Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 5 Bimbingan Konseling ( 03 Juli 2023 )

Evi Rama Desi (208600096)


Nursandika (208600091)
Syifa Azkia (208600051)
Gendis Inge Pramono (208600142)
Asima Salmaera Br Manurung (208600155)
Nurfazlina (208600075)
Gita Novriani Zega (208600112)

Prognosa

AS (20) lahir di Siantar, 12 Agustus 2002. AS (20) anak ke 2 dari 5 bersaudara. AS saat
ini mahasiswa semester 6, kuliah di Universitas Medan Area, Sumatera Utara.

AS (20) bercerita jika saat SMP kelas 3 ia pernah di bully oleh teman-teman sekelasnya,
dimana saat itu AS (20) baru pindah sekolah dikarenakan mengikuti pindah tugasnya
Orangtua AS yang sebagai Pendeta.

Awal mula pembullyan, dikarenakan AS (20) langsung dimasukan ke dalam kelas


unggulan, sehingga banyak siswa yang mulai penasaran dengan AS (20).

Pembullyan berlanjut, dimana AS mendapatkan pembullyan secara verbal. Hingga


yang terparah ketika, ada satu pria yang tertarik kepada AS (20).

Dan menimbulkan kecemburuan terhadap salah satu wanita yang juga menyukai sang
pria.

Pembullyan yang dilakukan terhadap AS (20) seperti kalimat cacian dan makian,
contohnya seperti : “sok cantik” , “perebut pacar orang”, sampai ada yang melibatkan
profesi orangtua seperti, “percuma orangtua pendeta, tapi anaknya gatal sana sini”.

Bullyan yang diterima AS (20) menyebabkan ia menarik diri, selalu berfikir negatif
tentang pandangan orang sekitar terhadapnya.

Diagnosis

Berdasarkan cerita, ditarik kesimpulan diduga bahwa AS (20) kurang memiliki rasa
percaya diri. Diperkuat dengan teori Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan
diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat
mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan
mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang
diinginkan.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya rasa percaya diri
beserta nama ahli dan tahun penelitian mereka:

1. Pengalaman masa kecil: Sigmund Freud (1920)


Freud menekankan bahwa pengalaman masa kecil, terutama interaksi dengan orang tua
dan pengasuh, dapat membentuk dasar kepercayaan diri seseorang. Jika seseorang
mengalami pengalaman negatif, seperti penolakan atau pengabaian, ini dapat
mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri di masa dewasa.

2. Dukungan sosial: Albert Bandura (1977)


Bandura menyatakan bahwa dukungan sosial yang diterima seseorang dari lingkungan
sekitarnya, seperti keluarga, teman, dan masyarakat, dapat mempengaruhi tingkat
percaya dirinya. Kurangnya dukungan sosial atau interaksi negatif dengan orang lain
dapat menyebabkan kurangnya rasa percaya diri.

3. Perbandingan sosial: Leon Festinger (1954)


Festinger meneliti konsep perbandingan sosial, yang menyatakan bahwa seseorang
cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain untuk mengevaluasi
kemampuan dan nilai dirinya. Jika seseorang sering kali membandingkan dirinya
dengan orang lain yang dianggap lebih baik, ini dapat mengurangi rasa percaya dirinya.

4.Pengalaman kegagalan: Martin Seligman (1967)


Seligman mengemukakan konsep "belajar ketidakberdayaan" yang terjadi ketika
seseorang mengalami kegagalan berulang kali dan merasa tidak dapat mengendalikan
situasi atau mencapai tujuannya. Pengalaman kegagalan yang berulang dapat merusak
rasa percaya diri dan keyakinan diri seseorang.

5. Internalisasi penilaian negatif: Carl Rogers (1959)


Rogers mengemukakan bahwa kurangnya rasa percaya diri dapat terjadi ketika
seseorang internalisasi penilaian negatif dari orang lain. Jika seseorang terus-menerus
menerima kritik atau penilaian negatif, ini dapat mengurangi kepercayaan dirinya
sendiri.

Kesimpulan nya, AS (20) merasa kurang percaya diri dikarenakan perbandingan sosial
yang menyatakan bahwa seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang
lain untuk mengevaluasi kemampuan dan nilai dirinya. Ditambah dengan itu, penilaian
orang lain tentang dirinya dan menyangkut pautkan perilakunya dengan profesi yang
disandang oleh Orangtua AS (20).

Anda mungkin juga menyukai