Anda di halaman 1dari 29

Nama : guntur sabdo prianto

Nim : 21090000088
Kelas : psikologi B

Abstrak
Studi ini menyelidiki fenomena alturisme dengan fokus pada motivasi yang mendasarinya,
faktor-faktor psikologis dan sosial yang mempengaruhinya, serta dampaknya pada individu dan
masyarakat. Melalui serangkaian eksperimen dan survei, kami mengeksplorasi variasi dalam ekspresi
alturisme dan mencoba mengidentifikasi pola motivasional yang mendorong tindakan sukarela. Hasil
penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika alturisme, memberikan dasar bagi
pemahaman lebih baik tentang perilaku pro-sosial dalam konteks berbagai situasi. Implikasi praktis dari
temuan ini juga dibahas dalam konteks pengembangan intervensi sosial dan pembentukan kebijakan
masyarakat yang berfokus pada pendorong positif dari alturisme.

Introduction
Alturisme, sebagai konsep psikologis dan sosiologis, telah menjadi pusat perhatian dalam
beberapa dekade terakhir. Dalam literatur ilmiah, alturisme didefinisikan sebagai perilaku sukarela yang
dilakukan untuk kepentingan orang lain tanpa memperhatikan keuntungan pribadi. Meskipun konsep ini
telah menjadi fokus penelitian yang signifikan, masih terdapat kebutuhan untuk memahami lebih lanjut
tentang faktor-faktor yang mendorong dan memoderasi perilaku altruistik.
Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa motivasi individu untuk berperilaku
altruistik dapat bervariasi tergantung pada konteks sosial, nilai-nilai pribadi, dan faktor-faktor psikologis
lainnya. Selain itu, dampak alturisme pada kesejahteraan individu dan masyarakat juga menjadi fokus
perhatian yang semakin meningkat.
Meskipun terdapat pemahaman yang meningkat tentang aspek-aspek tertentu dari alturisme,
masih ada kekurangan pengetahuan dalam hal pemahaman holistik tentang dinamika dan faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut
motivasi, faktor-faktor pendorong, dan dampak perilaku altruistik, dengan harapan memberikan
pemahaman yang lebih mendalam dan memberikan kontribusi pada perkembangan teori dan aplikasi
praktis dalam bidang ini.

Metode
1. Penentuan Ruang Lingkup (Scope Definition):
 Tetapkan batasan dan ruang lingkup dari tinjauan pustaka Anda. Jelaskan parameter
waktu, ruang lingkup geografis, dan aspek-aspek lain yang relevan dengan topik
penelitian.
2. Pencarian Informasi (Information Retrieval):
 Gunakan basis data akademis, perpustakaan daring, jurnal ilmiah, dan sumber informasi
terpercaya lainnya untuk mencari literatur yang relevan.
 Gunakan kata kunci dan frasa terkait dengan topik penelitian Anda untuk
mengoptimalkan hasil pencarian.
3. Seleksi Literatur (Literature Selection):
 Pilih literatur yang paling relevan dengan tujuan penelitian Anda.
 Evaluasi kualitas dan keandalan sumber-sumber tersebut, termasuk mempertimbangkan
metode penelitian yang digunakan dalam literatur tersebut.
4. Penganalisisan Literatur (Literature Analysis):
 Identifikasi temuan utama dan pola-pola yang muncul dari literatur yang Anda pilih.
 Kategorikan literatur berdasarkan tema atau konsep tertentu.
 Bandingkan dan kontraskan pendekatan dan temuan dari berbagai penelitian.
5. Penyusunan dan Penulisan:
 Susun dan organisasikan literatur dengan cara yang logis dan sistematis.
 Identifikasi kesenjangan pengetahuan (gaps) dalam literatur yang dapat diisi oleh
penelitian Anda.
 Tulis tinjauan pustaka dengan merinci ringkasan dan sintesis literatur yang relevan.
6. Kritik dan Evaluasi:
 Kritik secara kritis literatur yang Anda ulas. Pertimbangkan kekuatan dan kelemahan
masing-masing studi.
 Jelaskan relevansi setiap literatur dengan pertanyaan penelitian Anda.
7. Pembaharuan Periodik:
 Tinjau dan perbarui literature review Anda secara berkala seiring berjalannya waktu atau
jika ada perkembangan baru dalam penelitian.
8. Penyusunan Daftar Pustaka:
 Sertakan daftar pustaka yang lengkap dan akurat sesuai dengan gaya penulisan yang
diinginkan.
Hasil dan diskusi
A
1.

JUDUL STEREOTIP PIDIE KRIET TERHADAP


PERILAKU ALTRUISME
PENULIS  Akhir Amna.
 Ruhul Aflah.
 Afiyatul, N, A.

TAHUN Volume 05 Nomor 02, 2020


Metode dan sampel penelitian  Makalah penelitian tidak memberikan
rincian spesifik tentang metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini.
Namun, ini menunjukkan bahwa
penelitian dilakukan dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel
insidental untuk memilih 116 siswa dari
Pidie untuk penelitian .
 Makalah ini juga menyarankan bahwa
peneliti masa depan harus
mempertimbangkan menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam tentang dinamika psikologis subjek
yang terkait dengan stereotip “Pidie
Kriet” dan altruisme. Dianjurkan untuk
mengeksplorasi variabel seperti lamanya
migrasi, religiusitas, dan ciri-ciri
kepribadian, serta melibatkan populasi
yang lebih beragam untuk memperkaya
temuan penelitian

Hasil  Temuan penelitian menunjukkan korelasi


negatif yang signifikan antara stereotip
“Pidie Kriet” dan perilaku altruisme pada
siswa dari Pidie, Aceh, Indonesia
(p=0,014, r=-0.227).
 Hasilnya menunjukkan bahwa seiring
dengan meningkatnya stereotip “Pidie
Kriet”, tingkat perilaku altruisme
menurun di antara siswa dari Pidie.
 Namun, penting untuk dicatat bahwa
korelasi antara stereotip dan perilaku
altruisme relatif rendah (22%) .
 Studi ini juga mengungkapkan bahwa,
secara umum, siswa dari Pidie
menunjukkan perilaku altruistik tingkat
tinggi dan stereotip rendah “Pidie Kriet” .
 Temuan penelitian menyiratkan bahwa
stereotip “Pidie Kriet” tidak secara
signifikan mempengaruhi perilaku
altruisme siswa dari Pidie

