Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS

“MENANGANI FENOMENA BULLYING DI DALAM SEKOLAH”

Nama : Ramadhania G.P


Nim : 172071000051
Email : dhania.gp15@gmail.com

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN 2018
Abstrak

Bullying bukanlah suatu fenomena yang baru di dunia anak-anak, bahkan


berabad-abad lalu banyak sekali kejadian bullying yang membuat korban menjadi
terganggu kejiwaannya bahkan bunuh diri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi wawasan : 1) apa saja faktor
yang menyebabkan terjadinya bullying? 2) dampak apa yang dapat dialami korban
bullying? 3) bagaimana cara mengatasi kejadian bullying yang ada di sekolah ?

Untuk pengumpulan data penelitian ini menggunakan kejadian langsung yang


terjadi pada teman peneliti. Peneliti mengambil kejadian langsung ini pada saat di
bangku SMA di SMAN 1 Sidoarjo. Subyek dalam penelitian ini adalah anak yang
bernama Haniya yang menjadi korban bullying di sekolah. Teknik yang di
gunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian adalah menarik kesimpulan,
analisis dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) faktor yang menyebabkan terjadinya


bullying dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal 2) dampak
yang dapat dialami korban bullying yaitu dapat mengganggu kejiwaan, korban
menjadi berkepribadian yang mudah rapuh, tidak percaya diri, mudah sedih,
bahkan pemarah, agresif, dan mengakibatkan kematian bagi yang tidak kuat akan
kejamnya bullying 3) cara mengatasi kejadian bullying di sekolah adalah dengan
menggunakan pendekatan, dengan cara bercerita, adanya peran orang tua, guru,
dan pemerintahan, dalam mentindak lanjuti bullying.

Abstract

Bullying is not a new phenomenon in the world of children, even many centuries
ago a lot of bullying events that make the victim becomes disturbed psychiatry
and even suicide.
The purpose of this study is to provide insight: 1) What are the factors that cause
the occurrence of bullying? 2) What impact can bullying victims experience? 3)
how to overcome the bullying incident in school?

For data collection this research using direct incident that happened to friend
researcher. Researchers take this direct event at high school in SMAN 1 Sidoarjo.
Subjects in this study were children named Haniya who became victims of
bullying in school. Techniques that are used for data collection in research is
drawing conclusions, analysis and observation.
The result of the research shows that: 1) the factors that cause the bullying are
divided into 2 factors, internal and external factors 2) the impact that can be
experienced by the bullying victim that can disturb the psychiatric, the victim
becomes the personality which is easy to be vulnerable, not confident, easy to sad,
even grumpy , aggressive, and death for those who are not strong in the cruelty of
bullying. 3) How to overcome the bullying in schools is to use the approach, by
telling stories, the role of parents, teachers, and government, in following up
bullying.

A. Pendahuluan

Bullying dikenal sebagai masalah sosial yang terutama ditemukan di


kalangan anak-anak sekolah. Dalam bahasa yang kita sering mendengar
istilah pengolok-olokan, hinaan, pengucilan, penggertakan atau juga
senioritas. Meskipun tidak mewakili suatu tindakan kriminal, bullying
dapat menimbulkan efek negatif tinggi yang dengan jelas membuatnya
menjadi salah satu bentuk perilaku agresif (Duncan, 1999). Banyak para
ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai bullying. Seperti
pendapat Olweus (1993) dalam pikiran rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can
consist of any action that is used to hurt another child repeatedly and
without cause”. Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalah
gunaan kekuatan/ kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok
.1Bullying merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa lain
secara terus-menerus dan tanpa sebab. 2Bullying
berasal dari kata bahasa inggris bully yang artinya gertak, menggertak,
atau mengganggu sedangkan makna luas dari bullying (Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio : 2001)3.
Bullying di sekolah atau biasanya dalam di segala aspek hidup dapat kita
temukan, dan yang dapat kita temui di sekolah. Bullying dapat
dikategorikan sebagai perilaku antisosial atau misconduct behavior
(Jenkins, 1995; Morton 1999)4 dalam kasus bullying dapat melibatkan
unsur yang saling berkaitan Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan
bahwa bullying akan selalu melibatkan keempat unsur :

