Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6

Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPA
DI SMA IT AL FITYAN SCHOOL ACEH TAHUN 2017/2018

Viqri Rolanda

Program Studi Magister Pendidikan IPA PPs Unsyiah, Banda Aceh 23111
Email: viqri@mhs.unsyiah.ac.id

Abstrak. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui aktivitas, kondisi dan
permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah. Studi ini dilakukan di sekolah SMA IT
AL FITYAN SCHOOL ACEH. Pengumpulan data menggunakan observasi langsung,
wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskripsi
verbal dan diolah dengan persentase. Hasil studi menunjukkan bahwa kondisi ruangan
kelas sekolah yang layak, aktivitas siswa memiliki kategori nilai yang baik yaitu 43,4%.
Permasalahan lainnya adalah siswa jarang mendapatkan tujuan pembelajaran, motivasi,
kombinasi metode pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran dan kaitan
materi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga jarang melakukan praktikum sehingga
berdampak pada nilai UN TA 2016/2017 pada penguasaan materi praktikum 0,00 - 50,0.
Minat siswa menyukai kimia, karena suka pada gurunya, tidak pada materinya. Respon
siswa terhadap kebijakan kemendikbud, sebahagian setuju dan sebahagiannya lagi tidak.
Guru Kimia memberikan saran untuk mengkaji lebih dalam dampak dari kebijakan
kemendikbud.
Kata kunci: ujian nasional, minat belajar, kimia

Abstract. The purpose of this case study is to know the activities, conditions and
problems that exist in the school. This study was conducted at high school IT AL FITYAN
SCHOOL ACEH. Data collection uses direct observation, interviews, and documentation.
Data were analyzed using verbal description technique and processed by percentage. The
results showed that the condition of the school classroom is feasible, student activity has
a good value category that is 43.4%. Another problem is that students rarely get learning
objectives, motivations, combinations of learning methods, learning models, learning
media and material links in everyday life. Students also rarely do practicum so that
impact on the value UN TA 2016/2017 on the mastery of practicum material from 0.00 to
50.0. Interest in students likes chemistry, because like the teacher, not in the material.
Student response to the policy of kemendikbud, some agree and some not. Chemistry
teachers advise to examine deeper the impact of the ministry's policy.
Keyword: national exam, interest in learning, chemistry

PENDAHULUAN

Ujian Nasional (UN) SMA Tahun Ajaran (TA) 2016/2017 telah dilaksanakan.
Jumlah siswa IPA yang mengikuti ujian sebanyak 859.647 dari 13.686 sekolah dengan
nilai rata-rata biologi 48,90 kategori D, fisika 48,95 kategori D dan kimia 53,05 kategori
D. Melihat dari data tersebut, Nilai UN SMA TA 2016/2017 siswa IPA tertinggi ada pada
mata pelajaran kimia. Data UN empat tahun terakhir juga menunjukkan bahwa mata
pelajaran kimia mengalami penurunan nilai dan kategori pada tingkat nasional. Pada TA
2013/2014 hingga 2016/2017 berturut-turut adalah 50,96 (C), 59,8 (C), 54,10 (D), dan
terakhir telah disebutkan di atas. Ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai pada
mata pelajaran kimia, meskipun sempat meningkat pada TA 2014/2015. Sementara itu,
untuk Aceh pada empat tahun terakhir, berturut-tururt yaitu 50,35 (D), 70,57 (B), 44,03