Gap/kebaharuan  Sumber yang disediakan tidak secara


langsung membahas kesenjangan atau
pembaruan topik penelitian “stereotip
Pidie Kriet” dan hubungannya dengan
perilaku altruisme pada siswa dari Pidie.
 Makalah penelitian berfokus pada
pembentukan korelasi negatif antara
stereotip “Pidie Kriet” dan perilaku
altruisme pada siswa dari Pidie, tetapi
tidak membahas kesenjangan atau
peluang spesifik untuk penelitian lebih
lanjut di bidang ini.
 Sumber kedua menunjukkan bahwa
peneliti masa depan dapat memperdalam
pemahaman mereka tentang dinamika
psikologis subjek dengan menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dan
mengeksplorasi variabel seperti migrasi,
religiusitas, dan ciri-ciri kepribadian. Ini
juga merekomendasikan melibatkan
populasi yang lebih beragam untuk
memperkaya temuan penelitian.
 Namun, tidak ada sumber yang
memberikan informasi spesifik tentang
pembaruan atau potensi untuk penelitian
masa depan tentang topik ini.

Saran /rekomendasi
 Penelitian masa depan tentang stereotip
“Pidie Kriet” dan hubungannya dengan
perilaku altruisme dapat mengambil
manfaat dari menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang
dinamika psikologis subjek.
 Menjelajahi variabel tambahan seperti
pengaruh menjadi migran, durasi migrasi,
religiusitas, dan ciri-ciri kepribadian dapat
memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang hubungan antara
stereotip dan perilaku altruisme.
 Melibatkan populasi yang lebih beragam,
di luar hanya siswa, dan
mempertimbangkan kelompok usia yang
berbeda dapat membantu
menggeneralisasi temuan dan membuat
mereka lebih mewakili populasi
keseluruhan di Pidie.
 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan
ukuran sampel yang lebih besar dan
populasi yang bervariasi akan
meningkatkan validitas dan keandalan
temuan.

2.

JUDUL RESILIENSI DAN ALTRUISME PADA


RELAWAN BENCANA ALAM

PENULIS Gloria Gabriella Melina


Aully Grashinta
Vinaya

TAHUN Jurnal Psikologi Ulayat, Edisi I/Desember 2012

Metode dan sampel penelitian  Penelitian ini menggunakan pendekatan


kuantitatif dan menggunakan konsep studi
korelasi deskriptif korelasi momen
produk Pearson untuk menentukan
hubungan antara altruisme dan ketahanan
pada relawan bencana.
 Peserta dalam penelitian ini adalah 100
sukarelawan yang merupakan anggota
Organisasi Non-Pemerintah (LSM).
 Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel non-probabilitas
yang tidak disengaja, di mana individu
dipilih sebagai sampel berdasarkan faktor
atau karakteristik yang telah ditentukan
oleh peneliti.
 Penelitian ini dilakukan dengan relawan
bencana di Jakarta Selatan dan Bogor,
berusia antara 20 dan 40 tahun.

Hasil
 Studi ini menemukan korelasi positif dan
signifikan antara ketahanan dan altruisme
pada sukarelawan bencana (r = .448, p
<.01).
 Semakin tinggi ketahanan, semakin tinggi
altruisme, dan sebaliknya, semakin
rendah ketahanan, semakin rendah
altruisme yang ditunjukkan oleh
sukarelawan bencana alam.
 Penelitian mendukung temuan Rushton
dan Allen (1983) bahwa sukarelawan
memiliki karakteristik altruistik dan
menyoroti pentingnya ketahanan sebagai
karakteristik bagi sukarelawan bencana.

Gap/kebaharuan  Sumber yang disediakan tidak secara


eksplisit menyebutkan kesenjangan yang
teridentifikasi dalam penelitian tentang
hubungan antara altruisme dan ketahanan
pada sukarelawan bencana.
 Fokus penelitian tampaknya adalah
membangun korelasi positif dan
signifikan antara altruisme dan ketahanan
pada sukarelawan bencana, daripada
mengidentifikasi kesenjangan dalam
literatur atau penelitian yang ada.
 Oleh karena itu, berdasarkan sumber yang
disediakan, tidak ada kesenjangan spesifik
yang disebutkan dalam penelitian tentang
topik ini.

Saran /rekomendasi  Melakukan penelitian pada beberapa


organisasi kemanusiaan di berbagai kota
untuk memperluas ruang lingkup
penelitian dan meningkatkan generalisasi.
 Memodifikasi alat pengukuran untuk
ketahanan dalam penelitian masa depan
untuk meningkatkan validitas dan
keandalannya, seperti dengan
menambahkan lebih banyak item ke
kuesioner ketahanan.
 Selidiki perbedaan altruisme di antara
relawan bencana berdasarkan jenis
kelamin.
 Memberikan rekomendasi praktis bagi
relawan untuk memahami proses
psikologis yang terkait dengan ketahanan
dan altruisme, dan untuk lebih
mengembangkan kapasitas ketahanan
mereka.
 Lembaga pemerintah dan LSM harus
menyelenggarakan program atau kegiatan
untuk menekankan pentingnya ketahanan
dalam mendukung sifat altruistik relawan,
seperti sesi pelatihan, lokakarya, dan
diskusi kelompok untuk mendorong
berbagi pengalaman di antara relawan.

3.

JUDUL Peran Pengasuhan Holistik Terhadap Altruisme


dan Bullying

PENULIS Sri Rahmawati.

