Anda di halaman 1dari 20

PERMASALAHAN BUDAYA DALAM KONTEKS

KESEHATAN DAN TEKNIK PEMECAHAN DIAGRAM IKAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DHANY SETYA HANDARY

NIM : 2330308030002

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
pada tepat waktu dalam pembuatan makalah yang berjudul Permasalah an
Budaya Dalam Konteks Kesehatan dan Teknik Pemecahan Diagram Ikan .

Makalah ini disusun berdasarkan data yang telah saya kumpulkan dari
berbagai jurnal. Saya menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu dengan adanya bantuan dari berbagai jurnal. Saya ucapkan
terima kasih kepada Dosen Pengampu : Dr. Arini Ratnasari, SKM yang sudah
mengajarkan kami dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Dalam penyusunan makalah ini saya telah berusaha menyajikan


semaksimal mungkin, namun saya menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka untuk itu saya mengharapkan masukan ataupun saran dari
Dosen pembimbing serta teman-teman lainnya agar makalah diwaktu yang akan
datang bisa lebih baik lagi dan semoga makalah bermanfaat bagi semua pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi
dalam pemahaman lebih lanjut tentang topik yang dibahas. Kami berharap
makalah ini dapat menjadi referensi yang berguna bagi pembaca dan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Indentifikasi Masalah.....................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.4 Tinjauan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian kesehatan......................................................................................5
2.2 Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional......................................................6
2.3 Masyarakat....................................................................................................7
2.4 Aspek budaya.................................................................................................8
2.5 Perubahan Sosial Budaya.............................................................................11
2.6 Aspek Sosial Budaya....................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
Daftar Pustaka......................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berjalanya perkembangan di jaman modern atau ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat banyak membawa perubahan terhadap
kehidupan manusia saat ini baik dari dalam hal perubahan pola hidup maupun
tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam
suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh
masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat sangat memberikan peranan


penting dalam mencapai derajat kesehatan dengan setinggi-tingginya agar ada
peningkatan dalam perkembangan. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut
harus mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tradisonal tertentu mengunakan bahan-bahan secara alami sesuai
dengan tradisi mereka.

Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap


kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses
terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang
dianut hubungannya dengan kesehatan. Menurut G.M Foster (1973) Aspek
budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antara lain adalah tradisi,
sikap fatalism, nilai, ethnocentrisme, unsur budaya dipelajarai pada tingkat awal
dalam proses sosialisasi. Selanjutnya di jelaskan beberapa aspek sosial budaya
yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan yang pertama yaitu
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi.

1.2 Indentifikasi Masalah


Jika dilihat pengaruh sosial budaya dalam masyarakat sangat memberikan
peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan dengan setinggi-tingginya agar
ada peningkatan dalam perkembangan. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut
harus mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir dan sikap terhadap
perilaku. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun
negatif. Hubungan antara budaya, perilaku dan kesehatan sangatlah erat
hubungannya, sebagai satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat
bertahan dengan cara pengobatan tradisonal tertentu mengunakan bahan-bahan
secara alami sesuai dengan tradisi mereka.
Berikut adalah gambar diagram Fishbone dalam mengkaji sumber
permasalahan yang ada.
Sikap Sikap Fatalism
Nilai Ethnosentris
Kurangnya
Nilai beras Merasa paling
bersosialisasi
putih pandai
Petugas
merokok
Merasa budaya Berpegang teguh
sendiri paling terhadap agama
baik
Permasalahan
Rasa bangga Budaya Dalam
Perilaku terhadap status Konteks
Kepercayaan
kebiasaan Kesehatan
tradisi
sehari-hari
Proses sosialisasi Hubungan antar
Kurang
dokter
pengetahuan
Budaya
Norma
Tradisi

Gambar 1.1 Diagram Fishbone


Dalam permasalahan ini, menggunakan metode fishbone untuk
mengetahui penyebab dari masalah yang ada dalam diagram fishbone tersebut.
Telah ditentukan beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya permasalahan
budaya dalam konteks kesehatan. Ada beberapa faktor yang terdapat pada
permasalahan budaya dalam konteks kesehatan yaitu tradisi kurangnya
pengetahuan sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat,
sikap fatalims kurangnya bersosialisasi sehingga kurang berkontribusi kepada
masyarakat, sikap ethnosentris merasa bahwa budaya sendirilah yang paling baik
sehingga timbulah sifat yang merasa paling benar, norma merasa bangga pada
statusnya sehingga adanya larangan dalam pelayanan sehingga menjadi terbatas,
nilai dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku sehingga nilai-niai ada
yang merugikan kesehatan, budaya adalah proses sosialisasi seseorang terhadap
kebiasaan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan. Maka dari itu kita harus
memperluas perubahan-perubahan agar tidak terjadi hal-hal tersebut sehingga
untuk kedepanya masyarakat dapat menerima dan mengerti perubahan di era
modern dan tidak terjadinya konflik dalam budaya kesehatan masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kesehatan ?
2. Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan secara
tradisional ?
3. Apakah yang dimaksud dengan masyarakat ?
4. Apakah yang dimaksud dengan budaya yang mempengaruhi
kesehatan ?
5. Apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial budaya ?
6. Apakah yang dimaksud dengan aspek budaya yang mempengaruhi
perilaku kesehatan dan status kesehatan ?
1.4 Tinjauan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kebudayaan dan
pengobatan tradisonal
3. Untuk mengetahui pengertian secara detail tentang masyarakat
4. Untuk mengetahui budaya yang mempengaruhi kesehatan
5. Untuk mengetahui dengan adanya sosial budaya
6. Untuk mengetahui aspek budaya kesehatan dan status kesehatan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kesehatan


Kesehatan adalah kondisi dalam keadaan sehat sejatera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara sosial
maupun ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya dalam pergaulan dan
pencegahan terhadap gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan atau perawatan khusus termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang agar selalu menajaga
kesehatan dan membantu pencegahan penyakit dengan bertindak secara sendiri-
sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan
orang lain.

Definisi yang bahkan lagi lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan
para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi
pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela
terhadap perilaku orang yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukan
bahwa saat ini lebih dari 80% rakyat indonesia tidak mampu untuk mendapat
jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan dalam bidang pemeliharaan
kesehatan seperti akses, taspen, dan jamsostek. Untuk golongan masyarakat yang
dianggap teranak tirikan dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
sebagaian besar golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan
kesehatan, masalah ini sangat menjadi lebih pelik dan prihatin, berhubungan
dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok
manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

Terlampir pada UU No.23,1992 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa


Kesehatan adalah dalam keadaan sehat sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan sangatlah penting harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakan bagian integral kesehatan.

2.2 Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional

Masing-masing kebudayaan tersendiri memiliki berbagai pengobatan untuk


penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu
kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian
diberi obat antibiotik dan obat tersebut dapat mematikan kuman penyebab
penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh
penyebab biologis. Kadang kala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu
yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan
sakit. Seperti halnya suku di Indonesia bagian pedalaman menganggap bahwa
penyakit itu timbul akibat guna-guna yang dikirimkan oleh orang lain. Orang yang
terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-
masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh
orang yang terkena guna-guna contohnya santet, pemikat dan lain lain. Cara yang
digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di
dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk
menyembuhkan anggota sukunya yang sakit. Suku Azande di Afrika Tengah
mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari kakinya tertusuk
sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit tuberkulosis
maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihir dan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti. Orang
Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh di
masukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari
pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara
penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien
sehingga pasien percaya atas hal tersebut.
2.3 Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu


dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya karena manusia tidak bisa
hidup secara individu. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan
dan lain sebagainya, manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang
berkesinambungan dalam suatu masyarakat, misalnya dengan gotong royong
membersihan lingkugan. Adapun enam pengertian masyarakat menurut para ahli
antara lain :

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
5. Menurut Koentjaraningrat (1996) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya
berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama.

6. Menurut Gillin (1954) masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang
mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi dan perasaan persatuan yang sama.

Faktor-faktor atau unsur-unsur masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto alam


masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1. Beranggotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru
yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota
masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan
satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Ciri atau kriteria masyarakat yang baik. Menurut Marion Levy diperlukan empat
kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan atau disebut
sebagai masyarakat dan ada 4 aturan :

1. Ada sistem tindakan utama


2. Saling setia pada sistem tindakan utama
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota
4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran reproduksi manusia

2.4 Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan


perilaku kesehatan

Menurut G.M Foster (1973) Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antara lain adalah :
1. Tradisi
2. Sikap Fatalism
3. Nilai
4. Ethnocentrisme
5. Unsur Budaya Dipelajari Pada Tingkat Awal Dalam Proses Sosialisasi

A. Pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatan


Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah
penyakit kuru. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya
adalah virus. Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah
dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi
kanibalisme. Maka dari itu kita harus meninggalkan tradisi yang berpengaruh
negatif.

B. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.


Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,
beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam
percaya bahwa anak adalah titipan dari Tuhan dan sakit atau mati itu adalah
takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit atau menyelamatkan seseorang dari
kematian. Mempercayai suata agama sangat lah penting sama halnya seperti
sosialisasi agar mendapatkan wawasan dan keringanan ketika mendapatkan
musibah.

C. Pengaruh sikap Ethnosentrisme terhadap perilaku dan status kesehatan


Sikap ethnosentrisme adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan
sendiri yang paling baik jika di bandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi
yang dimilikinya dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,
sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang
berkembang menuju proses. Tetapi dari sisi lain, semua anggota dari budaya
lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik.
Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai dan serba
mengetahui, paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan
petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu
mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.
Dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan, tetapi
dimana masyarakat bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya mereka
sendiri. pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.
suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang. Hal
tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.

D. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.


Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya, norma di
masyarakat sangat mempengaruhi oleh perilaku kesehatan dari anggota
masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. Sebagai contoh untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena
adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan
dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan. Sehingga menimbulkan keterbatasan
pada dokter dalam melakukan pelayanan.

E. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan


Nilai yang berlaku dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang
merugikan kesehata. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah
penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahui
bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan
dengan beras putih, masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih
enak dan lebih bersih. Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang
merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap
kesehatan namun tetap saja mereka merokok dan membelinya. Seharusnya
petugas memberikan contoh yang baik kepada masyarakat bahwa merokok itu
sangat merugikan kesehatan tubuh dan banyak mengandung zat-zat berbahaya.
Maka marilah kita semua menerapkan pola hidup sehat agar tidak bertambahnya
masyarakat yang meroko.

F. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak di ajarkan antara lain
bagaimana cara makan, bahan makanan apa yang di makan, cara buang air kecil
dan besar dan lain-lain. Kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut
dewasa dan bahkan sampai tua. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku
kesehatan yang sangat sulit untuk diubah karena kebiasaan yang di lakukan
sehari-hari.

G. Pengaruh Konsekuensi dari Inovasi Terhadap Perilaku Kesehatan


Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi, atau dengan perkataan
lain, suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan
yang ketiga. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan
perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus di pikirkan adalah konsekuensi
apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang
terlibat atau berpengaruh terhadap perubahan, dan berusaha untuk memprediksi
tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut apa bila ia tahu budaya
masyarakat setempat dan apa bila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,
maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi
outcome dari perubahan yang telah direncanakan.

2.5 Perubahan Sosial Budaya

 Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga


harus dirubah budayanya

Bentuk perubahan sosial budaya ada 3 yaitu :

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat


2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar
3. Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan

 Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut


inovasi

Syarat inovasi ada 5 yaitu :

1. Masyarakat merasa membutuhkan perubahan


2. Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat
3. Perubahan dapat diajarkan
4. Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
5. Perubahan tidak merusak prestise pribadi dan kelompok

Penyebab perubahan tidak meluas :

 Pengguna perubahan baru mendapat suatu hukuman


 Penemuan baru sulit di integrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada
 Banyaknya bahan-bahan kimia sehingga budaya sulit di mempercayainya
karena terbiasa menggunakan bahan secara alami di kebudayaan.

2.6 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


dan Status Kesehatan
Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi
perilaku kesehatan dan status kesehatan, yang pertama yaitu:

 umur
 jenis kelamin
 pekerjaan
 sosial ekonomi

jika dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan penyakit
berdasarkan golongan umur. Misalnya di kalangan balita banyak yang
menderita berbagai penyakit infeksi karena di usia balita sangat rentan
terkena penyakit, sedangkan pada golongan dewasa atau usia lanjut lebih
banyak yang terkena penyakit kronis. Demikian juga dengan aspek
golongan menurut jenis kelamin, di kalangan wanita lebih banyak yang
terkena kanker payudara, sedangkan pada pria lebih banyak yang terkena
kanker prostat. Begitu juga dengan jenis pekerjaan, di kalangan petani
lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena aktifiasnya sehari-hari
banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak
yang terkena penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu.
Sering di jumpai di pabrik tekstil garmen dan lain lain. Keadaan sosial
ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit, seperti mengonsumsi
makanan yang kurang sehat buat tubu, bahkan juga berpengaruh pada
kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golongan yang status
ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi.
Demikian juga obesitas lebih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan
status ekonominya tinggi. Terjadi karena terpenuhinya ekonomi dengan
baik sehingga aktifitasnya terbatas.

Menurut H Ray Elling (1970) ada beberapa faktor sosial yang


berpengaruh pada perilaku kesehatan antara lain :

A. Pengaruh self concept


kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin
memperlihatkan diri kita kepada orang lain, oleh karena itu secara tidak
langsung self concept kita cenderung mementukan, apakah kita akan
menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk
mengubahnya.

Self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan, karena


mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan
dalam berkontribusi kepada masyarakat.
B. Pengaruh image kelompok

image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok


sebagai contoh seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi
kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak
petani tidak terpapar dengan lingkungan medis dan besar kemungkinan
juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter. Pengaruh identifikasi
kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehatan, sangat penting untuk
memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai pengobatan tradisional,


saya yakin bahwa jika di nilai dari banyaknya fungsi yang di harapkan dapat
memenuhi oleh pengobatan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada
penelitian medis yang sistematik dan beragam di dalam masyarakat-masyarakat
tersebut, maka sistem-sistem medis tradisional, yang di lihat sebagai sarana
adaptif, telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun yang
lalu, telah memberikan harapan dan penyembuhan kepada yang orang yang sakit,
mereka menangani juga penyakit-penyakit sosial menggunkan berbagai bahan
alami dari alam, dan mereka telah memberikan sumbangan terhadap penambahan
populasi dunia secara lambat. Saya juga percaya bahwa beda dengan pengobatan
ilmiah, baik dari aspek-aspek preventif dan klinisnya, serta semua kekurangan
dalam perawatan kesehatannya maka pengobatan tradisional adalah cara kurang
memuaskan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari penduduk masa kini,
karena semakin cepat berkembangnya teknologi di era sekarang ini. Hal ini
bukanlah merupakan penilaian saya saja melainkan keputusan para penilai utama,
konsumen-konsumen tradisional yang masih percaya dan semakin meningkat
dalam memilih antara pengobatanya sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.

3.2 Saran

Saya penulis berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini,
mahasiswa dapat meng-aplikasikanya nanti. Dapat mengetahui bagaimana sistem
medis tradisional, apa lagi sisi positif dan negatif dari pengobatan sistem
tradisional, karena pengobatan tradisional menurut saya saat ini sangat langka dan
hampir punah karena semakin majunya perkembangan pada jaman modern
sekarang ini dan beragam menggunakan bahan-bahan alami dari sumber kekayaan
alam.
Daftar Pustaka

1. Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka


Cipta
2. Fisher, Augrey, 1986, Theories of Communication (Terjemahan Soejono
Trimo), Bandung, Remaja Karya
3. Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John
Hopkins University, Maryland, Mayfield Publishing Company
4. Koentjaraningrat, 1996, Pengantar Anthropologi
5. Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
6. Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
7. Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helth care

8. Foster,G,M, traditional societes in technological


change,1973.Loentjaraningrat,pengantar anthropologi,1996

9. Kresno,sudarti,dkk.pencarian pertolongan pengobatan bagi anak balita


dengan diare di Jakarta utara,1996

10. Notoatmodjo,Soekidjo,promosi kesehatan teori dan aplikasi,edisi


revisi,rineka cipta,Jakarta,2010

11. Siyoto, Sandu dan M. Ali Sodik. (2015).

12. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media Publishing


Siyoto, Sandu dan Ratna Wardani. (2016).

13. Dasar Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Literasi Media Publishing.


Sofwan, Dahlan. (2000).

14. Bandung: Alfabeta Wiyono, djoko. (1999). Managemen Mutu Pelayanan


Kesehatan. Jakarta: Airlangga pre

Anda mungkin juga menyukai