4575 10022 1 PB
4575 10022 1 PB
Hartanto
Fakultas Hukum, Universitas Widya Mataram, Yogyakarta
Dalem Mangkubumen KT III/237, Yogyakarta - 55132
hartanto.yogya@gmail.com
Abstract
Arrangements for interim replacements regulated in Law No. 7 of 2017 concerning Elections are a
mandate from the constitution which explains that the replacement of elected candidates for members
of the DPR can be done for several reasons. The arrangement is regulated in Article 426 (1) . The
KPU issued General Election Commission Regulation (PKPU) No. 3 of 2019, which regulates that
candidates who are unable to remain have their status as election participants canceled. One of the so-
called permanent absences is a legislative candidate who dies. The Interim Alternation Arrangement
in Supreme Court Decision No. 57 P/Hum/2019 states that the decision to vote for a legislative
candidate who dies is delegated to the political coast, so he has the authority to choose a legislative
candidate who in the best value to replace the candidate. This decision caused a legal polemic because
the filling of legislative seats must be done based on democracy. PAW is a continuation of the
function of democracy, the KPU still adheres to the general election law, this is because according to
Law No. 12 of 2011 concerning the Hierarchy of Invitation Laws, it places the law under the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia so that it considers that the Supreme Court's decision is
under the law. . This problem can reduce the authority of the Supreme Court considering that the
Supreme Court's decision on a matter is ignored by the requesting institution or other parties who
are harmed.
Abstrak
Pengaturan Pengantian antar waktu diatur dalam UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
merupakan amanah dari konstititusi yang menjelaskan penggantian calon terpilih anggota
DPR bisa dilakukan karena beberapa alasan. Pengaturan tersebut diatur dalam Pasal 426 (1)
. KPU menerbitkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No 3 Tahun 2019, yang
mengatur mengenai caleg yang berhalangan tetap dibatalkan statusnya sebagai peserta
Pemilu. Salah satu yang disebut berhalangan tetap ialah calon legislatif yang meninggal,
Pengaturan Pergantian Antar Waktu dalam Putusan Mahkamah Agung No 57
P/Hum/2019 menyatakan bahwa penetapan suara calon legislatif yang meninggal dunia
kewenangan di serahkan kepada pantai politik, maka memiliki kewenangan memilih calon
legislatif yang di nilai terbaik untuk menggantikan calon tersebut. Putusan ini menimbulkan
polemik hukum dikarenakan pengisian kursi legislatif harus di lakukan berdasarkan
demokrasi. PAW merupakan kelanjutan dari fungsi demokrasi, maka KPU tetap
berpegangan pada Undang undang pemilihan umum, hal ini dikarenakan menurut Undang
Undang No 12 Tahun Tahun 2011 Tentang Hierarki Perundang Undangan meletakan
undang undang di bawah UUD NRI 1945 sehingga mengangap bahwa Putusan MA
kedudukannya di bawah undang undang. Masalah ini dapat mereduksi wibawa MA
mengingat putusan MA atas suatu hal diabaikan oleh lembaga yang meminta atau pihak
lain yang dirugikan.
Kedaulatan yang dahulu diletakkan pada MPR salah satu unsur negara demokrasi yang dike-
sebagai penjelmaan rakyat kini telah beralih ke mukakan oleh Robert A. Dahl, sebagaimana
tangan rakyat secara langsung. Hal demikian dikutip oleh Arend Lijphart, yaitu adanya free
memberikan pengaruh yang signifikan kepada and fair elections (pemilihan yang bebas dan
mekanisme pengisian jabatan-jabatan jujur). (Robert A. Dahl, 1991)
ketatanegaraan yang melaksanakan fungsi Pergantian antar waktu (PAW) anggota
penyelenggaraan negara baik di bidang legislatif DPR adalah hal lazim. Seorang
eksekutif maupun legislatif. Konstitusi pada anggota dewan bisa diganti dengan berbagai
hakekatnya menujukkan kerangka pemikiran alasan di tengah masa jabatannya atau bahkan
bahwa ini merupakan perjanjian bersama tanpa keterangan jelas. PAW dilakukan atas
seluruh rakyat, maka otomatis menjadi hukum usulan partai politik (parpol), istilah popu-
tertinggi (the supreme law of the land) lernya adalah recall. Merujuk pada dalam
(Sabrina, Saad, 2021). Kajian permasalahan kamus politik karangan BN Marbun,
hukum sebagai landasan hukum negara dan recall berarti sebagai proses penarikan kembali
masyarakatnya senantiasa terjadi. Perma- atau penggantian anggota dewan oleh induk
salahan hukum semakin hari makin ber- organisasinya (parpol).