1. Ketidakseimbangan kekuatan (imbalance power). Bullying bukan


persaingan antara saudara kandung, bukan pula perkelahian yang
melibatkan dua pihak yang setara. Pelaku bullying bisa saja orang yang
lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi
secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda;
2. Keinginan untuk mencederai (desire to hurt). Dalam bullying tidak ada
kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan dalam pengucilan
korban. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka
fisik, melibatkan tindakan yang dapat melukai, dan menimbulkan rasa
senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan korbannya;
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Bullying tidak dimaksudkan sebagai
peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau cenderung
diulangi;
4. Teror. Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bullying semakin
meningkat. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk

1
Tim Yayasan SemaiJiwa Amini.2008.Bullying : Panduan Bagi Orang Tua dan Guru.Jakarta : PT
Grasindo, hlm 2
2
http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html
3
Safitri ,Dwi Retno. 2014. Bullying. Diambil dari :
https://www.academia.edu/10078242/BULLYING_faktor-
faktor_penyebab_bullying_dan_solusi_mengatasi_bullying
4
Nissa, Adilla.2009. Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta : Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol. 5, No. I : 56-66.
mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara
untuk mencapai bullying tapi juga sebagai tujuan bullying.5

Dapat kita ketahui bullying menimbulkan berbagai efek negatif yang


tidak baik bahkan menyebabkan hal yang tidak diinginkan terjadi.

Yang menjadi tujuan utama pembahasan di studi kasus ini sebagai berikut
: 1) apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya bullying? 2) dampak apa
yang dapat dialami korban bullying? 3) bagaimana cara mengatasi
kejadian bullying yang ada di sekolah ?

B. Pembahasan

1. Latar Kasus
Perkenalkan namaku Ramadhania, aku ingin bercerita tentang
bullying disaat aku sekolah, Pada saat duduk di bangku SMA, tepatnya
kelas X, saya memiliki teman yang belum terlihat jelas sifat dan tingkah
lakunya terhadap teman sekitar, dia bernama Haniya Timor Firmanto. Jadi,
awalnya Haniya memiliki teman yang banyak dan teman dekat juga,
teman dekatnya ini bernama Agnes, dia ke kantin selalu bersama, apa-apa
selalu bersama, dan di suatu hari aku melihat mereka tidak sama-sama
lagi, bahkan Agnes menjauh,

Akhirnya aku bertanya “nes, kenapa kok jauh sekarang sama


Haniya?” dan Agnes pun menjawab “lihat deh, chatnya dia ke aku, kayak
gimana gitu, kan temen itu banyak dhan, masa’ dia gantungin aku terus,
dan ngetik yang gak jelas sampai aku jijik sendiri”

Dari situ temen-temen lain pun juga ikut bertanya, akhirnya semua
tau kalau Haniya itu aneh, terlalu lebay, dan gak seperti temen lainnya,
dari situ banyak banget argumen dari temen-temen kalau Haniya patut
buat di jauhin bahkan disakitin secara jiwanya.

5
http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html
Kita dari sekelas bener-bener kejam sih kalau bully nya, kalau pas
anak cewek ngumpul, Haniya dateng kita pada pergi, ya tau lah masih
kelas X dan itu masih kebawa sifat SMP nya, dan pas di kantin rame-rame
banget sekelas, kita pada bikin video tingkah laku Haniya yang aneh itu,
bahkan kita ketawa bareng padahal itu ada anaknya lagi lewat *sumpah ini
menyayat hati banget kalau kita di posisi Haniya*

Terus ada cerita dari temen kalau pas acara sekolah, Haniya deket-
deket ke salah satu temen, dan duduk disebelahnya, tapi dia ngerasa kalau
tangannya dipegang secara perlahan, dan temenku ini risih akhirnya dia
pergi dan ninggalin Haniya sendiri, mereka berasumsi kalau Haniya lesbi
*sumpah ini parah gak sih *

Kita gak tau seberapa stress nya Haniya kalau dia diginiin terus,
akhirnya semester 2 dia jarang banget sekolah, ya anak-anak pun biasa aja
gak mau tau dan gak mau tanya dia kenapa gak sekolah,

