sulit belajar dengan tenang dan baik.