TAHUN 2017

Metode dan sampel penelitian  Penelitian ini menggunakan teknik


sampling insidental untuk memilih
peserta, dengan total 229 siswa remaja
dari sebuah sekolah menengah di Jakarta,
Indonesia.
 Studi ini berfokus pada siswa di kelas
sebelas yang semuanya Muslim.
 Penelitian ini menggunakan beberapa alat
ukur, termasuk Holistic Parenting Scale,
Altruism Scale, dan My Life at School
Checklist Scale, untuk menilai dampak
pengasuhan holistik pada altruisme dan
intimidasi.
 Analisis data dilakukan untuk memeriksa
korelasi antara pengasuhan holistik dan
altruisme, serta intimidasi. Analisis
regresi juga dilakukan untuk menentukan
kontribusi pengasuhan holistik terhadap
variabilitas altruisme dan intimidasi.

Hasil  Studi ini menemukan korelasi positif yang


signifikan antara pengasuhan holistik dan
altruisme, menunjukkan bahwa
pengasuhan holistik memiliki peran
dalam meningkatkan altruisme remaja.
 Ada juga korelasi negatif yang signifikan
antara pengasuhan holistik dan intimidasi,
menunjukkan bahwa pengasuhan holistik
berperan dalam mencegah intimidasi di
kalangan remaja.
 Analisis regresi mengungkapkan bahwa
variabilitas altruisme diperhitungkan oleh
13,6% oleh pengasuhan holistik,
sedangkan variabilitas intimidasi
diperhitungkan oleh 6,1% oleh
pengasuhan holistik. [1]
 Penelitian menggunakan teknik
pengambilan sampel insidental untuk
memilih sampel 229 siswa sekolah
menengah, dengan peserta adalah Muslim
di kelas sebelas.
 Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk Holistic Parenting
Scale, Altruism Scale, dan My Life at
School Checklist Scale. Alat-alat ini
digunakan untuk menilai dampak
pengasuhan holistik terhadap altruisme
dan intimidasi.

Gap/kebaharuan  Penelitian ini membahas kesenjangan


dalam literatur dengan berfokus pada
konsep pengasuhan holistik yang berakar
pada ajaran Islam dan dampaknya pada
altruisme remaja dan intimidasi.
 Studi ini berkontribusi pada lapangan
dengan memeriksa penerapan pengasuhan
holistik pada perilaku remaja, khususnya
altruisme dan intimidasi, yang merupakan
aspek penting dari perkembangan remaja.
 Penelitian ini menyoroti pentingnya
mempertimbangkan perspektif agama,
seperti prinsip-prinsip Islam, dalam
praktik pengasuhan anak, karena dapat
mempengaruhi perilaku dan nilai-nilai
remaja.
 Studi ini juga menunjukkan perlunya
penelitian lebih lanjut untuk
mengeksplorasi efek pengasuhan holistik
pada variabel psikologis lainnya, seperti
efikasi diri, harga diri, dan motivasi
pencapaian, untuk memperkaya bidang
psikologi dari perspektif agama.
 Dengan mempertimbangkan
kebijaksanaan lokal dan praktik budaya
masyarakat Indonesia, penelitian ini
memperluas pemahaman tentang praktik
pengasuhan dalam konteks agama dan
berkontribusi pada pengembangan
psikologi pribumi.

Saran /rekomendasi  Penelitian lebih lanjut harus


mengeksplorasi efek jangka panjang dari
pengasuhan holistik pada berbagai
variabel psikologis, seperti efikasi diri,
harga diri, dan motivasi pencapaian,
untuk mendapatkan pemahaman
komprehensif tentang dampaknya
terhadap perkembangan remaja.
 Studi masa depan dapat menyelidiki
efektivitas pengasuhan holistik dalam
mencegah perilaku negatif lainnya, seperti
penyalahgunaan zat atau agresi, untuk
menentukan potensinya sebagai
pendekatan komprehensif untuk
mempromosikan hasil remaja yang
positif.
 Akan sangat berharga untuk memeriksa
peran pengasuhan holistik dalam konteks
budaya dan agama yang berbeda untuk
memahami penerapan dan efektivitasnya
di seluruh populasi yang beragam.
 Penelitian juga harus mengeksplorasi
mekanisme spesifik di mana pengasuhan
holistik mempengaruhi altruisme dan
intimidasi remaja, seperti peran
pemodelan orang tua, saran yang efektif,
dan perawatan dan kontrol yang adil.
 Selain itu, studi longitudinal dapat
dilakukan untuk menilai dampak jangka
panjang dari pengasuhan holistik pada
altruisme dan intimidasi, memberikan
wawasan tentang efek langgeng pada
perilaku remaja.

4.

JUDUL Pengaruh Empati terhadap Pengambilan


Keputusan Altruistik
Individu Dewasa Madya

PENULIS Sally Patricia Mallian, Naomi Soetikno

TAHUN Volume 6 Nomor 2 Tahun 2022

Metode dan sampel penelitian  Makalah saat ini menggunakan metode


penelitian non-eksperimental kuantitatif
untuk menyelidiki pengaruh empati pada
pengambilan keputusan altruistik pada
orang dewasa paruh baya. Studi ini
menggunakan pendekatan kuesioner,
dengan 222 peserta berusia antara 40-60
tahun. Toronto Empathy Questionnaire
(TEQ) digunakan untuk mengukur
empati, sedangkan Self Report Altruism
Scale (SRAS) digunakan untuk menilai
perilaku altruistik. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh empati yang
signifikan pada altruisme (R² = 0.897, p =
0.000 < 0.05) [1].
 Studi lain yang dilakukan oleh Mackenzie
(2018) juga mengeksplorasi hubungan
antara empati dan perilaku prososial
menggunakan ukuran HEXACO, TEQ,
dan PSA. Studi ini melibatkan 43 peserta,
termasuk siswa laki-laki dan perempuan
dari berbagai latar belakang yang
menghadiri universitas di Inggris.
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif non-eksperimental kuantitatif,
dengan data dianalisis menggunakan
analisis korelasi. Temuan
mengungkapkan korelasi positif yang
signifikan antara empati dan perilaku
prososial (r (41) .70, hal.001)
Hasil Studi ini menemukan pengaruh empati yang
signifikan pada pengambilan keputusan altruistik
pada orang dewasa paruh baya, dengan empati
menjelaskan sekitar 89,7% dari varians altruisme
(R² = 0,897, p = 0,000 < 0,05)