Setelah itu, wali kelas pun ikut campur tangan karena orang tua
Haniya curhat tentang masalah anaknya di sekolah, dan wali kelas kita
adalah Bu Ruci.
Bu Ruci ini bener-bener marah ke kita, kok bisa Haniya gak masuk
grgr ada masalah di kelas, akhirnya kita pun saling curhat, dan Bu Ruci
pun paham apa yang kita sampaikan, lalu Bu Ruci mengabari BK agar
ditindak lanjuti.
Setelah BK mengetahui, BK pun ingin juga mendengarkan dan
mencari tahu apa yang terjadi di dalam kelas kami, kita pun menjelaskan
kalau Haniya begini begitu, akhirnya pun BK menelpon orang tuanya,
untuk mengetahui ada apa sebenarnya yang terjadi kepada Haniya,
akhirnya orang tua Haniya datang untuk menemui BK dan menjelaskan
juga apa yang dilakukan kami terhadap anaknya, lalu guru BK pun
esoknya menemui kami di kelas, dan memberi kami arahan agar tidak
melakukan tindakan bullying terhadap Haniya, saat itu aku juga
memikirkan kembali posisi Haniya, dan merasa kasihan kepada Haniya,
akhirnya kami pun mulai menyadari tapi ada beberapa yang masih merasa
jijik dengan sikap Haniya. Apa lagi dengan geng yang hits di kelas,
mereka tidak mau mendekati Haniya. Dalam beberapa hari Haniya juga
tidak mau mengubah sikapnya, sama seperti biasanya, tidak mau ngobrol
kalau tidak ada yg mengawali, aneh. Akhirnya kami kembali menjauhi dia,
karena tidak nyambungnya Haniya dengan kami.

Setelah itu, Haniya pun juga sepertinya stress, dia tidak masuk lagi,
dan orang tuanya menelpon Agnes untuk memberitahu kan bahwa ingin
pergi ke rumahnya, akhirnya orang tua Haniya sampai di rumah Agnes,
dan menangis meminta untuk mengembalikan senyum anaknya, dan
jangan bilang anak saya “lesbi dan aneh”, karena dirumah dia anaknya
ceria, suka menggambar, tidak pernah murung, tetapi sekarang berubah dia
menjadi anak yang bukan saya kenal, dia menjadi suka menangis, murung,
dan Agnes diminta untuk berteman kembali dengan Haniya, Agnes pun
akhirnya menemani Haniya, tapi itu tidak bertahan lama, karena anak
seperti Haniya menurut aku memiliki sifat yang tidak bisa bersosial, tidak
nyambung, dan akhirnya teman-teman pun malas berbicara dengan
Haniya.

1 tahun dia berjuang untuk menahan segala emosi di dalam


hatinya, kemudian naik kelas 11, dan dibolehkan untuk pindah kelas,
Haniya pun memilih kelas lain untuk membuka lembaran baru, tapi
sayangnya salah satu temanku membocorkan keanehan Haniya. Pada
akhirnya Haniya dihindari teman-teman di kelas barunya, dia sendiri lagi,
tapi dia juga berusaha berbaur dengan yang lainnya. Tetapi aku merasa
bahwa 1 sekolah sudah tau keanehan dia, bahkan di dalam ekstrakulikuler
yang dia minati,
Pada akhirnya pun kami sekelas ada yang merasa bersalah dan ada
yang tidak, pada saat mau UN, beberapa dari kami meminta maaf atas
masa lalu nya yang kami bully dulu.

2. Faktor yang menyebabkan terjadinya bullying


Dari kejadian bullying ada 2 faktor yang dapat disimpulkan yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal biasanya dari dalam diri pelaku atau korban
yang terjadi dalam diri mereka, biasanya korban memiliki
kekurangan yang membuat sekitarnya merasa risih, atau
sifat mereka (korban) yang berbeda dari teman lainnya,
tingkah laku manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh
kekuatan psikologis, naluri-naluri irasional yang memang
sudah ada sejak semula pada setiap diri individu6. Naluri
naluri irasional ini terjadi di dalam karakter seseorang,
dalam hal ini perlu diperhatikan di dalam lingkup keluarga
dalam memberikan karakter untuk anak agar siap dan bisa
menyesuaikan ke dalam lingkup masyarakat. Menurut
Slamet Santoso, peer group adalah kelompok anak sebaya
yang sukses dimana ia dapat berinteraksi 7Permasalahan
remaja pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks
yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari
keadaan remaja itu sendiri, yaitu berkaitan dengan masalah
pertumbuhan fisik, biologis serta perkembangan psikis
remaja yang sedang mengalami banyak perubahan (masa
transisi), selanjutnya sumber masalah yang terjadi dapat
berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan
sekolah, Garner (dalam Argiati,2010).8