kembang, hal inilah yang disebut dengan Pergantian antar waktu menurut
permasalahan hukum kontemporer Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2
(Hartanto, Aida Dewi ,2020), salah satunya tahun 2010 menyebutkan bahwa PAW DPR
karena perkembangan politik selalu dinamis merupakan proses penggantian anggota DPR
terlebih menjelang dan pasca pemilihan umum. yang berhenti antarwaktu untuk digantikan
Oleh sebab itu, konstitusi menempatkan oleh calon pengganti antarwaktu dari Daftar
pemilihan umum (pemilu) sebagai alat untuk Calon Tetap (DCT) anggota DPR dari parpol
menerjemahkan kehendak umum para pemilih dan daerah pemilihan yang sama. Dari data
menjadi pemerintahan perwakilan (Refly legislatif 2014-2019 versi KPU yang diolah, 22
Harun, 2018). Sebagai sarana menerjemahkan persen anggota DPR berstatus PAW. (Hedi
kehendak umum atau kedaulatan rakyat novianto, 2020)
sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 1 ayat Partai Hanura paling sering melakukan
(2) UUD 1945, pemilu merupakan salah satu PAW selama periode 2014-2019, mencapai 68,8
keniscayaan bagi negara demokrasi. Demo- persen dari total kursi di DPR. PAW memang
krasi dan pemilu merupakan dua unsur yang perlu dilakukan ketika dasarnya adalah
tidak dapat dipisahkan atau “qonditio sine qua anggota ikut pilkada, pindah partai, terkena
non”, the one can not exist without the others, kasus pidana --termasuk korupsi, menyandang
dalam arti bahwa pemilu dimaknai sebagai jabatan publik lain seperti menjadi menteri,
prosedur untuk mencapai demokrasi atau atau meninggal dunia.
merupakan prosedur untuk memindahkan
kedaulatan rakyat kepada kandidat tertentu
untuk menduduki jabatan-jabatan politik (Refly
Harun, 2018). (International IDEA, 2020)
Pemilu di Indonesia, berdasarkan
konstitusi PAW diatur dalam Pasal 22B UUD
1945 bahwa anggota DPR dapat diberhentikan
dari jabatan, dengan syarat dan tata cara yang
diatur dalam Undang-Undang (Rudianto,
Purwanto, 2020); Pasal 22E ayat (2) UUD 1945,
dilaksanakan untuk melakukan pemilihan
anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden, dan DPRD. Adapun pemilu tersebut
berlandaskan kepada asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun
sekali, menurut Pasal 22E ayat (1) UUD 1945, Gambar 1
atau yang biasa disingkat dengan asas “luber Pergantian Antar Waktu DPR periode 2014-
jurdil”. Ketentuan demikian sejalan dengan 2019
Banyak ahli mengatakan bahwa seyogyannya Undang undang pemilihan umum pasal 426
parpol tidak boleh mengganti anggotanya yang ayat 3 menjelaskan bahwa calon terpelih
menjadi dewan di tengah masa jabatan. anggota DPR, anggota DPRD provinsi dan
Anggota yang terpilih sebagai DPR dilakukan anggota DPRD kabupaten atau kota
melalui sistem pemilihan (pemilu) yang dipilih sebagaimana di maksud pada ayat satu di
masyarakat. Demokrasi langsung yang dianut gantikan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU
saat ini maka wakil rakyat/pemimpin dipilih kabupaten kota dengaN calon dari daftar calon
secara langsung (tanpa proses perwakilan), tetap partai politik peserta yang sama di daerah
sesuai dengan azas demokrasi. Vox Populi Vox pemilihan tersebut berdasarkan suara calon
Dei (Kurniawan dan Arianto, 2020). Namun terbanyak sebelumnya. Untuk itu KPU tetap
pemilu yang di lakukan oleh masyarakat berpegangan pada Undang undang pemilihan
tersebut tidak dapat dikontrol oleh masyarakat umum diatas ini, hal ini di karenakan bahwa
melaikan fungsi kontrolnya di lakukan oleh menurut Undang Undang No 12 Tahun Tahun
parpol. Perubahan regulasi perlu dilakukan 2011 Tentang Hierarki Perundang Undangan
sebagai upayah mengatasi Celah-celah hukum yang meletakan undang undang di bawah
yang dapat di mainkan oleh antar anggota UUD NRI 1945 sehingga mengangap bahwa
partai politik. Putusan Mahkamah agung kedudukannya di
Ada berbagai celah hukum yang coba di bawah undang-undang.
lakukan oleh partai politik hal ini dapat dilihat Permasalahan kekuasaan kehakiman
dari kasus Harun Masiku dimana ada tersebut tidak begitu saja hilang akan tetapi
perbedaan tafsir mengenai pergantian antar dengan segala peraturan perundang-
waktu antara PDI Perjuangan dengan KPU. undangan, yang justru dapat melemahkan
Adanya putusan Mahkamah Agung Nomor 57 kemerdekaan kekuasaan kehakiman. Secara
P/Hum/2019 halaman 66 sampai 67 logis memang akan ada kemungkinan
menjelaskan mengenai penetapan suara calon kepentingan politik menjadi masuk dalam
legislative yang meninggal dunia kewenangan ranah proses penegakan kekuasaan kehakiman
di serahkan kepada pantai politik dimana yang merdeka, karena Dewan Perwakilan
partai politik di berikan kewenangan untuk Rakyat adalah lembaga politik yang juga
memilih calon legislatif yang di nilai terbaik menghasilkan kebijakan-kebijakan politik.
untuk mengantikan calon tersebut. Putusan ini Padahal Pengadilan sebagai salah satu institusi
menjadi cela hukum yang di manfaatkan oleh yang bertugas menegakkan kekuasaan keha-
beberapa calon untuk dapat menjadi calon kiman harus melepaskan diri dari interpensi
secara otomatis melalui pergantian antar lembaga lain demi menciptakan independensi
waktu, hal ini menjadi polimik panjang demi mewujudkan penegakan hukum yang
mengingat parpol dapat meyalahgunakan berkeadilan. Dalam melaksanakan kekuasaan
kewenangannya, hal ini di karenakan parpol kehakiman tersebut, hakim harus memahami
dapat menunjuk calon di luar dari pemilu ruang lingkup tugas dan kewajibannya
maupun calon yang jumlah suaranya kurang sebagaimana telah diatur dalam perundang-
sehingga dianggap sangat merugikan pasangan undangan (Sutiyoso dan Puspitasari, 2005).
yang memilki jumlah suara terbanyak lainnya. Keberadaan negara Indonesia sebagai negara
Putusan Mahkamah Agung yang hukum harus di buktikan dengan eksisnya
sifatnya final dan mengikat, kekuasaan lembaga-lembaga kekuasaan negara, lembaga
kehakiman merupakan kekuasaan yang lembaga ini guna mengatur dan tidak
merdeka dalam menjalankan peradilan menimbulkan kekacauan hukum dalam kehi-
(Rimdan, 2013), dalam Pasal 24 UUD 1945 dupan masyarakat dan tindakan sewenang-
menyatakan: (1) kekuasaan kehakiman wenang. (R.S Luhukay, 2019) Lembaga penegak
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan hukum sebagaimana dimaksud adalah lembaga
lain-lain badan kehakiman menurut peradilan yang merdeka untuk menyeleng-
undangundang, dan (2) susunan dan garakan peradilan guna menegakkan hukum
kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dan keadilan. Rumusan masalah: Bagaimana
dengan undang-undang. proses penentuan pergantian antar waktu
Putusan Mahkamah Agung tidak dapat (PAW) berdasarkan UU No 7 Tahun 2017
di terima mengingat KPU berpegang pada
tentang Pemilu dan Putusan Mahkamah Agung menyalur hak politiknya secara bebas dan
No 57 P/Hum/2019 aman. Pemilu harus di laksanakan secara
teratur serta kompetisi yang terbuka dan
Metode Penelitian sederajat di antara partai-partai politik. Melalui
Penelitian ini merupakan penelitian pemilihan umum rakyat memilih wakilnya
hukum dengan mengunakan metode hukum untuk duduk dalam parlemen dalam struktur
normatif. Menurut Philipus M Hadjon dan pemerintahan. Penting demokrasi yang perlu
Tatiek Sri Djatmiati penelitian hukum normatif mendapat perhatian dalam pembangunan
beranjak dari hakekat keilmuan hukum demokrasi adalah pemilihan umum dan partai
(Hadjon dan Djatmiati, 2016) Sejalan dengan itu politik. Partai politik memiliki peran yang
Peter Mahmud Marzuki mengemukan Legal sangat strategis terhadap proses demokratisasi.
Research adalah penelitian hukum yang meng- Selain sebagai struktur kelembagaan politik
gunakan pendekatan, pendekatan perundang – yang anggotanya bertujuan mendapatkan
undangan (Statute Aprroach), pendekatan kekuasaan dan kedudukan politik, partai
konseptual (Conceptual Approach) (Johnny I, politik adalahn sebagai wadah bagi penam-
2010). pungan aspirasi rakyat. Peran tersebut
Dalam pembahasan pertama penulis merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi,
menjelaskan mengenai pendekatan perundang– yaitu keterlibatan masyarakat untuk
undangan (Statute Aprroach), dalam metode ini melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan
penulis perlu memahami hierarki, dan asas – negara melalui partai politik melalui partai-
asas dalam peraturan perundang–undangan. partai itulah segala aspirasi rakyat yang
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang–Undang No. beraneka ragam dapat di salurkan secara
12 Tahun 2011, peraturan perundang- teratur (Azyumardi, 2008).
undangan adalah peraturan tertulis yang Pemilihan umum merupakan salah satu
memuat norma hukum yang mengikat secara cara untuk menentukan wakil rakyat yang akan
umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh duduk dalam badan perwakilan rakyat.
lembaga Negara atau pejabat yang berwenang Menjadi perwakilan politik dalam kerangka
melalui prosedur yang ditetapkan dalam per- kerja suatu sistem demokrasi membawa beban
aturan perundang – undangan. Dari pengertian dan tanggung jawab serta konsekuensi politik
tersebut, secara singkat dapat dikatakan bahwa yang relatif besar. Karena itu, disamping
yang dimaksud sebagai statute berupa legislasi jeratan hukum karena pelanggaran terhadap
dan regulasi. Jika demikian, pendekatan peraturan perundang-undangan yang dapat
peraturan perundang–undangan adalah pende- dibuktikan secara materi di pengadilan umum,
katan dengan meng-gunakan legislasi dan anggota dewan menghadapi tantangan untuk
regulasi (Marzuki, 2005). Pembahasan kedua digugat secara politis baik oleh partai politik
penulis menjelaskan mengenai pendekatan induknya maupun konstituen dan masyarakat
konseptual (Conceptual Aprroach), pendekatan pada umumnya (Salang, 2009). Kenyataannya,
konseptual dilakukan manakala peneliti tidak Indonesia cenderung menganut model
beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal itu diversifikasi dimana anggota DPR merupakan
dilakukan karena memang belum atau tidak wakil dari partai politik. Hal ini berarti anggota
ada aturan hukum untuk masalah yang DPR harus mewakili kepentingan partai politik
dihadapi. Dalam membangun konsep hukum dan menyuarakan suara partai politik. Adanya
dengan beranjak dari pandangan – pandangan sistem Penggantian Antar Waktu (PAW) yang
dan doktrin – doktrin yang berkembang digunakan oleh partai politik terhadap anggota
didalam ilmu hukum (Johnny I, 2010). DPR yang berasal dari partai politik yang
bersangkutan memperkuat hal tersebut (Farida,
Hasil dan Pembahasan 2013).