Gap/kebaharuan  Studi ini berkontribusi pada pemahaman


tentang pengaruh empati pada
pengambilan keputusan altruistik pada
orang dewasa paruh baya.
 Ini memberikan bukti hubungan positif
yang signifikan antara empati dan
perilaku altruistik, dengan empati
menjelaskan sebagian besar variasi dalam
altruisme .
 Penelitian ini menyoroti pentingnya
faktor disposisional, seperti empati, dalam
memotivasi individu untuk membantu
orang lain dan terlibat dalam perilaku
prososial .
 Studi ini menambah literatur yang ada
dengan secara khusus berfokus pada
orang dewasa paruh baya dan memeriksa
peran empati dalam pengambilan
keputusan altruistik mereka.
 Ini memperluas penelitian sebelumnya
oleh Mackenzie (2018), yang juga
menemukan korelasi positif yang
signifikan antara empati dan perilaku
prososial, lebih lanjut mendukung
pentingnya empati dalam
mempromosikan tindakan altruistik

Saran /rekomendasi  Studi ini menunjukkan bahwa


mempromosikan empati pada orang
dewasa paruh baya berpotensi
meningkatkan pengambilan keputusan
dan perilaku altruistik mereka.
 Intervensi dan program yang bertujuan
mengembangkan dan menumbuhkan
keterampilan empati dapat bermanfaat
dalam mendorong individu untuk
membantu orang lain yang membutuhkan.
 Pendidik, pembuat kebijakan, dan praktisi
dapat memasukkan kegiatan dan latihan
membangun empati ke dalam program
pendidikan dan pelatihan untuk orang
dewasa paruh baya untuk
mempromosikan perilaku altruistik.
 Penelitian lebih lanjut dapat
mengeksplorasi mekanisme spesifik di
mana empati mempengaruhi pengambilan
keputusan altruistik pada orang dewasa
paruh baya, seperti memeriksa peran
empati dalam pengambilan perspektif dan
pemahaman emosional.
 Studi masa depan juga dapat menyelidiki
dampak potensial dari faktor-faktor lain,
seperti pengalaman masa lalu, ciri-ciri
kepribadian, dan perubahan terkait usia,
pada hubungan antara empati dan perilaku
altruistik pada orang dewasa paruh baya.
 Selain itu, mengeksplorasi efektivitas
intervensi dan strategi yang berbeda
dalam meningkatkan empati dan
mempromosikan perilaku altruistik pada
kelompok usia ini dapat memberikan
wawasan berharga untuk aplikasi praktis

5.

JUDUL Dampak Altruisme, Pemaafan, dan Sifat


Kepribadian Terhadap Kebahagiaan

PENULIS Teodosius Domina Herta Putra , Rianne Johnly


Pio, Wehelmina Rumawas

TAHUN 2022
Metode dan sampel penelitian  Penelitian menggunakan Structural
Equation Modeling with Partial Least
Squares (SEM-PLS) sebagai metode
analisis.
 Ukuran sampel untuk penelitian ini adalah
145 responden .
 Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah sampling probabilitas,
khususnya pengambilan sampel acak
bertingkat.
 Sampel diperoleh dengan menggunakan
rumus Slovin.
 Studi ini memastikan bahwa semua
indikator untuk setiap variabel penelitian
memiliki beban luar lebih besar dari 0,70,
menunjukkan validitasnya untuk analisis
lebih lanjut

Hasil
 Studi ini menemukan bahwa altruisme
memiliki dampak positif yang signifikan
terhadap pengampunan, ciri-ciri
kepribadian, dan kebahagiaan pada
pembebasan bersyarat yang menjalani
reintegrasi di Sulawesi Utara.
 Altruisme juga memiliki pengaruh positif
pada ciri-ciri kepribadian, menunjukkan
bahwa individu dengan tingkat altruisme
yang lebih tinggi cenderung menunjukkan
karakteristik kepribadian yang positif.
 Selain itu, altruisme ditemukan dikaitkan
dengan kebahagiaan melalui ciri-ciri
kepribadian, menunjukkan bahwa
individu dengan kecenderungan altruistik
mengalami kebahagiaan yang lebih besar
karena ciri-ciri kepribadian mereka.
 Pengampunan secara signifikan
berkorelasi dengan ciri-ciri kepribadian,
menunjukkan bahwa ciri-ciri kepribadian
tertentu dapat mempengaruhi kapasitas
individu untuk memaafkan.
 Ciri-ciri kepribadian ditemukan
berkorelasi dengan kebahagiaan,
menunjukkan bahwa ciri-ciri kepribadian
tertentu dapat berkontribusi pada
kebahagiaan individu secara
keseluruhan [1].
 Penelitian oleh Lynn Steel (2006)
menunjukkan bahwa ekstraversi dan
neurotisisme, sebagai ciri kepribadian,
memiliki hubungan yang signifikan
dengan kebahagiaan.
 Studi Chen (2008) juga mendukung
hubungan yang signifikan antara ciri-ciri
kepribadian dan kesejahteraan subjektif.
 Penelitian Kusuma Hartini (2022)
menyoroti hubungan erat antara
keramahan sebagai sifat kepribadian dan
altruisme.
 Studi Hadriami Samuel (2015)
menjelaskan bahwa tindakan altruistik
mengarahkan individu untuk
berkomitmen untuk memaafkan mereka
yang telah menganiaya mereka, terlepas
dari keadaan dan latar belakang pelaku

Gap/kebaharuan  Makalah penelitian mengeksplorasi


dampak altruisme, pengampunan, dan
ciri-ciri kepribadian terhadap kebahagiaan
pada pembebasan bersyarat yang
menjalani reintegrasi di Sulawesi Utara.
 Ini menyelidiki hubungan antara
altruisme dan pengampunan, serta
hubungan antara altruisme dan ciri-ciri
kepribadian.
 Studi ini juga meneliti korelasi antara
pengampunan dan ciri-ciri kepribadian,
dan pengaruh ciri-ciri kepribadian
terhadap kebahagiaan.
 Penelitian ini berkontribusi pada
pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan pada
pembebasan bersyarat yang menjalani
reintegrasi, secara khusus menyoroti
peran altruisme, pengampunan, dan ciri-
ciri kepribadian.
 Ini memberikan wawasan tentang
pentingnya pengampunan diri dan
dampak tindakan altruistik dalam
mempromosikan pengampunan dan
kesejahteraan secara keseluruhan .
 Studi ini menambah literatur yang ada
dengan memeriksa konteks spesifik
pembebasan bersyarat yang menjalani
reintegrasi di Sulawesi Utara,
berkontribusi pada penelitian terbatas
pada populasi in

Saran /rekomendasi  Studi ini menyoroti pentingnya


mempromosikan altruisme dan
pengampunan pada pembebasan bersyarat
yang menjalani reintegrasi untuk
meningkatkan kebahagiaan dan
kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
 Intervensi dan program harus
dikembangkan untuk menumbuhkan
perilaku altruistik dan mendorong
tindakan kebaikan dan dukungan di antara
pembebasan bersyarat.
 Memberikan kesempatan untuk refleksi
diri dan pengampunan diri dapat
bermanfaat bagi pembebasan bersyarat
dalam perjalanan mereka menuju
reintegrasi.
 Ciri-ciri kepribadian memainkan peran
penting dalam kebahagiaan, sehingga
intervensi yang berfokus pada
pengembangan ciri-ciri kepribadian
positif, seperti ekstraversi dan keramahan,
dapat berkontribusi pada kesejahteraan
pembebasan bersyarat .
 Penelitian lebih lanjut dapat
mengeksplorasi mekanisme spesifik di
mana altruisme dan pengampunan
memengaruhi kebahagiaan dalam
pembebasan bersyarat, serta faktor
moderasi potensial yang dapat
mempengaruhi hubungan ini.
 Akan sangat berharga untuk menyelidiki
efek jangka panjang dari intervensi yang
menargetkan altruisme, pengampunan,
dan ciri-ciri kepribadian pada hasil
reintegrasi dan kepuasan hidup secara
keseluruhan dari pembebasan bersyarat.

6.

JUDUL altruisme dan rasa syukur di kalangan mahasiswa


yang tinggal di rumah kos

PENULIS Deta Zanu Rianto, IGAA Noviekayati, Aliffia


Ananta

TAHUN 2023

Metode dan sampel penelitian  Penelitian menggunakan metode


kuantitatif dan menggunakan skala Likert
sebagai instrumen untuk pengumpulan
data.
 Penelitian ini difokuskan pada mahasiswa
yang tinggal di rumah kos di wilayah
Surabaya, berusia 18-25 tahun.
 Pengumpulan data melibatkan dua skala:
skala syukur dan skala altruisme. Skala
syukur didasarkan pada McCullough et al.
Teori s, terdiri dari 31 item valid dengan
koefisien reliabilitas 0,937. Skala
altruisme didasarkan pada teori Myers,
terdiri dari 27 item valid dengan koefisien
reliabilitas 0,876 .
 Analisis data dilakukan dengan
menggunakan tes korelasi Momen Produk
Pearson untuk memeriksa hubungan
antara rasa syukur dan altruisme di antara
mahasiswa yang tinggal di rumah kos
Hasil  Hasil penelitian menunjukkan hubungan
positif yang signifikan antara rasa syukur
dan altruisme. Tingkat rasa syukur yang
lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat
altruisme yang lebih tinggi di antara siswa
yang tinggal di rumah kos .
 Sebaliknya, tingkat rasa syukur yang
lebih rendah dikaitkan dengan tingkat
altruisme yang lebih rendah di antara
siswa yang tinggal di rumah kos

Gap/kebaharuan  Makalah penelitian ini mengeksplorasi


hubungan antara rasa syukur dan
altruisme di kalangan mahasiswa yang
tinggal di rumah kos di wilayah Surabaya.
 Studi ini mengidentifikasi hubungan
positif yang signifikan antara rasa syukur
dan altruisme, menunjukkan bahwa
tingkat rasa syukur yang lebih tinggi
dikaitkan dengan tingkat altruisme yang
lebih tinggi di antara siswa yang tinggal
di rumah kos.
 Penelitian menunjukkan bahwa rasa
syukur memainkan peran penting dalam
menumbuhkan perilaku altruistik di
kalangan mahasiswa di lingkungan
asrama.
 Studi ini menyoroti pentingnya rasa
syukur dalam mempromosikan perilaku
sosial yang positif, seperti membantu dan
mendukung sesama penghuni rumah kos.
 Para peneliti merekomendasikan bahwa
studi masa depan harus mengeksplorasi
lebih lanjut hubungan antara rasa syukur
dan altruisme, serta mempertimbangkan
variabel lain seperti empati, kematangan
emosional, kebahagiaan, dan efikasi diri .
 Penelitian ini berkontribusi pada
pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku altruistik di
antara mahasiswa yang tinggal di rumah
kos, menekankan pentingnya rasa syukur
dalam membina interaksi sosial yang
positif dan jaringan pendukung dalam
konteks khusus ini

Saran /rekomendasi  Para peneliti menyarankan bahwa


mahasiswa yang tinggal di rumah kos
harus menumbuhkan rasa terima kasih
untuk meningkatkan perilaku altruistik
mereka .
 Disarankan bagi siswa untuk mengadopsi
perspektif positif dan mengungkapkan
rasa terima kasih karena memiliki teman-
teman yang mendukung di perguruan
tinggi.
 Siswa disarankan untuk menghargai dan
menikmati hidup mereka di rumah kos,
mengakui perhatian dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga mereka.
 Peneliti menyarankan membina budaya
membantu dan mendukung sesama
penghuni rumah kos, karena perilaku
peduli dapat mengarah pada hubungan
dan pemahaman yang lebih baik.
 Studi masa depan didorong untuk
mengeksplorasi hubungan antara rasa
syukur dan altruisme lebih lanjut, serta
mempertimbangkan variabel lain seperti
empati, kematangan emosional,
kebahagiaan, dan efikasi diri.
 Para peneliti juga merekomendasikan
memperluas literatur tentang rasa syukur
dan altruisme dan meningkatkan jumlah
subjek dalam studi masa depan.
 Selain itu, disarankan untuk memeriksa
altruisme dalam kaitannya dengan
variabel lain seperti empati, kematangan
emosional, kebahagiaan, perubahan
suasana hati, efikasi diri, dan faktor
demografis seperti usia, jenis kelamin,
agama, dan tempat tinggal
7.

JUDUL Analisis Sikap Altruisme Anak Usia 5-6 Tahun di


Tk Bhayangkari 07 Aceh Selatan Pasca Pandemi
Covid 19

PENULIS Marisa Sardi, Dadan Suryana

TAHUN Volume 6 Nomor 2 Tahun 2022

Metode dan sampel penelitian  Makalah saat ini menggunakan


pendekatan penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian deskriptif.
 Analisis data dalam penelitian dilakukan
dengan menggunakan analisis persentase.
 Penelitian ini berfokus pada
perkembangan altruisme pada anak usia
dini di TK Bhayangkari 07 Aceh Selatan
pasca pandemi COVID-19.
 Penelitian ini mencakup anak-anak
berusia 5-6 tahun sebagai populasi
sampel .
 Penelitian yang dilakukan oleh Rahmalia
dan Suryana (2021) juga mengeksplorasi
perilaku altruisme pada anak-anak dan
dampak lingkungan keluarga yang baik
terhadap perkembangan sosial mereka.
 Studi ini mengkategorikan subjek menjadi
tiga kategori: tinggi, sedang, dan rendah,
dengan 77 anak termasuk dalam kategori
menengah.
 Skor empiris rata-rata yang diperoleh
menunjukkan bahwa perilaku altruisme
pada anak-anak berada dalam kategori
menengah.

Hasil  Penelitian menemukan bahwa perilaku


altruisme pada anak usia 5-6 tahun di TK
Bhayangkari 07 Aceh Selatan setelah
pandemi COVID-19 umumnya berada
dalam kategori sedang. Mereka diamati
cukup pandai membantu atau membantu
orang lain secara sukarela.
 Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan desain penelitian
deskriptif dan menganalisis data
menggunakan analisis persentase.
 Studi ini mengkategorikan subjek ke
dalam tiga kategori: tinggi, sedang, dan
rendah, dengan mayoritas termasuk dalam
kategori menengah.
 Persentase tertinggi diamati pada kisaran
skor 21-23, menunjukkan tingkat perilaku
altruistik yang relatif lebih tinggi,
sedangkan persentase terendah berada di
kisaran skor 32-39, menunjukkan tingkat
altruisme yang lebih rendah.
 Studi ini juga menyebutkan aspek
perilaku altruistik, termasuk kerja sama,
berbagi, membantu, kemurahan hati, dan
kejujuran, seperti yang diusulkan oleh
Munsen.
 Perkembangan altruisme pada anak-anak
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pengasuhan dan pemahaman emosional,
yang memainkan peran penting dalam
membentuk perilaku dan perkembangan
emosional mereka.

Gap/kebaharuan  Makalah penelitian tidak secara eksplisit


menyebutkan kesenjangan atau
pembaruan dalam konteks altruisme pada
anak kecil setelah pandemi Covid-19.
 Fokus makalah ini adalah untuk
menganalisis perilaku altruistik anak usia
5-6 tahun di TK Bhayangkari 07 Aceh
Selatan dan memahami tingkat altruisme
mereka pasca pandemi.
 Makalah ini menyoroti pentingnya
pengaruh orang tua dalam perkembangan
emosional anak-anak dan dampak positif
dari program sekolah-keluarga pada
pengasuhan dan pengasuhan anak-anak.
 Sementara makalah ini memberikan
wawasan berharga tentang tingkat
altruisme pada anak kecil dan peran orang
tua dan program sekolah-keluarga,
makalah ini tidak membahas kesenjangan
spesifik atau bidang pembaruan dalam
konteks ini.

Saran /rekomendasi
 Menumbuhkan lingkungan keluarga yang
harmonis untuk mendukung
perkembangan sosial yang positif pada
anak-anak.
 Menerapkan program sekolah-keluarga
untuk meningkatkan keterampilan
mengasuh anak dan mempromosikan
pengasuhan anak yang positif.
 Memberikan kesempatan bagi anak-anak
untuk terlibat dalam kegiatan kooperatif
dan mendorong berbagi dengan orang
lain.
 Ajari anak-anak tentang empati dan
pemahaman emosional untuk
mempromosikan perilaku altruistik.
 Tekankan pentingnya kejujuran dan
integritas dalam perilaku anak-anak,
karena berkontribusi pada tindakan
altruistik.
 Orang tua harus memainkan peran aktif
dalam perkembangan emosional anak-
anak mereka dengan menjadi panutan
yang baik dan memberikan dukungan dan
bimbingan.
 Mendidik orang tua tentang pentingnya
altruisme dan dampak positifnya pada
kesejahteraan sosial dan emosional anak-
anak.
 Terus menilai dan memantau perilaku
altruistik anak-anak untuk
mengidentifikasi area untuk perbaikan
dan memberikan bimbingan dan
dukungan yang tepat.

8.

JUDUL Pengaruh Altruisme dan Kohesivitas terhadap


Kualitas Pelayanan Pegawai di FKIP Universitas
Riau

PENULIS Muhammad Jais , Daeng Ayub

TAHUN 2021

Metode dan sampel penelitian  Penelitian ini bersifat kuantitatif dan


menggunakan ukuran sampel 56 individu.
 Data dikumpulkan menggunakan
kuesioner lima pilihan.
 Statistik deskriptif dan inferensial
digunakan untuk menganalisis data.
 Microsoft Excel dan SPSS versi 17 untuk
Windows digunakan untuk analisis data.
 Analisis statistik deskriptif dilakukan
untuk menyajikan profil responden dalam
hal rata-rata dan standar deviasi.
 Penelitian ini juga melibatkan
pengamatan dan penggunaan kuesioner
sebagai metode pengumpulan data.

Hasil  Penelitian menemukan pengaruh


altruisme yang signifikan terhadap
kualitas layanan karyawan, serta pengaruh
kohesi yang signifikan terhadap kualitas
layanan karyawan.
 Studi ini juga menyimpulkan bahwa
altruisme dan kohesi yang lebih baik
terhadap kualitas layanan karyawan
mengarah pada peningkatan pemberian
layanan.
 Penelitian menyoroti perlunya
peningkatan kualitas layanan yang
diberikan oleh karyawan dalam
memenuhi tugasnya

Gap/kebaharuan  Penelitian hanya berfokus pada Jurusan


Ilmu Pendidikan di Universitas Riau, dan
tidak mempertimbangkan departemen
atau lembaga lain.
 Ada keluhan dari pihak lain, seperti
karyawan dan dosen, mengenai masalah
seperti keterlambatan promosi dan
masalah pensiun, yang tidak dibahas
dalam penelitian ini

Saran /rekomendasi
 Penelitian menunjukkan bahwa individu
dan organisasi harus bekerja untuk
meningkatkan altruisme dan kohesi untuk
meningkatkan kualitas layanan
karyawan .
 Disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang objek dan indikator
yang berbeda untuk mengembangkan
strategi yang tepat untuk meningkatkan
dan meningkatkan kualitas layanan
karyawan.

9.

JUDUL PERILAKU PROSOSIAL

PENULIS Mohamat Hadori

TAHUN 2014

Metode dan sampel penelitian  Makalah ini tidak secara eksplisit


menyebutkan metode yang digunakan
dalam penelitian atau memberikan sampel
penelitian tertentu.
 Namun, penulis mengeksplorasi gagasan
perilaku prososial dan altruisme dengan
membahas tindakan bantuan dan bantuan
yang diberikan oleh individu atau
kelompok kepada orang lain.
 Makalah ini juga mengakui bahwa
sementara perilaku prososial adalah bukti
kasih sayang dan bantuan, itu tidak berarti
bahwa itu bebas dari perilaku yang tidak
pantas oleh individu yang
mengeksploitasi situasi untuk keuntungan
pribadi.
 Fokus makalah ini tampaknya pada
analisis konseptual daripada penelitian
empiris atau metode dan sampel tertentu.

Hasil  Sumber yang disediakan tidak secara


eksplisit menyebutkan hasil spesifik atau
temuan empiris yang terkait dengan
konsep perilaku prososial atau altruisme.

Gap/kebaharuan Sumber mengakui keberadaan perilaku prososial


dan altruisme tetapi juga menyoroti kehadiran
individu yang mengeksploitasi situasi untuk
keuntungan pribadi, menunjukkan kesenjangan
dalam praktik altruisme

Saran /rekomendasi  Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk


mengeksplorasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku prososial, seperti
faktor situasional, karakteristik individu,
empati, dan perbedaan gender.
 Studi masa depan dapat menyelidiki
strategi untuk mempromosikan dan
mendorong perilaku prososial sambil
mengatasi potensi eksploitasi dan perilaku
yang tidak tepat.

10.

JUDUL SELF-COMPASSION DAN ALTRUISME


PADA PERAWAT RAWAT INAP RSUD KOTA
SALATIGA

PENULIS Syarifah Rahma Dewi, Farida Hidayati

TAHUN 2015

Metode dan sampel penelitian  Penelitian dilakukan terhadap 105


perawat dari bangsal rawat inap RSUD
Kota Salatiga dengan menggunakan
random sampling sederhana. Populasi
perawat di rumah sakit adalah 280.
 Dua skala psikologis digunakan untuk
mengumpulkan data: Skala Altruisme (32
item; α = 0,925) dan Skala Belas Sayang
Diri (24 item; α = 0,877).
 Penelitian ini menggunakan analisis
regresi sederhana untuk memeriksa
hubungan antara welas asih diri dan
altruisme. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan positif yang signifikan antara
welas asih diri dan altruisme di antara
perawat (r xy = 0.311; p = 0.001). Belas
kasihan diri menyumbang 9,7% dari
varians dalam altruisme.
 Penelitian ini juga menemukan bahwa
perawat memiliki tingkat belas kasihan
diri yang tinggi (91.43), menunjukkan
kemampuan mereka untuk menangani
kondisi mereka sendiri dan merespons
dengan bijak beragam keluhan pasien
tanpa dipicu secara emosional atau
bertindak agresif

Hasil  Penelitian menemukan hubungan positif


yang signifikan antara welas asih diri dan
altruisme di antara perawat di bangsal
rawat inap RSUD Kota Salatiga (r xy =
0.311; p = 0.001) [1] [2].
 Belas kasihan diri menyumbang 9,7%
dari varians altruisme, menunjukkan
kontribusinya terhadap perilaku altruistik
perawat.
 Para perawat dalam penelitian ini
menunjukkan tingkat belas kasihan diri
yang tinggi, menunjukkan kemampuan
mereka untuk menangani kondisi mereka
sendiri dan merespons dengan bijak
terhadap beragam keluhan pasien tanpa
dipicu secara emosional atau bertindak
agresif.

Gap/kebaharuan  Sumber yang disediakan tidak secara


eksplisit menyebutkan kesenjangan dalam
penelitian atau memberikan saran untuk
penelitian masa depan terkait dengan
welas asih dan altruisme di antara perawat
di bangsal rawat inap RSUD Kota
Salatiga.
 Sumber-sumber terutama berfokus pada
membangun hubungan antara welas asih
diri dan altruisme, menggambarkan
metode dan sampel yang digunakan
dalam penelitian, dan membahas
pentingnya belas kasihan diri bagi
perawat dalam memberikan perawatan
kepada pasien.
 Namun, berdasarkan informasi yang
diberikan, beberapa kesenjangan potensial
dan saran untuk penelitian masa depan
dapat disimpulkan:
 Penelitian lebih lanjut dapat
mengeksplorasi mekanisme spesifik di
mana belas kasihan diri mempengaruhi
perilaku altruistik di antara perawat.
 Menyelidiki dampak intervensi atau
program pelatihan yang bertujuan
meningkatkan belas kasihan diri dan
altruisme di antara perawat dapat
memberikan wawasan tentang strategi
yang efektif untuk mempromosikan
kualitas-kualitas ini.
 Studi komparatif dapat memeriksa
perbedaan dalam belas kasihan diri dan
altruisme di antara perawat dalam
pengaturan perawatan kesehatan atau
konteks budaya yang berbeda.
 Studi longitudinal dapat menilai stabilitas
dan perkembangan belas kasihan diri dan
altruisme di antara perawat dari waktu ke
waktu.
 Metode penelitian kualitatif dapat
memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang pengalaman dan perspektif
perawat mengenai belas kasihan diri dan
altruisme.

Saran /rekomendasi  Menyelidiki faktor-faktor yang


mempengaruhi welas asih dan altruisme
di antara perawat, seperti karakteristik
pribadi, lingkungan kerja, dan program
pelatihan.
 Jelajahi dampak welas asih diri dan
altruisme pada hasil dan kepuasan pasien,
untuk meningkatkan pemberian
perawatan kesehatan.
 Melakukan studi longitudinal untuk
memeriksa perkembangan belas kasihan
diri dan altruisme di antara perawat dari
waktu ke waktu dan menilai efektivitas
intervensi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas ini.
 Bandingkan belas kasihan diri dan
altruisme di antara perawat dalam
pengaturan perawatan kesehatan atau
konteks budaya yang berbeda untuk
mengidentifikasi variasi potensial.
 Gunakan metode penelitian kualitatif
untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang pengalaman dan
perspektif perawat mengenai belas
kasihan diri dan altruisme.

Kesimpulan
Altruisme adalah sikap atau perilaku dimana seseorang secara sukarela memberikan bantuan atau
mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang lain. Kesimpulan tentang altruisme dapat
bervariasi tergantung pada perspektif dan pendekatan yang digunakan. Berikut adalah beberapa
kesimpulan yang dapat diambil tentang altruisme:
1. Kebajikan Sosial: Altruisme dapat dianggap sebagai bentuk kebajikan sosial yang penting.
Dengan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, individu dapat berkontribusi pada
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
2. Evolusi dan Biologi: Beberapa teori menyatakan bahwa altruisme dapat dijelaskan melalui
evolusi, di mana individu yang cenderung membantu sesama memiliki peluang lebih besar untuk
bertahan hidup dan menghasilkan keturunan. Konsep ini terkait dengan seleksi alam dan
kelangsungan hidup spesies.
3. Motivasi dan Empati: Altruisme sering kali didorong oleh motivasi internal, seperti empati dan
kepedulian terhadap orang lain. Individu yang memiliki tingkat empati yang tinggi mungkin lebih
mungkin untuk menunjukkan perilaku altruistik.
4. Konteks Sosial: Faktor-faktor sosial dan budaya juga memainkan peran dalam penentuan tingkat
altruisme dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai sosial, norma, dan penghargaan terhadap perilaku
altruistik dapat bervariasi di antara berbagai kelompok masyarakat.
5. Hubungan dengan Kesejahteraan Pribadi: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
melakukan tindakan altruistik dapat memberikan manfaat kesejahteraan pribadi. Memberikan
dukungan atau bantuan kepada orang lain dapat meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan
psikologis individu.
6. Keterbatasan dan Tantangan: Meskipun altruisme memiliki dampak positif, ada juga
keterbatasan dan tantangan. Misalnya, terdapat pertanyaan etika seputar sejauh mana seseorang
harus mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain, dan bagaimana
memastikan bahwa tindakan altruistik tidak disalahgunakan.
Kesimpulan tentang altruisme dapat bervariasi tergantung pada perspektif dan konteks yang
dipertimbangkan. Namun, secara umum, banyak pandangan positif tentang nilai dan pentingnya perilaku
altruistik dalam membangun hubungan sosial dan masyarakat yang lebih baik.

Daftar pustaka

Amna, Z.-, & Aflah, R. (2021). STEREOTIP “PIDIE KRIET” TERHADAP PERILAKU ALTRUISME.
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi, 5(2), 141. https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v5i2.7006
Dewi, S. R., & Hidayati, F. (2015). SELF-COMPASSION DAN ALTRUISME PADA PERAWAT RAWAT
INAP RSUD KOTA SALATIGA. 4.
Hadori, M. (2014). PERILAKU PROSOSIAL (PROSOCIAL BEHAVIOR); Telaah Konseptual Tentang
Altruisme (Altruism) Dalam Perspektif Psikologi.
Jais, M., & Ayub, D. (2021). Pengaruh Altruisme dan Kohesivitas terhadap Kualitas Pelayanan Pegawai
di FKIP Universitas Riau. 5.
Mallian, S. P., & Soetikno, N. (2022). Pengaruh Empati terhadap Pengambilan Keputusan Altruistik
Individu Dewasa Madya. 6.
Melina, G. G., & Grashinta, A. (2012). RESILIENSI DAN ALTRUISME PADA RELAWAN
BENCANA ALAM. Jurnal Psikologi Ulayat.
Putra, T. D. H., Pio, R. J., & Rumawas, W. (2022). Dampak Altruisme, Pemaafan, dan Trait Kepribadian
Terhadap Kebahagiaan (Studi pada Narapidana yang Menjalani Reintegrasi di Sulawesi Utara). 6.
Rahmawati, S. W. (2017). Peran Pengasuhan Holistik Terhadap Altruisme dan Bullying. HUMANITAS,
14(1), 10. https://doi.org/10.26555/humanitas.v14i1.4316
Rianto, D. Z., Noviekayati, & Ananta, A. (2023). Altruisme pada mahasiswa: Bagaimana peranan
Gratitude?
Sardi, M., & Suryana, D. (2022). Analisis Sikap Altruisme Anak Usia 5-6 Tahun di TK Bhayangkari 07
Aceh Selatan Pasca Pandemi Covid 19. 6.

Anda mungkin juga menyukai