6
Fariyatul, E. 2016. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sidoarjo : UMSIDA Press, hlm 23
7
Slamet Santosa, Dinamika Kelompok, (Bumi Aksara, Edisi Revisi, Jakarta, 2004), 82
8
Masitah serta Irna Minauli. HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN PERILAKU
BULLYING. Diambil dari : file:///C:/Users/User/Downloads/778-2053-2-PB.pdf 9 Juni 2018
Bullying itu disebabkan oleh beberapa alasan, pastinya
menyangkut tentang masalah psikologis,keyakinan,
ketakutan, perilaku dan tujuan karir. Alasanatau penyebab
bisa dikarenankan permusuhan dan rasa kesal diantara
pertemanan bisa memicu seseorang melakukan tindakan
bullying. Juga karena rasa kurang percaya diri dan mencari
perhatian apabila seseorang kekurangan percaya diri
seringkali selalu ingin diperhatikan, salah satunya adalah
dengan melakukan tindak bullying, dengan melakukan
tindakan bullying dalam dirinya akan merasakan rasa puas
karena dia mengganggap bahwa dialah yang kuat dan
dominan.9 Dari sinilah pelaku semakin berani untuk
menyakiti dan melumpuhkan korban, dan akibat dominan,
bisa jadi dalam kelangsungan bullying pelaku dapat
memanggil teman-teman yang memiliki peran dalam
terjadinya bullying.

Terjadinya bullying di sekolah menurut Salmivalli dan


kawan-kawan (dalam Ehan) merupakan proses dinamika
kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-
peran tersebut adalah bully, asisten bully,reinfocer,
defender, dan outsider.
a. Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin,
berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.
b. Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying,
namun ia cenderung begantung atau mengikuti perintah
bully.
c. Rinfocer adalah mereka yang ada ketika kejadian
bullying terjadi, ikut menyaksikan, mentertawakan
korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk

9
Rochma, Haidarrotur serta Wiryo Nuryono.2017. PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN
KETERAMPILAN PENCEGAHAN BULLYING. Volume 7 Nomor 3 , 32-39 9 Juni 2018
menonton dan sebagainya.
d. Defender adalah orang-orang yang
berusaha membela dan membantu korban, sering kali
akhirnya mereka menjadi korban juga.
e. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu
terjadi, namun tidak melalukan apapun, seolaholah
tidak peduli.10
Bullying adalah sebuah siklus dalam artian pelaku saat ini
kemungkinan besar adalah korban dari pelaku bullying
sebelunmnya. Ketika menjadi korban mereka membentuk
skema kognitif yanhg salah bahwa bullying bisa
dibenarkan.Bullying juga karena ingin menu jukkan bahwa
ia punya kekuatan, atau ingin mendapat kepuasan, iri
hati.11

Lalu, faktor eksternal :


Faktor eksternal, faktor yang mempengaruhi dari luar,
dalam kasus bullying, faktor eksternal bisa terjadi dalam
lingkungan sekolah, di dalam lingkungan sekolah yang
terlibat bisa jadi teman, dan guru.
Teman memiliki peran yang mempengaruhi perkembangan
anak dalam pergaulannya, memberikan semangat,
memberikan rasa yang dianggap berada, dan memberikan
pengaruh agar dapat mengenal banyak sifat dan karakter
seseorang. Akan tetapi, bila teman memiliki rasa yang
kurang menghargai perbedaan, dan korban memiliki
perbedaan dari orang yang biasa dia temui, mungkin
bullying akan terjadi, korban akan dipaksa merubah
sikapnya bahkan harus menyesuaikan tuntutan dari pelaku

10
Pramudia,R serta Silvia Yula.2016.Perilaku Bullying di Sekolah. Vol. 1 No. 1. Diambil dari :
http://upy.ac.id/ojs/index.php/gjbk/article/viewFile/885/802 (9 Juni 2018)
11
Ehan. 2014. Bullying dalam Pendidikan.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032-
EHAN/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN.pdf. 9 Juni 2018
bullying. Guru pun juga dapat secara tidak langsung atau
langsung bisa membully siswanya sendiri, walaupun yang
kita ketahui guru adalah sosok pencerah bagi dunia
pendidikan, tetapi jika guru tidak memiliki sikap yang
profesional dan berbudi luhur dalam sikapnya, dalam
mengajari siswanya mungkin terlontar kata-kata yang tidak
baik untuk siswanya, dan ini adalah salah satu bullying non
verbal, yang dapat didengar oleh pendengaran, bisa
berwujud memaki, meghina,menjuluki, meneriaki, dan
mempermalukan.
3. Dampak akibat dari bullying
Dampak dari bullying sering kali di remehkan bahkan dihiraukan
untuk tidak ditindak lanjuti Berikut dampak dari bullying menurut
Zapf dan Einarsen dalam Karabulut (2016): “Bullying cause serve
health problems for victims such as anger, anxiety, sleep disorder,
fatigue, concentration disorder, depression and somatic
disorders.”12
"Penindasan menyebabkan masalah kesehatan bagi
korban seperti kemarahan, kecemasan, gangguan tidur,
kelelahan, gangguan konsentrasi, depresi dan
gangguan somatik."
Dari bullying kita juga dapat membayangkan dampak yang korban
alami, yang bisa dilihat, sering kali mereka murung, tidak
konsentrasi, pendiam, tidak berinteraksi, lebih memilih
menyendiri, menangis, melamun, tetapi ada juga yang masih
tersenyum walau dihati mereka tersayat-sayat bagaikan pisau
menancap di dalam hatinya, yang lebih parah ada yang sampai
bunuh diri akibat bullying.

12
Rochma, Haidarrotur serta Wiryo Nuryono.2017. PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN
KETERAMPILAN PENCEGAHAN BULLYING. Volume 7 Nomor 3 , 32-39 7 Juni 2018
Solusi
a) Mengubah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya
Dalam artian mengubah, bukan berarti mengubah apa yang
sudah melekat di diri kita, semisal sifat, kadang sifat bisa
diterima dalam lingkup sosial, tetapi ada juga sifat yang
harus kita ubah karena tidak sesuai dengan semestinya.
Sifat yang semisal kita masih berdiri teguh dan berprinsip
“ini sifatku saya apa adanya” menurut saya kalau semisal
tidak wajar dalam lingkup sosial, kita harus mengubahnya
menjadi lebih baik lagi, kalau semisal dalam bersosial kita
ingin disesuaikan dengan orang lain, kita juga harus belajar
menyesuaikan diri dengan orang lain.
b) Mulai dari keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai
kebiasaan yang baik tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu
kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang
penting utamanya hal-hal yang bersifat religiu rasio
mendominasi pelakunya.13 Di keluarga pembelajaran anak
tentang bersosialisasi harus dikembangkan, contohnya
dalam berkenalan dengan orang, apa yang harus dilakukan
terlebih dahulu, anak diberi kesempatan untuk
menceritakan segala apa yang sudah dilakukan pada hari
itu, agar anak terbuka dengan apa masalah yang dihadapi.

