Anda di halaman 1dari 81

v

STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP PEMUDA DI DESA


BONTONGAN KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhi SyaratMemperoleh
GelarSarjanaSosial
(S.Sos) pada Program Studi
Komunikasi
danPenyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

IRFAN SIRAJUDDIN
NIM : 105271101216
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
vi
Jl
i
x

ABSTRAK

Irfan Sirajuddin. NIM 105271101216, Strategi Komunikasi Dakwah terhadap


Pemuda Di Desa Bontongan Kec. Baraka Kab. Enrekang Prov. Sulawesi Selatan.
(Dibimbing oleh Sudir Koadhi dan Hasan Juhanis)
Penelitian ini bertujuan 1) Untuk Mengetahui Strategi Komunikasi Dakwah
Terhadap Pemuda di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui Hambatani Strategi Komunikasi
Dakwah di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Provinsi
Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan
deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang
yang berkompeten dibidangnya. Adapun hasil penelitian sebagai berikut,
1)Strategi Komunikasi Dakwah terhadap Pemuda di Desa Bontongan dalam
bentuk pembinaan agama berupa ceramah agama mingguan, tahsin qur’an, kultum
subuh dan pengadaan lomba-lomba keagamaan serta adanya pembinaan
keagamaan yang di lakukan oleh pemerintah setempat. 2). Hambatan Strategi
Komunikasi Dakwah di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah
hanya pada awal kegiatan saja, setelah kegiatan rutin dilaksanakan satu persatu
pemuda mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa jenuh dan
memiliki kegiatan lain, Antusias remaja yang masih kurang dan mudah
terpengaruh pergaulan sehingga sangat sulit mengajak untuk dapat ikut serta
dalam kegiatan, adanya pengaruh kehidupan moderen yang bisa menjadi
penghambat bagi dakwah terhadap pemuda, Pengaruh media sosial dan game
masuk hal-hal yang cenderung negative banyak dari remaja yang menghabiskan
waktunya berjam-jam untuk bermain game dan bermain ponsel, Kurangnya
didikan orang tua tentang pengenalan agama semenjak usia dini, kurangnnya
dukungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah keagamaan.

Kata Kunci : Pemuda, Keagamaan, Strategi

vi
i
x

ABSTRAK

Irfan Sirajuddin. NIM 105271101216, Strategi Komunikasi Dakwah terhadap


Pemuda Di Desa Bontongan Kec. Baraka Kab. Enrekang Prov. Sulawesi Selatan.
(Dibimbing oleh Sudir Koadhi dan Hasan Juhanis)
Penelitian ini bertujuan 1) Untuk Mengetahui Strategi Komunikasi Dakwah
Terhadap Pemuda di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui Hambatani Strategi Komunikasi
Dakwah di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Provinsi
Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan
deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang
yang berkompeten dibidangnya. Adapun hasil penelitian sebagai berikut,
1)Strategi Komunikasi Dakwah terhadap Pemuda di Desa Bontongan dalam
bentuk pembinaan agama berupa ceramah agama mingguan, tahsin qur’an, kultum
subuh dan pengadaan lomba-lomba keagamaan serta adanya pembinaan
keagamaan yang di lakukan oleh pemerintah setempat. 2). Hambatan Strategi
Komunikasi Dakwah di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah
hanya pada awal kegiatan saja, setelah kegiatan rutin dilaksanakan satu persatu
pemuda mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa jenuh dan
memiliki kegiatan lain, Antusias remaja yang masih kurang dan mudah
terpengaruh pergaulan sehingga sangat sulit mengajak untuk dapat ikut serta
dalam kegiatan, adanya pengaruh kehidupan moderen yang bisa menjadi
penghambat bagi dakwah terhadap pemuda, Pengaruh media sosial dan game
masuk hal-hal yang cenderung negative banyak dari remaja yang menghabiskan
waktunya berjam-jam untuk bermain game dan bermain ponsel, Kurangnya
didikan orang tua tentang pengenalan agama semenjak usia dini, kurangnnya
dukungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah keagamaan.

Kata Kunci : Pemuda, Keagamaan, Strategi

vi
x

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Swt atas limpahan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw,

keluarga dan sahabatnya serta kepada seluruh umat beliau yang tetap istiqomah di

jalan-Nya dalam mengarungi kehidupan hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi, maupun sistematika penulisan, oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis senantiasa

menerima kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Sejak penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak hambatan. Namun

akhirnya dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis

ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar Sulawesi Selatan.

2. Syekh Dr. Mohammad bin Muhammad Thayyib Khoory, Donatur AMCF

beserta jajarannya yang berada di Jakarta.

3. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc Mudir Ma’had Al-Birr Universitas

Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii
x
i

6. Dr. Sudir Koadhi, SS.,M.Pd.I Pembimbing I yang senantiasa sabar dalam

mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Hasan Bin Juhanis, Lc. M.S. Pembimbing II yang senantiasa sabar dalam

mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu atas

segala bimbingan dan ilmu yang diajarkan kepada penulis selama di bangku

perkuliahan.

9. Segenap keluarga yang telah membantu baik dalam do’a maupun materi
dalam

menuntut ilmu dan penyelesaian skripsi ini.

10. Kepala desa beserta masyarakat desa Bontongan yang telah membantu kami

dalam proses penelitian.

11. Semua pihak yang karena keterbatasan ruang dalam skripsi ini, tanpa

mengurangi rasa terima kasih yang tidak bisa di sebutkan namanya satu

persatu.

12. Teristimewa penulis haturkan ucapan terimakasih kepada ayahanda, ibunda,

istri, dan adinda tercinta, serta saudara-saudara dan seluruh anggota keluarga

besarku atas segala kesabaran dan ketabahan dalam mendidik, serta

memotivasi, iringan doa dan pengorbanannya,

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya

baik terhadap penulis, para pembaca, agama, bangsa dan Negara.

Makassar, 17 Dzulqaidah 144


8 Juli 2020 M Penulis

IRFAN SIRAJUDDIN
Nim:105271101216

viii
x
ii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................ i


Halaman Judul ............................................................................................... ii
Pengesahan Skripsi ........................................................................................ iii
Berita Acara Munaqosyah ............................................................................ iv
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .............................................................. v
Abstrak ............................................................................................................
vi Kata Pengantar...............................................................................................
vii Daftar Isi .........................................................................................................
ix BAB I Pendahuluan A. Latar
Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................


3

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................


3

D. Manfaat Penelitian .............................................................................


4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi ................................................................................................. 5

1. Pengertian Strategi ........................................................................... 5

2. Tahapan-tahapan Strategi ................................................................ 6

B. Komunikasi .......................................................................................... 7
1. Pengertian Komunikasi.................................................................... 7
2. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................. 8
3. Macam-macam Komunikasi ............................................................ 10
C. Dakwah .................................................................................................
14
1. Pengertian Dakwah .......................................................................... 14
2. Unsur-unsur Dakwah ....................................................................... 16

ix
x
iii

D. Pemuda .................................................................................................
19
1. Pengertian Fase Pemuda .................................................................. 19
2. Fase Pemuda .................................................................................... 20
E. Strategi Komunikasi Dakwah ............................................................ 23
1. Metode Komunikasi Dakwah .......................................................... 23
2. Sumber Metode Komunikasi Dakwah ............................................. 27

3. Aplikasi Metode Komunikasi Dakwah Rasulullah SAW ................ 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................................


32

B. Lokasi Penelitian ................................................................................


32

C. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 32

1. Pendekatan Komunikasi ................................................................. 33

2. Pendekatan Sosiologi ..................................................................... 33

D. Sumber Data .......................................................................................


34

E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................


34

F. Fokus Penelitian .................................................................................


35

G. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................ 35


H. Teknik Analisa Data .......................................................................... 36
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Profil Desa Bontongan ....................................................................... 39
1. Geografis ........................................................................................ 39
2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk .............................................. 39
3. Pola Penggunaan Tanah ................................................................. 40

x
x
iv

4. Fasilitas Desa ................................................................................. 41 5.

Keadaan Sosial Budaya .................................................................. 41

6. Potensi Desa ...................................................................................

B. Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa Bontongan

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang....................................... 44

52

56

56

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani

bermacammacam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat

dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi

yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang

mengisi, dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.1

Perkembangan hidup para remaja tidak lepas dari problema yang harus

dihadapinya. Semakin berat problema yang dihadapi semakin besar pula

tenaga, pikiran dan waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi semakin banyak

problema yang bisa diselesaikan dengan tuntas akan membuat seorang hamba

semakin tangguh, dewasa, matang dan mendapatkan pengalaman dan

pembelajaran yang sangat berharga.

Masa remaja adalah masa yang alamiah, maka setiap orang pasti

merasakannya. Hal ini karena masa remaja adalah masa yang sangat

menentukan masa depan kehidupan manusia.2 dan di dalam masyarakat

pemuda merupakan satu identitas yang potensiall sebagai penerus cita-cita

perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karena

harapan pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang

menguasai pemuda maka ada peluang menguasai masa depan.

1 Hartono, Ilmu Sosiologi Dakwah,( Cet-6; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.110
2 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,( Cet-17; Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 152-
2

153

Sejarah mencatat, semangat darah merah kaum mudalah yang menjadi

energy sebuah kebangkitan atau penaklukan wilayah.Dan Allah ta‟ala

mengabarkan tentang pemuda yang beriman di surah (QS. Al-Kahfi : 13)

‫َّنۡح ُُن َن ق ُُص َع َۡل َُُك َن َب أ َه ُم بٱۡل َح ُُق إ َّن هُُۡم فۡت َ ُُة َء اَم نو ُا بَر ب هُُۡم َو زۡد ََٰن‬
(٣١) ‫هٗد ُى‬ ‫هُُۡم‬
Terjemahnya :

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan


benar.Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.
Peran Da’i dalam membina dan mendidik pemuda tidak kalah pentingnya

dengan orang tua, karena merekalah dapat menyerap pemahaman tentang akhlak

yang mulia dalam islam sebagai bekal melaksanakan kehidupan bermasyarakat.

Faktor adanya kerusakan pemuda adalah Kurangnya perhatian orang tua

terhadap anaknya dalam mendidik, bebasnya pergaulan anak muda, serta jauhnya

dari agama sehingga timbul permasalahan yang menghambat kemajuan, merusak

karir, mengganggu prestasi, menumpulkan bakat dan membuat suram masa depan

pemuda di desa bontongan, antara lain: Kurang bertanggung jawab, gagal belajar,

terpedaya fatamorgana dunia, malas beribadah, terfitnah dengan syahwat, gemar

mengkritik, mudah marah, banyak berkeluh-kesah, pandai menghayal, berlebihan

dalam bercanda, putus asa melakukan perbaikan, malas menuntut

ilmu,menyianyiakan waktu, balapan liar, membakar petasan di bulan Ramadan

dan sombong.