155
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(D), 40,76 (D). Tentu ini merupakan suatu masalah yang harus dikaji bersama oleh
pelaku pendidikan di Indonesia serta dicari solusinya.
Fakta UN di atas menjadi salah satu bukti bahwa siswa bermasalah dalam belajar
kimia. Minat siswa terhadap kimia selama ini tergolong rendah. Potvin dan Hasni (2014),
melaporkan bahwa terdapat penurunan siswa terhadap sains. Menurut Ristiyani dan
Bahrlah (2016), terdapat dua faktor yang membuat rendahnya minat siswa pada
pelajaran kimia yakni, faktor internal meliputi fisiologis, panca indra, dan psikologis
seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif serta faktor
eksternal meliputi kurikulum, program, sarana dan prasarana, serta guru. Hal ini
didukung oleh pendapat Marwah, dkk. (2014), bahwa proses pembelajaran yang masih
berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan membuat siswa kurang aktif pada
pembelajaran. Yunus dan Ali (2012), juga menambahkan rendahnya minat siswa
terhadap kimia karena pengaruh hitung-hitungan serta persaman-persamaan kimia yang
harus dihafal. Anggapan siswa bahwa kimia bersifat abstrak juga membuat rendahnya
minat siswa pada pelajaran kimia (Avci, dkk., 2014).
Minat siswa pada pelajaran kimia mempengaruhi hasil belajarnya. Hasil penelitian
Ellizar, dkk. (2013) bahwa motivasi belajar berbanding lurus dengan hasil belajar kimia
siswa. Dindar (2016), menambahkan bahwa semakin tinggi minat dan motivasi siswa,
semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Mubeen dan Reid (2014), juga mempertegas,
yaitu terdapat hubungan positif antara motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
Kemendikbud telah mengeluarkan kebikajakan baru tentang UN dan telah
diterapkan pertama sekali pada UN TA 2016/2017, yaitu siswa bebas memilih mapel
pilihan UN yang akan diujiankan nantinya dengan mapel wajib ujian yaitu bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, dan mate-matika. Siswa IPA boleh memilih salah satu mapel
pilihan yakni fisika, kimia atau biologi nantinya yang akan diujiankan, begitu pula dengan
siswa jurusan IPS dengan matapelajaran pilihannya. Kebijakan ini dikhawatirkan akan
berdampak pada rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran kimia sehingga
mempengaruhi hasil belajar siwa, memberikan peluang turunnya nilai UN tahun
selanjutnya, dan siswa akan kesulitan jika nantinya kuliah di jurusan IPA yang juga
belajar kimia. Hal ini berdasarkan penurunan nilai dan kategori UN empat tahun terakhir,
fakta rendahnya ketertarikan siswa pada kimia, serta kebebasan memilih mapel pilihan,
membuat siswa mengabaikan kimia. Sesuai dengan fakta yang ada salah satunya di
provinsi Aceh, dimana jumlah pemilih mapel pilihan UN TA 2016/2017 mata pelajaran
kimia paling rendah berjumlah 2.688 dibanding fisika 3.151 dan biologi 29.536 dari
35.375 jumlah siswa IPA yang mengikuti ujian, bahkan beberapa sekolah di Aceh tidak
ada yang memilih sama sekali.
SMA IT AL FITYAN SCHOOL ACEH adalah salah satu sekolah yang ada di Aceh
besar. Data UN TA 2017 menunjukkan bahwa penguasaan materi kimia pada asam-basa
dan larutan penyangga tergolong rendah, yaitu 0,00. Fakta ini yang membuat peneliti
tertarik untuk melakukan studi kasus di sekolah ini.

METODE

Studi ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif. Data kualitatif yang
diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, dan pengumpulan beberapa dokumen
yang diperlukan untuk kelancaran dalam pembuatan artikel. Pengolahan dan analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Tempat dan Waktu Penelitian


Studi kasus dilakukan di SMA IT ALFITYAN SCHOLL ACEH. Kelas pada sekolah ini
merupakan kelas pararel yaitu jurusan IPA dan IPS berada dalam satu kelas, masing-
masing kelas X, XI, XII terdiri dari 4 kelas, 2 kelas khusus siswa perempuan dan 2 kelas
lagi pria. Belajar sama pada pelajaran umum dan berbeda pada pelajaran pilihan, namun

156
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
untuk kelas X masih belajar sama pada mapel wajib dan pilihan. Studi kasus ini dilakukan
pada tanggal 2 sampai 21 November 2017. Subjek observasi kelas adalah kelas X.1.
Observasi sekolah dilakukan sebanyak 4 kali dan observasi kelas 1 kali.

Prosedur Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam studi kasus ini meliputi:
Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra yang
berhubungan dengan keadaan sekolah dan aktivitas belajar peserta didik.