13
TIrtarahardja, U serta La Sulo.2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
c) Guru harus bertindak dalam kasus bullying
Guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan yang
mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan
dari setiap siswa. Peranan guru adalah membimbing,
memandu, menyarankan, dan memberikan keleluasaan bagi
siswa untuk bereksperimen, mengajukan pertanyaan,
mencoba-coba sendiri hal-hal yang belum dapat mereka
pecahkan.14 Salah satu bentuk profesional guru tersebut
adalah keterampilan guru dalam pembelajaran yang
merupakan keahlian dan kemampuan serta keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya. Dapat juga dikatakan guru tersebut
telah terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidang pembelajaran. Dalam hal
pembelajaran guru harus memberikan budi luhur yang baik
agar anak didik dapat mencontoh sikap yang baik dalam
diri seorang guru. Sehingga kejadian bullying akan
terminimalisir, guru juga dituntut speak up ketika ada anak
yang memiliki ciri-ciri dibully, guru harus tahu tindakan
apa yang harus ia lakukan, bukan malah diam dan tidak
mau tahu, guru sekarang menurut saya hanya
mengharapkan uang dan tpp, tidak ada tujuan ikhlas dalam
hatinya, ikhlas hanya dengan anak-anak yang berkembang
baik. Bagaimana dengan yang tidak berkembang baik ? apa
diremehkan? Haruskah seperti itu ? bahkan ada yang
menyalahkan anak didik atau korban bully karena tidak bisa
bergaul dan tidak dituntaskan permasalahan bullying
tersebut, akibatnya banyak korban yang trauma.

14
Yewangoe, A.A, dkk. Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru. Vol.4 no 4.
Diambil dari : http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No04-IV-
Juli2005.pdf#page=82 9 juni 2018
C. Kesimpulan
Bullying adalah tindakan kejahatan yang berwujud ejekan,
kekerasan dalam fisik, dapat merenggut kebahagiaan seseorang bahkan
jiwa.
Di bullying, faktor-faktor yang menjadikan bullying terjadi adalah
adanya karakter yang rusak dalam diri korban maupun pelaku. Bisa jadi
faktor teman dan guru, faktor teman bisa berupa karena iri, tersaingi, tidak
mau di no duakan, harus menjadi yang pertama, biasanya teman akan
berusaha menghasut teman lainnya untuk menjatuhkan target bila dia
dominan dan kuat. Faktor guru juga bisa terjadi, dan bahkan sering tanpa
mereka sadari, dengan berdasarkan untuk mengasah mental anak didik,
menurut saya itu tidak baik, mungkin sekarang mencontohkan hal yang
baik dalam perilaku sudah sangat baik dalam memperbaiki karakter anak
didik.
Dampak yang didapat ialah menjadikan korban ketakutan, sedih
berlebihan, tidak bersemangat, malas sekolah, dll.
Solusi yang dapat diberikan berawal dari diri sendiri, lalu keluarga,
dan pihak sekolah.

D. Saran
Untuk mencegah terjadinya bullying, bisa menggunakan metode
pembelajaran yang mendidik dan terupdate :
1. Pendekatan yang berpusat pada anak (student centerd) adalah suatu
kegiatan belajar dimana terjadi interaksi dinamis antara guru dan
anak atau antara anak dengan anak-anak lainnya. Secara spesifik
pembelajaran berpusat pada anak bertujuan untuk :
1) mengembangkan kemampuan anak secara alamiah sesuai
dengan tingkat perkembangannya, 2) berusaha membuat anak
bebas dan aman secara psikologis sehingga anak senang belajar di
sekolah (Nurani, 2010:20)15

15
Eni, F.2011. Efektivitas Media Cerita Bergambar Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Siswa. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Surabaya.
2. Metode mendidik anak ala Nabi
Agama Islam dalam menawarkan ajaran-ajaran moralnya
mempunyai cara-cara yang bijaksana dengan menjadikan iman
16
sebagai pondasi dan sumber moral utama. Dan ini disarankan
menerapkan metode mendidik anak ala Nabi yang bisa mencegah
terjadinya bullying.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Bukhari dalam kitab al-Adab al-
Mufrad. Dari Ibnu Abbas Radiyallahu„anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wa Salam bersabda, “Ajarilah, permudah,
jangan engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan engkau beri
ancaman. Apabila salah seorang diantara kalian marah, maka
diamlah.” (Shahih al-jami” ashShaghir, nomor 4027). Tujuan
pendidikan Akidah Akhlak adalah sudah tercantum jelas dalam
tujuan pendidikan agama Islam, yakni membentuk akhlakul
karimah yang merupakan manfaat dalam jiwa anak didik, sehingga
anak terbiasa bertindak dan berperilaku secara rohaniah dan
insaniah yang tergantung pada moralitas keagamaan tanpa
memperhitungkan keuntungan materialnya.17