Jadi pemuda islam harus menyadari, mereka bukanlah seperti rongsokan

yang muncul dengan keberadaannya membuat masyarakat tidak tenang dan


tentram. Mereka adalah generasi yang penuh dengan semangat, keberanian dan

kekuatan yang mampu memberikan kesejahteraan di tengah masyarakat.Karena 3

kita ketahui pemuda adalah gambaran untuk hari esok dan pemuda sebagai

generasi penerus yang merupakan aset bangsa ini dan harus berlandaskan iman,

ilmu dan akhlak yang baik.

Maka dari itu, melihat banyaknya kerusakan pemuda dan pentingnya dakwah

bagi mereka sehingga melahirkan pemuda yang cinta agama, maka peneliti

termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut secara ilmiah dengan judul

Strategi komunikasi dakwah terhadap pemuda di desa bontongan kecamatan

baraka kabupaten enrekang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa

Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?

2. Apa Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa

Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di

Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengetahui Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap


4

Pemuda di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat,

baik manfaat secara teoritis, maupun manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti merupakan suatu pelajaran yang berharga, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal daribahasa inggris yaitu “strategy” yang

berarti siasat atau taktik.3 Sedangkan istilah penanganan dalam kamus

bahasa Indonesia diartikan sebagai cara atau perbuatan yang menangani.4

Seiring dengan perkembangan disiplin ilmu, pengertian strategi

menjadi bermacam-macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam

buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus,

pengertian strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat

dicapai. Selain definisi-definisi strategi yang sifatnya umum tersebut, ada

juga pengertian strategi yang lebih fokus khusus, seperti yang diungkapkan

oleh dua pakar strategi. Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat

kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan

strategi yang terjemahannya sebagai berikut ini:

“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa


meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
3 Jhon M. Echols dan Hasan Saldi, Kamus Inggris-Indonesi,(Jakarta: Gramesta,
1990), h. 56
4 Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Dengan demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi

152

5
dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan
komunikasi inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.5

Jadi strategi adalah siasat atau suatu cara penanganan dengan

mencapai tujuan tertentu.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada

tahapantahapan yang harus ditempuh, yaitu:

a. Perumusan Strategi

Hal-hal yang termasuk kedapal perumusan strategi adalah

pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, penetapan

kekuatan dan kelemahan secara internal, melahirkan strategi alternatif, serta

memilih strategi untuk dilakukan. Pada tahap ini adalah proses merancang,

dan menyeleksi beberapa strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian

misi, visi dan tujuan organisasi.

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi disebut juga sebagai tindakan dalam strategi,

karena implementasi berate mobilisasi untuk mengubah strategi yang

dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam

implementasi strategi, maka dibutuhkan adanya disiplin, motivasi kerja.

c. Evaluasi Strategi

5 Husein Umar, Strategi Management in Action,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Umum, 2001), h. 31
6

Evaluasi strategi adalah tahap akhir manajemen strategi, yaitu proses

dimana manajer membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat

pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi

yang telah dirumuskan sebelumnya.6

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara historis, kata komunikasi berasal dari kata bahasa latin yaitu

perkataan communicar emempunyai arti “berpartisipasi atau

memberitahukan”.7

Pendapat lain mengatakan istilah komunikasi berasal dari Bahasa

latin, communication yang berasal dari kata communis artinya: “sama”

dalam arti sama makna mengenai suatu hal.8

Komunikasi menurut Bahasa (etimologi) dalam “Ensiklopedi

Umum” diartikan dengan “perhubungan” sedangkan yang terdapat dalam

buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:

a. Communico, yang berarti membuat sama.

b. Communicare, yang berasal berpartisipasi atau memberitahukan.

c. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana

mana.

6 Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallinda, 2002), h. 5


7 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1974),
h. 1
8 Onong Uchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h.
4
7

d. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat

mayoritas.

e. Demikian juga communication yang berarti sama. Sama disini

maksudnya sama makna.

Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa

komunikasi yang dilahirkan hendaknya dengan lambang-lambang atau Bahasa

yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang diberi pesan dengan orang yang

menerima pesan.9

Adapun pengertian komunikasi menurut istilah (terminology) banyak

dikemukakan oleh sarjana yang menekuni ilmu komunikasi antara lain:

1. Menurut Card I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah “The

procces by which an inidividuals (the communicator) transmit stimuli

(usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals

(communicant)”yang berarti: “proses dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang atau

dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain

(komunikan).10

2. Menurut Anwar Arifin mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.11

Dari beberapa pakar ahli komunikasi tersebut dapat disimpulkan

bahwa, komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari

9 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan


UIN Jakarta Press, 2007), h. 19.
10 Onong U. Efendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981), h. 6
11 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 25
8

komunikator kepada komunikan melalui saluran media dengan mengharapkan

adanya perubahan prilaku.

2. Unsur-unsur komunikasi

a. Komunikator

Pengiriman pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang

mengambil inisiatif dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan

komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Sumber peristiwa

komunikasi akan melibatkan sumber pembuat atau pengirim informasi.

Dalam komunikasi antar manusia, sumber terdiri dari satu orang. Tetapi

juga bisa dari satu kelompok misalnya partai, organisasi atau

lembaga.Sumber disebut dengan sender.12

b. Pesan

Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk konkret agar dapat

dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya

menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimic,

gerakgerik, lisan dan tulisan. “pesan bersifat abstrak, seorang komunikan

tidak akan tahu apa yang ada di dalam benak seseorang komunikator,

hingga seorang komunikator mewujudkan lambang-lambang

komunikasi”.13

Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari

komunikator pada komunikan. Pesan merupakan unsur yang sangat

menentukan dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan


12 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 24
13 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), h. 23
9

baik, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

harus menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti.14

Pesan yang disampaikan dalam proses komunikan adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan

dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa

ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda

c. Channel (saluran): Saluran komunikasi merupakan tempat berlalunya

pesan dari komunikator kepada komunikan.15

d. Effect (hasil): Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap

dan tingkah laku orang. Seseorang atau tidak dengan yang kita inginkan.16

e. Komunikan: komunikan adalah orang yang menerima pesan.

f. Umpan Balik (Feed Back): Feed Back adalah tanggapan, jawaban atau

respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat

diterima dan berjalan.17

g. Source (Sumber): Sumber dalah dasar yang digunakan dalam

penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu

sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.18

3. Macam-Macam Komunikasi

a. Komunikasi Pribadi
14 Modry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Cet-1; Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008), hlm. 8
15 Onong U. Efendy, Ilmu Komunikas Teori dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 18
16 Hafled Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 1998),
hlm. 24
17 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 46
18 Widjadja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,(Jakarta: Bumi Askara,
2002), h. 11
10

Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi

seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagaii komunikator maupun

sebagai komunikan.Tatanan komunikasi (setting of communication) ini

terdiri dari dua jenis, yakni komunikasi intrapribadi dan komunikasi

antarpribadi.

1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam

diri seseorang.Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun

sebagai komunikan.Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog

dengan dirinya sendiri.Dia bertanya kepada dirinya dan dijawab oleh

dirinya sendiri.19

Ronald L. Applbaum, et.al dalam bukunya Fundamental

concept In Human Communication (1973,13) mendefinisikan

komunikasi

intrapribadi sebagai:

“Komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita: ia meliputii


kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan
mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita”.

Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal

dirii sendiri.Penting bagi kita untuk bisa mengenal diri sendiri sehingga

kita dapat berfungsi secara bebas di masyarakat.

Wiseman dan L. Barker dalam karyanya Speech-International

19 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Cet-3; Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 57
11

Communication menjelaskan proses kegiatan yang terjadi dalam diri

seorang komunikator, yang katanya digerakkan oleh perangsang

internal dan perangsang eksternal. Perangsang internal menunjukkan

situasi psikologis atau fisiologis misalnya lapar atau gelisah.

Perangsang eskternal datang dari lingkungan sekitar komunikator.Baik

secara terbuka dan segalanya (misalnya, melihat lampu lalu lintas), atau

secara tertutup atau tidak disadari (misalnya, latar belakang musik

dalam tayangan film).

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito

dalam bukunya The Interpersonal Communication Book.

“Sebagai pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang,


atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika”.20

Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antrapribadi dapat

berlangsung antar dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti

suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu

pertemuan. Misalnya, antara penyaji makalah dengan salah seorang peserta

suatu seminar.

b. Komunikasi Kelompok

Suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,

memperoleh kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan,

mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.

20 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 60


12

Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan komunikasi yang

berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu


yang

terlihat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan

kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga

menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.

Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang

yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk

mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan

memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.

Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai

interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang

telah diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,

yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi

anggota-anggota yang lain secara tepat.21

Kedua definisi kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya

komunikasi tatap muka dan memliki susunan rencana kerja tertentu untuk

mencapai tujuan kelompok.

c. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui

media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi

21 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikas Teori dan Praktik, (Cet-1; Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), h. 65-66
13

yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film

yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada

komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan

media. Komunikasi media massa biasanya menghendaki organisasi resmi

dan rumit untuk melakukan kegiatan operasinya. Produksi surat kabar atau

siaran televisi meliputi sumber pembiayaan dan kareanya juga pengawasan

keuangan ini memerlukan pekerjaan yang benar-benar mempunyai keahlian,

memerlukan menajemen yang baik juga pengawasan yang normatif, serta

erat hubungannya dengan orang luar yang mempunyai wewenang dan

memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat, dengan demikian maka

harus ada orang yang bergerak dalam struktur yang menjamin kontinuitas

dan kerja sama.22

C. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “Da‟wah” berarti: panggilan, seruan, atau

ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.

Sedangkan bentuk kata kerja (fi‟il)nya adalah berarti: memanggil, menyeru,

atau mengajak (Da‟a,Yad‟u, Da‟watan). Orang yang berdakwah biasa

disebut dengan Da‟i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang

didakwahi disebut dengan Mad‟u.23

Dan kata dakwah merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja
22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunika, h. 79-80
23 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), h. 406-407
14

Yad‟u yang berarti panggilan seruan atau ajakan.24

Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai

upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

2. Hamza Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah

dan Rasul-Nya.

3. Menurut Prof. Dr. Hamka daklwah adalah seruan panggilan untuk

menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan

substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi

munkar.

4. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang

menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf nahi

mungkar.

5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru

kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardhu yang

diwajibkan kepada setiap Muslim.

Dari definisi-definisi tersebut, meskipun terdapat perbedaan dalam

perumusan, tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapatlah diambil

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

24 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 25


15

1. Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam sebagai

agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia,

yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da‟i (subjek), maaddah (materi),

thoriqoh (metode), wasilah (media), dan mad‟u (objek) dalam mencapai

maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan islam yaitu mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi,

transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.

3. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah ta‟ala, dan Rasulullah

shallallaahu alaihi wasallamuntuk umat manusia agar percaya kepada ajaran

islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi

kehidupannya.25

Makna “dakwah” juga berdekatan dengan konsep ta‟lim tadzkir, dan

tashwir.Walaupun setiap konsep tersebut mempunyai makna, tujuan, sifat, dan

objek yang berbeda, namun substansinya sama yaitu menyampaikan ajaran Islam

kepada manusia, baik yang berkaitan dengan ajaran ataupun sejarahnya.

Ta‟lim berarti mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang yang

diajar, kegiatannya bersifat promotif yaitu meningkatkan pengetahuan,

sedangkan objeknya adalah orang yang masing kurang

pengetahuannya.Tadzkir berarti mengingatkan dengan tujuan memperbaiki

memperbaiki dan mengingatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya

25 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Cet-1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), h. 1-3
16

sebagai seorang Muslim. Karena itu kegiatan ini bersifat reparatif atau

memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat pengaruh lingkungan

keluarga dan sosial budaya yang kurang baik, objeknya jelas mereka yang

sedang lupa akan tugas dan perannya sebagai Muslim.

Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran seseorang,

tujuannya membangkitkan pemahaman akan sesuatu melalui penggambaran

atau penjelasan. Kegiatan ini bersifat propagatif, yaitu menanamkan ajaran

agama kepada manusia, sehingga mereka terpengaruh untuk mengikutinya.

Dakwah juga merupakan suatu ajakan untuk berpikir, berdebat dan

beragumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul.Dakwah tidak dapat

disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki.Hak

berpikir meruipakan sifat dan milik semua manusia, tak ada orang yang dapat

mengingkarinya.26

2. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam

setiap kegiatan dakwah.Unsur-unsur tersebut adalah da‟I (pelaku dakwah),

mad‟u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),

thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i (Pelaku Dakwah) adalah orang yang melaksanakan dakwah baik

lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,

kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

b. Mad’u (Penerima Dakwah)


26 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, , h. 4-5
17

Mad’u (Penerima Dakwah) yaitu manusia yang menjadi sasaran

dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun

sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau

dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.Kepada manusia yang belum

beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk

mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah

beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan

ihsan.

c. Maddah (Materi) Dakwah

Maddah (Materi) Dakwah adalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i kepada mad’u.Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang

menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.27

d. Wasilah (Media) Dakwah

Wasilah (Media) Dakwah adalah alat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u.Untuk

menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan

berbagai wasilah.Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima

macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah

dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah,

kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

27 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Cet-1; Jakarta: Prenadamedia


Group, 2006), h. 21-24
18

b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar,

surat-menyurat, (korespondesi), spanduk, dan sebagainya.

c) Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra

pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televise, film slide,

Internet, dan sebagainya.

d) Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan

didengarkan oleh mad‟u.

e. Thariqah (Metode) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian

Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk

mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata piker manusia.

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk

menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan

dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik,

tetapi disampaikan lewat motede yang tidak benar,maka pesan itu bisa saja

ditolak oleh si penerima pesan.Ketika membahas tentang metode dakwah,

maka pada umumnya merujuk pada surat an-Nahl: 125

‫ُُل‬ ‫َُُٰى‬
‫ٱۡد ُُع إ َل َس ٌب َر بَُك بٱۡل حۡك َم ُُةَُو ٱۡل َم ۡو عَظ ُُةٱۡل َح َس َن ُة َو ََٰج دۡل هُم‬
‫َُُّل‬ ‫َُُّن‬ ‫ًَُّت‬
‫بٱل ًهَُُ أَۡح َس ُُن إ َر َّب َُُك هَُُو أَۡع ل َُُم بَم ُن َض َع ُن َس ٌب ل هُۦَو‬
‫هَُُو أَۡع ل َُُم بٱۡل مۡه َت د َُُن‬
Terjemahnya:
19

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orangorang yang mendapat petunjuk”

f. Atsar (Efek) Dakwah

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.

Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seseorang da’i dengan materi

dakwah, wasilah dan thariqah tertentu, maka akan timbul respond an efek

(atsar) pada mad‟u (penerima dakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses

dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para

da’i.28

D. Pemuda

1. Pengertian Fase Pemuda

C.S.T. Kansil berkata dalam bukunya “Aku Pemuda Indonesia”,

bahwa pemuda dalam pengertian umum adalah golongan manusia berusia

muda. Di bawah ini dijabarkan kelompok-kelompok yang dapat

dipergunakan di dalam pembinaan dan pengembangan anak-anak khususnya

dan pemuda pada umumnya.

a. Dilihat dari segi biologis pemuda adalah yang berusia 15-30 tahun

b. Dilihat dari angkatan kerja Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat

diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 sampai 30 tahun.

28 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 32-34


20

c. Untuk kepentingan perencanaan modern digunakan istilah sumbersumber

daya manusia muda, yang dimaksud dengan sumber daya manusia muda

adalah mereka yang berumur 18 tahun ke atas sampai dengan 30 tahun.

d. Dilihat dari sudut ideologis-politis, maka pemuda umur antara 18 sampai

30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun.

e. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup

tempat pemuda berada, diperoleh tiga kategori:

a). Siswa usia antara 6-18 tahun, masi ada di bangku sekolah.

b). Mahasiswa di Universitas atau di perguruan tinggi, usia antara 18-25

tahun.

c). Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi, usia

antara 15- 30 tahun.

Karena yang dimaksud dengan pembinaan dan pengembangan pemuda

dalam usaha ini mencakup semua aspek yang disebutkan di atas, maka pemuda

dalam hal ini adalah manusia yang berumur antara 0 sampai 30 tahun. Yang

dimaksud dengan pemuda adalah manusia yang berumur 15-30 tahun. Dalam

masa transisi dewasa ini dikenal juga generasi peralihan (transisi) yakni mereka

yang berumur 30-40 tahun.29

2. Fase Pemuda

Fase pemuda merujuk pada sejumlah karakteristik berikut :

a. Pemuda adalah fase permulaan taklif

29 C.S.T. Kansil, Aku Pemuda Indonesia, (Jakarta Timur: Balai Pustaka Persero,
1986), h. 149-150
21

Fase pemuda adalah fase menghimpun ilmu pengetahuan dan

kemampuan menunailkan beban syariat. Manakala fase pemuda adalah

titik tolak dalam menempuh jalan ibadah yang bersifat pilihan dan

bersumber dari diri sendiri, pena pun telah digerakkan untuknya guna

mencatat amal kebaikan dan amal keburukan. Maka semua pemuda harus

mendapat perhatian khusus guna membantunya memulai menapaki jalan

ibadah, menjelaskan rambu-rambunya, menundukan

rintanganrintangannya, dan menjelaskan perbekalannya. Sehingga si

pemuda bejalan menuju Rabbnya dengan aman dan tenang, berdasarkan

petunjuk dan kesadaran.30

b. Pemuda adalah fase kekuatan

Di dalam kehidupan manusia melewati beberapa fase dengan

tingkat kekuatan dan kelemahan beragam. Ia hadir di dunia dengan bentuk

fisik kecil dan lemah serta tidak mengetahui apapun. Kemudian sedikit

demi sedikit ia menjadi besar, tumbuh menjadi kuat, inderanya

berkembang, kecerdasan dan pengetahuanya bertambah hingga ia menjadi

dewasa. Allah subhanahu wata‟ala berfirman di (QS. An-Nahl:16:78):

‫َُُل‬ ‫َُُنٌَُۡش‬ ‫ُُۡم َُُل‬


‫َو ٱلَُّّلُ أَۡخ َر َج كم م ُُن ب طو ُُنأ َّم ََٰه ت ك َتۡع ل َم و ٔ ٔٗ ُاَو َج َع ل َك‬
‫ُُمٱلَّس ۡم َُُع َُو ٱۡۡل َۡب ََٰص َُُر َُو ٱۡۡل َۡٔف َد َُُةَلَع ل َّك ُُۡم َتۡش ك روَُُن‬
Terjemahnya:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

30 Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad,


(Solo: Zamzam, 2015), h. 268-269
22

Akan tetapi fase kekuatan ini tidak selamanya menyertai manusia,

melainkan bila usianya bertambah maka ia kembali kepada fase lemah, 3132

sebagaimana disebutkan dalam QS. Yasin: 68.

ُ
‫َو َم ُن نَع مۡر ُه نَن كۡس ُه ًُفٱۡل َخ ۡل ُُق أََف َُُلَ ۡع قل وَُُن‬

Terjemahannya:
“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak
memikirkan?”

Allah juga berfirman dalam QS. Ar-Rum: 54

‫۞ٱلَُّّلُ ٱل َّذ ُيَخ َلَق كم مُنَض ۡع ُٖف ثَُّم َج َعَل م ُنَب ۡع ُد َض ۡع ٖف ق َّو ُٗة ثَُّم‬
‫َج َعَل م ُن َب ۡع د قَّو ٖة َض ۡع ٗف ُا َو ٌَۡش َب ُٗة ٌَُ ۡخ ل ق َم ُاٌَُ َش ا ُٓء َو هَُو ٱۡل َع ل ُُم‬
ُ ‫ٱۡل َق د ُُر‬
Terjemahnya:

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,


kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa”.

Kekuatan pada fase ini mencakup segala sisi; kekuatan fisik, kekuatan

indera, kekuatan untuk bekerja dan berusaha dan kekuatan untuk mencari

ilmu.33

c. Pemuda adalah fase yang paling utama

31 Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad, h.


32 -271
33 Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad, h.
272.
23

Kembalinya keutamaan pada fase usia muda ini mengingat di dalamnya

terhimpun kekuatan dan semangat seseorang yang tidak ditemukan pada

fase laen. Juga karena pada fase ini dipenuhi kesempurnaan indera serta

kemampuan untuk belajar dan bekerja. Akan tetapi keutamaan ini tidak

bersifat mutlak berlaku bagi setiap orang, tetapi bisa jadi bagi sebagian

orang fase lain lebih utama dari fase pemuda. Itu terjadi bila pada fase-fase

lain tersebut terwujud kekuatan iman dan kesinambungan hubungan dengan

Allah Ta’ala. Pada kondisi ini kesempurnaan hakiki terwujud, kemudian

keutaman menjadi sempurna ketika fase pemuda bertemu dengan kekuatan

iman. Pada umumnya kenyamanan dan kebahagiaan hidup hanya bisa

dinikmati pada masa muda. Ia adalah masa yang mana anak-anak

mendamba bisa sampai kepadanya dan orang tua berangan-angan bisa

kembali kepadanya.34

E. Strategi Komunikasi Dakwah

Dari penjelasan diatas sehingga peneliti mendefinisikan bahwa

strategi komunikasi dakwah adalah sebuah perencanaan dalam proses

penyampaian pesan atau informasi dengan bertujuan mengajak umat kepada

ajaran Islam demi meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adapun

beberapa Strategi atau metode komunikasi dakwah terhadap pemuda di desa

sebagai berikut:

1. Metode Komunikasi Dakwah

Allah Swt telah mengabarkan metode dakwah itu di dalam (QS. An-

34 Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad, hlm.
274-275
24

Nahl: 125)

‫َُُٰى‬
‫حۡك َم ُُةَُو ٱۡل َم ۡو عَظ ُُةٱۡل َح َس َن ُة َو ََٰج دۡل هُم بٱل‬ ‫ٱۡد ُُع إ َل َس ٌب ُُلَر بَُك بٱۡل‬
‫هَُُو أَۡع ل َُُم بَم ُن َض َُُّل َع ُن َس ٌب ل ُهُۦَو هَُُو‬ ‫ًَُّت ًهَُُ أَۡح َس ُُن إ َُُّن َر َّب َُُك‬
‫َُُن‬
ُ ‫أَۡع ل َُُم بٱۡل مۡه َت د‬
Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah

itu meliputi tiga cakupan, yaitu:

a. Metode bi al-Hikmah

Dakwah bi al-hikmah adalah menyampaikan dakwa dengan cara yang

arif bijaksana yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga

pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya

sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan

kata lain dakwa bi al-hikmah merupakan suatu pendekatan

komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.35

a). Pengertian bi al-Hikmah

Kata “Hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20

kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat.Bentuk

masdarnya adalah “hukuman” yang diartikan secara makna

35 Toto Tasmoro, Komunikasi dakwah, (Jakarat: Gaya Media Pratama, 1987),


hal. 37
25

aslinya adalah mencegah.Jika dikaitkan dengan hukum berarti

mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah

maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam

melaksanakan tugas dakwah.

M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui

rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan

dalam arti ucapan yang sedikit lafazh, akan tetapi banyak makna

ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat dan

semestinya.

Toha Yahya Umar menyatakan bahwa Hikmah berarti

meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha

menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman

dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-Hikmah

adalah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah

dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.Al-hikmah

merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta

realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang

komunikatif.Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang

menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

b). Hikmah Dalam Dakwah


26

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hikmah dalam

dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat

menentukan sukses tidaknya dakwah.Dalam menghadapi mad‟u yang

beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para

da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang

hati para mad‟u dengan tepat.Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk

mampu mengerti dan memahami sekaligus

memanfaatkan latar

belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu

yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.

Da’i yang sukses biasanya juga berangkat dari kepiawaiannya dalam

memilih kata, mengolah kalimat dan menyajikannya dalam kemasan yang

menarik.

Da’i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama tanpa

mengamalkannya. Seharusnya da’ilah orang pertama yang mengamalkan

apa yang diucapkannya.Seperti yang difirmankan Allah melalui (QS. Ash-

Shaf: 2-3)

‫ ( ٌَََٰٓأ‬٢) ‫َس َّب َُح لَُُّّل َم ُا ًُفٱلَّس ََٰم ََٰو ُُت َو َم ُا ًُفٱۡۡل َۡر ُُض َو هَُو ٱۡل َع ز ُُز ٱۡل َح ك ُُم‬
(١) ‫َه ُاٱل َّذ َُن َء اَم نو ُا لَُُم َت ق ول وَُُن َم ُا َُُل َت ۡف َع ل وَُُن‬
Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan


sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan
(3)”
27

Kemampuan da’i untuk menjadi contoh nyata umatnya dalam

bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh

seorang da’i. Dengan amalan nyata yang langsung dilihat oleh

masyarakatnya, para da’i tidak terlalu sulit untuk harus berbicara banyak,

tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar

berbicara.36

b. Metode Al-Mau‟idza Al-Hasanah

Secara bahasa, mau‟izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu

mau‟izhah dan hasanah. Kata mau‟izhah berasal dari kata wa‟adza-

ya‟idzuwa‟dzan-„idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan, dan

peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi‟ah yang artinya

kebaikan lawannya kejelekan.

Menurut Abdul Hamid al-Bilali: al-Mau‟izhah al-Hasanah merupakan

salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah

dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar

mereka mau berbuat baik.Dan sikap lemah lembut ini telah Allah firmankan

melalui surat (QS. Ali-Imran: 159 )

‫َُُظ‬ ‫ُُۡم‬ ‫َُُّّل‬


‫مَُُنٱ ل لنَُُتل َه َو َلُۡو كنَُت َف ًّظ ا َغ ل ٱۡل َقۡل ُب ََلنَف ضو‬ ‫َف بَم ا َر ۡح َم ُٖة‬
‫ُُۡن‬
‫ام‬
‫ُف َع ۡن هُُۡم َُو ٱۡس َت ۡغ فُُۡر ل َه ُُۡم َو َش ا وۡر هُۡم ًُفٱۡۡل َۡم ُُر َفإ َذ ا َع َز ۡم َُُت‬ ‫َح ۡو ل َُك َفٱۡع‬
‫َُُن‬ ‫َُُّّل َُُّن ََُُّّل‬ ‫ُُۡل‬
ُ ‫ل إ ٱل ٌ ح ُُب ٱۡل مَت َو ُك ل‬ ‫َفَت َو َّك َع َلُى ٱ‬
Terjemahannya:

36 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 243-248.


28

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”

Mau‟izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang

mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita

gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan

pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan

akhirat.37

c. Metode Al-Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata “jadda”

yang bermakna memintal, melihat. Apabila ditambahkan Alif pada huruf jim

yang mengikuti wazan Faa ala. “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan

“mujaadalah” perdebatan.

Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah

(al-Hiwar).Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang

dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang

mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.

Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, alMujadalah

merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergi, yang

tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat

37 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,h. 250-252


29

yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara

satu dengan lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya

berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas

menerima hukuman kebenaran tersebut.38

2. Sumber Metode Komunikasi Dakwah

a. Al-Qur’an Dan As-Sunnah

Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang membahas tentang

masalah dakwah.Dan pokok pondasi dalam dakwah adalah berpegang

teguh di atas Al-Qur’an dan Sunnah.Allah Swt menjamin kebahagiaan

dan keselamatan dengan hal tersebut sebagaimana dalam firman-Nya

(QS. Thaha: 123-124).

‫م َع ُاَب ۡع ض كُُۡم لَب ۡع ُض َع د ُو َفإ َّم ُاٌَ ۡأ تٌَ َّن كم م‬ ‫َقاٱَُُلۡه بَط ا مۡن َه ُاَج‬
‫ُُۡن‬ ‫َُُٰى‬
‫َو َم أَۡع َر َُض َع ن ذۡك رُي‬: ٣٢١9 ‫هَداَُُيَف َُُلَ ض ُُلَو َُُلٌَ ۡش َق‬ ‫ًُن هٗد ُىَفَم ُُنٱَّت َب َُُع‬
‫َُُٰى‬ ‫ُُٗة‬
‫ََٰق‬
ُ: ٣٢١9 ‫َض نٗك ُا َو َنۡح ش ره ُۥٌَ ۡو َُُم ٱۡل َم ُُة أَۡع َم‬ ‫َفإ َُُّن َل ُهُۥ َم ٌع َش‬
Terjemahnya:
“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia
tidak akan sesat dan tidak akan celaka, dan Barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan
buta”.
Di dalam sunnah rasul banyak kita temui hadis-hadis yang

berkaitan dengan dakwah.Begitu juga dalam sejarah hidup dan

perjuangannya dan cara-cara yang beliau pakai dalam menyiarkan

38 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253-255


30

dakwahnya baik ketika beliau berjuang di Makkah maupun di Madinah.

Semua ini memberikan contoh dalam metode dakwahnya.Karena

setidaknya kondisi yang dihadapi Rasulullah Saw ketika itu dialami juga

oleh juru dakwah sekarang ini.

b. Sejarah Hidup Para Sahabat dan Fuqaha

Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqaha

cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru

dakwah.Karena mereka adalah orang yang expert dalam bidang agama.

Muadz bin Jabal dan para sahabat lainnya merupakan figur yang patut

dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah.

Allah Swt telah memuji para sahabat di dalam Al-Qur’an (QS. At-Taubah:

100).

‫ۡۡل‬ ‫ۡۡل‬
‫َو ٱلََّٰس بق وَُن ُ ٱ ََّو ل وَُن مَُن ُ ٱۡل مََٰه ج ر َُن ُ َُو ٱ َن َص ا ُر ُ َُو ٱل َّذ َُن ُ ٱَّت َب‬
‫عو هُم بإ ۡح ََٰس ُٖن َّر ضًَُ ُ ٱلَُّّل َع ۡن هُۡم ُ َو َر ضو ا َع ۡن ُهُ َو أََع َُّد ُ ل َه ُۡم‬
‫ََّٰن‬
‫َُج ُٖت ُ َتۡج رُي‬
‫َتۡح َت َه ُا ٱۡۡل َۡن ََٰه ُُر ََٰخ ل د َُُن ف َه ُٓا أََبٗد ُا ََٰذ لَُُك ٱۡل َفۡو ُُز ٱۡل َع ظ ُُم‬
Terjemahnya:

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)


dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selamalamanya. Mereka
kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.

c. Pengalaman
31

Esperience is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya

pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak.

Pengalaman juru dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang

banyak dan kadangkala dijadikan referensi ketika berdakwah.39

Setelah kita mengetahui sumber-sumber metode dakwah sudah

sepantasnya kita menjadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan

aktivitas dakwah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang

sedang terjadi.40

3. Aplikasi Metode Komunikasi Dakwah Rasulullah Saw.

Ketika metode dakwah tersebut diaplikasikan Rasulullah Saw.dalam berbagai

pendekatan, diantaranya yaitu:

a. Pendekatan Personal

Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara

da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan

langsung diterima dan biasanya reaksi oleh mad’u akan langsung

diketahui. Seperti ini pernah dilakukan pada zaman Rasulullah Saw.ketika

berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian, tidak menutup

kemungkinan di zaman era modern seperti sekarang ini pendekatan

personal harus tetap dilakukan karena terdiri dari berbagai karakteristik.Di

sinilah letak elastisitas pendekatan dakwah.41

b. Pendekatan Pendidikan

39 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 19-21


40 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 256
41 Ahmad Hatta, The Great Story Of Muhammad saw,(Jakarta: Maghfhira Pustaka,
2011), h. 113
32

Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan

dengan masuknya Islam kepada para kalangan sahabat. Begitu juga pada

masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi

dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak

Islam ataupun perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat materi-materi

keislaman

c. Pendekatan Diskusi

Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai

keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber, sedangkan mad’u berperan

sebagai audience. Tujuan dari diskusi ini adalah membahas dan

menemukan pemecahan semua problematika yang ada kaitannya dengan

dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan

keluarnya.Dan Allah telah mengabarkan tentang pendekatan diskusi

(debat) di dalam Al-Qur’an, AllahSwt berfirman (QS. An-Nahl: 125)ُ


Sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah di dalam (QS. Al-Ankabut:

46)

‫ًَُّت‬
‫دل ٓو ا أَۡه ٱَُلۡل كََٰت ُُبإ َّلب ٱل ًهَُ أَۡح َس ُنإ ٱَُّلل َّذ َُن َظ ل َم و‬ ‫َو َُل تََٰج‬
‫ه ُۡم َو ق ول ٓو ا َء اَم َّنُا بٱل َّذ ُُٓيأ ن زَل إ ٌَۡل َن ُاَو أ ن زإَُل َۡل كُۡم َو إ ََٰل‬ ‫ا مۡن‬
‫هَن ُاَو إ ََٰل ه كُۡم ََٰو ح ُد‬
‫َو َنۡح ُن َل ُهُۥ مۡس ل موَُن‬
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara
33

mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab)


yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya
berserah diri”
d. Pendekatan Penawaran

Salah satu falsafah pendekatan penawaran yang dilakukan Nabi adalah

ajakan kepada Allah Swt. tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Cara ini

dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga

mad’u ketika meresponsnya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia

melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam. Cara ini

pun harus dilakukan oleh da’i dalam mengajak mad’unya.

e. Pendekatan Misi

Maksud dari pendekatan misi adalah pengiriman tenaga para da’i ke

daerah-daerah di luar tempat domisili. Kita bisa mencermati untuk masa

sekarang ini, ada banyak organisasi yang bergerak di bidang dakwah

mengirimkan da’i mereka untuk disebarluaskan ke daerah-daerah yang minim

para da’inya, dan di samping itu daerah yang menjadi tujuan adalah biasanya,

kurang memahami ajaran-ajaran Islam yang prinsipil.

Pendekatan-pendekatan di atas adalah sebagian kecil dari seluruh

pendekatan yang ada, dan semua itu bisa dijadikan acuan oleh para da’i dalam

melakukan kegiatan dakwahnya.42

42 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 257-258


BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu peneliti yang

memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif sebagai

realita sosial, serta memaparkan bagaimana strategi komunikasi dakwah

terhadap pemuda di desa Bontongan.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi objek yang

alamiah.

Filsafat postpositivisme juga disebut paradigma interperatif dan

konstruktif, yang memandang realita sosial sebagai suatu yang utuh,

kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejala bersifat interaktif.43

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, dan

peneliti mengambil lokasi di desa Bontongan. Adapun sasarannya yaitu

masyarakat yang ada di desa Bontongan khusunya para pemuda.

C. Pendekatan Penelitian

Merujuk pada pendekatan yang digunakan peneliti, yaitu jenis penelitian

kualitatif yang tidak mempromosikan teori sebagai alat yang hendak diuji.

Maka teori dalam hal ini berfungsi sebagai hal pendekatan untuk memahami

lebih dini konsep ilmiah yang relevan dengan fokus permasalahan.Dengan

35
43 Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 14-15
35

demikian, peneliti menggunakan beberapa pendekatan yang dianggap bisa

membantu peneliti.

1. Pendekatan komunikasi

Pendekatan komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.

Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain

baik dalam kehidupan sehari-hari dimana pun manusia berada. Tidak ada

manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri

begitu juga halnya bagi suatu lembaga atau organisasi. Dengan adanya

komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil

dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak ada komunikasi oganisasi

dapat berantakan tujuan yang diinginkan44

2. Pendekatan sosiologi

Pendekatan sosiologi adalahsuatu landasan kajian sebuah studi atau

penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat. Jika

dikaitkan dengan penelitian yang akan peneliti teliti harus menggunakan

pendekatan sosiologi karena ketika proses pengelolaan dakwah berjalan

maka harus menjalin interaksi dengan pemimpin atau manajer dan

bawahan serta masyarakat. Karena pada dasarnya konsep awal manusia

adalah saling membutuhkan satu sama lain dan tidak mampu bertahan

hidup sendiri. Dalam ilmu sosiologi ada dua unsur yang tidak bisa lepas

yaitu individu dan masyarakat. Dapat dipahami bahwa masyarakat adalah

44 Rahmat kryantono, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: kencana, 2009), h. 15.


36

kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh system, adatistiadat,

hukum dan norma yang berlaku.45

D. Sumber Data

Data penelitian terdiri dari dua sumber yaitu sumber data primer dan data

sekunder.

1. Sumber data primer atau pokok yang dibutuhkan yang diperoleh secara

langsung (dari tangan pertama) atau diperoleh secara langsung dari

informan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu

strategi komunikasi dakwah di desa bontongan. Dalam penelitian ini

yang termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan informan yang

bertujuan untuk menggali informan yang lebih mendalam tentang

berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2. Sumber data sekunder adalah sember data pelengkap yang dibutuhkan

dalam penelitian dari sumber yang suda ada. Sumber data sekunder yaitu

pustaka-pustaka yang memiliki relevansi dan bisa menunjang penelitian

ini, yaitu, dapat berupa buku, majalah, Koran, internet, jurnal serta

sumber data lain yang dapat dijadikan sebagai referensi

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi kepustakaan (Library Research ), yaitu dengan membaca buku,

dokumen-dokumen, dan media informasi lain yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

2. Wawancara, yaitu Tanya jawab dengan narasumber yang berhubungan

dengan

45 Zulfi Mubarak, Sosiologi Agama Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius


Kontemporer, (Cet-1; Malang: Malang Press, 2006), h. 5.
37

3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara


mengadakan

pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.

F. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penelitian dan deskripsi fokus dalam pembahasan skripsi ini dapat di
lihat pada tabel berikut:
No Fokus Deskripsi Fokus

1 Strategi komunikasi dakwah adalah suatu

cara atau metode yang digunakan

mengajak individu maupun jamaah untuk

mengajarkan tentang agama islam sesuai

dengan ajaran Qur’an dan sunnah.

Strategi komunikasi dakwah yang

digunakan di desa Bontongan adalah

Kultum subuh, Pengajian mingguan,

pengajian bulana, Tahsinul Qur’an,

Pembelajaran bahasa Arab, Pendekatan

Sosial, personal dan olaraga.

2 Pemuda Pemuda adalah yang bila di lihat secara


fisik mengalami perkembangan dan
secara psikis sedang mengalami
38

perkembangan emosional dan berusia


1530 tahun dan kadang-kadang sampai
umur 40 tahun. Fokus penelitian Pemuda
di desa bontongan adalah yang berusia
1540 tahun dan berstatus sebagai pelajar,
pekerja dan yang tidak bekerja.

3 1. Semangat dan minat pemudah yang

kurang

2. Pengaruh kehidupan modern


dan

media sosial

3. Kurangnya didikan orang tua tentang

pengenalan agama semenjak usia dini.

4. Kurangnya dorongan orang tua untuk

menyekolahkan anak-anak nya di

sekolah Agama sampai ke perguruan

tinggi.

5. Pandangan masyarakat
terhadap

peluang kerja lulusan perguruan tinggi

agama masih minimpeluang kerja,

sementara lulusan perguruan tinggi

umum mendapat peluang luas.


39

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesia, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan. Analisis data

dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Menurut Nasution yang dikutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode

Penelitian Kualitatif bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan

mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus

sampai penulisan hasil penelitian.46

Tujuan analisis data ialah untuk menyederhanakan data ke dalam

bentuk yang mudah dipahami.Metode yang digunkan ini ialah metode survey

dengan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun dapat

dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang serta sesuai

dengan judul peneliti. Teknik pendekatan deskriptif kualitatif merupakan suatu

proses yang menggambarkan keadaan sasaran yang sebenarnya, peneliti secara

apa adanya, sejauh yang peneliti dapatkan dari hasil observasi, wawancara dan

juga dokumentasi.47 Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif

dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna dan

46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 245


47 Sugiyono , Metode Penelitian Pendidikan, h. 335
40

komunikatif.48

Pada tahap awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebur dan

belum tampak jelas, sedangkan observasi masih bersifat umum dan luas.

Setelah fokus semakin jelas, maka peneliti menggunakan observasi yang lebih

berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih sfesifik.

1. Reduksi data. Reduksi data lebih memfokuskan, menyederhanakan, dan

memindahkan data mentah kedalam bentuk yang lebih mudah dikelola.

Tegasnya, reduksi data adalah membuat ringkasan, mengkode,

menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat bagian,

penggolongan, dan menulis memo. Kegiatan ini berlangsung

terusmenerus sampai laporan akhir lengkap tersusun.49

2. Penyajian data. Penyajian data adalah sebagian sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data berbentuk teks naratif diubah

menjadi berbagai jenis bentuk matrik, grafiks, dan jaringan.

3. Menarik kesimpulan. Setelah data disajikan yang juiga dalam rangkaian

analisa data., maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan

data. Dalam tahap analisa data seorang peneliti kualitatif mulai mencari

arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi.

48 Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2003), h. 107
49 Salim dan Syahrum, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet-4; Bandung: Citapustaka
Media, 2012), h.148-150
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Bontongan

1. Geografis

a. Letak dan luas wilayah

Desa bontongan merupakan salah satu dari 15 desa di wilayah

kecamatan baraka yang terletak 4 km ke arah timur dari ibu kota

kecamatan baraka dan jarak dari ibu kota kabupaten ± 42 km. Desa

bontongan mempunyai luas wilayah seluas ±2300 km2.. Berbatasan

dengan sebelah utara desa salukanan, sebelah selatan desa lunjen,

sebelah barat desa buntu mondong, dan sebelah timur desa tirowali,

ketinggian tanah 800-1200 m di atas permukaan laut,.

b. Iklim

Iklim desa bontongan sebagai mana desa-desa lain di wilayah

indonesia mempunyai musim kemarau dan penghujan, hal tersebut

mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa

bontongan kecamatan Baraka.

2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

a. Jumlah penduduk, Tingkat pendidikan dan Mata pencaharian

Desa bontongan mempunyai jumlah penduduk 2390 jiwa, yang

tersebar dalam 6 (enam) dusun dengan perincian sebagai berikut.

a). Jumlah penduduk

• Dusun Kalimbua 1 mempunyai jumlah penduduk 544 jiwa

42
Dusun Kalimbua 2 mempunyai jumlah penduduk 586 jiwa
42


• Dusun Banca mempunyai jumlah penduduk 365 jiwa

• Dusun Pelappo mempunyai jumlah penduduk 439 jiwa

• Dusun Talise mempunyai jumlah penduduk 215 jiwa

• Dusun Salassa mempunyai jumlah penduduk 361 jiwa

Dari jumlah penduduk desa berdasarkan usia maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah pemuda di desa dari umur 15-39 tahun berjumlah 1331 orang.
b). Tingkat pendidikan

Adapun dari tingkat pendidikan di desa Bontongan adalah sebagai

berikut.

• Pra Sekolah yang berjumlah 100 orang

• Sekolah Dasar yang berjumlah 386 orang


Sekolah Menengah Pertama yang berjumlah 119 orang

• Sarjana yang berjumlah 169 orang

c). Mata pencaharian

Di Desa Bontongan juga dihuni oleh berbagai macam kalangan

pekerjaan yang mulai dari seorang petani, pedagang, Pegawai negeri

sipil, buruh yang dengan perincian sebagai berikut.

• Jumlah Petani sebanyak 867 orang

• Jumlah Pedagang sebanyak 12 orang

• Jumlah PNS (Pegawai Negeri Sipil) berjumlah 105 orang

3. Pola Penggunaan Tanah

Pola penggunaan tanah umum nya di gunakan sebagai lahan

persawahan, perkebunan seperti sayuran, jagung, salak, palawija,

cengkeh dan lainnya dengan panen musiman.


43


4. Fasilitas Desa

Adapun fasilitas yang ada di Desa Bontongan memiliki

bermacam-macam fasilitas sebagai tonggak terwujudnya segala

kebutuhan dan kegiatan masyarakat desa Bontongan.

• Tempat ibadah seperti, Masjid berjumlah 4 buah dan Mushollah

berjumlah 2 buah.

• Pelayanan Kesehatan seperti, Puskesmas Desa


(PUSTU)

berjumlah 1 buah

• Jalan Aspal

• Lapangan Olahraga
Pelayanan Pendidikan seperti, Sekolah berjumlah 3 buah dan TK

berjumlah 1 buah.

• Perpustakaan Umum berjumlah 3 buah

• Kantor Desa berjumlah 1 buah.50

5. Keadaan Sosial budaya

Budaya adalah salah satu identitas atau corak dari suatu

lingkungan masyarakat tertentu. Adapun sosial budaya yang ada dan

dilakukan masyarakat Desa Bontongan adalah sebagai berikut:

• Gotong Royong pembangunan jalan tani

• Gotong Royong menanam dan memanen padi dan jagung

• Gotong Royong pembangunan sumber air

• Gotong Royong pembangunan rumah

50 Pemerintah desa Bontongan. Data Dasar Profil Desa Bontongan


Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, (Bontongan: 2017), h. 14-16
44


• Gotong Royong mencari kayu bakar di hutan untuk acara

pernikahan

• Gotong Royong pembangunan fasilitas umum

• Mengadakan Lomba di Hari kemerdakaan Indonesia.

6. Potensi Desa

Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dan potensi Desa

Bontongan yang dapat dijadikan landasan dalam perumusan strategi untuk

mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan

datang adalah :
45

a. Sumberdaya Manusia

Semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

pendidikan terbukti bahwa sudah banyak pemuda dan warga yang

melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi bahkan sudah ada

beberapa diantaranya yang menyandang gelar sarjana dari berbagai jurusan.

Ekonomi (biaya) menjadi alasan utama penyebab tingginya angka

putus sekolah di kalangan anak usia sekolah khusus jenjang Perguruan

Tinggi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Desa

Bontongan dalam meraih visi cerdas.

b. Demografi

Pertumbuhan penduduk yang tidak stabil setiap tahun, disatu sisi

menjadi beban pembangunan karena ruang gerak untuk produktivitas

masyarakat makin rendah, apalagi jika tidak diikuti peningkatan pendidikan

yang dapat menciptakan lapangan kerja. Memang tidak selamanya

pertambahan penduduk membawa dampak negatif, malahan menjadi positif

jika dapat diberdayakan secara baik untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Kondisi ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian

dan penanganan secara komprehensif adalah terjadinya peningkatan angka

usia kerja setiap tahunnya.

Pertumbuhan angkatan kerja yang memasuki dunia kerja di mana

dari angkatan kerja yang mencari kerja tersebut tidak dapat terserap pada

lapangan kerja yang tersedia khususnya dalam konteks hubungan kerja


46

(bekerja di sektor pemerintah atau di sektor swasta/perusahaan), karena

memang daya serap dari sektor-sektor tersebut sangat terbatas, sehingga

sebagai “katup pengaman” harus dapat dikembangkan sebagai potensi atau

peluang bekerja terbuka luas melalui kerja mandiri/wirausaha (sektor

ekonomi non formal).

Jumlah penduduk desa Bontongan termasuk jumlah yang besar bagi

ukuran suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan menjadi satu

kekuatan/potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi sumber daya

manusia.

B. Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Dsa Bontongan

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Mendakwahi pemuda adalah cara efektif dalam mencapai sasaran

pembangunan. Sehingga besarnya partisipasi pemuda yang islami akan sangat

efektif dan berpengaruh peranannya pada pembangunan suatu daerah.

Maka, mendahulukan dakwah kepada pemuda menjadi hal yang

penting. Mengingat, pastisipasi pemuda sangat besar artinya bagi

pembangunan, khususnya membangun mental. Merekalah yang akan

menentukan dalam tercapainya suatu kemajuan/kemakmuran bagi suatu

bangsa.51

Seperti halnya para pemuda di desa Bontongan memiliki peranan

yang sangat penting terutama dalam bidang agama, Pemuda sebagai generasi

51 Misbahul Wani.2019.Pemuda Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah:Pemuda Islam Yang


Berkualitas Tidak Lepas Dari Pendidikan Orang Tua Yang Totalitas. Lihat di Jurnal Studi
Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadits http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-dzikra Volume 13,
No. 1, Juni Tahun 2019, Halaman 71 – 94 DOI://dx.doi.org/10.24042/al-dzikra.v13i1.2077.pdf.
Diakses pada 07 Juni 2020
47

penerus cita-cita perjuangan bangsa akan mengambil alih tanggung jawab

kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan keluarga sampai dengan

kepemimpinan bangsa dan negara. Pemuda dengan kepribadian yang belum

stabil, gemar meniru, dan mencari-cari pengalaman baru sangat mudah

terpengaruh dan mengadopsi nilai-nilai yang mereka anggap modern dan trend

untuk dijadikan anutan dalam menjalani kehidupan mereka. Secara mikro,

tugas dan tanggung jawab pendidikan atau pembinaan pemuda adalah amanah

Allah SWT kepada kedua orang tua dalam rumah tangga, namun secara makro

hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama orang tua di rumah tangga,

guru-guru di sekolah, pemerintah serta tokoh agama dan tokoh masyarakat di

lingkungan masyarakat.52

Dan tanggapan dari seorang Tokok Masyarakat di Desa Bontongan

yang bernama Karim mengatakan :

“Dalam pengabdian pemuda di masyarakat jarang pemuda tidak ada


kalau ada kegiatan-kegiatan seperti bulan suci ramadhan juga berperan
semua, ada yang protokol ada yang mengaji, safari ramadhan, menjadi
panitia qurban, pembangunan jalan yang didominasi 70-80% pemuda dan
juga kalau ada orang meninggal dunia mereka pergi menggali kubur
tanpa digaji itu walaupun sedikit serta dari kalangan pemuda mereka
turut ikut mencuci piring di acara pernikahan dan 90% hanya pemuda
10% saja orang tua. Dan mereka dibagian olahraga itu seperti sepak bola,
vollyball sangat bersemangat, dan hampir pemuda di bidang agama dan
umum ada cuma beberapa saja orang, apa lagi sekarang ini hampir jarang
orang tua memperhatikan anaknya. Maka dari itu kita fokus arahkan
generasi kita itu dalam 2 hal yakni agama dan olahraga, karena di situ
kita himpun mereka karena kalau agama barangkali ada yang lari tapi
kalau di dekati di tempatnya anak.”.53

52 Nur Said Rahmatullah, Strategi Dakwah Komunitas Sahabat Muda Surabaya


Dalam Membentuk Pemuda Sosial Entrepreneur Yang Islami, Tesis Sarjana Pendidikan, (Jakarta:
Perpustakan UIN, 2017), h. 69-71
53 Karim, Tokoh Masyarakat di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan,
29 Juni 2020
48

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari tanggapan seorang tokoh

masyarakat dalam pengabdian mereka di desa dan terlihat dari peranan mereka

dalam berbagai kegiatan sosial, olahraga dan pembangunan serta kegiatan

mereka dalam bidang keagamaan tapi sebagian kecil saja dari mereka yang

memiliki minat dalam keagamaan disebabkan orang tua yang kurang

memperhatikan anaknya dalam permasalahan agama mereka. Maka dari itu

diharapkan untuk fokus mengarahkan generasi pemuda untuk menjadi lebih

baik terkhusus dalam bidang keagamaan. Hal inilah yang menjadi perhatian

para Da’i untuk lebih meningkatkan lagi gerakan dakwahnya khusunya kepada

pemuda dan masyarakat desa bontongan agar islam yang salah satu misinya

rahmatan lilalamin (rahmat seluruh alam) yang merupakan suatu kebenaran

dapat tersebar luas dan dijadikan panduan hidup, karena dengan berpegang

teguh pada ajaran islam pemuda dan masyarakat akan tetap teguh memegang

kebenaran dan selektif terhadap segala sesuatu yang datang dalam

kehidupannya.

Salah satu faktor keberhasilan dalam berdakwah adalah

memprioritaskan target dakwah. Dengan memberikan prioritas, dakwah akan

menjadi lebih mudah karena seorang dai sudah bisa menentukan apa yang

harus dilakukan, bagaimana ia harus bersikap, materi apa yang harus

disampaikan serta dapat melihat dengan jelas cara berpikir seperti apa yang

akan ditemuinya.54

54 Nur Said Rahmatullah, Strategi Dakwah Komunitas Sahabat Muda Surabaya


Dalam Membentuk Pemuda Social Entrepreneur Yang Islami, h. 67
49

Strategi dakwah dalam meningkatkan pemahaman agama yang

dilakukan di desa bontongan meliputi dakwah terhadap pemuda dan dakwah

terhadap masyarakat, antara lain: dakwah dengan melalui mengadakan

pengajian di masjid, taklim, tahsin Qur’an, dan belajar bahasa arab.

Strategi komunikasi terhadap pemuda di desa bontongan mempunyai

maksud dan tujuan yaitu untuk membangkitkan semangat para pemuda dalam

mengetahui tentang ajaran-ajaran Islam secara lebih terperinci. Dan juga

sebagai media dakwah di kalangan remaja khususnya, karena kita ketahui

remaja sekarang sangat rentan dengan pergaulan yang bebas.

Dalam hal ini di tengah-tengah pergaulan yang bebas sangatlah

diperlukan media dakwah yang bisa memberikan wawasan ajaran alhlusunnah

waljama'ah. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang sangat

rendah dengan pengetahuan ajaran Islam. Untuk itu strategi sangat diperlukan

dalam menerapkan nilai-nilai Islam para pemuda.

Kewajiban untuk berdakwah sangatlah penting, berdakwah tidak

hanya melibatkan seorang mubaligh atau da’i profesional, akan tetapi

berdakwah harus melibatkan masyarakat seluruhnya, khususnya para remaja

atau para pemuda yang akan menjadi seorang penerus bangsa ini dan

membawa bangsa ini di masa yang akan datang, sehingga aktivitas sehari-hari

harus terdorong pada hal-hal yang positif.55

Terdapat suatu indikasi, jika pemuda telah mampu memahami ajaran

55 Indra dito puspito, Strategi Dakwah Generasi Mudah Masjid Al-Hikmah, (Jakarta:
UIN, 2011), h.49-51
50

Islam dengan baik dan telah menjadikan keimanan (keyakinan beragama)

sebagai bagian integral dari kepribadiannya, maka keimanan itulah yang akan

mengawasi segala tindakan, perkataan dan kondisi emosional. Bapak Karim :

“Macam disini barangkali banyak kesekolah-sekolah agama dari pada


umum apalagi kami dulu hampir tidak ada yang kesolah SMP gelombang
say dulu, berapa saja disini ke aliyah daripada SMA, tsanawiyah juga dan
dihitung jari ke SMP, ada juga ceramah, membentuk organisasi dan semua
kegiatan agama disitu, seperti membuat perlombaan keagamaan pak desa
juga menganggarkan untuk kegiatan keagamaan seperti adzan, mengaji,
praktek sholat setiap bulan ramadhan. Dan pembinaan orang tua itu yang
berperan, dan peran orang tua disini kita syukuri karena ini jajahan DITI
gerombolannya dulu Kahar Muzakkar tertanam disini dan kalau ceramah
itu bulan suci ramadhan nanti jam 12 malam baru berhenti, waktu jaman
DITI tidak ada yang goyang kalau ada kita dengar musyrik itu langsung
dibawa kepasar ditembak mati, termasuk dulu ada orang palopo namanya
pak AZIS anggota DITI membina disini seperti membuat kelompok
pengajian dengan bahasa daerah disini setelah itu dipraktekan”. 56 Menurut

Bapak Jahaman :

“Sebagai motivasi atau acuan di adakan lomba ala kadarnya supaya anak
muda itu bisa belajar harian untuk persiapan tampil dan juga mengadakan
safari ramadhan serta memberikan kegiatan dan menghadirkan tokohtokoh
dari kecamatan atau kabupaten yah... seperti itu, dan yang dilakukan orang
tua disini dan selama ini kita antara 3 lapisan komunikasi orang tua ke
dewasa lalu ke pemuda adapun lewat pendidikan, pendidikannya lebih
kuat dan lebih berkesan persatuan antara guru, siswa dan orang tua”.57

Adapun maksud dari pendapat bapak Jahaman ialah Bentuk praktek

strategi komunikasi dakwah yang dilakukan adalah mengadakan perlombaan

setiap bulan ramadhan dan adanya kontribusi pemerintah kabupaten dengan

menghadirkan da’i-da’i di desa. Begitupun Komunikasi dakwah lebih berkesan di

sekolah.

56 Karim, Tokoh Masyarakat di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan, 29


Juni 2020.
57 Jahaman, Tokoh Agama di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan, 16 juni
2020.
51

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pembinaan keluarga merupakan

jalur pendidikan luar sekolah yang lebih menentukan karakter pemuda dan

merupakan pendidikan luar sekolah yang diselenggrakan dalam keluarga yang

memberikan keyakinan agama, nilai moral dan keterampilan. Orang tua yang

terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan orang pertama mempunyai hubungan

dengan anaktetapi juga merupakan orang yang paling lama memberikan

bimbingan sampai anak berdiri sendiri karena dengan kesadaran yang mendalam

serta didasari rasa cinta kasih sayang, sehingga dalam pendidikannya

dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Pembinaan dalam keluarga yang dilakukan orang tua, harus

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan dengan memberikan bimbingan

yang penuh kasih sayang dengan metode yang baik dan benar, aqidah, ibadah,

akhal mulia, kebersihan, kesehatan dan lain-lain. Dengan pola dan sistem

pembinaan yang demikian, maka akan tertanam sebuah perilaku dan moralitas

yang sejalan dengan nilai-nilai islam sampai dewasa, pendidikan inilah yang akan

mendorong diri pemuda untuk menjadi lebih baik dengan membekali dengan ilmu

pengetahuan serta akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama islam.

Salah satu kegiatan dakwah yang harus intensif dilakukan adalah

pembinaan keislaman pemuda agar menjadikan islam sebagai jalan hidup.

Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan pemuda dan masyarakat desa

dapat menegakkan agama Allah yang sebenarnya sehingga agama tersebut

menjadi sesuai dengan ajaran islam, dapat menyeru kepada perbuatan yang baik

dan mencega perbuatan yang buruk, pemuda dan masyarakat memahami tentang
52

ajaran islam yang sesungguhnya seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, dan

melahirkan pemuda yang islami dan berpegang teguh pada ajaran islam.

Adapun cara da’i dalam mengaplikasikan strategi dakwah, sudah di susun

dalam bentuk program-program dakwah yaitu membuat berbagai agenda.

1. Kultum subuh di laksanakan setiap hari setelah sholat subuh dengan

membahas masalah ibadah puasa wajib dan sunnah, dzikir pagi petang, fiqih

Kegiatan ini dilaksanakan agar pemuda bisa terus menambah ilmu

pengetahuannya tentang keagamaanya dan belajar langsung dari ustadz.

Mengingat ajaran Islam masih sangatlah luas, tidak sebatas ibadah wajib

dan sunnah saja, sehingga kegiatan pengajian mingguan dan bulanan ini

baik untuk menambah wawasan keagamaan remaja.

3. Tahsin Qur’an

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan dan

memperbaiki bacaan Alqur’an pemuda di desa Bontongan, kegiatan ini

dilaksanakan sehari dalam sepekan di setiap dusun yang ada di desa

Bontongan.

4. Pembelajaran Bahasa Arab

Mengingat akan pentingnya memahami pedoman hidup manusia

berupa Al Qur’an dan Hadits maka di laksanakanlah kegiatan

pembelajaran Bahasa Arab kepada pemuda agar mereka dapat memahami

bahasa arab terutama kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin

mudah memahami islam dari pada yang tidak mempelajarinya sama sekali,
53

pemuda juga dapat lebih mudah dalam menghafalkan, memahami,

mengajarkan dan mengamalkan isi al-qur’an dan hadits-hadits nabi dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

5. Pendekatan Sosial

Salah satu untuk meraih tujuan dakwah maka peneliti turut ikut

serta dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat desa dengan gotong

royong dalam perkebunan dan pertanian seperti memanen padi dan jagung,

memetik buah salak sebagai tonggak pengaplikasiasn strategi dakwah

terhadap pemuda yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan

yang dengan itu memudahkan memberi wejangan-wejangan ilmu agama.

Nasrul Murni sebagai tokoh Pemuda mengatakan :


“Pemuda secara umum di desa Bontongan sangatlah aktif dalam
berbagai kegiatan seperti kegiatan sosial seperti mereka ikut serta
dalam gotong royong dalam pembangunan fasilitas desa, gotong
royong dalam pembangunan sektor perkebunan dan pertanian,
hajatan-hajatan, pembangunan rumah dan lainnya. Begitupun dalam
bidang olahraga yang di dominasi oleh pemuda dalam melakukan
kegiatan olahraga seperti sepak bola dan bola voli. Namun dalam
skala pemuda keseluruhan di dalam bidang keagamaan sangat rendah
atau kurang di minati hanya sebagian kecil saja terlihat dalam
keseharian mereka jarang datang ke masjid untuk melaksanakan
ibadah sholat serta mendengar ceramah-ceramah rutin yang
dilaksanakan di masjid.”58

Adapun Maksud dari salah seorang tokoh pemuda di desa

bontongan dapat kita pahami bahwa pemuda desa secara umum sangatlah

urgen dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti gotong royong pembangunan

fasilitas desa, acara hajatan, perkebunan dan pertanian. Begitupun dalam

kegiatan olahraga yang banyak diminati kaum pemuda, namun dalam skala

58 Nasrum Murni, Tokoh Pemuda di desa Bontongan, Wawancara Pribadi,


Bontongan, 08 Juli 2020
54

pemuda keseluruhan di dalam bidang keagamaan sangat rendah atau

kurang diminati.

6. Pendekatan Personal

Bagian dari aplikasi strategi komunikasi dakwah adalah dengan

melakukan pendekatan personal berupa kunjungan ke rumah-rumah

tetangga dengan metode obrolan perkara perkebunan, pertanian dan

pembangunan yang mengarah kepada agama serta menumbuhkan

silaturahim antar tetangga.

7. Pendekatan Olahraga

Pemuda adalah Masa yang dimana memiliki semangat yang tinggi

dan antusias yang besar maka dari itu untuk memanfaatkan bidang

olahraga peneliti turut ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pemuda yang

dilakukan hampir setiap hari seperti sepak bola dan bola voli yang

bertujuan mempererat silaturahmi antar pemuda di desa Bontongan.

Bapak Jahaman mengatakan bahwah:

“Kalau sosialnya itu dapat di syukuri cuma tidak lepas dari sebagian
kecil sulit terkendali atau sulit melaksanakan kegiatan sosial tapi,
yang mayoritasnya itu yah... di desa bontongan ini kegiatan sosialnya
serta antusias dan kalau di bidang keagamaan mayoritas itu dapat
disyukuri Cuma sulit untuk memunculkan suasana supaya tertarik
dalam pembelajaran atau melaksanakan kegiatan, maka itu yang
kami usahakan tapi Cuma menggebu-gebu pada awalnya namun
masih sangat membutuhkan bantuan, kalau dalam olahraga yah...
cukup suntikan-suntikan seperti olaraga dan seni”.59

Jadi, kesimpulanya kegiatan dakwah di desa Bontongan sangat

dibutuhkan. Pemuda di desa memiliki jiwa kebersamaan yang tinggi

59 Jahaman, Tokoh Agama di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan, 16


Juni 2020
55

terutama dalam hal pembangunan desa namun dalam kebersamaan

keagamaan masih rendah apalagi untuk membina pemuda yang kurang peduli

serta kurangnya minat mereka untuk mempelajari agama yang disebabkan

berbagai macam faktor seperti kurangnya dorongan orang tua, pengaruh

game online dan adanya sebagian pandangan masyarakat terhadap kurangnya

peluang kerja lulusan perguruan tinggi, pemuda sangat perlu di bina apa lagi

mengenai masalah agama agar mereka bisa memahami tentang dakwah secara

kesuluruhan dan adanya usaha berupa kegiatan keagamaan untuk memancing

minat dan meningkatkan semangat kepedulian pemuda terhadap agama agar

menjadi generasi rabbani yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan

negara dan untuk meraih kehidupan yang baik di akhirat kelak.

C. Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda Di Desa

Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Dalam setiap karaya maupun segala hal yang ada di dunia ini tidak

ada sesuatu yang sempurna, begitu pula dalam penulisan skripsi ini. Banyak

hal yang masih perlu dikoreksi untuk diperbaiki dan dikembangkan oleh

peneliti selanjutnya. Kurangnya tatap muka antara peneliti dengan pemuda

lainnya sebab sulitnya dalam mengumpulkan mereka, hal tersebut menjadi

faktor penghambat yang mendasari kurangnya informasi yang dapat menjadi

bahan perbandingan dan penunjang informasi yang bisa didapat oleh peneliti.

Hambatan yang dirasakan adalah sebgai berikut:

1. Kurangnya minat pemuda untuk mempelajari ilmu agama yang

mereka anggap membosankan dan melelahkan.


56

2. Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah hanya pada awal

kegiatan saja, setelah kegiatan rutin di laksanakan satu persatu

pemuda mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa

jenuh dan mengantuk.

3. Antusias pemuda yang masih kurang dan mudah terbawa arus

pergaulan sehingga sangat sulit mengajak untuk dapat ikut serta

dalam kegiatan.

4. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan modern menampilkan

banyak hal-hal menarik dan mengasyikkan namun tidak membawa

manfaat. Hal inilah yang bisa menjadi penghambat bagi dakwah

terhadap pemuda

5. Pengaruh gadget masuk hal-hal yang cenderung negatif, seperti

banyak dari remaja yang menghabiskan waktunya berjam-jam untuk

bermain game, dan bermain ponsel.

6. Kurangnya didikan orang tua tentang pengenalan agama semenjak

usia dini.

7. Kurangnya dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak-anak nya

di sekolah Agama sampai ke perguruan tinggi

8. Tidak adanya antusias pemerintah setempat membuat poster-poster

dakwah.

9. Pandangan masyarakat terhadap peluang kerja lulusan perguruan

tinggi agama masih minimpeluang kerja, sementara lulusan

perguruan tinggi umum mendapat peluang luas.


57

Bapak Jahaman sebagai tokoh Agama mengatakan :

“Di desa bontongan ini kegiatan sosialnya sangat antusias yang terlihat
dari kegiatan-kegiatan sosialnya seperti, gotong royong membangun
jalan kebun, membangun rumah, menanam atau memanen padi dan
jagung. Namun dalam kegiatan keagamaan pemuda sangat antusias dan
terlihat dari kegiatan-kegiatan mereka seperti lomba adzan dan safari
ramdhan serta adanya kegiatan pengajian rutin pemuda setiap pekan
itupun sebagian kecil saja pemuda di sini tapi mereka juga hanya
antusias pada permulaannya saja namun kurang semangat lagi di
belakangan maka dari itu kami masih sangat membutuhkan bantuan
untuk meningkatkan minat pemuda dalam agama. Adapun mereka
dalam kegiatan olahraga sangat bersemangat”.60

Dari pandangan seorang tokoh agama kita bisa menyimpulkan

bahwa pemuda di desa bontongan sangatlah urgen dan berperan penting

terhadap masyarakat terkhusus dalam bidang sosial pembangunan dan

olahraga, begitupun mereka di bidang keagamaan yang diiringi

kegiatankegiatan keagamaan berupa lomba adzan, safari ramadan serta

pengajianpengajian rutin pekanan namun dalam bidang keagamaan ini

hanya diistilahkan “panas-panas tai ayam” dalam artian semangat di awal

saja

namun lemah di akhir sehingga memunculkan harapan untuk

meningkatkan minat pemuda di desa dalam bidang keagamaan.

Sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan yang membuat pemuda

bisa perperan aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti contohnya aktif

dalam beribadah di masjid, membantu tentang hal keagamaan, membuat

kajian agama, dan lain-lain. Partisipasi dan kontribusi pemuda dalam hal

60 Jahaman, Tokoh Agama di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan,


16 Juni 2020
58

seperti ini belum maksimal, karen banyak faktor. Seharusnya peranan

pemuda dalam kehidupan masyarakat khusunya dalam kegiatan

keagamaan kurang lebih sama dengan peran warga lainnya dimasyarakat.

Pemuda mendapat tempat istimewah karena mereka dianggap

kaum yang sedang mencari peran dalam tatanan sosial. Dalam hal ini

mayoritas penduduk adalah muslim akan sangat berkembang dalam hal

keagamaan jika pemudanya maksimal dalam partisipasi dan lebih

mengembangkan kegiatan keagamaan dan pada saatnya nanti sewaktu

mereka mendapatkan peran, mereka akan menuangkan ide-ide baru ke

masyarakat.

Nasrul Murni :

“Aplikasi dalam komunikasi dakwah terhadap pemuda di desa


Bontongan hanya lebih aktif di masjid seperti dilaksanakannya kegiatan
pengajian-pengajian namun sebagian kecil saja pemuda yang hadir
disebabkan kurangnya pendakwah yang mumpuni untuk menarik minat
kaum pemuda serta kemungkinan adanya faktor kemalasan dan minat
dalam agama. Adapun dalam kegiatan sosial mereka sangatlah kurang
dimasukkan cerita perkara-perkara agama kecuali didominasi cerita
perkara keduniaan dan lelucon saja.”61

Adapun pendapat dari seorang tokoh pemuda Bahwasanya Praktek

dalam komunikasi dakwah di desa dengan adanya pengajianpengajian

namun masih lemah, begitupun dalam dalam kegiatan-kegiatan sosial yang

didominasi cerita perkara dunia dan lelucon saja dan kurang akan perkara

agama.termasuk Salah satu faktor yang mempengaruhi minat pemuda

dalam partisipasi sosial keagamaan adalah kurangnya motifasi dan

61 Nasrum Murni, Tokoh Pemuda di desa Bontongan, Wawancara Pribadi,


Bontongan, 08 Juli 2020
59

pembinaan dari orang tua itu sendiri, kurangnya kesadaran dari diri

individu pemuda karena pemuda usia sekolah menengah pertama bahkan

sampai perguruan tinggi egonya masih sangat tinggi dan lebih

mementingkan urusannya sendiri serta lebih banyak main-main dengan

teman sebayanya. Kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang pentingnya

untuk terjun langsung dalam kegiataan kepemudaan terutama soal urusan

agama, kurangnya percaya diri mereka untuk bersosialisas. Oleh karena itu

perlu di pikirkan ide-ide untuk membangkitkan keinginan pemuda

mempelajari agam islam tidak hanya melalu masjid saja tapi bisa juga di

lakukan media media cetak ataupun media online, seperti membuat

spanduk atau pun poster-poster dakwah, dan yang paling mungkin di

lakukan adalah dengan membuat grup dakwah di sosial media terkhusus

untuk pemuda desa bontongan di mana kecenderungan pemuda adalah

bermain telepon seluler.


60
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Sstrategi komunikasi dakwah yang dilakukan di desa bontongan

meliputi pengembangan agama terhadap di Wilayah desa bontongan

antara lain Kultum subuh secara rutin, Taklim mingguan dan bulanan,

Tahsinul Qur’an, Pembelajaran bahasa arab, serta melakukan

pendekatan kepada pemuda melalui kegiatan sosial dan olaraga.

2. Hambatan strategi komunikasi dakwah yang di rasakan peneliti adalah

Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah hanya pada awal

kegiatan saja, setelah kegiatan rutin di laksanakan satu persatu pemuda

mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa jenuh dan

mengantuk, Pengaruh gadget yakni banyak dari remaja yang

menghabiskan waktunya berjam-jam untuk bermain game, dan

bermain ponsel, Kurangnya didikan orang tua tentang pengenalan

agama semenjak usia dini serta kurangnya dorongan untuk bersekolah

di sekolah Agama.

B. Saran

1. Hendaknya masyarakat khusus nya orang tua agar memberikan

pemahaman agama kepada pada anak anak nya sejak usia dini.

2. Hendaknya kegiatan dalam memahami agama di desa bontongan agar

62
63
dibentuk Untuk pemerintah desa baiknya mengadakan aktivitas yang

lebih kreatif salah satunya dengan cara membentuk remaja masjid pada

setiap masjid didesa bontongan, dan membuat spanduk atau poster

postre dakwah yang di pasang ditempat tempat nongkrong pemuda.

3. Untuk pengembangan ilmu agama, agar mengirimkan da’i ke setiap


masjid yang ada di desa bontongan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim Terjemahan Kementrian Agama RI

Al-Qathani, Sa’id Bin Ali Bin Wahf. 2015. Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul
Aulad. Solo: Zamzam.

Arifin, Anwar. 1995. Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cangara.

Daradjat, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Cet-17; Jakarta: Bulan Bintang.
David, Fred. 2002. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhallinda.
Echols, Jhon M dan Hasan Saldi. 1990. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramesta.

Efendy, Onong Uchjana. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Efendy, Onong Uchjana.1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.

Efendy,Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikas Teori dan Praktek.Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Hafled. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Cet-3;
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikas Teori dan Praktik. Cet-1; Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Ghazali, M. Bahri. 1997. Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu


Komunikasi Dakwah. Cet-1; Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.

Indra, Dito p. 2011. Strategi Dakwah Generasi Mudah Masjid Al-Hikmah. Skripsi
Komunikasi Islam.

Kustadi, Suhandang. 2013. Ilmu Dakwah. Cet-1; Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset.

Hartono, 2004. Ilmu Sosiologi Dakwah. Cet-6; Jakarta: PT Bumi Aksar.

Hartono. 1992. Kamus Praktis B. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Misbahul, Wani. 2019.Pemuda Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah:Pemuda Islam


Yang Berkualitas Tidak Lepas Dari Pendidikan Orang Tua Yang Totalitas.
Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadits

Muhtadi, Asep Saeful dan Agus Ahmad Safei. 2003. Metode Penelitian Dakwah.
Bandung: Pustaka Setia.

Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka


Progresif.

Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi. 2006Manajemen Dakwah.Cet-1; Jakarta:


Prenadamedia Group.

Mubarak, Zulfi. 2006. Sosiologi Agama:Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius


Kontemporer. Cet-1; Malang: Malang Press.

Mujahidin, Neon. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.


Modry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik.Cet-1; Bogor: Ghalia
Indonesia.

Nur, Said R. 2017. Strategi Dakwah Komunitas Sahabat Muda Surabaya Dalam
Membentuk Pemuda Social Entrepreneur Yang Islami. Skripsi Komunikasi
Islam.

Pemerintah desa Bontongan. 2017. Data Dasar Profil Desa Bontongan


Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Data desa Bontongan.
DOKUMENTASI HASIL KEGIATAN
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Irfan Sirajuddin lahir

di Borong Raukang Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,

Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 11 Mei 1997, Anak ke lima dari enam

bersaudara pasangan dari bapak Sirajuddin Dg.Tompo dan ibu Salmah.

Peneliti ini menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Inpres Sero pada

tahun 2009, pada tahun ini pula peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Citra

Samata dan tamat pada tahun 2012, pada tahun peneliti melanjutkan pendidkan di

SMAN 2 Sungguminasa, dan tamat pada tahun 2015, pada tahun 2015 peneliti

melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi mengambil jurusan D2 Bahasa

Arab dan Studi Islam di Kampus Ma’had Albirr Unismuh Makassar dan tamat

pada tahun 2018, kemudian setelah itu melanjutkan pendidikan di Fakultas Agama

Islam Muhammadiyah Makassar Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam dan

menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai