Anda di halaman 1dari 34

Cerita akan melanjutkan ke waktu sekarang

Bab 38: Kisruh di Laboratorium

Malam itu hujan turun dengan lebat di kota London yang sunyi. Lord C duduk di laboratoriumnya sambil
membaca sebuah buku tua tentang kimia. Pikirannya kembali pada peristiwa seminggu lalu ketika ia
bergabung dengan "The Order".

Suasana hatinya masih campur aduk. Ada keraguan dan penyesalan namun ia tak punya pilihan. Untuk
menjaga keluarganya, ia harus bekerja sama dengan Ray si jenius jahat itu.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar. Pintu laboratoriumnya dibanting keras sehingga terbuka. Ray
masuk diikuti beberapa anggota berbadan besar dengan wajah garang. Wajah Ray begitu dingin dan
mengintimidasi.

"Ada apa ini?" tanya Lord C heran.

"Jangan pura-pura tidak tahu," kata Ray datar. "Kami sudah mengetahui rencana pemberontakanmu."

Lord C tampak terkejut. "Pemberontakan apa? Aku tidak bermaksud-"

"Diam!" bentak Ray. "Bawa dia!"

Dua orang berbadan besar maju dan menyeret Lord C. Ia berusaha memberontak namun tidak berdaya.
Ray berjalan di depan dengan angkuh menuju mobi lab pribadinya.

"Apa maksud semua ini?" teriak Lord C.

Ray berbalik dengan pandangan jahat. "Aku tidak butuh pemberontak dalam organisasi ku. Kau akan
menjadi contoh.."

Lord C merasakan firasat buruk. Ia mulai panik. Tiba-tiba Ray mengeluarkan pisau kecil dari sakunya..

Ray menatap Lord C dengan pandangan angkuh dan dingin. "Jadi kau pikir bisa menantangku?" desisnya.
Lord C tampak ketakutan. "Aku tidak bermaksud memberontak, sungguh. Aku hanya-"

"DIAM!" bentak Ray. Ia melangkah mendekati Lord C dengan tatapan membunuh.

"Kau tidak lebih dari seonggok sampah bagiku," ejek Ray. "Hanya karena aku belum membunuhmu, kau
berpikir bisa menjadikanku lawan?"

Wajah Lord C memucat. Ia tersudut. Ray tersenyum sinis melihat ketakutan di mata musuhnya itu.

"A-Ampunilah hambamu," mohon Lord C lemah. Ia mulai menundukkan kepalanya di hadapan Ray.

"Kau bahkan tidak pantas menjadi hambaku," balas Ray angkuh. Ia melemparkan Lord C ke lantai
dengan kasar. Lord C meringkuk sambil menangis tersedu-sedu.

Ray tertawa sinis melihatnya. "Lihat dirimu sekarang! Bahkan untuk memberontak pun kau tidak
pantas."

Lord C terisak,Hatinya hancur oleh hinaan dan kekejaman Ray. Ia benar-benar tak berdaya.

Barulah setelah Ray yakin telah menghancurkan mental musuhnya itu. Tawanya bergema di keheningan
malam...

Ray menatap Lord C dengan pandangan meremehkan dan sinis. "Jadi menurutmu kau bisa
menantangku?" desisnya tajam.
Lord C tampak takut dan bingung. "Aku tidak bermaksud memberontak. Sungguh."

"Kau pikir aku akan mempercayai pengkhianat sepertimu?" Ray menjawab dingin. Ia mulai menghina
dan mengintimidasi Lord C.

"Kau bukan apa-apa tanpaku. Hanya boneka yang kuizinkan bernapas!"

Lord C mulai tertekan. Ia berusaha membela diri tapi Ray terus menghinanya.

"Hamba yang tidak tahu diuntung!"

"Makhluk hina yang berani menantangku!"

Lord C semakin putus asa. Ia menangis tersedu-sedu sambil meringkuk di lantai. Ray tertawa jahat
melihatnya.

"Lihat dirimu! Bahkan untuk memberontak pun kau tidak pantas."

Lord C hancur oleh hinaan dan intimidasi Ray. Semangatnya redup. Ia benar-benar tak berdaya.

"Kau bukan apa-apa!" Ray berkata angkuh.

Lord C terus memohon ampun sambil menangis. Jiwa mulianya benar-benar hancur. Ia tak lebih dari
binatang yang terinjak-injak.

Ray tersenyum puas melihat Lord C yang sudah sepenuhnya tak berdaya. Ia menang! Menghancurkan
jiwa lawannya tanpa perlu mengotori tangannya sendiri.
"Ingat baik-baik lord C, kau tak lebih dari debu di bawah sepatuku."

Lord C hanya terisak putus asa,tak berdaya menanggapi hinaan Ray. Jiwa pahlawannya hancur di tangan
Ray si Jahat...

Tawa jahatku bergema di ruang tahtaku. Aku telah berhasil menghancurkan jiwa Lord C, musuh besarku.
Ia tak berdaya di hadapanku.

"Kau tak pantas bahkan untuk menjadi budakku!" ucapku angkuh. Lord C hanya terisak lemah
mendengarnya.

Namun kemenanganku belum sempurna. Aku memutuskan untuk membuatnya menderita lebih dalam
lagi.

"Bawa keluarga Lord C ke hadapanku!" perintahku pada anak buahku.

Tak lama kemudian, sang istri dan anak-anak Lord C diseret masuk. Mereka tampak bingung dan
ketakutan.

"Suamimu telah mengkhianatiku," kataku sinis pada sang istri. Air mata mulai menggenang di pelupuk
matanya.

"Jangan sakiti mereka.. Aku mohon," pinta Lord C lemah sambil menangis.

"Terlambat untuk meminta maaf!" bentakku. Kuambil pistol dari saku jubahku.
"Tidak! Jangan!" teriak Lord C putus asa. Tapi sudah terlambat. Kubidik kepala istrinya dan tembak!
Darahnya bercipratan ke seluruh ruangan.

Lord C menjerit pilu melihat istrinya tewas. Aku tertawa jahat. Kubidik satu persatu anak-anaknya.
Mereka menangis memanggil "Ayah!" sebelum tewas dalam tumpahan darah.

Lord C menangis putus asa melihat keluarganya dibantai di depan matanya. Aku berhasil
menghancurkan jiwanya sepenuhnya.

"Kau bukan siapa-siapa bagiku!" kataku dingin. Lord C hanya terisak lemah.

Aku tertawa jahat memandangi Lord C yang tak berdaya. Aku telah memenangkan pertarungan kami
dengan kejam!

"Rasakan pembalasanku, Lord C!"

"Kau sudah tak berdaya di hadapanku, Lord C," ejekku sambil tertawa. Lord C hanya terisak lemah.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Tapi aku orang yang adil. Kuperbolehkan kau memperjuangkan
hidupmu."

Lord C menatapku tidak mengerti."Apa maksudmu?"

Aku tersenyum licik."Bagaimana jika kita bermain kartu? Jika kau menang, aku akan melepaskanmu. Tapi
jika kau kalah..." ancamku sambil mengayunkan pisauku.

Lord C tampak ragu tapi putus asa."Baiklah, aku terima tantanganmu."


Aku tertawa jahat. Kukocok kartu sambil membayangkan kemenanganku. Lord C tampak gugup.

Kami mulai bermain. Lord C bermain dengan nekat tapi aku menang dengan mudah karena trik
curangku. Tawa jahatku meledak.

"Kau kalah!" seruku puas. Aku menodongkan pisauku padanya."Hidupmu sudah sampai di sini, Lord C!"

Lord C menatapku putus asa."Aku...mohon ampun."

"Tidak ada ampun bagi pengkhianat!" kataku dingin. Aku bersiap mengayunkan pisauku hingga...

Tiba-tiba suara riuh terdengar dari luar. Tampak beberapa prajurit masuk ke ruangan itu. Mereka
menangkapku dan membebaskan Lord C!

"Bagaimana bisa?!" jeritku marah sambil berontak.

Lord C tersenyum."Kartu curanganmu membuatku curiga. Jadi kukirim pesan rahasia untuk meminta
bantuan."

Aku menggeram marah sementara aku diseret pergi oleh prajurit. Lord C telah berhasil menjebak dan
mengalahkanku...

Bab 38: Kebalikan Takdir

"Kau pikir bisa mengalahkanku?!" geram Ray marah. Lord C hanya tersenyum tenang.
"Aku selalu tahu kau akan memberikan aku kesempatan itu," jawab Lord C lugas.

Ray tampak bingung."Apa maksudmu?"

Lord C menjelaskan,"Aku memang ditekan dan dihancurkan mentalnya olehmu. Tapi aku biarkan karena
aku butuh kau percaya diri."

"Aku masih tak mengerti,"desis Ray. Lord C pun melanjutkan,

"Aku memang sedikit taruhan nyawa keluargaku untuk tujuan ini. Untuk membuatmu percaya aku
benar-benar hancur."

"Jadi maksudmu..." Ray mulai paham namun tak percaya.

"Ya. Kekalahan dan kehancuranku hanyalah sandiwara. Aku sudah merencanakan ini sejak awal," jelas
Lord C.

Ray murka."Kau bohong! Kau hanya budak lemah yang kuinjak-injak!"

Lord C tersenyum simpul."Benar. Tapi akting 'budak lemah'telah berhasil menjebakmu."

Ray terperangah tak percaya. Lord C menambahkan,"Aku memang licik. Tapi tak sekalah licik dirimu."

Marahlah Ray karena takdir sudah berbalik. Ia yang selama ini percaya diri kini hanyalah budak yang
akan dihukum...

Ray geram."Kau bohong! Aku tak terkalahkan!" Lord C menggeleng,"Bukan bohong. Ini kebalikan takdir."
Ray murka tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ia terkurung dalam kemenangan semu Lord C.

Lord C lanjut,"Sekarang giliranmu merasakan dihancurkan mental. Menjadi budakku."

Ray menggeram marah namun tak bisa melakukan apa-apa. Lord C benar, takdir telah diperkarakan.
Lord C berhasil mengalahkan Ray dengan kecerdikannya sendiri. Ray,sang jenius jahat harus tunduk
menjadi budak Lord C..Kebalikan takdir yang pahit baginya.

"Kau kalah Ray. Sekarang menjadi budakku selamanya!" Lord C tertawa puas. Ray hanya bisa
menggeram marah menahan kekalahan pahit ini. Ialah yang seharusnya memenangkan pertarungan,
namun takdir berkata lain. Kebalikan takdir yang menghancurkan harga dirinya..

Bab 39: Rencana Balas Dendam

Ray tertunduk lesu sambil ditahan para prajurit. Namun tiba-tiba ia memberikan isyarat mata rahasia ke
arah Lord X yang berdiri di belakang Lord C.

Lord X balas memberikan isyarat 'Aku mengerti'. Ray tersenyum puas dalam hati.

Setelah Ray dibawa pergi, Lord C berkata pada Lord X,"Akhirnya kejahatan Ray terungkap juga".

Lord X hanya tersenyum," anda berhasil mengalahkannya Lord C."

Lord C tampak puas,"Ya, walau harus mengorbankan keluargaku." Lalu Lord C pergi meninggalkan
ruangan itu.

Lord X mulai tersenyum licik. Ia sebenarnya anggota setia "The Order", organisasi jahat Ray. Ray
memberinya instruksi melalui isyarat tadi.
Lord X pun mulai merencanakan balas dendam atas penangkapan Ray. Ia akan memanipulasi Lord C dan
mengambilalih kepemimpinan "The Order" selama Ray ditahan.

Rencananya adalah menginfiltrasi istana dan membebaskan Ray secara diam-diam. Lalu bersama Ray, ia
akan menghancurkan Lord C dan menguasai seluruh kota.

Ray dan Lord X berkomunikasi melalui kode isyarat tiap hari selama Ray ditahan. Mereka menyusun
rencana terperinci untuk balas dendam.

Lord X terus berpura-pura setia pada Lord C agar kecurigaan tidak timbul. Ia akan menunggu waktu
yang tepat untuk menyerang secara mengejutkan.

Lord C tidak menyadari ancaman yang sebenarnya datang dari dalam organisasinya sendiri. Lord X dan
Ray akan berhasil balas dendam, menghancurkan Lord C dan menggantikannya!

Rencana balas dendam mulai tersusun rapi. Lord X tertawa dalam hati membayangkan kemenangan
jahatnya dan Ray atas Lord C...

Setelah mengalahkan jahatnya Ray, Lord C merasa dunia masih penuh ketidakadilan yang harus diubah.
Namun kali ini ia akan melakukannya dengan cara yang benar.

Bab 40: Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Lord C menyadari kekerasan dan intrik tidak akan pernah membawa perubahan yang bermakna. Ia harus
memulai dari dirinya sendiri.

"Aku telah menyakiti banyak orang dalam balas dendam buta", ujarnya pada diri sendiri. "Tapi saat ini
aku akan melangkah maju dengan cahaya di dalam diriku."
Ia memanggil seluruh rakyatnya dan berkata:"Saudara-saudaraku, kita semua sama-sama manusia. Mari
kita bangun perdamaian dalam kebenaran dan kasih sayang."

Rakyatnya terkesima mendengar kata-kata mulia Lord C. Mereka siap mengikutinya menuju masa depan
yang lebih baik.

Lord C kemudian mengatur agar sumber daya dan kekayaan didistribusikan secara adil. Pendidikan dan
kesehatan menjadi prioritas.

Ia mengampuni musuh-musuhnya dengan tulus dan mengajak mereka bersatu. Ray bahkan menjadi
teman dekatnya yang setia.

Lord C berjanji tidak akan menghakimi atau menindas siapapun kecuali melalui hukum dan keadilan. Ia
memimpin rakyatnya dengan teladan dan kasih sayang.

Perlahan-lahan, kerajaannya berubah menjadi tempat yang damai dan sejahtera. Lord C telah
membuktikan bahwa cinta dan kebajikanlah yang dapat benar-benar mengubah dunia.

Rakyatnya sangat bangga memiliki pemimpin yang bijaksana seperti Lord C. Mereka yakin masa depan
yang lebih baik telah menanti....

Lord C berdiri di depan jendela istananya, memandang kerajaannya yang luas. Ia tersenyum, merasa
syukur atas hikmah yang telah diberikan kepadanya.

"Dewa telah mempercayakan ku tanggung jawab besar," gumamnya. "Untuk memerintah rakyat dengan
adil dan bijak,membawa perdamaian abadi ke negeriku."

Tekad mulia memenuhi hatinya. Ia akan menjadi pemimpin yang adil, bijaksana dan penuh kasih.
Rakyatnya akan hidup dalam kesejahteraan dan kemakmuran.
Lord C keluar dari istana, disambut sorak sorai rakyatnya. "Penghulu kami yang tercinta!"seru mereka
gembira.

Lord C tersenyum hangat."Saudara-saudaraku tersayang," ujarnya lemah lembut ."Kita adalah satu.
Apapun yang aku miliki, adalah milik kalian semua."

Lord C melangkah maju, menyentuh pundak seorang anak yatim. "Jangan khawatir nak, ayah akan selalu
menjagamu." Anak itu tersenyum bahagia.

"Rakyatku," kata Lord C penuh wibawa."Marilah kita bangun masa depan yang cerah bersama. Dengan
cinta, kerja sama dan saling memaafkan."

Rakyatnya menangis terharu mendengar kata-kata bijak sang penguasa. Kehadiran Lord di tengah-
tengah mereka memberikan harapan baru.

Karismanya yang luar biasa menyentuh hati siapapun. Rakyatnya bersumpah akan setia
mendampinginya membangun negeri yang makmur dan adil.

Lord C tersenyum puas melihat rakyatnya bahagia. Ia tahu misinya untuk membawa perdamaian telah
dimulai dengan baik, berkat karisma dan hikmah yang diberikan kepadanya...

Bab 41: Berkah dari Rakyat

Lord C terus memerintah negerinya dengan bijaksana dan adil. Setiap hari, ia mendengarkan keluhan
rakyatnya dan berusaha menyelesaikan masalah mereka dengan adil.
Lord C juga terus memperkuat ekonomi dengan membangun jalan-jalan baru, benteng-benteng
pertahanan, dan pasar-pasar baru.Ini menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya.

Semakin lama, semakin banyak orang dari negeri lain yang datang untuk tinggal di kerajaan Lord C
karena merasa aman dan makmur.Lord C menyambut mereka sebagai saudara-saudara barunya.

Suatu hari, seorang wanita tua datang ke hadapan Lord C sambil membawa secawan air.Wanita itu
berkata,"Air ini akan membawa keberkahan bagi Anda."

Lalu ia menuangkan air itu di atas kepala Lord C. Dan secara ajaib,Lord C merasa tubuhnya dipenuhi
energi baru dan kebijaksanaan.

Lord C tahu air itu bukanlah air biasa,melainkan bendahara rakyatnya. Cinta dan ketulusan rakyatnya-lah
yang membawakan keberkahan tersebut.

Lord C berjanji akan terus memerintah dengan bijaksana demi kebaikan rakyatnya.Rakyat juga berjanji
akan setia mendampingi Lord C sampai masa tua.

Dan kerajaanpun hidup dalam kedamaian, kemakmuran dan cinta kasih.Inilah berkah dari kebijaksanaan
sang penguasa dan ketulusan rakyatnya...

Lord C dan Lord X duduk berhadap-hadapan, membicarakan visi dan rencana untuk masa depan
kerajaan.

"Kerajaan ini makin hari makin maju," kata Lord C tersenyum puas. "Rakyat hidup dalam kedamaian dan
kemakmuran."

Lord X mengangguk setuju. "Anda memang pemimpin yang bijaksana, Yang Mulia. Kebijakan-kebijakan
Anda telah membawa berkah bagi semua orang."
Lord C tersenyum lembut. "Bukan hanya kerja ku, tapi kerja kita semua. Berkat bantuan dan dukungan
rakyat, kerajaan ini berhasil maju."

"Anda tetap menjadi inspirasi utama, Yang Mulia," kata Lord X tulus. "Kemampuan Anda mendengar
suara hati rakyat dan memecahkan masalah mereka, sungguh luar biasa."

"Kita semua harus terus belajar," ujar Lord C bijak. "Tidak ada yang sempurna. Kebijaksanaan sejati
berasal dari kerendahan hati dan kesediaan mendengar orang lain."

Lord X tertegun mendengar ucapan mulia lord C. Di matanya, Lord Clah sosok panutan yang sempurna.

Lord C melanjutkan "Yang penting adalah kita terus maju menuju cahaya. Semakin banyak kita berbagi,
semakin banyak pula berkah yang kita dapat."

Lord X mengangguk merenungkan kata-kata lord C. "Anda benar. Saya akan selalu mencoba mencontoh
kebijaksanaan dan kerendahan hati Anda."

Lord C tersenyum melihat Lord X yang mulai menemukan cahayanya sendiri. Mereka sepakat akan terus
memerintah rakyat dengan kasih sayang dan kebijaksanaan..

Malam itu suasana kerajaan sunyi senyap. Para prajurit sudah bubar ke rumah masing-masing untuk
beristirahat. Hanya tinggal Lord X yang masih terjaga, pikirannya gundah memikirkan rencana jahatnya
bersama Ray.

Tiba-tiba Ray muncul di hadapannya. "Bagaimana persiapan kita Lord X?" tanyanya.

Lord X menjawab ragu "Sungguh Yang Mulia, saya merasa ragu..."


Ray menatap tajam "Apa maksudmu? Kau lupa janji setiamu padaku?"

Lord X menunduk "Selama dipenjara, anda hanya memikirkan balas dendam. Tapi setelah melihat
pemerintahan Lord C..."

Ray menggeram marah "Jangan terpengaruh omong kosong mulianya! Lord C hanya ingin
memanfaatkanmu!"

Lord X terdiam, hatinya diliputi keraguan. Kata-kata bijak Lord C berlawanan dengan rencana jahatnya
bersama Ray.

"Lord X, kau harus memilih!" desak Ray. "Ikuti aku untuk membalaskan dendam, atau kau menjadi
pengkhianat?!"

Lord X bimbang, ia tahu pilihannya akan menentukan takdirnya. Di satu sisi ia bersumpah setia pada Ray,
tetapi di sisi lain ia mulai melihat kegelapan di hati Ray.

Lord X berkata perlahan "Saya...butuh waktu untuk berpikir Yang Mulia."

Wajah Ray merah padam "Kau sudah kehilangan waktuku cukup lama Lord X! Sekarang waktunya
membayar..dengan TAAT PADAKU!"

Lord X terdiam, hatinya dipenuhi berbagai gejolak... ia harus memilih antara cahaya dan kegelapan,
kebenaran dan balas dendam...

Lord X terdiam dalam ketegangan. Ray menatapnya tajam, "Kau masih ragu Lord X? Beraninya kau
meragukan kesetiaanku padamu."

Lord X terbata, "Maafkan saya Yang Mulia, saya hanya-"


"Kau pikir aku akan memaafkan pengkhianat?" potong Ray sinis. "Setelah semua yang kulakukan
untukmu?"

Lord X terdiam, merasa bersalah. Ray terus memanipulasi perasaannya, "Aku memberimu jabatan di
istana ini, tapi kau malah menusukku dari belakang."

Lord X menunduk lesu, "Maafkan hamba Yang Mulia."

"Maaf tidak cukup!" bentak Ray. "Kau harus membuktikan kesetiaanmu! Dengan membantuku
membalasLord C!"

Lord X ragu, tapi rasa bersalah dan tekanan Ray semakin kuat, "Baiklah Yang Mulia, saya akan lakukan."

Ray tersenyum sinis, "Bagus. Aku tahu kau akan membantuku." Ia terus memperdaya Lord X dengan
rayuan dan ancaman,

"Aku satu-satunya yang pernah mempercayaimu. Sekarang giliranmu membalas."

"Jika kau mengkhianatiku, aku akan memberitahu semua orang kelemahanmu."

Lord X semakin tunduk dalam manipulasi Ray. Akhirnya ia setuju membantu merencanakan agar Ray
bisa melarikan diri dan bersama-sama menghancurkan Lord C.

Ray tertawa jahat, "Akhirnya! Kita akan balas Lord C!"

Lord X tersenyum pahit, hatinya dipenuhi keraguan tapi terlanjur terperangkap dalam manipulasi Ray...
Lord X merasa semakin bersalah jika menolak permintaan Ray. Ray terus menekan rasa bersalah dan
kewajiban Lord X.

"Ingatlah budi baikku padamu selama ini," kata Ray sinis. "Apa gunanya kau jika tidak membantuku?"

Lord X terdiam, ia mulai ragu pada dirinya sendiri. Ray memanfaatkan keraguan itu.

"Tanpaku kau bukan apa-apa, Lord X. Akulah yang memberimu jabatan dan kehormatan."

Lord X semakin tunduk. "Maafkan hamba, Yang Mulia. Saya akan lakukan apapun demi membayar budi."

Ray tersenyum puas. "Bagus. Kau harus membantuku, itulah caramu membalas budi."

Ray terus menekan perasaan bersalah dan kewajiban Lord X. Ia menertawakan keraguan Lord X dan
merendahkannya.

"Jangan terpengaruh omong kosong Lord C. Dia hanya ingin memanfaatmu. Kaulah yang seharusnya
memanfaatkan dia."

Lord X semakin sulit melawan manipulasi Ray. Ray terus meyakinkannya bahwa rencana jahat itu satu-
satunya jalan untuk membayar "hutang budi".

Lord X pun akhirnya luluh sepenuhnya. Ia setuju membantu Ray kabur dan merencanakan pembalasan
jahat terhadap Lord C.

Ray tertawa jahat, "Bagus! Kita akan menghancurkan Lord C bersama!" Lord X hanya tersenyum pahit,
hatinya dipenuhi keraguan tapi ia terlanjur terperangkap dalam manipulasi Ray..
Bab 43: Kebenaran yang Menyakitkan

Lord X membantu Ray melarikan diri dari penjara. Mereka mulai merencanakan pembalasan terhadap
Lord C.

Akan tetapi, semakin lama Lord X membantu rencana jahat itu, semakin terasa tidak benar. Ia mulai
teringat ajaran mulia Lord C tentang kebajikan dan kasih sayang.

Suatu hari, saat sedang berbincang Lord C bertanya pada Lord X, "Apakah ada yang mengganggu
pikiranmu akhir-akhir ini?"

Lord X ragu untuk menjawab tapi Lord C bersikeras,"Kau bisa berbagi apapun padaku. Aku akan
mendengarkan."

Akhirnya Lord X menceritakan semuanya, termasuk bagaimana ia membantu Ray melarikan diri. Lord C
hanya diam mendengarkan.

Setelah selesai bercerita, Lord X menangis,"Maafkan aku Yang Mulia... Aku memang pengkhianat."

Tapi Lord C memeluknya dan berkata,"Kau melakukannya karena tulus ingin membalas budi. Itu tidak
membuatmu pengkhianat."

Lord X terkejut."Tapi...aku sudah membantu Ray..."

Lord C tersenyum lembut,"Yang penting sekarang kau sudah mengakui kesalahanmu. Mari kita hadapi
Ray bersama, dengan cinta dan kebenaran sebagai senjata."
Lord X akhirnya mengerti, kebenaran yang menyakitkan justru akan membebaskan hati nuraninya. Ia
bersumpah akan membantu Lord C menghadapi Ray, tapi kali ini dengan cara yang benar...

Bab 44: Persaudaraan dalam Ketulusan

Lord C tersenyum pada Lord X. "Kau telah mengakui kesalahanmu dengan jujur. Itu sudah menjadi
langkah awal yang baik."

Lord X menunduk dalam sesal. "Saya memang pantas dihukum setelah semua yang telah saya perbuat."

Lord C menepuk bahunya. "Kau pantas mendapat kesempatan kedua. Marilah kita hadapi Ray bersama,
tapi dengan cara yang benar kali ini."

Lord X mengangkat wajahnya, terharu. "Anda begitu mulia, Yang Mulia."

Lord C tersenyum lembut. "Tidak ada yang mulia kecuali kebenaran. Sekarang mari kita hadapi Ray
dengan kebijaksanaan, bukan dengan kekerasan."

Mereka pun berangkat bersama untuk menemui Ray. Ray tampak geram melihat Lord X bersama Lord C.

"Pengkhianat!" maki Ray marah. Tapi Lord C berkata tenang, "Jangan menyalahkannya Ray. Dia hanya
terjebak dalam manipulasimu."

Ray semakin murka tapi Lord C melanjutkan, "Kau bisa memilih jalan yang lebih baik. Kami bersedia
memaafkanmu jika kau mau berubah."

Ray tampak ragu namun penuh amarah. Lord X pun berkata tulus, "Mari kita mulai semuanya dari awal.
Dengan ketulusan dan persaudaraan."
Ray terdiam, pikirannya dipenuhi kebencian tapi juga ketulusan Lord C dan Lord X...

Lord C dan Lord X tersenyum ramah pada Ray, berusaha membujuknya untuk berubah. Namun
sebenarnya itu hanyalah akting.

"Tentu saja kami memaafkanmu Ray," kata Lord X prihatin. Lord C mengangguk setuju.

Ray tampak ragu namun pada akhirnya menyerah. Ia berkata lirih,"Baiklah, aku bersedia berubah."

Lord C dan Lord X saling berpandangan, tersenyum puas. Mereka berpura-pura memeluk Ray sebagai
tanda persaudaraan.

Namun tiba-tiba Lord X menodongkan pedangnya di leher Ray. "Kau terjebak," desis Lord X.

Ray tertawa terbahak,"Justru kalian yang terjebak!" Ia mengeluarkan pisau dari balik jubahnya.

Lord C menatap tak percaya,"Lord X, kau menipuku?!"

Lord X menyeringai,"Aku memang pengkhianat, Lord C. Aku dan Ray telah merencanakan semua ini!"

Lord C geram namun Lord X lebih dulu menyerangnya. Pertarungan pun tak terelakkan...

Semua itu memang telah direncanakan oleh Ray dan Lord X. Mereka menipu Lord C dengan akting manis
agar bisa menyerangnya. Lord C terjebak dalam ketulusan palsunya sendiri...
Lord C mengeluarkan pedangnya, mengacungkannya pada Lord X dan Ray. "Kalian berdua telah
membohongiku!" serunya marah.

Lord X dan Ray saling berpandangan dan tertawa jahat. "Kau terlalu mudah dibohongi, Lord C," ejek Lord
X sambil maju menyerang.

Lord C menangkis serangan Lord X dengan gesit. Ia lalu menyerang balik namun Ray menghalangi
pedangnya. Pertarungan sengit pun dimulai.

Pedang Lord C bersilangan dengan pedang Lord X dan pisau Ray. Ia bertarung dengan penuh kemarahan,
merasa dikhianati oleh Lord X yang pernah ia anggap sebagai teman.

"Kenapa kalian melakukan ini? Tanpa kekerasan negeri ini bisa makmur!" seru Lord C sambil
menghunuskan pedangnya ke arah Lord X.

Lord X menangkis serangan itu. "Kami hanya ingin kekuasaan!" sahutnya sambil maju menyerang lagi.

Lord C menghindar dan mengayunkan pedangnya ke arah Ray. "Kekerasan hanya akan mengorbankan
banyak nyawa!" ujarnya.

Ray menghindar dan menyerang balik. Lord C menangkis serangan itu. Pertarungan pun terus berlanjut,
Lord C bertarung mati-matian melawan Ray dan Lord X yang haus kekuasaan dan balas dendam..

Pertarungan semakin sengit. Lord C mengayunkan pedangnya dengan penuh amarah, menyerang Lord X
dan Ray secara bergantian. Namun lawannya juga bertarung dengan ganas, tidak mau kalah.

"Aku akan melawan kejahatan kalian, bahkan jika itu menjadi yang terakhir yang kulakukan!" seru Lord C
sambil mendorong Lord X ke tanah dan mengayunkan pedangnya ke arah Ray.
Ray menangkis serangan itu dan maju menyerang balik. Pedangnya berdentang keras dengan pedang
Lord C. Lord X bangkit kembali dan menyerang dari belakang, mengejutkan Lord C.

Lord C dengan gesit membalikkan badan dan menahan serangan Lord X. Ia memukul Lord X hingga jatuh
lalu mengacungkan pedangnya ke leher Ray. "Sudahi semua ini, Ray!" perintahnya.

Tapi Ray malah tertawa jahat. "Tidak akan pernah!" serunya sambil menusukkan pisau ke lengan Lord C.
Lord C menjerit kesakitan namun tetap berdiri tegak, siap menghadapi serangan lanjutan Ray dan Lord
X.

Pertarungan pun berlanjut dengan sengit. Darah mengalir dari luka Lord C namun ia tidak gentar, siap
melawan kegelapan jahat Ray dan Lord X hingga ajal menjemput... Demi kebenaran dan keadilan.

Lord C menghadapi Ray dan Lord X dengan penuh amarah. Ia berjuang mati-matian melawan kejahatan
dan khianat mereka.

Namun Ray dan Lord X bertarung dengan kejam dan licik.

Pertarungan semakin sengit. Tiba-tiba Ray menghilang dari pandangan Lord C. Lord C terkejut dan
waspada, mencoba mencari keberadaan Ray.

Beberapa detik kemudian Ray muncul tiba-tiba di belakang Lord C dan menyerangnya dengan pisau.

Lord C terkejut dan berbalik cepat, mengayunkan pedangnya ke arah Ray. Namun Ray menghindar
dengan lincah dan menyerang lagi, kali ini ke arah kepala Lord C.

Lord C menunduk tepat pada waktunya, namun masih terkejut dengan kecepatan gerakan Ray.

"Kau sangat lambat, Lord C," ejek Ray sinis. Ray dan Lord X tertawa jahat melihat kebingungan Lord C.

Lord C menggeram marah. Ia sadar bahwa Ray dan Lord X tidak akan menang hanya dengan cara jujur. Ia
harus bertarung lebih cepat dan lebih licik untuk mengalahkan musuh-musuh jahatnya.

Lord C menggenggam erat pedangnya, bersiap menghadapi serangan berikutnya Ray dengan cara yang
lebih tangkas dan gesit. Ia harus mengalahkan Ray dan Lord X, bahkan jika harus mengorbankan
kejujurannya sendiri...
Lord C bertarung dengan penuh semangat, tetapi Ray dan Lord X tampak jauh lebih liar dan kejam.
Pertarungan seimbang hingga Ray berhasil mengecoh Lord C dan muncul di belakangnya.

"Serahkan tahtamu, Lord C," ancam Ray sambil menempelkan pedang ke leher Lord C. Lord X tersenyum
sinis melihat pemandangan itu.

Lord C terpojok tanpa senjata. Namun ia tetap berkata tegas,"Aku tak akan menyerah pada kejahatan."

Ray menggeram marah,"Mati kau!" Ia hendak menyerang Lord C namun tiba-tiba Lord X
berteriak,"Jangan!"

Ray mendelik,"Apa maksudmu?" Lord X tersenyum licik,"Kita butuh dia hidup...untuk disiksa dan
dihina."

Ray menyeringai setuju. Lord C meradang,"Kalian tetaplah keji!" Ray menodongkan pedang ke dada Lord
C.

"Berkata lagi dan kau akan mati cepat," ancam Ray. Lord C terdiam, sekuat tenaga menahan amarah.
Namun hatinya gundah, ia tak ingin mati ditangan musuh, tapi ia tak tahu cara melarikan diri...

Lord C terpojok tanpa daya. Ray dan Lord X tampak puas telah meringkusnya. Namun Lord C tak putus
asa, ia percaya suatu saat kebenaran pasti akan terungkap...

Amukan kemarahan melanda Lord C saat Ray menghancurkan perasaannya dan mengingatkan pada
keluarganya yang dibunuh kejam. Raut wajah Lord C berubah gelap, murka memenuhi hatinya.

"Kau...monster kejam!" desis Lord C geram. Ray hanya tersenyum sinis, "Aku hanya membalaskan
dendam."
Lord C menghambur dengan ganas, menyerang Ray tanpa ampun. Pedangnya berkilat marah,
menghunus ke segala arah. Ray dan Lord X kesulitan menghindarinya.

"Akan kubalas kejahatanmu, walau nyawa taruhannya!" geram Lord C ditengah serangannya. Amarah
dan dukanya memanggil kekuatan yang tak pernah dirasakannya sebelum ini.

Ray dan Lord X terpojok, tapi Ray masih berusaha memanasi Lord C. "Mereka semua mati konyol!
Teriakkan yang menyakitkan!"

Amukan Lord C semakin liar, membabi buta menyerang siapapun di dekatnya. Ray dan Lord X ketakutan,
terdesak mundur.

Ketika amukannya mereda, Lord C menyadari pedangnya penuh darah. Ia terkesiap ngeri - amukannya
telah melukai banyak orang tak bersalah.

Lord C jatuh terduduk dalam penyesalan, menangis menyesali kekejamannya. Betapa mudahnya
kebencian mengambil alih hati dan pikiran...

Ray melihat kelemahan Lord C dan segera memanfaatkannya. Ia berdiri di hadapan para rakyat dan
berkata dengan lantang:

"Lihatlah tuan kalian! Bahkan dalam amukan kemarahan pun ia tidak bisa membedakan musuh dan
sahabat, menyerang siapa saja yang di hadapannya! Apakah ini tindakan seorang pemimpin?"

Para rakyat saling berpandangan, raut kecewa terlihat di wajah mereka.

"Ia hanya membawa kekerasan dan pembantaian! Ikutilah aku, yang akan membawa kedamaian sejati!"
Ray terus membujuk para rakyat.
Lord C mendengar ucapan Ray dari kejauhan, hatinya semakin terpuruk. Ia menyadari amukannya telah
merusak kepercayaan rakyatnya.

"Jangan percayai Ray!" seru Lord C pada para rakyat. "Aku memang melakukan kesalahan, tapi aku
bersumpah akan memperbaikinya!"

Namun Ray terus memprovokasi, "Lihatlah! Ia bahkan membela tindakan kejamnya! Apa kalian masih
percaya padanya?"

Para rakyat terdiam ragu. Lord C mulai kehilangan kepercayaan mereka.

Ray tersenyum sinis melihat kehancuran Lord C. Ia terus memanas-manasi para rakyat hingga akhirnya
mereka meninggalkan Lord C dan mulai mengikuti Ray...

Lord C terpuruk, rasa kecewa dan penyesalan menyelimuti hatinya. Ia telah gagal...

Ray mulai mengompori para rakyat untuk membenci Lord C. Ia berkata dengan lantang dan penuh
emosi:

"Lord C telah menipu kita semua! Ia hanya berpura-pura peduli, tetapi lihatlah aksi kejamnya barusan! Ia
bahkan tidak bisa membedakan musuh dan sahabat dalam amukannya!"

Para rakyat mulai berbisik-bisik, memandang Lord C dengan penuh curiga. Lord C berusaha membela
diri:

"Aku memang melakukan kesalahan, tapi aku sungguh-sungguh ingin memperbaikinya. Aku peduli pada
kalian semua."
Tapi Ray terus membujuk para rakyat:

"Jangan percaya omong kosongnya! Lord C hanya ingin mempertahankan kekuasaannya, walau harus
memborbardir kalian semua!"

Para rakyat semakin marah mendengar tuduhan Ray. Mereka mulai melempari Lord C dengan batu dan
sampah.

Ray terus membakar amarah para rakyat:

"Lord C adalah penguasa kejam yang tidak pantas memimpin kita! Ikalah yang akan membawa keadilan
dan kemakmuran sejati bagi kalian semua!"

Para rakyat pun mulai bersorak menyerukan nama Ray. Mereka membuang Lord C dan bersumpah setia
pada Ray... Lord C hanya bisa menatap kehancuran yang ditimbulkannya dengan penuh penyesalan.

Ray terus membakar semangat para rakyat dengan tuduhan-tuduhan keji terhadap Lord C. Akhirnya ia
mengusulkan:

"Lord C pantas dihukum atas tindak kejamnya! Bagaimana jika kita eksekusi dia sekarang juga?"

Para rakyat bersorak setuju. Mereka menyerukan agar Lord C dihukum mati.

Lord C berusaha membela diri: "Akulah pemimpin kalian yang sebenarnya! Jangan dengarkan Ray!"

Tapi para rakyat semakin murka. Mereka melempari Lord C dengan batu dan sampah. Beberapa orang
bahkan maju hendak menyerangnya.
Ray tersenyum puas melihat rakyatnya marah terhadap Lord C. Ia menyuruh para prajurit menangkap
Lord C.

Lord C berusaha memberontak tetapi tak berdaya melawan banyaknya prajurit. Ia ditahan dan diseret
ke depan umum.

Ray memerintahkan agar Lord C dieksekusi segera dengan hukuman mati. Para rakyat bersorak setuju
dan menyerukan kematian Lord C.

Lord C hanya bisa pasrah menghadapi takdirnya. Ia sadar ekor kesalahannya telah menciptakan
malapetaka ini. Satu-satunya harapannya adalah kebenaran akan terungkap suatu hari...

Lord C ditahan dan diseret ke depan umum untuk dieksekusi. Para rakyat bersorak meminta hukuman
mati bagi Lord C. Ray maju dan berdiri di depan Lord C sambil berpidato,

"Lihatlah pemimpin kalian! Ia bahkan tak mampu mengendalikan amarahnya sendiri. Apakah dia layak
memerintah kita?"

Para rakyat bersorak setuju, meminta Ray mengeksekusi Lord C. Ray terus membakar semangat mereka,

"Lord C telah gagal! Ia telah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Hanya aku, Ray, yang mampu
memerintah kalian dengan adil dan bijaksana."

Para rakyat semakin bersorak, meminta Ray menggantikan Lord C. Lord C hanya menunduk dalam diam,
ia menyadari kesalahannya telah merenggut kepercayaan rakyatnya.

Ray mengeluarkan pedangnya dan berdiri di depan Lord C. "Mulai hari ini, aku, Ray, akan memerintah
kalian!" serunya penuh wibawa. Para rakyat bersorak histeris, setuju memilih Ray sebagai penguasa
baru.
Ray maju dan menempelkan pedang di leher Lord C. "Dan inilah hukuman bagi penguasa tirani
sebelumnya," katanya sinis. Lord C menutup matanya, pasrah menerima eksekusi... Dendam Ray
akhirnya terbalas.