Y 100

∑ < <
Nilai=
Tabel 1. Rentang Nilai Aktivitas Siswa
Rentang Nilai (%) Kriteria
81-100 Sangat Baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang Baik
0-20 Sangat Kurang Baik
(Sumber: Riduwan, 2014: 39)

Wawancara (interview), merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan


yang diajukan secara lisan kepada responden. Wawancara dilakukan kepada kepala
sekolah, kepala bagian kurikulum, kepala perpustakaan dan peserta didik.

Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel


yang berupa catatan, transkrip, buku, agenda, dsb. Adapun dokumen yang akan dilihat
dalam penelitian ini adalah foto keadaan sekolah, dan aktivitas belajar peserta didik.

Instumen Penelitian Studi Kasus


Instrumen yang telah dibuat untuk penelitian studi kasus ini adalah berupa lembar
observasi aktivitas peserta didik, lembar pedoman wawancara peserta didik.

Pengolahan dan Analisis Data


Setelah data terkumpul, baik hasil wawancara dan observasi penulis
mengklarifikasikan data tersebut berdasarkan variabel-variabelnya masing-masing,
kemudian diolah dengan menggunakan teknik deskripsi verbal dan diolah dengan
persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Terhadap Aktivitas Peserta didik


Aktivitas peserta didik pada proses pembelajaran memiliki peran penting sebagai
salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran. Aktivitas siswa juga dapat dilihat
sebagai tujuan pendidikan yang sesuai dengan prinsip belajar dengan semboyan
“Learning by doing” (Tarigan, 2014). Aktivitas belajar siswa ialah segala bentuk sikap dan
perlakuan peserta didik pada proses pembelajaran, yang artinya belajar dianggap tidak
ada jika aktivitas siswa (Nur, 2014).
Pengamatan aktivitas telah dilakukan pada sekolah SMA IT AL FITYAN SCHOOL
ACEH. Pengamatan dilakukan hanya satu kali pertemuan tatap muka pada materi teori
mekanika kuantum di kelas X. Hal ini dikarenakan guru yang mengajar sedang dalam
kondisi yang kurang sehat dan mengandung, serta hanya beliau guru yang mengajar
kimia di sekolah. Pada waktu guru masuk kedalam kelas, sebahagian besar siswa
langsung membuka alat-alat belajar seperti buku dan suasana kelas dalam keadaan
tenang. Saat guru membuka proses pembelajaran dengan salam, seluruh siswa

157
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
menjawabnya. Siswa merespon absensi oleh guru dengan tenang dan memberitahukan
teman yang tidak hadir melalui ketua kelas. Metode yang dilakukan guru adalah ceramah
dan tanya jawab. Interaksi siswa dengan guru tergolong baik terlihat dari respon siswa
atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Aktivitas siswa dari awal hingga akhir
tergolong baik, dilihat dari tidak ada siswa yang terlihat bosan, sibuk dengan handphone
atau lainnya, melainkan fokus pada pembelajaran yang diberikan. Aktivitas siswa dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengamatan Aktivitas Belajar Peserta didik Pada Pembelajaran Kimia


Kegiatan Skor Pengamatan
Peserta didik menjawab salam dan absensi 4
Peserta didik memperhatikan/menjawab pertanyaan apersepsi
4
yang di-berikan guru
Peserta didik memperhatikan/menjawab pertanyaan motivasi
1
yang di-berikan guru
Peserta didik memperhatikan penjelasan tujuan pembelajaran
1
yang akan dicapai
Peserta didik mencatat/memperhatikan materi yang
4
disampaikan guru
Memperhatikan serta menulis contoh soal yang diberikan guru 4
Peserta didik mengerjakan/ menjawab soal-soal secara
4
mandiri/berkelompok
Peserta didik memperhatikan motivasi/penguatan konsep yang
disampaikan guru serta menulis hal-hal yang penting untuk 4
dicatat
Bertanya tentang hal yang belum dipahami 3
Peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan umpan balik 2
Peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang beberapa soal
3
sebagai penilaian proses belajar
Peserta didik melakukan refleksi 1
Peserta didik mencatat informasi yang diberikan sebagai acuan
1
untuk pertemuan berikutnya.
Jumlah 36
Persentase 64,3%

Berdasarkan data pada Tabel 2, aktivitas siswa menunjukkan persentase sebesar


64,3%. Nilai ini tergolong baik karena berada pada rentang nilai 61-80%. Hal ini
disebabkan karena siswa menyukai gurunya berdasarkan hasil dari wawancara kepada
siswa tentang guru yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Alwarizna, dkk. (2014),
bahwa guru merupakan faktor yang memiliki andil besar terhadap aktivitas dan belajar
siswa. Antusias guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang belum paham merupakan nilai positif
pada aktifitas siswa (Kim & Schallert, 2014). Faktor sarana dan prasarana yang kelas
yang dimiliki sekolah ini seperti ruang kelas yang luas sesuai kebutuhan siswa, pendingin
ruangan (AC/Kipas angin), meja dan kursi yang layak, ruangan yang bersih, fentilasi
udara yang baik, juga mendukung kenyamanan belajar siswa sehingga meningkatkan
minat dan hasil belajar (Nur, 2015). Nilai aktivitas siswa pada Tabel 3, juga dapat
berpeluang lebih tinggi, jika siswa mendapatkan tujuan pembelajaran, motivasi, refleksi,
acuan materi pada pertemuan selanjutnya dan pengaitan pada kehidupan sehari-hari,
karena siswa dikelas tergolong aktif dan mau belajar (Rochman, 2005). Indikator-
indikator tersebut juga akan meningkat, jika materi yang diajarkan bersifat abstrak,
ditegaskan kepada siswa keadaan sebenarnya pada materi ini, maka siswa dapat
memahami konsep sebenarnya dan paham tujuan belajar materi, serta letak nyata materi

158
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
pada kehidupan sehari-hari, tidak hanya sebatas mampu menjawab soal-soal hitungan
saja (Ulfa & Muchlis, 2012). Jika tidak, hal ini dikhawatirkan, siswa akan mampu
menyelesaikan soal-soal materi ketika di kelas saja, tetapi tidak bisa menjawab sewaktu
ujian kenaikan kelas, bahkan waktu ujian UN. Sejalan dengan temuan Adlim (2017),
bahwa ia menemukan beberapa sekolah SMA di Aceh tidak mampu menjawab soal-soal
UN karena lemahnya kemampuan mengingat rumus. Tersedianya media belajar di kelas
seperti infokus akan meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Berdasarkan
wawancara kepada beberapa siswa, bahwa pada pembelajaran kimia, frekuensi tertinggi
metode yang digunakan hanya ceramah dan tanya jawab saja. Semestinya, siswa
mendapatkan kombinasi media-media ajar ini dengan model-model pembelajaran agar
dapat meningkatkan minat belajar siswa (Sugita, Ashadi & Masykuri, 2016).
Sebagian siswa yang telah diwawancarai mengatakan bahwa praktikum masih
jarang dilaksanakan, meskipun tersedianya laboratorium. Praktikum dilaksanakan hanya
tiga kali selama satu semester, dan itu hanya melihat aktifitas siswa bekerja di
laboratorium. Semestinya, materi-materi yang mengharuskan melakukan aktifitas di
laboratorium dilaksanakan, sekalipun itu menggunakan visual laboratorium mengingat
sarana infokus yang tersedia. Melihat fakta ini, tidak heran jika data UN TA 2017
menunjukkan bahwa nilai untuk kemampuan penguasaan materi “Peserta didik dapat
memprediksi pH 2 buah larutan tak dikenal jika hasil uji dengan 4 jenis indikator buatan
dan trayek pH nya diketahui” adalah 0,00. Tidak hanya pada kemampuan tersebut,
kemampuan-kemapuan lainnya yang berhubungan dengan praktikum juga menunjukkan
rentang nilai sebesar 0,00 hingga 50,00. Jelas ini merupakan penguatan fakta bahwa
praktikum jarang sekali dilaksanakan (Nilawati, dkk., 2015).
Berdasakan hasil wawancara dengan kepala bagian perpustakaan, bahwa siswa
tergolong jarang memasuki perpustakaan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu
siswa dan kurang tersedianya buku-buku kimia sma. Dari pengamatan langsung yang
dilakukan, buku-buku kimia yang tersedia di pustaka lebih pada buku-buku kimia
universitas. Siswa memang memiliki masing-masing buku pegangan kimia, namun,
semestinya siswa juga dapat mengakses referensi-referensi dari buku-buku sma lainnya
untuk memperluas pemahaman. Guru baiknya menstimulus siswa dengan tugas-tugas
yang mengharuskan dan menimbulkan minat baca guna mempengaruhi hasil belajar
siswa (Li & Chun, 2012).
Respon siswa terhadap kebijakan kemendikbud tentang kebebasan memilih mapel
plihan UN terbagi atas dua repon, yakni ada yang setuju karena bisa lebih fokus belajar
pada mapel yang dipilih, dan tidak setuju karena membingungkan siswa waktu memilih
mapel yang akan diambil untuk ujian. Senada dengan guru kimia mengenai kebijakan ini
yaitu pada satu sisi ada baiknya karena siswa akan lebih fokus belajar, namun disisi lain
kebijakan ini dianggap terlalu terburu-buru tanpa adanya pengkajian terlebih dahulu oleh
pemerintah, karena dikhawatirkan akan memunculkan persepsi atau memberikan peluang
kepada siswa untuk kurang menyukai pelajaran yang tidak dipilih. Sementara keterkaitan
antara kimia, fisika dan biologi adalah satu kesatuan dalam ilmu IPA. Hal ini
dikhawatirkan berdampak pada siswa yang melanjutkan perkuliahan pada jurusan-
jurusan IPA yang komponen mata kuliahnya mencakup ketiga mapel tersebut. Pendapat
ini dikuatkan oleh hasil penelitian Ferdiana, dkk. (2015), bahwa salah satu yang
mempengaruhi IPK mahasiswa MIPA adalah nilai UN kimia. Sesuai dengan pendapat
Rektor Universitas Negri Yogyakarta, Rochmat, menilai kemampuan siswa pada satu
jurusan mestinya mencakup evaluasi seluruh komponen yang ada. Kesimpulan bahwa
siswa mampu menguasai bidang IPA tidak dapat diukur hanya pada nilai biologi, tetapi
juga pada nilai fisika dan kimia karena kedua mata pelajaran tersebut masuk dalam
komponen standar penguasaan bidang IPA (Iman, 2016).

159
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN

Kesimpulan dari studi kasus ini adalah aktivitas siswa pada proses pembelajaran
tergolong baik dengan nilai 64,3%. Permasalahan yang terjadi yaitu guru jarang
memvariasaikan metode pembelajaran, model-model pembelajaran, jarang
melaksanakan praktikum dan kurang melakukan bimbingan perpustakaan. Siswa
tergolong memiliki kemauan belajar yang tinggi, dilihat dari sistem seleksi penerimaan
siswa masuk tergolong sulit, pemantapan nilai-nilai islam yang diberikan kepada siswa
tentang menjunjung tinggi menuntut ilmu, dan sikap antusias belajar di dalam kelas
maupun di luar kelas. Siswa menyukai mata pelajaran kimia karena suka pada gurunya,
bukan melainkan pada pelajarannya karena dianggap masih sulit. Sebahagian siswa
setuju dengan kebijakan kemendikbud, sebahagian lagi tidak. Respon guru terhadap
kebijakan yaitu kebijakan ini baiknya dikaji lebih dalam dampaknya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Fauzi, S.Pd selaku kepala


sekolah, Ibu Mursida, S.Pd selaku wakil bagian kurikulum, Ibu Neli Nurmalasari Dewi,
S.Pd selaku guru fasilitator, seluruh guru, staf, dan peserta didik SMA IT AL FITYAN
SCHOOL ACEH atas sambutan dan kerjasamanya yang baik. Semoga laporan kegiatan ini
bermanfaat untuk kita semua khususnya bagi keberlangsungan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adlim, M., Wilyta, I., & Hasan, M. 2017. Metode Analisis Penyebab Rendahnya
Penguasaan Konsep yang Diuji Dalam Ujian Nasional (Kajian Pada Materi Ilmu Kimia
Pada Siswa SMA/MA Sekitar Kampus Unsyiah. Jurnal Pencerahan, 11(1): 1693-
1775.
Alwarizna, S., Saadi, P., & Rusmansyah. 2014. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa dengan Metode Latihan Berstruktur Dalam Materi Larutan Penyangga Siswa
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Banjarmasin. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 5(2):
55-61.
Avci, F., Sesen, B. A., & Kirbaslar, F. G. 2014. Determination of Seventh Grade Students’
Understanding of Certain Chemistry Concepts. Procedia Social and Behavioral
Sciences, (152): 602-606.
Dindar, A. C. 2016. Student Motivation in Constructivist Learning Environtment. Journal
Eurasia of Mathematics, Science % Technology Education, 12(2): 233-247.
Ellizar, Bayharti, dan Andromeda. 2013. Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran Kimia
Menggunakan Modul dan Tanpa Modul Terhadap Hasil Belajar Kimia di RSMA-BI.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Ferdiana, R., Julita, I., Rusyana, A., & Salwa, N. 2015. Hubungan Indeks Prestasi
Komulatif (IPK) dengan Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN). Jurnal Statistika, 15(1):
17-23.
Iman. (2016, Desember 26). Unas 2017, Siswa Bebas Memilih Mata Pelajaran yang
Diujikan. Dikutip dari http://kendaripos.co.id
Kim, T., & Schallert, D. L. 2014. Mediating Effect of Teacher Enthusiasm and Peer
Enthusiasm on Students’ Interest in The College Classroom. Journal Contemporary
Educational Phsycology, (39): 134-144.
Li, J., & Chun, C. K. 2012. Effect of Learning Strategies on Student Reading Literacy
Performance. Journal The Reading Matrix, 12(1): 30-38.
Mubeen, S., & Reid, N. 2014. The Measurment of Motivation with Science Students.
Europan Journal of Educational Research, 3(3): 129-144.

160
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nilawati, Khaldun, I., & Hasan, M. 2015. Keterampilan Proses Siswa SMAN 2 Banda Aceh
Pada Penggunaan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Microsoft Exel Materi
Titrasi Asam Basa. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 3(2): 66-70
Nur, J. 2015. Pengaruh Sarana Belajar Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 4 Tenggarong. Jurnal Cemerlang, 3(1): 1-8.
Potvin, P., & Hasni, A. 2014. Analysis of the Decline in Interest Towards Shcool Science
and Technology Grades 5 Through 11. Journal Science Education Technology, (23):
784-802.
Puspendik. 2014. Laporan Hasil Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jakarta: Balitbang Kemdikbud.
Puspendik. 2015. Laporan Hasil Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2014/2015.
Jakarta: Balitbang Kemdikbud.
Puspendik. 2016. Laporan Hasil Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2015/2016.
Jakarta: Balitbang Kemdikbud.
Puspendik. 2017. Laporan Hasil Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2016/2017.
Jakarta: Balitbang Kemdikbud.
Riduwan. 2014. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.
Ristiyani, E., & Bahrlah, E. S. 2016. Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa di SMAN X
Kota Tanggerang Selatan. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2(1): 18-29.
Rochman, N. 2005. Aktivitas Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Sugita, N. T. H., Ashadi & Masykuri, M. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Solving dan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kreativitas Siswa
Pada Materi Termokimia Kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun pelajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan Kimia, 5(2): 59-67.
Tarigan, D. 2014. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model
Make A Match Pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SDN 050687 Sawit
Seberang. Jurnal Kreano, 5(1): 56-62.
Ulfa, M., & Muchlis. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Strategi Problem Posing Pada
Materi Pokok Ikatan Kimia Dikelas X SMAN 3 Lamongan. Prosiding Seminar Nasional
Kimia Unesa.
Yunus, W. F., & Ali, Z. M. 2012. Urban Students’ Attitude Towards Learning Chemistry.
Procedia Social and Behavioral Sciences, (68): 295-304.

161

Anda mungkin juga menyukai