Apa sebenarnya yang menyebabkan bumi ini semakin panas? Mengapa bumi bisa mengalami
kenaikan suhu? Nah,Ini dia penyebabnya
Karbon dioksida atau cO2 yang dihasilkan oleh kegiatan di bumi ini seperti pernafasan dan
hasil pembakaran bahan bakar menyelubungi bumi. Karena kadarnya sudah berlebihan maka
CO2 seolah seperti kaca yang menutup permukaan bumi.
Selain karbon dioksida juga sulfur dioksida dan metana pun sama seperti CO2 menyelubungi
bumi. Layaknya sifat kaca, gas-gas yang melapisi tadi akan memantulkan infrared dari
matahari yang seharusnya dikembalikan lagi ke angkasa.
Sinar inframerah memiliki panjang gelombang antara 760 nm sampai 1000 µm dan frekuensi
30 GHz sampai 40.000 GHz. Tahu tidak?, benda panas akibat getaran atomik dan molekuler
dianggap memancarkan gelombang panas dalam bentuk sinar inframerah. Makanya, sinar
inframerah sering disebut dengan radiasi panas.
Andaikan tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Karena efek inilah ,bumi menghangat, namun jika kadar berlebihan
maka akibatnya terjadilah yang dinamakan pemanasan global.
Proses pemanasan selain menghasilkan karbondioksida juga menghasilkan uap air. Contoh ya
reaksi pembakaran hidrokarbon seperti berikut ini: CxHy + O2 → CO2 + H2O
H2O alias air dihasilkan. Semakin banyak pemanasan yang terjadi akibat efek rumah kaca
karbon dioksida semakin melimpah uap air yang membumbung ke atmosfer. Uap air sendiri
ternyata memberi efek rumah kaca, seperti gas CO2.
Pemanasan yang terus terjadi itu menambah jumlah uap air secara terus menerus hingga
akhirnya tercapai kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca dari penguapan air
disinyalir lebih besar dari efek rumah kaca gas CO2 yang menghasilkannya.
Umpan balik yang kedua disebabkan penguapan awan. Jika dilihat dari bawah, memang awan
terlihat memantulkan lagi radiasi ke permukaan, akibatnya akan terjadi peningkatan efek
pemanasan.Dari atas awan terlihat memantulkan lagi radiasi infra merah kembali ke angkasa
sehingga menurunkan panas dan ada efek pendinginan.
Umpan balik selanjutnya adalah sirnanya kemampuan es dalam memantulkan cahaya. Ketika
terjadi pemanasan global tentu es di daerah kutub mencair. Ironisnya makin lama
pencairannya makin cepat. Ketika es mencair, daratan atau air dibawahnya akan jadi terbuka.
Jika ketika ditutupi es, eslah yang memantulkan cahaya, namun ketika daratan atau perairan
sudah terbuka, maka baik daratan atau daratan ternyata hanya mampu memantulkan cahaya
lebih sedikit dari es. Kedua bagian itu malah lebih cenderung menyerap panas dari matahari,
akibatnya pemanasan meningkat dan espun cair dan cair lagi.
Proses ini adalah mekanisme lainnya yang juga memberikan pengaruh terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang ternyata menimbulkan umpan balik
positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon kurang maksimal jika suhunya naik, mengapa?
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
pertumbuhan diatom terbatas dibanding fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang
rendah.
3. Variasi matahari
Variasi matahari adalah perubahan jumlah energi radiasi yang dilepaskan matahari. Variasi
matahari dipengaruhi siklus matahari 11-tahunan (siklus bintik merah) selain fluktuasi-
fluktuasi lainnya yang tidak periodik
Ada dugaan bahwa adanya variasi matahari disebabkan oleh umpan balik dari awan telah
memberi andil dalam pemanasan saat ini. Penyebab pemanasan global karena variasi
matahari dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah pada variasi matahari terjadi
peningkatan aktivitas matahari.
Aktivitas tersebut mampu menaikkan suhu stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
menurunkan suhu stratosfer. Semenjak tahun 1960, pendinginan stratosfer ini sebenarnya
sudah teramati. Peristiwa ini sepertinya tidak mungkin terjadi jika penyumbangnya adalah
aktivitas matahari,
Namun sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini fix
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca. Beberapa ilmuwan berpendapat Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat terang yang dihasilkannya selama 30
tahun terakhir.
Dengan angka sekecil ini sepertinya Efek ini terlalu kecil untuk menyumbang terhadap
pemanasan global. Bahkan Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan
bahwa tidak ada pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985 sebenarnya tak
ada hubungan sama sekali , baik melalui variasi dari output matahari maupun variasi dalam
sinar kosmis.
Tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu
International Geophysical Year kemudian mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung
Mauna Loa di Hawai untuk membuktikan hipotesis mereka.
Hasil tersbeut cocok dengan hipotesis mereka selama ini, menghangatnya bumi memang
bukan sekedar isapan jempol belaka. Akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun
terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas
terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi tahun yang paling panas.
Pada tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) membuat kesimpulan
yang menyatakan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celcius (1 derajat
Fahrenheit) sejak 1861. Mereka setuju bahwa pemanasan tersebut terutama diakibatkan oleh
aktivitas manusia yang menyumbang gas-gas rumah kaca ke atmosfer
D. MODEL IKLIM
Untuk memperkuat hipotesis mereka tentang Pemanasan global, sebenarnya Para ilmuwan
telah membuat model-model komputer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamika fluida,
transfer radiasi, dan proses-proses lainya. Model iklim itu yang setiap tahun mengalami
perbaikan seiring kecanggihan teknologi.
Hasilnya terlihat bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih
hangat. Meskipun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca
pada masa depan, namun sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Model-model iklim yang sudah diformulasikan juga dipakai untuk menemukan penyebab-
penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini. Caranya adalah dengan membandingkan
perubahan yang telah diamati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab,
apakah itu alami maupun aktivitas manusia.
Faktor -faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca adalah sama sinar matahari, suhu,
tekanan udara,kelembaban udara ,angin, awan dan curah hujan. Dahulu tahun 1980 atau
1990-an , iklim begitu mudah diperkirakan. Biasanya bulan Oktober sampai maret, musim
hujan akan terjadi tapi kini seringkali meleset, sadar ga sih?
Di beberapa daerah kekeringan melanda hebat karena kemarau. Adanya pemanasan global
menyebabkan bagian Utara dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya gunung-gunung es kini mulai mencair
sehingga daratan akan menyempit. Tak banyak lagi jumpal es yang mengapung.
Daerah-daerah yang dulu mengalami salju ringan kini tak mengalaminya lagi. Di pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang tertutup salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat
mencair. Musim tanam akan lebih lama di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk bertambah.
Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menjadi uap
dan lepas dari lautan. Curah hujan di seluruh dunia telah naik sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini . Badai akan ternyata lebih sering melanda. Selain itu, air akan lebih cepat
lepas jadi uap dari tanah.Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya.
Angin akan bertiup lebih kencang dan memiliki pola yang berbeda dengan sebelumnya.
Topan badai (hurricane) yang mendapat kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
dahsyat. Pola cuaca menjadi sulit terprediksi dan lebih ekstrem.
Apa yang terjadi jika air laut naik? Tentu saja daerah seputaran pantai akan terendam. Seperti
negara Belanda yang kehilangan 17,6 % daerahnya karena tenggelam oleh naiknya 100 cm
permukaan laut. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan mengalami peningkatan.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang tak bisa dihindari lagi.
Jika salju di daerah gurun sampai turun, pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) yang dihasilkan
musim dingin, yang selama ini berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Belum lagi tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat
4. Gangguan ekologis
Ketika suhu bumi memanas, kita saja sebagai manusia tak nyaman, begitupun makhluk hidup
yang lain. Efek pemanasan mengganggu kehidupan. Hewan-hewan akan bermigrasi mencari
tempat sejuk, tumbuhan mengubah arah pertumbuhannya mencari tempat yang mendukung
pertumbuhannya
Manusia yang dikaruniai akal mungkin akan melakukan hal yang meminimalisir panas yang
muncul, namun makhluk lain tentu tidak. Hewan dan tanaman bisa jadi berakhir dengan
kepunahan karena tak mampu beradaptasi.
Panas juga menyebabkan hutan mudah mengalami kebakaran. Banyak titik api yang
berpotensi terbakar. Hutan di Indonesia sudah sering terbakar. Masalah kebakaran hutan
sempat pelik dan sulit dicari solusinya.
Selain kenaikan suhu udara, kasus kekeringan juga akan meningkat di Pulau Sumatera bagian
selatan, sebagian besar Pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga Nusa
Tenggara Timur (NTT) pada 2030. Sementara musim hujan, lebat hingga ekstrim juga
cenderung bertambah hingga 40 persen dibandingkan saat ini.
Hal lain yang terjadi karena pemanasan global adalah menurunnya kadar oksigen di daerah
khatulistiwa, termasuk Indonesia. Dampaknya lebih parah, dibanding kawasan negara empat
musim. Selama ini di dalam lautan ada perbedaan diklasifikasikan berdasarkan
kedalamannya, laut membuat stratifikasinya sendiri.
Proses stratifikasi ini membuat oksigen banyak terkonsentrasi di bagian atas sehingga
menghasilkan banyak biomassa berupa ikan dan ganggang. Akibatnya rantai makanan dan
biota laut yang membutuhkan oksigen jelas malah terganggu. Terdapat perbedaan jumlah
yang tidak merata.
Suhu panas ini juga melakukan penyerapan oksigen di permukaan. Nah, Perubahan ini malah
mengganggu rantai makanan yang selama ini sudah terbentuk. Rantai makanan di mana
kehidupan manusia basisnya adalah rantai makanan. Jika rantai makanan terganggu kacaulah
proses kehidupan.
G. CARA MENGANTISIPASI PEMANASAN GLOBAL
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk turut serta dalam meminimalisir
dampak pemanasan global :
1. Konservasi lingkungan seperti melakukan reboisasi, penenaman pohon dan penghijauan lahan
kritis.
2. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif (Energi air, matahari, angin,
bioenergy) guna mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara).
3. Daur ulang dan efisiensi energi.
4. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman dan penerapan
untuk mencegah terjadinya pemanasan global.
https://www.gramedia.com/literasi/pemanasan-global/
ARTIKEL PEMANASAN GLOBAL
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
SOVIATUL ZUHRA
KELAS : VIII(B)