Pengaturan Pergantian Antar Waktu Istilah PAW yang biasanya disebut juga
Dalam Undang Undang No 7 Tahun 2017 dengan hak recall merupakan hak penggantian
Tentang Pemilu seorang anggota lembaga perwakilan oleh
Pemilihan umum (pemilu) merupakan organisasi pengusungnya atas dasar tertentu.
mekanisme demokrasi untuk memutuskan (Rumokoy, 2012). Praktik ini telah dilaksanakan
penggantian pemerintah di mana rakyat dapat sejak orde baru sampai saat ini pada masa
Celah Hukum yang di jadikan modus hal ini di karenakan pengisian kursi legislatif
dalam Pergantian Antar Waktu dikaji harus di lakukan berdasarkan demokrasi.
dalam Perpektif Hukum Demokrasi tidak berakhir bersamaan dengan
Mahkamah Agung merupakan lembaga berakhirnya pelaksanaan pemilu. Demokrasi
peradilan yang mengadili dan memutuskan uji tetap harus di jalankan secara berkelanjutan
materi mengenai peraturan PAW yang PAW merupakan kelanjutan dari fungsi
diajukan oleh DPP PDI Perjuangan. Permo- demikrasi dalam penyelenggaraan pemerin-
honan uji materi di ajukan pada tanggal 24 Juni tahan dan keseharian kehidupan berbangsa
2019, permohonan tersebut diajukan oleh DPP dan bernegara. Demokrasi pasca pemilu di
PDI Perjuangan terhadap PKPU Nomor 3 jalankan paling tidak dalam dua bentuk.
Tahun 2019 tentang pemungutan dan Pertama, penyelenggaraan negara oleh
penghitungan suara ke ke Mahkamah agung. lembaga-lembaga negara sebagai suprastruktur
Permohonan uji materi ini dilakukan setelah politik; dan kedua, dalam bentuk partisipasi
KPU mencatat perolehan suara pemilu legislatif masyarakat (Gaffar, 2012. M.Fadjar menyatakan
DPR RI di dapil Sumatera Selatan I. tentang hak PAW dipengaruhi kemauan politik
Pengajuan tersebut dilakukan dikare- DPR, partai politik dan pemerintah, yang
nakan Nazarudin meninggal dunia untuk itu seringkali tidak sesuai hakikat kedaulatan/
perlu dilakukan pergantian antar waktu, demokrasi rakyat bahwa anggota DPR mewakil
menurut catatan KPU perolehan suara caleg rakyat, dan sudah bukan mewakili partai
DPR RI dari PDI Perjuangan dapil Sumatera (Abdul Jamil, Sufriadi, 2020).
Selatan I. Perolehannya yakni PDI Perjuangan Lembaga-lembaga negara, khususnya
145.752 suara, meliputi, Darmadi Djufri 26.103 legislatif dan eksekutif, telah di bentuk melalui
suara, Riezky Aprilia 44.402 suara, Diah Okta mekanisme pemilu sebagai wujud pilihan
Sari, 13.310 suara, Doddy Julianto Siahaan, rakyat. Mengutip Henry Arianto bahwa
19.776 suara, Harun Masiku 5.878 suara, Sri kekuasaan di tangan rakyat. Raja atau presiden
Suharti 5.699 suara dan Irwan Tongari 4.240 merupakan mandataris rakyat dan jika
suara. melakukan tindakan sewenang – wenang dapat
PDI-P mengajukan uji materi pasal 54 dimintai pertanggungjwaban (Arianto, 2004).
ayat (5) PKPU Nomor 3 Tahun 2019 Terhadap Di samping itu, rakyat telah membuat
pengajuan uji materi ini, MA memutuskan kesepakatan tentang tugas dan wewenang
permohonan Pemohon dikabulkan sebagian, masing-masing lembaga dalam keseluruhan
Amar putusan MA antara lain berbunyi: organisasi negara untuk mencapai tujuan
“… dinyatakan sah untuk calon yang nasional. Kesepakatan tersebut terbuang dalam
meninggal dunia dan dinyatakan sah untuk konstitusi sebagai hukum tertinggi, yang di
partai politik bagi calon yang meninggal susun melalui proses demokrasi, serta dengan
dunia dan dinyatakan sah untuk partai subtansi untuk mewujudkan negara demokrasi.
politik bagi calon yang tidak lagi memenuhi Pelaksanaan wewenang setiap lembaga negara
syarat sebagai calon." juga harus di maknai sebagai pelaksanaan
Putusan ini memberikan celah hukum demokrasi. Dengan demikian, setiap lembaga
yang di jadikan sebagai modus pergantian negara dan penyelenggaraan negara harus
antar waktu mengingat parpol memilki melaksanakan wewenangnya sesuai dengan
kewenangan yang lebih besar yang tidak ketentuan konstitusi dan aturan hukum.
berdasarkan pada fungsi demokrasi dengan (Gaffar, 2012).
menunjuk Harun Masiku yang jumblah Polemik ini muncul setelah adanya
suaranya lebih rendah akan tetapi KPU tetap perbedaan pandangan dan adanya ketidak
memilih Riezky Aprilia, yang merupakan caleg patuhan KPU terhadap Putusan Mahkamah
PDIP dengan perolehan suara terbanyak Agung. KPU tetap berpedoman pada pasal 426
setelah Nazarudin (Nugraheny, 2020). ayat 3 menjelaskan bahwa calon terpelih
Putusan ini menimbulkan polemik anggota DPR, anggota DPRD provinsi dan
hukum dikarenakan penentuan PAW yang di anggota DPRD kabupaten atau kota sebagai-
lakukan oleh parpol selain bertentangan mana di maksud pada ayat satu di gantikan
dengan undang undang pemilu putusan ini oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten
juga merusak fungsi demokrasi, mengapa tidak kota denga calon dari daftar calon tetap partai
politik peserta yang sama di daerah pemilihan independensi dari atasan dan rekan kerja) dan
tersebut berdasarkan suara calon terbanyak collective independence (misalnya adanya
sebelumnya. Untuk itu KPU tetap berpegangan partisipai pengadilan dalam administrasi
pada Undang undang pemilihan umum diatas pengadilan, termasuk dalam penentuan budget
ini, hal ini di karenakan bahwa menurut pengadilan) (Devitasari, 2020).
Undang Undang No 12 Tahun Tahun 2011
Tentang Hierarki Perundang Undangan yang Kesimpulan
meletakan undang undang di bawah UUD NRI Pengaturan Pengantian antar waktu
1945 sehingga mengangap bahwa Putusan diatur dalam UU No 7 Tahun 2017 tentang
Mahkamah agung kedudukannya di bawah Pemilu dianggap baku dan merupakan amanah
undang-undang. Sedangkan pendapat dari konstititusi yang menjelaskan penggantian
Ryllyandi dalam Qori Mughni Kumara, jika ada calon terpilih anggota DPR bisa dilakukan
perselisihan yang belum selesai oleh karena beberapa alasan. Salah satunya
Mahkamah Partai, diatur menggunakan Pasal meninggal dunia. Pengaturan tersebut diatur
33 Undang-undang No.11 tahun 2011 yaitu dalam Pasal 426 (1). KPU menerbitkan
melalui pengadilan negeri, pengadilan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No
mengacu AD/ART partai yang berperkara, jika 3 Tahun 2019, yang mengatur mengenai caleg
hal tersebut merupakan kewenangan partai yang berhalangan tetap dibatalkan statusnya
maka diserahkan kembali kepada partai dan sebagai peserta Pemilu. Salah satu yang disebut
putusannya kemudan oleh partai diserahkan ke berhalangan tetap ialah caleg yang meninggal
KPU; Meski penentuan caleg berdasar suara Pengaturan Pergantian Antar Waktu
terbanyak secara teknis dalam ranah KPU, dalam Putusan Mahkamah Agung No 57
namun apabila suara partai lebih besar, maka P/Hum/2019 tertanggal 19 Juli 2019 di
penentunya adalah wewenang mutlak partai nyatakan bahwa sah untuk calon yang
(Kumara, 2019) meninggal dunia dan dinyatakan sah untuk
Masalah ini dapat merendahkan Partai Politik bagi calon yang meninggal dunia
wibawa Mahkamah Agung mengingat putusan dan dinyatakan sah untuk Partai Politik bagi
hukum yang dibuat MA atas suatu hal calon yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai
diacuhkan oleh lembaga yang meminta atau calon, Putusan Mahkamah Agung Nomor 57
pihak lain yang dirugikan dikarenakan sifat P/Hum/2019 menjelaskan mengenai pene-
putusan hukum tersebut tidak mengikat. Oleh tapan suara calon legislatif yang meninggal
karenanya, jika fungsi ini dihapuskan, maka dunia kewenangan di serahkan kepada pantai
sedikit banyak pekerjaan MA, khususnya Ketua politik dimana partai politik di berikan
MA akan berkurang. Selama ini, mengingat kewenangan untuk memilih calon legislatif
cukup banyak permintaan dari berbagai pihak yang di nilai terbaik untuk mengantikan calon
kepada MA untuk memberikan pertimbangan tersebut. Putusan Mahkamah Agung yang
hukum atas suatu hal, permintaan pertim- sifatnya final dan mengikat kekuasaan
bangan hukum ini cukup membebani waktu kehakiman merupakan kekuasaan yang
dan pemikiran MA (Isra, 2010). Karena merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
berbagai penyebab di atas, upaya membe- guna menegakkan hukum dan keadilan
baskan kekuasaan kehakiman dari pengaruh Polemik ini muncul setelah adanya
kekuasaan lain merupakan perjuangan terus- perbedaan pandangan dan adanya ketidak
menerus. Bagaimanapun, kekuasaan patuhan KPU terhadap Putusan Mahkamah
kehakiman yang merdeka merupakan salah Agung. KPU tetap berpedoman pada pasal 426
satu prinsip penting dalam negara demokrasi. ayat 3 menjelaskan bahwa calon terpilih
Shimon Shetreet dalam Judicial Independence: anggota DPR, anggota DPRD provinsi dan
New Conceptual Dimentions and Contemporary anggota DPRD kabupaten atau kota
Challenges membagi independence of the judiciary sebagaimana di maksud pada ayat satu di
menjadi empat hal yaitu substantive independence gantikan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU
(independensi dalam memutus perkara), kabupaten kota dengan calon dari daftar calon
personal independence [misalnya adanya tetap partai politik peserta yang sama di daerah
jaminan masa kerja dan jabatan (term of office pemilihan tersebut berdasarkan suara calon
and tenure), internal independence (misalnya terbanyak sebelumnya. Untuk itu KPU tetap
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak Sebastian Salang, (2009). Menghindari Jeratan
2019. Hukum Bagi Anggota Dewan. Jakarta:PT.
https://journal.kpu.go.id/index.php/E Penebar Swadaya.
RE/article/view/148 Z.A Sangadji, (2003). Kompetensi Badan Peradilan
Umum Dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Refly Harun, Cetakan Pertama, Bandung:Citra Aditya
http://new.widyamataram.ac.id/content/new Bakti.
s/seminar-nasional-fh-uwm-meneropong-
problematika-pemilu-tahun-
2019#.YSFb97AzbIU, diakses pada
tanggal 20 Agustus 2021