16
Fahyuni, E.F serta Adi Bandono.2016. Pengembangan Media Cerita Bergambar Sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar. Vol 14 no 1 April 2016. Diambil dari :
file:///C:/Users/User/Downloads/7469-24794-1-PB%20(1).pdf
17
Ibid.
In a broader context, Faizah (2009) stated that the use of picture
story media is effective to improve value education (honesty,
patience, and obedience to worship) and other abilities. Value
education prepares students to be an independent individual since
they are able to think, discover, and create something new, as well
as to face a problem and find rationale and responsible solution
towards it.18

Dalam konteks yang lebih luas, Faizah (2009) menyatakan


bahwa penggunaan media cerita bergambar efektif untuk
meningkatkan pendidikan nilai (kejujuran, kesabaran, dan
kepatuhan untuk beribadah) dan kemampuan lainnya.
Pendidikan nilai mempersiapkan siswa untuk menjadi individu
yang mandiri karena mereka mampu berpikir, menemukan, dan
menciptakan sesuatu yang baru, jugauntuk menghadapi masalah
dan menemukan solusi rasional dan bertanggung jawab
terhadapnya.

18
Fahyuni, E.F serta Adi Bandono.2017. The use of value clarification technique-based- picture
story media as an alternative media to value education in primary school. Vol 17 no 1. 2017. 68-
74. Diambil dari : file:///C:/Users/User/Downloads/7469-24794-1-PB%20(1).pdf
Daftar Pustaka

Tim Yayasan SemaiJiwa Amini.2008.Bullying : Panduan Bagi Orang Tua dan


Guru.Jakarta : PT Grasindo, hlm 2

http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html

Safitri ,Dwi Retno. 2014. Bullying. Diambil dari :


https://www.academia.edu/10078242/BULLYING_faktor-
faktor_penyebab_bullying_dan_solusi_mengatasi_bullying

Nissa, Adilla.2009. Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying Pelajar


di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol. 5,
No. I : 56-66.
http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html

Fariyatul, E. 2016. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sidoarjo : UMSIDA Press,


hlm 23

Slamet Santosa, Dinamika Kelompok, (Bumi Aksara, Edisi Revisi, Jakarta, 2004),
82

Masitah serta Irna Minauli. HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN IKLIM


SEKOLAH DENGAN PERILAKU BULLYING. Diambil dari :
file:///C:/Users/User/Downloads/778-2053-2-PB.pdf 9 Juni 2018

Rochma, Haidarrotur serta Wiryo Nuryono.2017. PENGEMBANGAN BUKU


PANDUAN KETERAMPILAN PENCEGAHAN BULLYING. Volume 7 Nomor
3 , 32-39 9 Juni 2018

Pramudia,R serta Silvia Yula.2016.Perilaku Bullying di Sekolah. Vol. 1 No. 1.


Diambil dari : http://upy.ac.id/ojs/index.php/gjbk/article/viewFile/885/802 (9 Juni
2018)

Ehan. 2014. Bullying dalam Pendidikan.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032
-EHAN/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN.pdf. 9 Juni 2018

Rochma, Haidarrotur serta Wiryo Nuryono.2017. PENGEMBANGAN BUKU


PANDUAN KETERAMPILAN PENCEGAHAN BULLYING. Volume 7 Nomor
3 , 32-39 7 Juni 2018

TIrtarahardja, U serta La Sulo.2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Yewangoe, A.A, dkk. Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru.
Vol.4 no 4. Diambil dari : http://bpkpenabur.or.id/wp-
content/uploads/2015/10/jurnal-No04-IV-Juli2005.pdf#page=82 9 juni 2018
Eni, F.2011. Efektivitas Media Cerita Bergambar Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Siswa. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Dakwah. Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Surabaya.

Fahyuni, E.F serta Adi Bandono.2016. Pengembangan Media Cerita Bergambar


Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar. Vol
14 no 1 April 2016. Diambil dari :
file:///C:/Users/User/Downloads/7469-24794-1-PB%20(1).pdf

Fahyuni, E.F serta Adi Bandono.2017. The use of value clarification technique-
based- picture story media as an alternative media to value education in primary
school. Vol 17 no 1. 2017. 68-74. Diambil dari :
file:///C:/Users/User/Downloads/7469-24794-1-PB%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai