Anda di halaman 1dari 85

DINAS KETAHANAN PANGAN,

PERTANIAN DAN PERIKANAN


KOTA SAWAHLUNTO
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

SAMBUTAN
WALIKOTA SAWAHLUNTO

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) merupakan peta tematik


yang menggambarkan visualisasi geografis dari hasil analisis data indicator
kerentanan terhadap kerawanan pangan. Menyediakan informasi bagi
pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan sasaran serta
intervensi kerawanan pangan dan gizi.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ketahanan pangan
merupakan suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
untuk hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan
Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 114 dan
Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan
Gizi Pasal 75 mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berkewajiban membangun, menyusun, dan
mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan Gizi yang terintegrasi, yang
dapat digunakan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi, stabilisasi
pasokan dan harga pangan serta sebagai sistem peringatan dini terhadap
masalah pangan dan kerawanan pangan dan gizi.
Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional dan FSVA Provinsi
dengan analisis sampai tingkat kecamatan, maka disusun pula FSVA Kota
Sawahlunto dengan analisis sampai tingkat desa/kelurahan. Dengan
demikian, permasalahan pangan dapat dideteksi secara dini dan cepat
berdasarkan cakupan wilayahnya. Untuk mengakomodir perkembangan

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto i


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Ketersediaan informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif,

dan tertata dengan baik sangat penting untuk mendukung upaya

pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi, karena

dapat memberikan arah dan rekomendasi kepada pembuat keputusan

dalam penyusunan program, kebijakan, serta pelaksanaan intervensi di

tingkat pusat dan daerah. Penyediaan informasi diamanahkan dalam

UU No 18/ 2012 tentang Pangan dan PP No 17/2015 tentang

Ketahanan Pangan dan Gizi yang mengamanatkan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk membangun,

menyusun, dan mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan Gizi

yang terintegrasi.

2. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and

Vulnerability Atlas – FSVA) merupakan peta tematik yang

menggambarkan visualisasi geografis dari hasil analisa data indikator

kerentanan terhadap kerawanan pangan. Informasi dalam FSVA

menjelaskan lokasi wilayah rentan terhadap kerawanan pangan dan

indikator utama daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan.

3. FSVA Kota Sawahlunto merupakan peta yang menggambarkan situasi

ketahanan dan kerentanan pangan wilayah desa. Indikator yang

digunakan dalam penyusunan FSVA merupakan turunan dari tiga

aspek ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan

pemanfaatan pangan. Pemilihan indikator didasarkan pada: (i)

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto iv


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

keterwakilan 3 pilar ketahanan pangan (ii) tingkat sensitifitas dalam

mengukur situasi ketahanan pangan dan gizi; dan (iii) ketersediaan

data tersedia secara rutin untuk periode tertentu yang mencakup

seluruh wilayah desa. Lima indikator digunakan dalam penyusunan

FSVA Kota Sawahlunto.

4. Indikator pada aspek ketersediaan pangan adalah ; (1) Rasio jumlah

sarana dan prasarana ekonomi terhadap jumlah rumah tangga.

Indikator pada akses pangan adalah (1) Rasio penduduk dengan

tingkat kesejahteraan terendah terhadap total jumlah penduduk; (2)

Desa dengan akses penghubung kurang memadai. Indikator pada

aspek pemanfaatan pangan adalah: (1) Rasio rumah tangga tanpa

akses air bersih; (2) Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk.

5. Desa/kelurahan diklasifikasikan dalam 6 kelompok ketahanan pangan

dan gizi berdasarkan pada tingkat keparahan dan penyebab dari situasi

ketahanan pangan dan gizi. Desa/kelurahan di Prioritas 1, 2 dan 3

merupakan wilayah rentan pangan dengan klasifikasi Prioritas 1 tingkat

rentan pangan tinggi, Prioritas 2 rentan pangan sedang, dan priroritas 3

rentan pangan rendah. Desa/kelurahan di Prioritas 4, 5, dan 6

merupakan wilayah tahan pangan dengan klasifikasi prioritas 4 tahan

pangan rendah, prioritas 5 tahan pangan sedang, sedangkan prioritas 6

yaitu tahan pangan tinggi.

6. Hasil analisis FSVA 2022 secara keseluruhan (Prioritas komposit)

menunjukkan bahwa desa rentan pangan Prioritas 1-3 sebanyak 10

(sepuluh) desa/kelurahan dari 37 desa/kelurahan (27%) yang terdiri

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto v


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

dari 0 (nol) desa (0%) Prioritas 1; 2 (dua) desa/kel (6%) Prioritas 2; dan

8 (delapan) desa/kel (21,63%)prioritas 3. Desa prioritas 1 tidak ada.

Untuk Prioritas 2 di Kota Sawahlunto tersebar di kelurahan Kubang

Sirakuk Utara dan kelurahan Tanah Lapang; Desa prioritas 3 tersebar

Kec Lembah Segar yaitu desa Lunto Barat, Pasar Kubang, Kubang

Tangah, Kec Barangin yaitu Lumindai, Durian I. Talago Gunung, Kec

Talawi yaitu Sijantang Koto dan Talawi Mudik.

Karakteristik desa rentan pangan ditandai dengan terletak pada

prioritas 2 yang secara umum disebabkan oleh

(a) Banyaknya rumah tangga tanpa akses ke air bersih

(b) Tingginya rasio penduduk tidak sejahtera (Keluarga Miskin)

dibandingkan jumlah penduduk

(c) Kurangnya tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah

penduduk.

(d) Kurangnya sarana prasarana ekonomi (warung, toko, rumah

makan dll penyedia pangan) terhadap jumlah rumah tangga.

7. Program-program peningkatan ketahanan pangan dan menangani

kerentanan pangan desa diarahkan pada kegiatan:

a. Peningkatan penyediaan pangan serta penumbuhan dan

pengembangan kawasan di daerah non sentra produksi dengan

mengoptimalkan sumberdaya pangan lokal dan sumber pangan

lainnnya.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto vi


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

b. Peningkatan sarana prasarana pangan dengan memperbanyak

sarana pangan seperti warung , minimarket, toko, rumah makan

penyedia pangan.

c. Memberikan bantuan modal kepada masyarakat untuk peningkatan

sarana penyedia pangan bagi masyarakat.

d. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam rangka

mempermudah akses pangan.

e. Penanganan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja, padat

karya, redistribusi lahan, pembangunan infrastruktur dasar (jalan,

air bersih), dan pemberian bantuan sosial, serta pembangunan

usaha produktif/UMKM/padat karya untuk menggerakan ekonomi

wilayah.

f. Peningkatan akses air bersih melalui penyediaan fasilitas dan

layanan air bersih, sosialisasi dan penyuluhan.

g. Penyediaan tenaga kesehatan per desa/kelurahan yang sebanding

dengan jumlah penduduk sehingga dapat melayani masyarakat

dari aspek kesehatan atau distribusi tenaga kesehatan yang

merata.

h. Pengadaan atau peningkatan sarana prasarana kesehatan.

i. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta peningkatan

pengetahuan pangan dan gizi yang baik khususnya bagi

perempuan.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto vii


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

j. Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan dalam rangka

penguatan modal usaha untuk peningkatan sarana penyedia

pangan bagi masyarakat.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto viii


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

DAFTAR ISI

Halaman

SAMBUTAN WALIKOTA i
KATA PENGANTAR iii
RINGKASAN EKSEKUTIF iv
DAFTAR ISI ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi 3
1.3. Metodologi 7

BAB 2 KETERSEDIAAN PANGAN


2.1. Sarana dan Prasarana Penyedia Pangan 16
2.2. Strategi Pemenuhan Ketersediaan Pangan 21

BAB 3 AKSES TERHADAP PANGAN


3.1. Penduduk Dengan Tingkat Kesejahteraan Terendah 24
3.2. Akses Transportasi 27
3.3. Strategi Peningkatan Akses Pangan 29

BAB 4 PEMANFAATAN PANGAN


4.1. Akses Terhadap Akses Air Bersih 30
4.2. Rasio Tenaga Kesehatan 32
4.3. Dampak (Outcome) dari status kesehatan 34
4.4. Strategi Peningkatan Pemanfaatan Pangan 37

BAB 5 KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN KOMPOSIT


5.1. Kondisi Ketahanan Pangan 45
5.2. Faktor Penyebab Kerentanan Pangan 50

BAB 6 REKOMENDASI KEBIJAKAN 52


LAMPIRAN

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto ix


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1.1 Indikator FSVA Kota Sawahlunto 9
Tabel 1.2 Bobot Indikator FSVA 13
Tabel 2.1 Sebaran rasio sarana dan prasarana penyedia pangan 19
berdasarkan Prioritas
Tabel 3.1 Persentase populasi di bawah garis kemiskinan Kota 25
Sawahlunto
Tabel 3.2 Sebaran desa dengan tingkat kesejahteraan terendah 25
berdasarkan skala prioritas
Tabel 4.1 Sebaran desa berdasarkan rumah tangga tanpa akses air bersih 31
berdasarkan skala prioritas
Tabel 4.2 Sebaran rasio tenaga kesehatan di desa/kelurahan berdasarkan 33
skala prioritas
Tabel 4.3 Penderita gizi buruk 2017 – 2021 35
Tabel 4.4 Jumlah kematian balita dan ibu saat melahirkan per kecamatan 36
Tahun 2021
Tabel 5.1 Sebaran jumlah desa/kelurahan berdasarkan prioritas 46
Tabel 6.1 Desa/kelurahan berdasarkan prioritas 52

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto x


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi 5
Gambar 2.1 Sebaran rasio sarana dan prasarana penyedia pangan 19
berdasarkan prioritas
Gambar 4.1 Grafik penderita gizi buruk 35
Gambar 4.2 Grafik jumlah kematian balita dan ibu saat melahirkan per 36
kecamatan
Gambar 5.1 Grafik Jumlah Desa/kelurahan Berdasarkan Prioritas 46
Gambar 5.2 Sebaran jumlah desa/kelurahan prioritas 2 per kecamatan 47
Gambar 5.3 Sebaran jumlah desa/kelurahan prioritas 3 per kecamatan 48
Gambar 5.4 Sebaran jumlah desa/kelurahan prioritas 4 per kecamatan 48
Gambar 5.5 Sebaran jumlah desa/kelurahan prioritas 5 per kecamatan 49
Gambar 5.6 Sebaran jumlah desa/kelurahan prioritas 6 per kecamatan 49
Gambar 6.1 Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan 55

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto xi


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Kota Sawahlunto terdiri dari 4 kecamatan dengan 27 desa dan 10

kelurahan dengan total penduduk sebesar 65.138 jiwa (BPS). Secara

Astronomis Kota Sawahlunto terletak antara 0° 33’ 40” – 0° 43’ 33” Lintang

Selatan dan 100o 42’ 59” – 100o 49’ 60” Bujur Timur. Kota Sawahlunto di

sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok, sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Sijunjung dan sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Solok yang memiliki wilayah daratan seluas 273,45 km2 atau

27.345 hektar. Secara Topografi Sawahlunto terletak pada daerah

perbukitan dengan ketinggian rata rata 250-785 meter diatas permukaan

laut.Sebagian besar wilayah kota Sawahlunto terletak pada ketinggian 100

– 450 meter, temperatur udara berkisar antara 27°C -33°C.

Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 114 dan

Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan

Gizi Pasal 75 mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membangun, menyusun,

dan mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan Gizi yang terintegrasi,

yang dapat digunakan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi,

stabilisasi pasokan dan harga pangan serta sebagai sistem peringatan

dini terhadap masalah pangan dan kerawanan pangan dan gizi.


Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 1
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Informasi tentang ketahanan dan kerentanan pangan penting untuk

memberikan informasi kepada para pembuat keputusan dalam pembuatan

program dan kebijakan, baik di tingkat pusat maupun tingkat lokal, untuk

lebih memprioritaskan intervensi dan program berdasarkan kebutuhan dan

potensi dampak kerawanan pangan yang tinggi. Informasi tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu instrumen untuk mengelola krisis

pangan dalam rangka upaya perlindungan/penghindaran dari krisis

pangan dan gizi baik jangka pendek, menengah maupun panjang.

Dalam rangka menyediakan informasi ketahanan pangan yang yang

akurat dan komprehensif, disusunlah Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas-FSVA sebagai instrumen

untuk monitoring ketahanan pangan wilayah. Di tingkat nasional FSVA

disusun sejak tahun 2002 bekerja sama dengan World Food Programme

(WFP). Kerjasama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan

(Food Insecurity Atlas - FIA) pada tahun 2005. Pada tahun 2009, 2015,

2018 disusun Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security

and Vulnerability Atlas – FSVA).

Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional disusun pula

FSVA Provinsi dengan analisis sampai tingkat kecamatan dan FSVA

Kabupaten/kota dengan analisis sampai tingkat desa. Dengan demikian,

permasalahan pangan dapat dideteksi secara cepat sampai level yang

paling bawah. FSVA kota Sawahlunto telah disusun sejak tahun 2015.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 2


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Untuk mengakomodir perkembangan situasi ketahanan pangan , maka

dilakukan pemutakhiran FSVA Kota Sawahlunto pada tahun 2019, 2021

dan 2022

Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA Kota Sawahlunto

menyediakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara cepat

dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari

berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia dan

infrastruktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan

dampak yang lebih baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan

gizi masyarakat pada tingkat desa.

Pengembangan FSVA tingkat desa/kelurahan merupakan hal yang

sangat penting, dimana kondisi ekologi dan dan keragaman sumber

penghidupan masyarakat menunjukkan adanya perbedaan situasi

ketahanan pangan dan gizi di masing-masing wilayah. FSVA Kota

Sawahlunto akan menjadi alat yang sangat penting dalam perencanaan

dan pengambilan keputusan untuk mengurangi kesenjangan ketahanan

pangan.

1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Ketahanan Pangan berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun

2012 merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai

dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 3


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,

dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan.

Kerangka konseptual ketahanan pangan dalam penyusunan FSVA

2022 (Gambar 1) dibangun berdasarkan tiga pilar ketahanan pangan:

ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan, serta

mengintegrasikan gizi dan keamanan pangan di dalam keseluruhan pilar

tersebut.

Pilar ketersediaan pangan didefinisikan sebagai kondisi

tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan,

serta impor dan bantuan pangan apabila kedua sumber utama tidak dapat

memenuhi kebutuhan.

Pilar akses atau keterjangkauan pangan didefinisikan sebagai

kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan yang

bergizi, melalui satu atau kombinasi dari berbagai sumber seperti:

produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan

bantuan pangan. Dalam kerangka ketahanan pangan, akses menjadi

penting karena pangan yang tersedia dalam jumlah yang cukup di suatu

wilayah bisa jadi tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena

keterbatasan fisik, ekonomi atau sosial.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 4


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Pilar Pemanfaatan Pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh

rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan

memetabolisme zat gizi. Pemanfaatan pangan meliputi cara

penyimpanan, pengolahan, penyiapan dan keamanan makanan dan

minuman, kondisi kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama

bagi individu dengan kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan

dalam rumah tangga sesuai dengan kebutuhan individu (pertumbuhan,

kehamilan dan menyusui), dan status kesehatan setiap anggota rumah

tangga. Mengingat peran yang besar dari seorang ibu dalam

meningkatkan profil gizi keluarga, terutama untuk bayi dan anak-anak,

pendidikan ibu sering digunakan sebagai salah satu proxy untuk

mengukur pemanfaatan pangan rumah tangga.

Gambar 1 Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 5


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Untuk mendukung berjalannya ketiga pilar tersebut diperlukan

sumberdaya dan lingkungan strategis diantaranya situasi politik dan

ekonomi makro yang kondusif, perdagangan internasional dan domestik

yang berkeadilan bagi produsen dan konsumen, ketersediaan

sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan, kondisi iklim dan

agroekologi serta ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang

mendukung peningkatan produksi pangan. Memadainya sumberdaya dan

lingkungan strategis akan memudahkan kinerja ketiga pilar ketahanan

pangan untuk mewujudkan tujuan akhirnya yaitu meningkatnya status

pangan dan gizi rumah tangga maupun nasional. Status pangan dan gizi

rumah tangga dan nasional tercermin dari sumberdaya manusianya yang

dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Kerentanan dalam peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan

terhadap kerawanan pangan dan gizi. Tingkat kerentanan individu,

rumah tangga atau kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman

terhadap faktor-faktor risiko dan kemampuan untuk mengatasi situasi

tertekan.

Kerawanan pangan dapat menjadi kondisi yang kronis atau

transien. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan jangka

panjang untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum dan biasanya

berhubungan dengan struktural dan faktor-faktor yang tidak berubah

dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintahan

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 6


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

daerah, infrastruktur publik, sistim kepemilikan lahan, distribusi

pendapatan dan mata pencaharian, hubungan antar suku, tingkat

pendidikan, sosial budaya/adat istiadat dll.

Kerawanan pangan transien adalah ketidakmampuan sementara

yang bersifat jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan pangan

minimum yang sebagian besar berhubungan dengan faktor dinamis yang

dapat berubah dengan cepat/tiba-tiba seperti penyakit menular, bencana

alam, pengungsian, perubahan fungsi pasar, tingkat hutang dan migrasi.

Perubahan faktor dinamis tersebut umumnya menyebabkan kenaikan

harga pangan yang lebih mempengaruhi penduduk miskin dibandingkan

penduduk kaya, mengingat sebagian besar dari pendapatan penduduk

miskin digunakan untuk membeli makanan. Kerawanan pangan transien

yang berulang dapat menyebabkan kerawanan aset rumah tangga,

menurunnya ketahanan pangan dan akhirnya dapat menyebabkan

kerawanan pangan kronis.

1.3. METODOLOGI

1.3.1. Indikator

Kerentanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional

yang memerlukan analisis dari sejumlah parameter. Kompleksitas

masalah ketahanan pangan dan gizi dapat dikurangi dengan

mengelompokkan beberapa indikator ke dalam tiga kelompok yang

berbeda tetapi saling berhubungan, yaitu ketersediaan pangan, akses

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 7


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

terhadap pangan dan pemanfaatan pangan secara individu. Pertimbangan

gizi, termasuk ketersediaan dan keterjangkauan bahan pangan bergizi,

tersebar di dalam tiga kelompok tersebut.

Kerentanan terhadap kerawanan pangan di tingkat nasional,

provinsi maupun kabupaten/kota memiliki karakteristiknya masing-masing

sehingga tidak semua indikator nasional maupun provinsi dapat

digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap kerawanan pangan di

tingkat kabupaten/kota. Pemilihan indikator didasarkan pada: (i) hasill

review terhadap pemetaan wilayah rentan rawan pangan yang telah

dilakukan sebelumnya; (ii) tingkat sensitivitas dalam mengukur situasi

ketahanan pangan dan gizi; (iii) keterwakilan pilar ketahanan pangan dan

gizi; dan (iv) ketersediaan data di tingkat desa/kelurahan. Dengan

pertimbangan tersebut, maka indikator yang digunakan dalam FSVA Kota

sebanyak lima indikator yang mencerminkan tiga aspek ketahanan

pangan. Indikator luas lahan pertanian tidak digunakan dalam analisis

komposit FSVA Kota.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 8


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Tabel 1.1 Indikator FSVA Kota Sawahlunto

Indikator Definisi Sumber Data

A. Aspek Ketersediaan Pangan


• Dinas Koperasi Usaha
Kecil Menengah,
Perindustrian dan
Rasio jumlah Jumlah sarana dan Perdagangan 2021
prasarana penyedia
sarana dan pangan
prasarana
penyedia (pasar, minimarket, toko,
pangan terhadap warung, restoran, dll)
dibandingkan dengan
jumlah rumah jumlah
Tangga rumah tangga di desa

B. Aspek Akses terhadap Pangan

Rasio jumlah Jumlah penduduk dengan • Dinas Sosial


Pemberdayaan
penduduk dengan status kesejahteraan Masyarakat
terendah (penduduk
Tingkat dengan Desa, Perempuan dan
Kesejahteraan tingkat kesejahteraan pada Perlindungan Anak 2021
terendah terhadap Desil 1) dibandingkan
jumlah penduduk dengan jumlah penduduk
Desa

Desa yang tidak Desa yang tidak memiliki • Potensi Desa (Podes)
akses penghubung
memiliki akses memadai 2021, BPS
Penghubung dengan kriteria: (1) Desa • Dinas PUPR,
memadai melalui dengan sarana transportasi 2021
darat, air atau darat tidak dapat dilalui
Udara sepanjang tahun; atau (2)
Desa dengan sarana
transportasi air atau udara
namun tidak tersedia
angkutan umum.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 9


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

C. Aspek Pemanfaatan Pangan

Rasio jumlah Jumlah rumah tangga Desil • Data Dinas Kesehatan,


rumah tangga 1 s/d 4 dengan sumber air Pengendalian,
tanpa akses air bersih tidak terlindung Penduduk dan
dibandingkan dengan Keluarga Berencana
bersih terhadap jumlah 2021
jumlah rumah rumah tangga di desa
Tangga

Rasio jumlah Jumlah penduduk desa per


penduduk per tenaga kesehatan yang
tenaga kesehatan terdiri dari: 1) Dokter
terhadap umum/spesialis; 2) Dokter
kepadatan gigi; 3) Bidan; dan 4)
penduduk Tenaga kesehatan lainnya
(perawat, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga gizi,
apoteker/asisten apoteker)
dibandingkan dengan
kepadatan penduduk desa

1.3.2 Penentuan Range Indikator Individu

Penentuan range/cut off point indikator individu menggunakan

pendekatan sebaran data empiris pada masing-masing kabupaten/kota.

Indikator individu dibagi menjadi enam prioritas, kecuali indikator

desa/kelurahan yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai

menggunakan empat prioritas sesuai kategori yang terdapat pada data

Podes.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 10


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

1.3.3. Analisis Komposit

Pendekatan metodologi yang diadopsi untuk analisis komposit

adalah dengan menggunakan metode pembobotan. Metode pembobotan

digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif indikator

terhadap masing-masing aspek ketahanan pangan. Metode pembobotan

dalam penyusunan FSVA mengacu pada metode yang dikembangkan

oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) dalam penyusunan Global

Food Security Index (EIU 2016 dan 2017). Goodridge (2007) menyatakan

jika variabel yang digunakan dalam perhitungan indeks berbeda, maka

perlu dilakukan secara tertimbang (pembobotan) untuk membentuk indeks

agregat yang disesuaikan dengan tujuannya.

Langkah-langkah perhitungan analisis komposit adalah sebagai

berikut:

1. Standarisasi nilai indikator dengan menggunakan z-score dan

distance to scale (0 – 100)

2. Menghitung skor komposit desa dengan cara menjumlahkan hasil

perkalian antara masing-masing nilai indikator yang sudah

distandarisasi dengan bobot indikator, dengan rumus:

( ) = ∑ ………………………………...… (1)

Dimana:

Yj : Skor komposit desa ke-j

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 11


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

ai : Bobot masing-masing indikator ke-i

Xij : Nilai standarisasi masing-masing indikator ke-i pada desa ke-j

i : Indikator ke 1, 2, …, 6

j : Desa ke 1, 2, …dst

Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan pendekatan

proporsional (Tabel 2.). Khusus untuk analisis wilayah kelurahan hanya

digunakan lima (5) indikator. Mengingat ketersediaan pangan di perkotaan

secara umum tidak dipengaruhi oleh produksi yang berasal dari wilayah

sendiri tetapi berasal dari perdagangan antar wilayah, maka pada

perhitungan komposit wilayah kelurahan di perkotaan hanya didasarkan

pada rasio jumlah sarana dan prasarana ekonomi. Indikator rasio luas

lahan pertanian tidak digunakan dalam analisis komposit wilayah

kelurahan. Nilai bobot 0,33 (1/3) dari indikator rasio luas baku aspek

ketersediaan pangan kemudian dialihkan kepada indikator rasio jumlah

sarana dan prasarana ekonomi terhadap jumlah rumah tangga. Bobot

untuk setiap indikator mencerminkan signifikansi atau pentingnya indikator

tersebut dalam menentukan tingkat ketahanan pangan suatu wilayah.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 12


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Tabel 2.2 Bobot Indikator FSVA

No Bobot
. Indikator Kelura
Desa han
I Aspek Ketersediaan Pangan 1/3 1/3

1. Rasio luas lahan pertanian terhadap jumlah 1/6 -


Penduduk
2. Rasio jumlah sarana dan prasarana ekonomi 1/6 1/3
terhadap jumlah rumah tangga
II Aspek Akses Pangan 1/3 1/3
3. Rasio jumlah penduduk dengan tingkat 1/6 1/6
kesejahteraan terendah terhadap jumlah
Penduduk
4. Desa yang tidak memiliki akses penghubung 1/6 1/6
Memadai
III Aspek Pemanfaatan Pangan 1/3 1/3

Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses air


5 bersih 1/6 1/6
terhadap jumlah rumah tangga
6 Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah 1/6 1/6
Penduduk

3. Mengelompokan desa/kelurahan ke dalam 6 kelompok prioritas

berdasarkan cut off point komposit. Skor komposit yang dihasilkan

pada masing-masing wilayah dikelompokkan ke dalam 6 kelompok

berdasarkan cut off point komposit. Cut off point komposit merupakan

hasil penjumlahan dari masing-masing perkalian antara bobot

indikator individu dengan cut off point indikator individu hasil

standarisasi z-score dan distance to scale (0-100).

( )=∑ ……………….……... (2)

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 13


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Dimana:

Kj : cut off point komposit ke-j

ai : Bobot indikator ke-i

Cij : Nilai standarisasi cut off point indikator ke-i komposit ke-j

i : indikator ke 1,2,3,……….6

j : komposit ke 1,2,3,………6

Hasil perhitungan skor komposit selanjutnya diklasifikasikan

kedalam enam prioritas berdasarkan nilai cut off point (ambang batas)

komposit. Cut off point komposit diperoleh dari hasil perhitungan antara

bobot dengan cut off point indikator individu. Prioritas 1 merupakan

prioritas utama yang menggambarkan tingkat kerentanan pangan wilayah

yang paling tinggi (sangat rentan), sedangkan prioritas 6 menunjukkan

wilayah dengan tingkat ketahanan pangan yang paling baik (sangat

tahan). Dengan kata lain, wilayah prioritas 1 memiliki tingkat resiko

kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan wilayah lainnya.

Meskipun demikian, wilayah yang berada pada prioritas 1 tidak berarti

semua penduduknya berada dalam kondisi rentan rawan pangan,

sebaliknya wilayah pada prioritas 6 tidak berarti semua penduduknya

tahan pangan.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 14


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

1.3.4.Pemetaan

Hasil analisis komposit kemudian divisualisasikan ke dalam sebuah

bentuk peta. Selain itu, indikator individu juga divisualisasikan ke dalam

bentuk peta berdasarkan range indikatornya, sehingga akan dihasilkan

tujuh peta yang terdiri dari satu peta komposit dan enam peta indikator

individu.

Peta-peta yang dihasilkan menggunakan gradasi warna merah dan

hijau. Gradasi merah menunjukkan variasi tingkat kerentanan terhadap

kerawanan pangan dan gradasi hijau menggambarkan variasi ketahanan

pangan. Warna yang semakin tua menunjukkan status yang lebih tinggi

dari situasi ketahanan atau kerentanan pangan. Pemetaan dilakukan

dengan menggunakan software Quantum-GIS.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 15


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 16


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

BAB 2
KETERSEDIAAN PANGAN

Undang-undang Pangan No. 18 tahun 2012 mendefinisikan

ketersediaan pangan sebagai kondisi tersedianya pangan dari hasil

produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila

kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Produksi pangan

adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,

membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau

mengubah bentuk Pangan. Sedangkan cadangan pangan nasional adalah

persediaan pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi masalah

kekurangan pangan, gangguan pasokan dan harga, serta keadaan

darurat. Penyediaan pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan

konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan perseorangan

secara berkelanjutan.

Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun didatangkan dari

luar wilayah harus masuk terlebih dahulu ke pasar sebelum sampai ke

rumah tangga. Oleh karena itu, selain kapasitas produksi pangan,

keberadaan sarana dan prasarana penyedia pangan seperti pasar akan

terkait erat dengan ketersediaan pangan di suatu wilayah.

2.1 SARANA DAN PRASARANA PENYEDIA PANGAN

Rasio jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan terhadap

jumlah rumah tangga adalah perbandingan antara jumlah sarana dan

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 16


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

prasarana penyedia pangan (pasar, minimarket, toko, warung, restoran,

dll.) dengan jumlah rumah tangga di desa. Sarana dan prasarana

penyedia pangan terdiri dari:

(1) Pasar dengan bangunan permanen (memiliki atap, lantai, dan

dinding);

(2) Pasar dengan bangunan semi permanen (memiliki atap dan lantai,

tanpa dinding);

(3) Pasar tanpa bangunan (misalnya: pasar subuh, pasar terapung,

dll.);

(4) Jumlah minimarket/swalayan (tempat usaha di bangunan tetap

untuk menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan label

harga, sistem pelayanan mandiri, luas lantai < 400 m2);

(5) Toko/warung kelontong (tempat usaha di bangunan tetap untuk

menjual berbagai jenis barang keperluan sehari–hari secara

eceran, tanpa ada sistem pelayanan mandiri);

(6) Toko/warung kelontong yang menjual bahan pangan (sembako);

(7) Warung/kedai makanan minuman (usaha pangan siap saji di

bangunan tetap, pembeli biasanya tidak dikenai pajak);

(8) Restoran/rumah makan (usaha pangan siap saji di bangunan

tetap, pembeli biasanya dikenai pajak);

(9) Kelompok pertokoan (minimal 10 toko dan mengelompok dalam

satu lokasi);

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 17


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

(10) Hotel (menyediakan jasa akomodasi dan ada restoran,

penginapan dengan izin usaha sebagai hotel); dan

(11) Penginapan: hotel/motel/losmen/wisma (menyediakan akomodasi,

penginapan dengan izin usaha bukan sebagai hotel).

Sarana dan prasarana penyedia pangan diasumsikan sebagai

tempat penyimpan pangan (stok pangan) yang diperoleh dari petani

sebagai produsen pangan maupun dari luar wilayah, yang selanjutnya

disediakan bagi masyarakat untuk konsumsi. Oleh karena itu, semakin

tinggi rasio sarana dan prasarana penyedia pangan terhadap jumlah

rumah tangga di desa maka diasumsikan semakin baik tingkat

ketersediaan pangan di desa tersebut. Rendahnya kualitas infrastruktur;

terbatasnya akses terhadap aset produktif, terbatasnya akses terhadap

kegiatan ekonomi produktif merupakan penyebab kemiskinan dan

kerawanan pangan.

Indikator sarana dan prasarana penyedia pangan digunakan sebagai

indikator yang melengkapi indikator sebelumnya karena bisa jadi suatu

wilayah desa tidak memiliki potensi untuk memproduksi pangan sendiri,

namun desa tersebut memiliki sarana dan prasarana penyedia pangan

sehingga ketersediaan pangan di desa tersebut masih dapat mencukupi

kebutuhan konsumsi masyarakat.

Dari 37 desa/kelurahan di Kota Sawahlunto, 2 desa/kelurahan masuk

dalam prioritas 1 (5,4 %),4 desa prioritas 2 (10,8 %), 10 desa prioritas 3

(27,02%) dan 7 desa masing masing prioritas 4, 5 dan 6 (18,9 %).

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 18


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Tabel 2.1 Sebaran rasio sarana prasarana penyedia pangan


berdasarkan Prioritas

Prioritas Rasio Sarana Jumlah Persentase


No.
Ekonomi Desa/Kel
1 Prioritas 1 < = 0,0278 2 5,4
Prioritas 2  0,0278 – 10,8
2 4
0,0393
Prioritas 3  0,0393 – 27,02
3 10
0,0522
Prioritas 4  0,0522 – 18,9
4 7
0,0701
Prioritas 5  0,0701 – 18,9
5 7
0,0987
6 Prioritas 6  0,0987 7 18,9

Gambar 2.1 Sebaran rasio sarana prasarana penyedia pangan


berdasarkan prioritas

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 19


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

a Desa/kelurahan prioritas 1 yaitu :


Di kecamatan Lembah Segar yaitu Desa Lunto Timur.
Di kecamatan Barangin desa Talago Gunung.
b. Desa/kelurahan prioritas 2 yaitu :
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Bukik Gadang
Di Kecamatan Barangin yaitu Desa Lumindai
Di Kecamatan Lembah Segar yaitu Desa Lunto Barat dan Kelurahan
Tanah Lapang.
c. Desa desa Prioritas 3 yaitu :
di Kecamatan Silungkang yaitu Desa Silungkang Duo
di Kecamatan Lembah Segar yaitu Desa Pasar Kubang, Kubang
Tangah, Desa Kubang Utara Sikabu, Kel.Kubang Sirakuk Selatan.
Di Kecamatan Barangin yaitu Kelurahan Lubang Panjang dan
Kelurahan Durian II
Di kecamatan Talawi yaitu Desa Sikalang, Kumbayau dan Tumpuk
Tangah
d. Desa desa Prioritas 4 yaitu
di Kecamatan Lembah Segar yaitu Kel.Kubang Sirakuk Utara,
Kelurahan Air Dingin.
Di Kecamatan Barangin yaitu Desa Balai Batu Sandaran, Kel.Saringan,
Desa Kolok Mudik
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Sijantang Koto, Desa Talawi Mudik
e. Desa desa Prioritas 5 yaitu
Di Kecamatan Lembah Segar yaitu Kelurahan Aur Mulyo
Di Kecamatan Barangin yaitu Desa Balai Batu Sandaran, Kel.Saringan,
Desa Kolok Mudik
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Batu Tanjung, Desa Talawi Mudik dan
Desa Talawi Hilir.

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 20


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

f. Desa desa Prioritas 6 yaitu :


Di Kecamatan Silungkang yaitu Silungkang Oso, Desa Muaro Kalaban
dan Desa Silungkang Tigo
Di Kecamatan Lembah Segar yaitu Kelurahan Pasar
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Salak, Sijantang, Desa Data
Mansiang.

2.2. Strategi Pemenuhan Ketersediaan Pangan

Rasio sarana prasarana penyedia pangan pada prioritas 1-3

mencapai 43,22%. Hal tersebut menjadi tantangan dalam pemenuhan

ketersediaan pangan.

Strategi untuk Meningkatkan Ketersediaan Pangan.

Kota Sawahlunto merupakan kota yang unik, karena meskipun

termasuk dalam wilayah administrasi kota, tetapi kenyataan di lapangan

terdapat kelurahan dan desa, dimana desa memiliki potensi luas lahan

pertanian yang luas, yang merupakan salah satu faktor penunjang dalam

indikator Aspek ketersediaan pangan. Dari 37 Desa/Kelurahan yang ada

di Kota Sawahlunto sebanyak 27 termasuk desa dan 11 kelurahan,

sehingga faktor penunjang luas lahan pertanian berpengaruh besar

terhadap aspek ketersediaan pangan.

Upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya

Alam dan Sumber Daya Pengelola Pertanian diantaranya adalah :

1.Meningkatkan sumber daya petani

2.Meningkatkan sarana dan prasarana pertanian

3.Memperkokoh kelembagaan kelompok tani

4.Mewujudkan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian


Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 21
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil.

Kebijakan Kota Sawahlunto mengenai ketersediaan pangan pada

periode 2019-2023 bertujuan untuk (i) meningkatkan produktivitas; (ii)

perluasan lahan sawah; (iii) mengurangi dampak iklim-terkait resiko; (iv)

memperkuat kelembagaan bagi petani. Strategi untuk masing-masing

tujuan adalah sebagai berikut:

(i) Peningkatan produktivitas

a. Pendirian Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber

Daya Terpadu (SLPTT)

b. Perbaikan penggunaan varietas tanaman

c. Pemupukan berimbang, baik pupuk organik maupun bio hayati

d. Pengelolaan air

e. Memperkuat pengawasan, koordinasi dan supervisi untuk

peningkatan produktivitas pertanian

(ii) Perluasan lahan sawah

a. Pengembangan lahan sawah

b. Optimalisasi penggunaan lahan

c. Pengembangan dan rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani

(JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (JIDES)

d. Pembangunan sumur pompa dan dam/embung

(iii) Pengurangan dampak iklim terkait resiko

a. Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT)

b. Mengurangi kehilangan hasil (susut) pada saat panen dan

pengolahan hasil panen


Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 22
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

(iv) Penguatan kelembagaan bagi petani

a. Kredit dan energi untuk ketahanan pangan

b. Lembaga Mandiri dan Mengakar pada Masyarakat

c. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat

d. Pemasaran produk pertanian, misal TTI, dll

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan sarana

dan prasarana penyedia pangan adalah dengan

1. memperbanyak pasar, minimarket, toko, warung, restoran, dll

2. mempermudah izin pendirian toko, warung atau restoran

3. penguatan/peminjaman modal bagi warga yang akan membuka

warung/toko/restoran

4. pelatihan usaha / perdagangan

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 23


Food Security and Vulnerability (FSVA)
2022

BAB 3

AKSES TERHADAP PANGAN

Keterjangkauan pangan atau akses terhadap pangan adalah

kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang

berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman

dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu wilayah tetapi

tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu karena terbatasnya: (1)

Akses ekonomi: kemampuan keuangan untuk membeli pangan yang

cukup dan bergizi; (2) Akses fisik: keberadaan infrastruktur untuk

mencapai sumber pangan; dan/atau (3) Akses sosial: modal sosial yang

dapat digunakan untuk mendapatkan dukungan informal dalam

mengakses pangan, seperti barter, pinjaman atau program jaring

pengaman sosial. Dalam penyusunan FSVA Kota Sawahlunto, indikator

yang digunakan dalam aspek keterjangkauan pangan hanya mewakili

akses ekonomi dan fisik saja, yaitu: (1) Rasio jumlah penduduk dengan

tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah penduduk desa; dan (2)

Desa yang tidak memiliki akses penghubung memadai melalui darat, air

atau udara.

3.1 PENDUDUK DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TERENDAH

Berbagai program penanggulangan kemiskinan sudah dijalankan

oleh pemerintah termasuk pemerintah Kota Sawahlunto. Rasio

kemiskinan telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, jumlah

penduduk miskin Kota Sawahlunto mengalami kenaikan pada tahun 2021

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 24


Food Security and Vulnerability (FSVA)
2022

yaitu 2,38% dari 2,16% tahun 2020, 2,17% tahun 2019, 2,39% tahun

2018 dan 2,01% pada tahun 2017.

Tabel 3.1 Persentase Populasi di Bawah Garis Kemiskinan


Kota Sawahlunto

Tahun
Keterangan
2017 2018 2019 2020 2021

Persentase 2,01 2,39 2,17 2,16 2,38

penduduk miskin

Sumber: Sawahlunto Dalam Angka, BPS

Pada tingkat desa berdasakan data Data Terpadu Kesejahteraan

Sosial (DTKS) tahun 2022, terdapat 5 desa yang memiliki rasio rumah

tangga dengan dengan tingkat kesejahteraan terendah diatas 0,0019

(Prioritas 1). Sebanyak 7 desa masuk prioritas 2, sebanyak 8 desa masuk

prioritas 3 dan sebanyak 17 Desa termasuk prioritas 4 serta dan tidak ada

desa yang masuk Prioritas 5 dan 6. Oleh karena itu, program-program

penanggulangan kemiskinan Kota Sawahlunto ke depan masih harus

ditingkatkan dan diprioritaskan di 20 desa tersebut.

Tabel 3.2 Sebaran desa dengan tingkat kesejahteraan terendah


berdasarkan skala prioritas

Prioritas Range Jumlah Desa Persentase


1 >=0,0019 5 13,51
2 0,0010 - < 0,0019 7 18,91
3 0,0005 - < 0,0010 8 21,62
4 0,0000 - < 0,0005 17 45,94
5 0,0000 - < 0,0000 - -
6 < 0,0000 - -

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 25


Food Security and Vulnerability (FSVA)
2022

a Desa/kelurahan prioritas 1 yaitu :


Di kecamatan Silungkang yaitu Desa Taratak Bancah, Desa
Silungkang Oso
Di Kecamatan Lembah Segar yaitu desa Pasar Kubang
Di kecamatan Barangin yaitu desa Lumindai dan Balai Batu Sandaran
b. Desa/kelurahan prioritas 2 yaitu :
Di Kecamatan Silungkang yaitu Desa Silungkang Duo
Di Kecamatan Lembah Segar yaitu Desa Lunto Timur, Kubang Tangah
dan Kelurahan Pasar
Di Kecamatan Barangin yaitu Desa Kolok Mudik dan Kelurahan
Saringan
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Rantih
c. Desa desa Prioritas 3 yaitu :
Di Kecamatan Silungkang yaitu Desa Silungkang Tigo dan
Muaro Kalaban
Di Kecamatan Lembah Segar yaitu Desa lunto Barat dan Kelurahan
Kubang Sirakuk Selatan.
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Salak, Sijantang Koto, Talawi Hilir dan
Desa Batu Tanjung
d.. Desa desa Prioritas 4
di Kecamatan Lembah Segar yaitu Desa Kubang Utara Sikabu,
Kel.Kubang Sirakuk Utara, Kel.Air Dingin dan Kel.Tanah Lapang
Di Kecamatan Barangin yaitu Desa Talago Gunung, desa Santur, desa
Kolok Nan Tuo, Kel Durian I , Kel.Durian II dan Kel.Lubang Panjang
Di Kecamatan Talawi yaitu Desa Sikalang, Desa Bukik Gadang, Desa
Talawi Mudik, Desa Kumbayau, Desa Datar Mansiang dan Desa
Tumpuk Tangah.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 26


Food Security and Vulnerability (FSVA)
2022

3.2 AKSES TRANSPORTASI

Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan kemiskinan,

dimana masyarakat yang tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan

kondisi geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk kurang

memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai.

Dengan kata lain, kelompok miskin ini masih kurang mendapatkan akses

terhadap program pembangunan pemerintah. Investasi pada infrastruktur,

khususnya infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, bandara dan lain-

lain), listrik, infrastruktur pertanian (irigasi), fasilitas pendidikan dan

kesehatan dapat sepenuhnya mengubah suatu wilayah sehingga

menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi dan partisipasi yang lebih

besar dari masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Pada sektor pertanian, faktor yang menyebabkan tingkat pendapatan

yang rendah adalah rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat

petani/produsen (farm gate price) di daerah perdesaan dibandingkan

dengan harga di perkotaan untuk komoditas dengan kualitas sama

(komoditas belum diubah atau diproses). Rendahnya harga komoditas

pertanian ditingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya

transportasi untuk pemasaran hasil pertanian dari desa surplus. Biaya

transportasi akan lebih tinggi pada moda kendaraan bermotor-melewati

jalan setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau hewan,

misalnya pada daerah yang tidak memiliki akses jalan yang memadai.

Dalam sebuah kajian cepat mengenai penyebab kemiskinan pada desa

terpencil di 5 kabupaten di Indonesia diketahui bahwa tingginya biaya


Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 27
Food Security and Vulnerability (FSVA)
2022

transportasi merupakan penyebab utama terjadinya kemiskinan tersebut.

Tingginya harga komoditas pertanian di tingkat petani akan meningkatkan

pendapatan yang diterima oleh masyarakat petani. Walaupaun demikian,

peningkatan pendapatan saja tanpa dibarengi dengan perbaikan akses

terhadap pelayanan jasa dan infrastruktur belum cukup untuk menjamin

kesejahteraan masyarakat petani.

Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan suatu

wilayah. Infrastruktur yang lebih baik akan menarik investasi yang lebih

besar pada berbagai sektor, yang pada akhirnya dapat menjadi daya

dorong bagi penghidupan yang berkelanjutan.

Berdasarkan data PODES (Potensi Desa) 2021, BPS, di Kota

Sawahlunto, semua desa memiliki akses penghubung bagi kendaraan

roda 4 sepanjang tahun dan termasuk prioritas 4. (Prioritas pada akses

jalan dari Prioritas 1 s/d prioritas 4).

Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan kemiskinan,

dimana masyarakat yang tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan

kondisi geografis yang suit dan ketersediaan pasar yang buruk memiliki

kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai. Dengan kata

lain, kelompok miskin ini masih kurang mendapatkan akses terhadap

program pembangunan pemerintah. Investasi pada infrastrukutur ,

khususnya infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, bandara dan lain

lain), listrik, infrastruktur pertanian )irigasi, fasilitas pendidikan dan

kesehatan dapat sepenuhnya menubah suatu wilayah sehingga

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 28


Food Security and Vulnerability (FSVA)
2022

menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi dan partisipasi yang lebih

besar dari masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Pada sektor pertanian, faktor yang menyebabkan tingkat pendapatan

yang rendah adalah harga komoditas pertanian di tingkat petani/produsen

di daerah pedesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan untuk

komoditas dengan kualitas yang sama. Rendahnya harga komoditas

pertanian di tingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya

transportasi untuk pemasaran hasil pertanian dari desa surplus. Biaya

transportasi akan lebih tinggi pada kendaraan bermotor melewati jalan

setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau hewan, misalnya

pada daerah yang tidak memiliki akses jalan yang memadai.

3.3 STRATEGI PENINGKATAN AKSES PANGAN

Strategi Pengurangan Kemiskinan, Peningkatan Akses terhadap

Pangan diantaranya adalah :

1. Peningkatan efektivitas Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan

Kota Sawahlunto

- Meningkatkan pemberdayaan dan SDM penduduk miskin serta

meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang mengatur

- Mengutamakan satu data tunggal kemiskinan Kota Sawahlunto

- Mengoptimalkan Pengarusutamaan Penanggulangan Kemiskinan

(PPK) dalam proses pembangunan.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 29


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

BAB 4
PEMANFAATAN PANGAN
Aspek ketiga dari konsep ketahanan pangan adalah

pemanfaatan pangan. Pemanfaatan pangan meliputi: (1) Pemanfaatan

pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga; dan (2) Kemampuan

individu untuk menyerap zat gizi secara efisien oleh tubuh.

Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan,

dan penyajian makanan termasuk penggunaan air selama proses

pengolahannya serta kondisi budaya atau kebiasaan dalam pemberian

makanan terutama kepada individu yang memerlukan jenis pangan

khusus sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu (saat masa

pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) atau status kesehatan masing-

masing individu. Dalam penyusunan FSVA Kota, aspek pemanfaatan

pangan meliputi indikator sebagai berikut: (1) Rasio jumlah rumah

tangga tanpa akses air bersih terhadap jumlah rumah tangga; dan (2)

Rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap kepadatan

penduduk.

4.1 AKSES TERHADAP AKSES AIR BERSIH

Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap

jumlah rumah tangga merupakan perbandingan antara jumlah rumah

tangga Desil 1-4 dengan sumber air bersih tidak terlindung dengan

jumlah rumah tangga di desa. Air bersih adalah air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 30


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Sumber air bersih yang tidak terlindungi berpotensi meningkatkan

angka kesakitan serta menurunkan kemampuan dalam menyerap

makanan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi individu.

Tabel 4.1 Sebaran desa/kelurahan berdasarkan rumah tangga


tanpa akses air bersih berdasarkan skala prioritas

Prioritas Range Jumlah Desa Persentase


1 ≥ 0,1245 2 5,41
2 0,0157 - < 0,1245 11 29,73
3 0,0000 - < 0,0157 1 2,71
4 0,0000 - < 0,0000 0 -
5 0,0000 - < 0,0000 0 -
6 < 0,0000 23 62,17

a Desa/kelurahan prioritas 1 yaitu :

Dikecamatan Lembah Segar yaitu Desa Kubang Sirakuk Utara.

Dikecamatan Barangin desa Lumindai.

b. Desa/kelurahan prioritas 2 yaitu :

Kecamatan Barangin yaitu desa Balai Batu Sandaran, Talago

Gunung dan desa Kolok Nan Tuo

Kecamatan Lembah Segar yaitu desa Lunto Barat, Kubang Tangah,

Kubang Utara Sikabu, Kelurahan Pasar, Kubang Sirakuk Selatan,

Aur Mulyo, Tanah Lapang, Air Dingin.

c. Desa desa Prioritas 3 yaitu :

Di kecamatan Lembah Segar desa Lunto Timur

d. Desa desa Prioritas 4 tidak ada

e. Desa desa Prioritas 5 tidak ada

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 31


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

f. Desa desa Prioritas 6 yaitu :

Di Kecamatan Lembah Segar yaitu desa Pasar Kubang.

Di kecamatan Barangin yaitu kel Saringan, Kel Lubang Panjang, Kel

Durian I, Kel Durian II, desa Santur, dan desa Kolok Mudik.

Dikecamatan Talawi yaitu desa Sikalang, desa Rantih desa Salak,

desa Sijantang Koto , desa Talawi Hilir ,Talawi Mudik, desa Bukik

Gadang, Batu Tanjung, Kumbayau, Datar Mansiang dan desa

Tumpuk Tangah.

Kecamatan Silungkang yaitu desa Silungkang Oso, Taratak bancah,

Muaro Kalaban, Silungkang Tigo dan Silungkang Duo.

4.2 RASIO TENAGA KESEHATAN

Rasio jumlah penduduk desa per tenaga kesehatan terhadap

kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per tenaga kesehatan

yang terdiri dari: (1) Dokter umum/spesialis; (2) Dokter gigi; (3) Bidan;

dan (4) Tenaga kesehatan lainnya (perawat, tenaga kesehatan

masyarakat, tenaga gizi, apoteker/asisten apoteker) dibandingkan

dengan kepadatan penduduk. Tenaga kesehatan berperan penting

dalam menurunkan angka kesakitan penduduk (morbiditas) dan

meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya makanan

yang beragam bergizi seimbang dan aman.

Rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap

kepadatan penduduk menunjukkan kemampuan jumlah tenaga

kesehatan yang ada di wilayah desa/kelurahan untuk melayani

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 32


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan yang memadai akan

meningkatkan status pemanfaatan pangan masyarakat.

Tabel 4.2 Sebaran rasio tenaga kesehatan di desa/kelurahan


berdasarkan skala prioritas

Prioritas Range Jumlah Desa Persentase


1 ≥ 0,0865 11 29,73
2 0,0660 - < 0,0865 6 16,22
3 0,0422 - < 0,0660 7 18,92
4 0,0015 - < 0,0422 7 18,92
5 0,0000 - < 0,0015 6 16,22
6 < 0,0000 0 0

a Desa/kelurahan prioritas 1 yaitu :

Dikecamatan Silungkang yaitu Silungkang Tigo

Dikecamatan Barangin desa Lumindai, Balai Batu Sandaran,

Durian I dan Santur.

Di kecamatan Lembah Segar yaitu desa Pasar Kubang , Kubang

Tangah, Kubang Sirakuk Utara, dan Tanah Lapang.

Di kecamatan Talawi yaitu desa Sijantang Koto dan Talawi Mudik.

b. Desa/kelurahan prioritas 2 yaitu :

Kecamatan Silungkang yaitu desa Taratak Bancah.

Kecamatan Barangin yaitu desa Kolok Nan Tuo,

Di Kecamatan Talawi yaitu desa Salak,, Bukik Gadang, Batu

Tanjung dan desa Tumpuk Tangah.

c. Desa desa Prioritas 3 yaitu :

Di kecamatan Silungkang yaitu desa Muaro Kalaban

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 33


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Di Kecamatan Lembah Segar yaitu desa Lunto Timur, desa Kubang

utara Sikabu.

Dikecamatan Talawi yaitu desa Sikalang, desa Rantih desa Datar

mansiang.

Dikecamatan Barangin yaitu desa Talago Gunung

4.3 DAMPAK (OUTCOME) DARI STATUS KESEHATAN

Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang

mempengaruhi status kesehatan dan gizi masyarakat. Status gizi anak

ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit yang dideritanya. Status

gizi anak balita diukur dengan 3 indikator yaitu:

1. Berat Badan Kurang dan Berat Badan Sangat Kurang yang biasa

dikenal dengan underweight (berat badan berdasarkan umur (BB/U)

dengan Zscore dari-2 dari median menurut referensi WHO 2005,

yang mengacu kepada gabungan dari kurang gizi akut dan kronis);

2. Pendek atau stunting (tinggi badan berdasarkan umur (TB/U)

dengan Zscore kurang dari-2 dari median menurut referensi WHO

2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka panjang); dan

3. Kurus atau wasting (berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)

dengan Zscore kurang dari-2 dari median menurut referensi WHO

2005, yang mengacu kepada kurang gizi akut atau baru saja

mengalami kekurangan gizi).

Jumlah penderita gizi buruk di Kota Sawahlunto pada tahun 2017-

2021 sebanyak 55 balita. Jumlah penderita gizi buruk yang tinggi

ditemukan di Kecamatan Silungkang ( 21 balita) dan Barangin (15


Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 34
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

balita), dan terendah ditemukan di Kecamatan Lembah Segar ( 7

balita), Talawi (12 balita).

Tabel 4.3 Penderita Gizi Buruk 2017-2021


No Penderita Gizi Buruk
Kecamatan
. 2017 2018 2019 2020 2021
1 Talawi 1 8 1 1 1
2 Barangin 1 5 8 1 0
Lembah 4 1 0 1 1
3
Segar
4 Silungkang 9 8 4 0 0
5 Total 15 22 13 3 2

Gambar 4.1 Grafik Penderita Gizi Buruk

Angka kematian balita dan ibu saat melahirkan merupakan dampak

dari status kesehatan dan gizi. Angka kematian balita di Kota

Sawahlunto Tahun 2021 adalah 16 jiwa. Sementara angka kematian

ibu saat melahirkan di Kota Sawahlunto Tahun 2021 tidak ada. Angka

kematian balita tertinggi terdapat di Kecamatan Talawi (9 jiwa) dan Kec

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 35


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Barangin (2 jiwa ) kecamatan Lembah Segar 3 (tiga) jiwa dan

Kecamatan Silungkang 2 (dua) jiwa. Untuk lebih lengkap dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Kematian Balita dan Ibu Saat Melahirkan per
Kecamatan Tahun 2021

Jumlah Jumlah
No. Kecamatan Kematian Kematian Ibu Total
Balita Saat Melahirkan
1 Talawi 9 0 9
2 Barangin 2 0 2
3 Lembah Segar 3 0 3
4 Silungkang 2 0 2
Total 16 0 16

Grafik 4.2 : Jumlah Kematian Balita dan Ibu Saat melahirkan


Per Kecamatan

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 36


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

4.4. STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN PANGAN


Strategi Untuk Memperbaiki Status Gizi dan Kesehatan

Kelompok Rentan diantaranya adalah :

1. Tersedianya pelayanan kesehatan dan sosial yang berkualitas

- Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang terjangkau

oleh semua lapisan masyarakat :

 Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan

 Menyediakan fasilitasi pembiayaan, obat dan pembekalan

kesehatan.

- Peningkatan kualitas SDM bidang kesehatan dan sosial

 Meningkatkan pembinaan Sumber Daya Manusia di bidang

kesehatan

- Peningkatan pengelolaan pelayanan kesehatan dan sosial

 Meningkatkan akses masyarakat kota terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas

 Meningkatkan cakupan jaminan kesehatan

2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

- Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan sosial.

 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan managemen

kesehatan

 Mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan

derajat kesehatan.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 37


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Masalah gizi kronis (stunting) masih tetap tinggi di Kota

Sawahlunto masalah gizi kronis merupakan akibat kurang optimalnya

pertumbuhan janin dan bayi di usia dua tahun pertama kehidupannya,

terutama gabungan dari kurangnya asupan gizi, paparan terhadap

penyakit yang tinggi serta pola pengasuhan yang kurang tepat. Semua

faktor ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,

yang akhirnya dapat menyebabkan meningkatnya beban penyakit dan

kematian pada balita.

Kurang gizi pada usia dini, terutama stunting dapat menghambat

perkembangan fisik dan mental yang akhirnya mempengaruhi prestasi

dan tingkat kehadiran di sekolah. Anak yang kurang gizi lebih

cenderung untuk masuk sekolah lebih lambat dan lebih cepat putus

sekolah. Dampak ke masa depannya adalah mempengaruhi potensi

kemampuan mencari nafkah, sehingga sulit keluar dari lingkaran

kemiskinan. Anak yang menderita kurang berat badan menurut umur

(kurang gizi) dan secara cepat berat badannya meningkat, maka pada

saat dewasa cenderung untuk menderita penyakit kronik yang terkait

gizi (kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung

koroner). Dampak jangka panjang, oleh kurang gizi pada masa anak-

anak juga menyebabkan rendahnya tinggi badan dan pada ibu-ibu

dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang

akhirnya menyebabkan terulangnya lingkaran masalah ini pada

generasi selanjutnya.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 38


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Untuk menurunkan prevalensi stunting, maka intervensi gizi

harus segera direncanakan dan dilakukan secara efektif pada semua

tingkatan, mulai dari rumah tangga sampai tingkat nasional. Untuk

mencegah dan mengatasi masalah kekurangan gizi secara efektif, perlu

prioritas untuk kelompok rentan gizi, memahami penyebab kurang gizi

adalah multidimensi, intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi

penyebabnya, dan meningkatkan komitmen serta investasi dalam

bidang gizi.

Berikut ini adalah rekomendasi untuk mengatasi masalah gizi:

1. Fokus pada kelompok rentan gizi, termasuk:

a. Anak usia di bawah dua tahun. Usia dua tahun pertama di dalam

kehidupan adalah usia yang paling kritis sehingga disebut

“jendela peluang (window of opportunity)” karena mencegah

kurang gizi pada usia ini akan sangat berarti untuk kelompok ini

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Meskipun

kerusakan sudah terjadi dan seharusnya dihindari sejak dari usia

9 bulan sampai usia 24 bulan, kerentanan anak terhadap

penyakit dan resiko kematian masih tinggi di usia lima tahun

pertama. Itulah sebabnya banyak intervensi kesehatan dan gizi

yang difokuskan pad anak di bawah lima tahun. Intervensi

kesehatan dan gizi harus difokuskan pada anak di bawah dua

tahun, akan tetapi apabila anggaran memadai maka perlu

dilakukan juga untuk anak di bawah lima tahun.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 39


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

b. Anak-anak kurang gizi ringan. Kelompok ini memiliki resiko lebih

tinggi untuk meninggal karena meningkatnya kerentanan

terhadap infeksi. Anak yang terdeteksi kurang gizi seharusnya di

rawat dengan tepat untuk mencegah mereka menjadi gizi buruk.

c. Ibu hamil dan menyusui, karena kelompok ini memerlukan

kecukupan gizi bagi pertumbuhan an perkembangan janin, dan

untuk menghasilkan ASI (Air Susu Ibu) untuk bayi mereka.

d. Kurang gizi mikro untuk semua kelompok umur, terutama pada

anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Kekurangan gizi mikro pada

semua kelompok umur cukup tinggi disebabkan karena asupan

karbohidrat yang tinggi, rendahnya asupan protein (hewani)

sayur dan buah serta makanan yang berfortifikasi. Pada kondisi

ini biasanya prevalensi stunting pada balita juga cukup tinggi.

2. Perencanaan dan penerapan intervensi multi-sektoral untuk

mengatasi TIGA penyebab dasar kekurangan gizi (pangan,

kesehatan dan pengasuhan).

Satu sektor saja (sektor kesehatan atau pendidikan atau pertanian)

tidak dapat mengatasi masalah gizi secara efektif karena masalah

tersebut adalah multi sektor.

a. Intervensi langsung dengan manfaat langsung terhadap gizi

(terutama melalui Sektor Kesehatan):

 Memperbaiki gizi dan pelayanan ibu hamil, terutama selama 2

trimester pertama usia kehamilan: makan lebih sering,

beraneka ragam, dan bergizi; minum pil besi atau


Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 40
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

menggunakan suplemen gizi mikro tabor (Sprinkle) setiap hari;

memeriksakan kehamilan sekurangnya 4 kali selama periode

kehamilan.

 Promosi menyusui ASI selama 0-24 bulan: inisial menyusui

dini segera sesudah bayi lahir; menyusui ASI ekslusif sampai

6 bulan pertama, melanjutkan pemberian ASI sampai 24

bulan; melanjutkan menyusui walaupun anak sakit.

 Meningkatkan pola pemberian makanan tambahan untuk anak

usia 6-24 bulan; mulai pemberian makanan tambahan sejak

anak berusia 7 bulan; pemberian makanan lebih sering,

jumlah sedikit, beraneka ragam dan bergizi (pangan hewani,

telur, kacang-kacangan, polong-polongan, kacang tanah,

sayur, buah dan minyak); hindari pemberian jajan yang tidak

sehat.

 Pemantauan berat dan tinggi badan bayi 0-24 bulan atau jika

sumber daya memungkinkan, untuk anak 0-59 bulan secara

teratur, untuk mendeteksi kurang gizi secara dini sehingga

bias dilakukan intervensi sedini mungkin. Meningkatkan

komunikasi mengenai berat badan anak, cara mencegah dan

memperbaiki kegagalan berat dan tinggi anak dengan

keluarga.

 Mengatasi masalah kurang gizi akut pada balita dengan

menyediakan fasilitas fasilitas dan manajemen berbasis

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 41


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

masyarakat berdasarkan pedoman dari WHO/UNICEF dan

Departemen Kesehatan.

 Memperbaiki asupan gizi mikro: promosi garam beryodium;

penganekaragaman asupan makanan; fortifikasi makanan;

pemberian bil besi untuk ibu hamil; pemberian vitamin A setiap

6 bulan sekali untuk anak 6-24 bulan (atau anak 6-59 bulan

jika alokasi anggaran mencukupi), serta ibu menyusui dalam

jangka waktu 1 bulan setelah melahirkan atau masa nifas;

pemberian obat cacing.

b. Intervensi tidak langsung dengan manfaat tidak langsung

terhadap gizi (terutama melalui sektor di luar kesehatan)

3. Prioritas dan peningkatan investasi serta komitmen dalam hal gizi

untuk mengatasi masalah gizi.

Dampak ekonomi akibat kekurangan gizi pada anak-anak adalah

sangat tinggi. Kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan

hilangnya produktivitas pada masa dewasa, dan tingginya biaya

pelayanan kesehatan dan pendidikan. Ada beberapa macam bentuk

dari malnutrisi pada masa anak-anak yang dapat menyebabkan

hilangnya produktivitas mereka pada masa dewasa yang berkaitan

dengan rendahnya kemampuan kognitif. Kekurangan energi-protein

berkontribusi sebesar 10% dari hilangnya produktivitas pada masa

dewasa, kekurangan zat besi (anemia) berkontribusi sebesar 4%

dan kekurangan zat yodium sebesar 10%. Malnutrisi pada masa

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 42


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

anak-anak juga berpotensi menyebabkan hilangnya produktivitas

tenaga kerja kasar.

Investasi di bidang gizi merupakan salah satu jenis intervensi

pembangunan yang paling efektif dari segi biaya, karena memiliki rasio

manfaat-biaya yang tinggi, bukan hanya untuk individu, tetapi juga

pembangunan negara yang berkelanjutan, sebab intervensi ini dapat

melindungi kesehatan, mencegah kecacatan dan dapat memacu

produktivitas ekonomi dan menjaga kelangsungan hidup.

Sedangkan intervensi spesifik antara lain telah dilakukan oleh

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan serta Dinas

Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana melalui

program program peningkatan gizi dan pangan keluarga melalui

beberapa strategi diantaranya :

1. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui Lomba Cipta

menu B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) tingkat Kota

Sawahlunto dan Tingkat Provinsi Sumatera Barat

2. Meningkatkan ketersediaan pangan melalui pemanfaatan lahan

pekarangan berupa kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

dengan penyediaan bibit tanaman sayuran dan buah buahan di

rumah bibit serta penanaman sayuran dan buah di masing masing

lahan pekarangan.

3. Meningkatkan koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan obat gizi

(tablet besi dan kapsul vitamin A) melalui peran aktif keterpaduan

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 43


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

penyusunan rencana kebutuhan, pemantauan ketersediaan obat gizi

dan pencapaian cakupan.

4. Meningkatkan kapasitas petugas baik petugas kesehatan Ibu dan

Anak (KIA), pada ibu hamil berupa pemberian tablet besi minimal 90

tablet selama kehamilan dan pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali

selama kehamilan , pemberian makanan tambahan pemulihan pada

ibu hamil anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK).

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 44


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

BAB 5
KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN KOMPOSIT

Sebagaimana disebutkan di dalam Bab 1, bahwa kondisi

kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis secara komposit

ditentukan berdasarkan 6 indikator yang berhubungan dengan

ketersediaan pangan, akses pangan dan penghidupan, serta pemanfaatan

pangan dan gizi, yang dijelaskan secara rinci pada Bab Dua, Tiga dan

Empat. Peta kerentanan terhadap kerawanan pangan komposit (Peta 6.1)

ditetapkan melalui Analisis Pembobotan.

5.1. KONDISI KETAHANAN PANGAN

Peta komposit menjelaskan kondisi kerentanan terhadap

kerawanan pangan suatu wilayah (kecamatan) yang disebabkan oleh

kombinasi dari berbagai dimensi kerawanan pangan. Berdasarkan hasil

pembobotan, desa-desa/Kelurahan dikelompokkan ke dalam 6 prioritas.

Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang menggambarkan tingkat

kerentanan yang paling tinggi, sedangkan prioritas 6 merupakan prioritas

yang relatif lebih tahan pangan. Dengan kata lain, wilayah

(desa/kelurahan) prioritas 1 memiliki tingkat resiko kerentanan terhadap

kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan wilayah

(desa/kelurahan) lainnya sehingga memerlukan perhatian segera.

Meskipun demikian, wilayah (desa/kelurahan) yang berada pada prioritas

1 tidak berarti semua penduduknya berada dalam kondisi rawan pangan,

juga sebaliknya wilayah (desa/kelurahan) pada prioritas 6 tidak berarti

semua penduduknya tahan pangan.

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 45


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dari 37 desa/kelurahan yang

ada di Kota Sawahlunto maka didapatkan 0 (nol) desa/kelurahan

(Prioritas 1), 2 (dua) desa/kelurahan (Prioritas 2), 8(delapan)

desa/kelurahan (Prioritas 3), 18 (delapan belas) desa/kelurahan (Prioritas

4), 4 (empat) desa/kelurahan (Prioritas 5) dan 5 (lima) desa/kelurahan

(Prioritas 6).

Tabel 5.1. Sebaran Jumlah Desa/kelurahan berdasarkan Prioritas

Prioritas Jumlah Desa/kelurahan Persentase

1 0 0
2 2 5,41
3 8 21,63
4 18 48,65
5 4 10,81
6 5 13,52
Total 37

Grafik 5.1 Jumlah Desa/kelurahan Berdasarkan Prioritas

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 46


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Desa/kelurahan rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 1

tidak ada terdapat di kota Sawahunto.

Desa/kelurahan rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 2

terdapat di wilayah Kecamatan Lembah Segar (2 kelurahan) yaitu

Kelurahan Kubang Sirakuk Utara dan Kelurahan Tanah Lapang.

Gambar 5.2 Sebaran Jumlah Desa/Kel Priroitas 2 per Kecamatan


Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 3 terdapat di

wilayah Kecamatan Talawi (2 desa) yaitu Desa Sijantang Koto dan Talawi

Mudik, Kecamatan Barangin (3 desa), yaitu Desa Lumindai, Talago

Gunung dan Kelurahan Durian I Kecamatan Lembah Segar (3 desa), yaitu

desa Lunto Barat, Pasar Kubang dan Kubang Tangah.

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 47


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Gambar 5.3 Sebaran Jumlah Desa/kel Prioritas 3 Per Kecamatan

Desa tahan terhadap kerawanan pangan prioritas 4 terdapat di

wilayah Kecamatan Talawi (4 desa), Kecamatan Barangin (6 desa),

Kecamatan Lembah Segar (4 desa), Kecamatan Silungkang (4 desa).

Gambar 5.4 Sebaran Jumlah Desa/kel Prioritas 4 Per Kecamatan

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 48


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Desa tahan terhadap kerawanan pangan prioritas 5 terdapat di

wilayah Kecamatan Talawi (2 desa), Kecamatan Barangin (1 desa),

Kecamatan Lembah Segar (1 desa), Kecamatan Silungkang tidak ada.

Gambar 5.5 Sebaran Jumlah Desa/kel Prioritas 5 Per Kecamatan

Desa tahan terhadap kerawanan pangan prioritas 6 terdapat di

wilayah Kecamatan Talawi (3 desa), Kecamatan Barangin (0 desa),

Kecamatan Lembah Segar (1 desa), Kecamatan Silungkang (1 desa).

Gambar 5.6 Sebaran Jumlah Desa/kel Prioritas 6 Per Kecamatan

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 49


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

5.2. FAKTOR PENYEBAB KERENTANAN PANGAN

Desa/kelurahan rentan terhadap kerawanan pangan Prioritas 1

secara umum di Sawahlunto tidak ada . Untuk desa/kelurahan Prioritas 2

disebabkan oleh:

(1) Banyaknya rumah tangga tanpa akses ke air bersih

(2) Tingginya rasio penduduk tidak sejahtera (Keluarga Miskin)

dibandingkan jumlah penduduk

(3) Kurangnya tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah

penduduk.

(4) Kurangnya sarana prasarana ekonomi (warung, toko, rumah

makan dll penyedia pangan) terhadap jumlah rumah tangga.

Tapi hal ini masih bisa diatasi dengan :

1. Adanya akses penghubung yang telah memadai yang

memudahkan masyarakat untuk menjangkau tempat penyedia

pangan (warung , toko, pasar , rumah makan) penyedia pangan.

2. Sebagian wilayah pedesaan di kota Sawahlunto mempunyai sawah

untuk tanaman padi sehingga kebutuhan pangan (beras )nya dapat

dipenuhi dari hasil panen mereka sendiri.

3. Tidak terlalu jauhnya desa/kelurahan itu dengan pasar tradisional

warung, toko, rumah makan sebagai penyedia pangan

4. Banyak penyedia pangan berjalan (mobil menjual kebutuhan

pangan) yang masuk ke desa desa dan kelurahan.

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 50


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Desa/kelurahan rentan terhadap kerawanan pangan Prioritas 3

secara umum disebabkan oleh:

(1) Rendahnya rasio jumlah sarana dan prasarana penyedia

pangan terhadap jumah rumah tangga tetapi diimbangi

dengan luas baku sawah, infrastruktur jalan yang memadai.

(2) Tingginya rasio penduduk tidak sejahtera (Keluarga miskin)

dibandingkan jumlah penduduk.

(3) Banyaknya rumah tangga tanpa akses ke air bersih.

(4) Kurangnya tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah

penduduk. tetapi diimbangi infrastruktur jalan yang memadai.

Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 51


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

BAB 6
REKOMENDASI KEBIJAKAN

Penyebab kerentanan terhadap kerawanan pangan pada suatu

wilayah berbeda dengan wilayah lainnya, dengan demikian cara

penyelesaiannya juga berbeda. Peta ini membantu memahami keadaan

diantara wilayah (desa)/kelurahan, dan dengan demikian akan membantu

para pengambil kebijakan untuk dapat menentukan langkah-langkah yang

tepat dalam menangani isu-isu ketahanan pangan yang relevan di

wilayahnya.Secara komposit daerah yang termasuk desa/kel dengan

prioritas 1 sampai 6 adalah sebagai berikut :

Tabel 6.1 Desa/kelurahan berdasarkan prioritas

No Desa/kelurahan Desa/kelurahan Desa/kelurahan


Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3

1. Tidak ada Kubang Sirakuk Lunto Barat,


Utara
2. Tanah Lapang Pasar Kubang,
3. Kubang Tangah,
4. Lumindai,
5. Durian I,
6. Talago Gunung,
7. Sijantang Koto
8. Talawi Mudik.

No Desa/kelurahan Desa/kelurahan Desa/kelurahan


Prioritas 4 Prioritas 5 Prioritas 6

1. Silungkang Oso, Aur Mulyo, Muaro Kalaban,


2. Taratak bancah, Kolok Mudik, Pasar,
3. Silungkang Tigo, Talawi Hilir Rantih
4. Silungkang Duo, Batu Tanjung Salak.
5. Lunto Timur, Datar Mansiang
6. Kubang Utara
Sikabu,

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 52


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

7. Kubang Sirakuk
Selatan,
8. Air Dingin,
9. Balai Batu
Sandaran,
10, Saringan,
11 Lubang Panjang,
12 Durian II,
13 Santur
14 Kolok Nan Tuo.
15 Sikalang,
16 Bukik Gadang ,
17 Kumbayau
18 Tumpuk Tanhgah.

Fokus lokasi penanganan kerentanan pangan di wilayah desa

diprioritaskan pada daerah dengan Prioritas 1 sampai 3 :

Upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan ditekankan pada

penyebab utama kerentanan pangan di desa seperti digambarkan pada

diagram di bawah ini (Gambar 6.1)

Program-program peningkatan ketahanan pangan dan penanganan

kerentanan pangan wilayah kota diarahkan pada kegiatan:

a. Peningkatan penyediaan pangan serta penumbuhan dan

pengembangan kawasan di daerah non sentra produksi dengan

mengoptimalkan sumberdaya pangan lokal dan sumber pangan

lainnnya.

b. Peningkatan sarana prasarana pangan dengan memperbanyak

sarana pangan seperti warung , minimarket, toko, rumah makan

penyedia pangan.

c. Memberikan bantuan modal kepada masyarakat untuk peningkatan

sarana penyedia pangan bagi masyarakat.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 53


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

d. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam rangka

mempermudah akses pangan.

e. Penanganan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja, padat

karya, redistribusi lahan, pembangunan infrastruktur dasar (jalan, air

bersih), dan pemberian bantuan sosial, serta pembangunan usaha

produktif/UMKM/padat karya untuk menggerakan ekonomi wilayah.

f. Peningkatan akses air bersih melalui penyediaan fasilitas dan layanan

air bersih, sosialisasi dan penyuluhan.

g. Penyediaan tenaga kesehatan per desa/kelurahan yang sebanding

dengan jumlah penduduk sehingga dapat melayani masyarakat dari

aspek kesehatan atau distribusi tenaga kesehatan yang merata.

h. Pengadaan atau peningkatan sarana prasarana kesehatan.

i. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta peningkatan

pengetahuan pangan dan gizi yang baik khususnya bagi perempuan.

j. Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan dalam rangka penguatan

modal usaha untuk peningkatan sarana penyedia pangan bagi

masyarakat.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 54


Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
2022

Gambar 6.1 Kerangka Intervensi Untuk Meningkatkan Ketahanan


Pangan

Masalah Ketersediaan Pembangunan Pertanian


Pangan Penyediaan sarana dan dan Pedesaan
prasarana pangan
Keterbatasan sarana
penyediaan pangan

Masalah Akses Penyediaan Lapangan Kerja


Pangan Mempermudah akses
Peningkatan Akses
pangan
Daya beli terbatas Pangan
karena kemiskinan Jaring pengaman sosial
rumah tangga miskin
Masalah Infrastruktur
Pembangunan Perbaikan infrastrukur
Terbatasnya akses Infrastruktur Dasar (air
terhadap air bersih bersih)

Masalah Kesehatan Penyediaan Tenaga Peningkatan fasilitas dan


dan Gizi Kesehatan tenaga kesehatan

Distribusi tenaga
kesehatan yang tidak
merata

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sawahlunto 55


No. Nama Kec Kode Kec Kode Desa Nama Desa 1. P.Lahan 2. P.Sarana 3. P.Tdk Sejah 4. P.Jalan 5. P.NoWater 6. P.Tenkes PRIO KOMP

1 SILUNGKANG 1373010 1373010001 SILUNGKANG OSO 0 6 1 4 6 5 4


2 SILUNGKANG 1373010 1373010002 TARATAK BANCAH 0 5 1 4 6 2 4
3 SILUNGKANG 1373010 1373010003 MUARO KALABAN 0 6 3 4 6 3 6
4 SILUNGKANG 1373010 1373010004 SILUNGKANG TIGO 0 6 3 4 6 1 4
5 SILUNGKANG 1373010 1373010005 SILUNGKANG DUO 0 3 2 4 6 4 4
6 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020001 LUNTO BARAT 0 2 3 4 2 4 3
7 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020002 LUNTO TIMUR 0 1 2 4 3 3 4
8 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020003 PASAR KUBANG 0 3 1 4 6 1 3
9 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020004 KUBANG TANGAH 0 3 2 4 2 1 3
10 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020005 KUBANG UTARA SIKABU 0 3 4 4 2 3 4
11 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020006 PASAR 0 6 2 4 2 5 6
12 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020007 KUBANG SIRAKUK UTARA 0 4 4 4 1 1 2
13 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020008 KUBANG SIRAKUK SELATAN 0 3 3 4 2 4 4
14 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020009 AUR MULYO 0 5 4 4 2 5 5
15 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020010 TANAH LAPANG 0 2 4 4 2 1 2
16 LEMBAH SEGAR 1373020 1373020011 AIR DINGIN 0 4 4 4 2 5 4
17 BARANGIN 1373030 1373030001 LUMINDAI 0 2 1 4 1 1 3
18 BARANGIN 1373030 1373030002 BALAI BATU SANDARAN 0 5 1 4 2 1 4
19 BARANGIN 1373030 1373030003 SARINGAN 0 5 2 4 6 4 4
20 BARANGIN 1373030 1373030004 LUBANG PANJANG 0 3 4 4 6 4 4
21 BARANGIN 1373030 1373030005 DURIAN I 0 4 4 4 6 1 3
22 BARANGIN 1373030 1373030006 DURIAN II 0 3 4 4 6 5 4
23 BARANGIN 1373030 1373030007 TALAGO GUNUNG 0 1 4 4 2 3 3
24 BARANGIN 1373030 1373030008 SANTUR 0 4 4 4 6 1 4
25 BARANGIN 1373030 1373030009 KOLOK MUDIK 0 5 2 4 6 4 5
26 BARANGIN 1373030 1373030010 KOLOK NAN TUO 0 4 4 4 2 2 4
27 TALAWI 1373040 1373040001 SIKALANG 0 3 4 4 6 3 4
28 TALAWI 1373040 1373040002 RANTIH 0 6 2 4 6 3 6
29 TALAWI 1373040 1373040003 SALAK 0 6 3 4 6 2 6
30 TALAWI 1373040 1373040004 SIJANTANG KOTO 0 4 3 4 6 1 3
31 TALAWI 1373040 1373040005 TALAWI HILIR 0 5 3 4 6 5 5
32 TALAWI 1373040 1373040006 TALAWI MUDIK 0 4 4 4 6 1 3
33 TALAWI 1373040 1373040007 BUKIK GADANG 0 2 4 4 6 2 4
34 TALAWI 1373040 1373040008 BATU TANJUNG 0 5 3 4 6 2 5
35 TALAWI 1373040 1373040009 KUMBAYAU 0 3 4 4 6 4 4
36 TALAWI 1373040 1373040010 DATAR MANSIANG 0 6 4 4 6 3 6
37 TALAWI 1373040 1373040011 TUMPUK TANGAH 0 3 4 4 6 2 4

Anda mungkin juga menyukai