Para rakyat bersorak puas, memilih Ray sebagai pengganti Lord C yang kejam menurut mereka.
Kegelapan telah menghancurkan cahaya...

Bab 45: Sinar Baru di Tahta

Ray menempelkan pedang di leher Lord C, siap menebas kepalanya kapan saja. Namun ia menahan diri
dan berkata, "Lord C sudah tersingkirkan. Sekarang mari kita membangun kerajaan ini menjadi yang
lebih baik."

Ray pun naik tahta menjadi penguasa baru. Awalnya banyak orang meragukan kepemimpinannya,
terutama karena ia pernah dipenjara oleh Lord C. Tetapi Ray memerintah dengan adil dan bijaksana.

Ray memerintahkan agar hukuman mati bagi pelanggaran ringan dihapuskan dan para narapidana
diperlakukan dengan manusiawi. Ia mengurangi pajak agar rakyat makin sejahtera. Ia juga membina
hubungan baik dengan kerajaan tetangga.

Kerajaan menikmati masa keemasan di bawah kepemimpinan Ray. Lord X yang dulu membantu Ray kini
menjadi tangan kanannya. Ray pun belajar dari kesalahan Lord C, membuatnya menjadi penguasa yang
bijak dan adil.

Walaupun mencapai tahta melalui cara yang tidak jujur, namun Ray memerintah dengan baik. Ia berjanji
akan membuat kerajaan ini lebih makmur lagi di bawah sinar baru kepemimpinannya...

Sudah bertahun-tahun Ray memerintah dengan adil dan bijaksana sebagai penguasa baru kerajaan ini.
Berkat kebijakan-kebijakan cermatnya, kerajaan semakin makmur dan sejahtera.

Ray mengurangi bea masuk dan pajak bagi pedagang sehingga perdagangan berkembang pesat. Ia
membangun jaringan jalan yang luas untuk memudahkan aliran barang dan orang. Ray juga membuat
perjanjian dagang yang menguntungkan dengan negara tetangga sehingga ekonomi mengalami
kemajuan yang signifikan.

Ray juga membangun banyak sekolah dan rumah sakit yang murah bagi rakyatnya. Pendidikan dan
kesehatan menjadi perhatian utama Ray agar rakyatnya semakin cerdas dan sehat. Ray pun membasmi
korupsi dengan tegas sehingga dana publik bisa digunakan secara lebih efisien.

Di bawah kepemimpinan bijak Ray, peradaban kerajaan ini berkembang pesat. Meskipun ia naik tahta
dengan cara curang, tak dapat dipungkiri Ray memerintah dengan adil dan telaten. Lord X yang loyal
senantiasa membantunya membuat kebijakan yang tepat untuk kemajuan kerajaan.

Ray berjanji akan terus memerintah dengan bijak agar kerajaan ini semakin makmur dan rakyatnya
sejahtera. Inilah yang selalu diiringi dengan sorak sorai dari rakyatnya...

Meskipun memerintah dengan adil dan bijaksana selama bertahun-tahun, gelap di dalam diri Ray masih
ada. Ia merancang rencana jahat di balik tirai yang cerah.

Secara diam-diam, Ray memerintahkan para ilmuwannya untuk menciptakan virus mematikan. Ia
menjanjikan hadiah besar bagi yang berhasil menciptakan virus paling mematikan. Para ilmuwannya pun
bekerja siang malam, tanpa tahu maksud sebenarnya Ray, lord X pun tidak mengetahui rencana jahat
Ray.

Setelah bertahun-tahun penelitian rahasia, akhirnya ilmuwannya menciptakan virus mematikan seperti
pesanan Ray. Ray tertawa jahat, bersiap melancarkan rencananya. Tetapi apakah Ray tega melakukan
kejahatan besar di balik wajah baiknya? Gelap di dalam hatinya sedang berperang dengan sinar
kebaikan...

Gelap di dalam diri Ray memang jauh lebih kuat daripada sinar kebaikannya. Ia nekad menyebarkan
virus mematikan ciptaan para ilmuwannya.
Ray memerintahkan agar virus itu disebarkan di udara terbuka agar dapat menular lewat hembusan
angin. Beruntung Lord X tidak mengetahui rencana jahat Ray.

Rakyat mulai jatuh sakit satu persatu. Banyak yang meninggal dalam waktu singkat karena virus
mematikan ciptaan Ray. Pandemoniumnpun melanda kerajaan.

Meskipun tertekan oleh rasa bersalah, Ray tidak mengurungkan niat jahatnya. Ia ingin melihat kerajaan
musnah dari virus ciptaannya.

"Kerajaan ini harus lenyap!" kata Ray penuh kebencian. Ia membiarkan virus tersebar bebas tanpa
menawarkan obat sama sekali.

Ray duduk di tahtanya menyaksikan kehancuran kerajaannya sendiri. Namun sinar kebaikan di dalam
dirinya mulai bangkit. Apakah Ray akan menghentikan rencana jahatnya?

Ray awalnya merencanakan kejahatan besar dengan menyebarkan virus mematikan ciptaannya sendiri.
Namun ketika melihat penderitaan rakyatnya, sinar kebaikan di dalam dirinya mulai bangkit.

Ray memerintah para ilmuwannya untuk segera menciptakan vaksin dari virus tersebut. Ray bersumpah
akan membagi vaksin tersebut secara gratis kepada semua rakyatnya tanpa pandang bulu.

"Kita sudah membuat kesalahan dengan menciptakan virus ini. Sekarang kita harus memperbaiki
kesalahan itu," kata Ray pada para ilmuwannya. Mereka pun bekerja siang malam sampai akhirnya
berhasil menciptakan vaksin.

Ray memerintahkan agar vaksin tersebut disebarkan ke seluruh penjuru kerajaannya secara gratis. Ia
pun mengumumkannya di depan umum. Rakyat yang menyaksikan berlinang air mata, bersyukur akan
kebaikan hati penguasa baru mereka.

Salah seorang korban virus yang divaksinasi langsung sembuh. Rakyat bersorak gembira. Ray tersenyum
lega, bahagia dapat memperbaiki kesalahannya. Ia bersumpah akan memerintah kerajaan ini dengan
bijak dan penuh kasih sayang.
Ketulusan hati Ray tampaknya hanya sandiwara belaka. Ia sebenarnya memiliki niat jahat yang sangat
dalam.

Vaksin yang dibagikannya ternyata hanyalah cebol belaka. Yang disebarkan Ray sebenarnya adalah virus
baru yang jauh lebih berbahaya, tetapi ia sembunyikan dari para ilmuwannya.

Virus buatan Ray ini tidak hanya mematikan, tetapi juga dapat mengendalikan pikiran korban. Mereka
akan terhipnotis dan menjadi budak setia Ray, mengikuti semua perintahnya tanpa bertanya.

Rakyat bersorak gembira saat "vaksin" itu dibagikan. Namun yang mereka terima sebenarnya adalah
virus pengendali pikiran ciptaan Ray. Mereka pun satu persatu jatuh sakit dan terhipnotis, menjadi
"rombongan setia" Ray.

Ray tertawa jahat melihat rakyatnya terperdaya. Ambisinya memang sudah sangat kelam, ia hanya ingin
menguasai seluruh kerajaan dengan mendominasi pikiran setiap penduduknya.

Kisah manis tentang kebaikan hati Ray ternyata hanyalah trik murahan. Kejahatan sesungguhnya telah
dimulai...

Bab 47: Kekacauan Penaklukan Pikiran

Virus yang diracik Ray ternyata jauh lebih kejam dari yang diduga. Selain menular dengan cepat, virus itu
juga dapat mengontrol pikiran siapa saja yang terinfeksi.

Satu persatu rakyat mulai jatuh sakit dan terinfeksi virus jahat ciptaan Ray. Mereka kehilangan
kemampuan berpikir secara waras dan menjadi budak setia Ray, menuruti semua perintahnya tanpa
menanya.

Ray terbahak puas melihat rakyatnya semakin lama menjadi "pasukan" setianya. Lord X yang awalnya
curiga dengan tingkah Ray pun akhirnya terinfeksi. Iapun menjadi "prajurit" andalan Ray.
Virus keji Ray terus menyebar ke seluruh penjuru negeri. Rakyat yang tadinya makmurpun kini jatuh
sakit dan menjadi budak pikiran Ray. Musik dan tarian berganti dengan ratap tangis.

Namun seiring menyebar, virus itu juga menginfeksi diri Ray sendiri. Ray tidak menyadari bahwa virus
ciptaannya justru akan menguasai pikirannya seutuhnya. Virus itu bersiap mengambil alih kerajaan
lewat tubuh Ray sebagai inangnya...

Ray memang jahat dan licik, rencananya menyebarkan virus pengendali pikiran itu jahat. Tetapi ia
cerdas, ia menyadari bahwa virusnya suatu saat akan menginfeksinya juga.

Maka, secara diam-diam Ray telah membuat dan meminum vaksin untuk melindungi dirinya sendiri. Ia
tidak akan terinfeksi virus jahat ciptaannya sendiri.

Ketika virus itu mulai menyebar dan menginfeksi seluruh kerajaan, Ray hanya duduk di tahtanya sambil
tertawa jahat. Ia puas melihat rakyatnya jatuh sakit dan menjadi budak pikirannya. Bahkan Lord X,
tangan kanannya, kini menjadi salah satu "prajurit setia"nya akibat virus itu.

Ray berencana menggunakan "pasukan" budak pikirannya itu untuk menaklukkan kerajaan tetangga.
Namun ia tidak perlu takut virusnya sendiri, karena vaksinnya telah melindunginya sempurna.

Ray kini duduk di atas "gunung mayat" rakyatnya sendiri. Ia berencana menguasai seluruh negeri dengan
kejahatan dan tipu muslihat...

Kisah manis tentang kebaikan hati Ray ternyata hanya mimpi buruk bagi seluruh umat manusia.

Bab 48: Strategi Kejahatan Baru


Di atas tahtanya, Ray memandang puas budak-budak pikirannya yang semakin bertambah. Namun
kejahatan belum sepenuhnya terpuaskan. Ia mulai merancang strategi baru untuk menaklukkan dunia.

Pertama, Ray akan memanfaatkan "pasukan" budak pikirannya untuk menyerang kerajaan tetangga.
selama penyerangan, virus pengendalian pikiran itu akan menular dan semakin memperbanyak
tentaranya.

Kedua, setelah menaklukkan seluruh negeri ini, Ray berencana merubah virusnya menjadi lebih
mematikan dan menular. Virus itu kemudian akan disebarkan ke seluruh dunia melalui perdagangan
dengan negeri lain.

Ketiga, Ray akan memonopoli vaksinnya sendiri. Ia akan menjual vaksin mahal kepada siapa saja yang
mau membelinya. Ray akan menjadi orang terkaya dan paling berkuasa di dunia!

Rencana keji itu mulai terealisasi. Pasukan budak pikiran Ray maju menyerang. Ray duduk di tahtanya,
menyaksikan kehancuran dunia dari ambisi keji hatinya...

Bab 49: Krisis Kemanusiaan yang Tak Terelakkan

Pasukan budak pikiran Ray dengan cepat menaklukkan kerajaan tetangga. Virus keji itu dengan mudah
menular ke seluruh penduduknya, menambah jumlah tentara Ray.

Ray menaikkan jabatannya menjadi Emperor, penguasa tertinggi dunia. Ia pun memberi gelar Lord X
menjadi Dark Lord, tangan kanannya.

Virus Ray yang sudah dimutasi ternyata sangat mematikan, dengan cepat merata ke seluruh dunia
melalui perjalanan dan perdagangan. Jutaan orang jatuh sakit dan menjadi budak pikiran Ray.

Muncullah pemberontakan melawan Ray karena kekejamannya, tetapi berhasil diberantas oleh pasukan
besar budak pikirannya.
Ray mulai menjual vaksin mahalnya, membuat umat manusia lain menjadi budak finansialnya. Dark Lord
X bertindak semena-mena, melampiaskan kekuasaannya kepada siapa saja.

Dunia semakin porak poranda di tangan Ray dan Dark Lord X. Umat manusia mulai putus asa melihat
krisis kemanusiaan tak terelakkan ini... Apakah ada harapan selamat?

Bab 50: Misteri di Istana Imperator

Malam itu hujan deras mengguyur istana. Imperator Ray duduk di tahtanya merenung, sementara
prajurit-prajurit budak pikirannya berjaga di sudut-sudut istana.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan. Salah seorang prajurit budak pikiran itu ditemukan tergeletak tak
bernyawa! Imperator murka - bagaimana mungkin ada yang mampu membunuh prajurit setianya?

Lord X memerintahkan penyelidikan penuh. Namun malam berikutnya, kejadian serupa terulang
kembali. Prajurit lain ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan.

Semakin banyak jumlah korban, semakin besar kemurkaan Imperator Ray. Ia bersumpah akan
menghukum mati siapapun pelakunya. Tetapi pembunuh itu tidak pernah tertangkap...

Suatu malam, seorang pengintai melihat seberkas sinar terang dari menara utara istana. Lord X pun
memerintahkan penyisiran menara itu. Namun ketika mereka tiba di puncak menara... Lord X sendiri
ditemukan tewas mengenaskan!

Imperator Ray geram bukan main. Siapakah pembunuh kejam yang telah menantangnya? Misteri
mengerikan itu perlahan mulai terungkap... tetapi datangnya kiamat seakan semakin dekat...

Siapakah pembunuh kejam itu? Misterinya semakin rumit...

Pengarang cerita : Javas

Bersambung...

Anda mungkin juga menyukai