Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tiara Bunga Mareta

Kelas : XI TIA

No Absen : 32

Gadis Kecil dan Dewi Bulan

Andini ialah seseorang gadis desa yang miskin. Mukanya cukup suram, karena dia
menanggung derita penyakit kulit di mukanya. Beberapa orang desa seringkali takut bila
berpapasan denganya. Andini pada akhirnya tetap memakai cadar.

Dalam satu malam, Andini punya mimpi berjumpa dengan pangeran Rangga. Putra Raja itu
populer dengan keramahannya serta ketampanannya. Andini ingin berteman dengannya. Dia
juga semakin seringkali mengimpikan Pangeran Rangga.

“Sudahlah, Andini! Buang jauh-jauh mimpimu itu!“ kata Ibu Andini, saat lihat anaknya
termangu di muka jendela kamar. “Ibu tidak punya maksud menyakiti hatimu. Kamu bisa
suka pada siapapun. Tetapi Ibu tidak mau pada akhirnya kamu sedih,“ papar Ibu Andini
lembut.

Sebetulnya Andini ikut sadar. Mimpinya sangat tinggi. Beberapa orang desa saja takut
memandangnya, ditambah lagi pangeran Rangga. Fikir Andini.

Dalam satu malam, Andini lihat panorama alam yang begitu indah. Bulan cemerlang jelas di
langit. Cahayanya lembut keemasan. Di sekelilingnya, terlihat bintang-bintang yang
berkelap-kelip. Malam itu demikian cerah.

“Sungguh cantik!“ gumam Andini. Matanya kagum melihat mengarah bulan.

Tidak diduga saja Andini ingat pada suatu dongeng mengenai Dewi Bulan. Dewi itu tinggal
di bulan. Dia begitu cantik serta baik hati. Dia seringkali turun ke bumi untuk membantu
beberapa orang yang kesulitan. Di desa Andini, tiap-tiap ibu yang ingin memiliki anak
wanita, tetap mengharap anaknya seperti Dewi Bulan.

Dahulu, saat Andini masih tetap kecil, mukanya juga secantik Dewi Bulan, menurut Ibu
Andini.
“Aku ingin meminta pada Dewi Bulan supaya saya dapat canti lagi seperti dahulu. Tapi…,
ah.., tidak mungkin! Itu tentu cuma dongeng!” Andini selekasnya menghalau harapannya.
Sesudah senang memandang bulan, Andini tutup rapat jendela kamarnya. Dia bergerak untuk
tidur dengan hati susah.

Andini ialah gadis yang baik. Hatinya lembut serta senang membantu orang yang lain. Satu
sore, Andini bersiap-siap pergi mengantar makanan untuk seseorang nenek yang tengah sakit.
Walau rumah nenek itu cukuplah jauh, Andini ikhlas menjenguknya.

Sepulang dari rumah si nenek, Andini kemalaman di dalam perjalanan. Dia bingung sebab
kondisi jalan demikian gelap. Tidak tahu dari tempat mana aslinya, tidak diduga, muncul
beberapa ratus kunang-kunang. Sinar dari badan mereka demikian jelas.

“Terima kasih kunang-kunang. Kalian sudah menerangi jalanku!“ kata Andini lega.

Dia berjalan, serta selalu berjalan. Akan tetapi, walau cukup sudah jauh berjalan. Andini
tidak ikut sampai di tempat tinggalnya. Andini tidak ikut mememukan tempat tinggalnya.

“Kusara saya telah tersesat!“ gumamnya cemas. Nyatanya beberapa kunang-kunang sudah
mengarahkannya masuk ke rimba.

“Jangan takut, Andini! Kami membawamu ke sini , supaya wajahmu dapat sembuh,“ tutur
seekor kunang-kunang.

“Kau?Kau dapat bicara?“ Andini memandang heran seekor kunang-kunang yang terbesar.

“Kami ialah utusan Dewi Bulan,“ jelas kunang-kunang itu.

Andini pada akhirnya datang di pinggir danau. Beberapa kunang-kunang beterbangan ke arah
langit. Demikian kunang-kunang menghilang, perlahan awan hitam di langit mengungkap.
Keluarlah cahaya bulan purnama yang jelas benderang.

“Indah sekali!“ Andini kagum. Kondisi di seputar danau jadi jelas.

Andini memerhatikan bayang-bayang bulan diatas air danau. Bayangan purnama itu
demikian bundar prima. Selang beberapa saat, pas dari bayangan bulan itu nampaklah figur
wanita berparas cantik.

“Si…siapa kau?“ bertanya Andini kaget.

“Akulah Dewi Bulan. Saya hadir untuk mengobati wajahmu,“ papar Dewi Bulan lembut.
“Selama ini kau sudah mendapatkan ujian. Sebab kebaikan hatimu, kau memiliki hak terima
air kecantikan dariku. Usaplah wajahmu dengan air ini!“ lanjut Dewi Bulan sekalian memberi
sebotol air.

Dengan tangan gemetar Andini menerimanya. Perlahan Dewi Bulan masuk kembali ke
bayang-bayang bulan di permukaan air danau. Lalu dia menghilang.

Andini selekasnya membersihkan mukanya dengan air pemberian Dewi Bulan. Malam itu,
Andini tertidur di pinggir danau.

Namun, benar-benar ajaib! Keesokannya. Dia sudah ada di kamarnya sendiri lagi. Saat
bercermin, dia begitu senang lihat kilit mukanya sudah halus lembut kembali seperti dahulu.
Dia sudah canti kembali. Ibunya heran serta senang.

“Bu, Dewi Bulan nyatanya betul-betul ada!“ narasi Andini.

Secara cepat kecantikan wajah Andini menyebar kemana saja. Bahkan juga sampai ikut ke
telinga Pangeran Rngga. Sebab ingin tahu, Pangeran Rangga juga mecari Andini. Kedua-
duanya pada akhirnya dapat berjumpa. Andini begitu gembisa dapat berteman dengan
pangeran idola hatinya.

Anda mungkin juga menyukai