Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FLEBOTOMI
PENANGANAN SPESIMEN JARINGAN TUBUH

NAMA DHANY SETYA HANDARY


NIM 2330308030002
KELOMPOK 4 (Empat)
MATA KULIAH FLEBOTOMI
DOSEN 1. ELEVENTI OKTARINA PUTRI,
S.Tr.M.Kes
2. Dr. ARINI RATNASARI, SKM

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanganan sampel jaringan tubuh, khususnya pada bidang patologi anatomi,


memerlukan beberapa langkah. Langkah pertama setelah mengeluarkan jaringan dari
tubuh adalah memperbaikinya untuk menjaga morfologi dan antigenisitas molekul
target. Fiksatif yang digunakan biasanya 10 hingga 20 kali volume jaringan. Selain itu,
penting untuk memastikan bahwa data klinis yang terkait dengan sampel yang
diserahkan sudah lengkap. Tahap praanalisis persiapan sampel cairan tubuh dan usap
juga mencakup langkah fiksasi untuk mencegah kerusakan sel. Semua langkah ini
penting untuk memastikan integritas sampel dan keakuratan diagnosis patologis
( Goldblum, 2018 And Suvarna, 2013 ).

Pemeriksaan patologi anatomi merupakan pemeriksaan spesimen dari hasil operasi


dan atau tindakan medislainnya pada pasien, Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menegakkan diagnosis suatu penyakit. Tahapan penanganan spesimen saling terkait satu
dan lainnya. Hal ini akan memengruhi keakuratan diagnosis patologi. Di era molekuler
penanganan spesimen menjadi semakin penting dan harus dilakukan dengan hati-hati
sesuai standar yang ditetapkan ( Wresnindyatsih, 2019 ).

Fiksasi merupakan bagian tahap praanalitik. Tahapan ini merupakan hal paling
penting dalam pemeriksaan histopatologi karena jika terjadi kesalahan pada tahap ini
akan memberikan gambaran buruk pada sediaan histologi ( Nuralim, 2017 ).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu persiapan alat dan bahan untuk
penanganan specimen.
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan spesimen jaringan
BAB II

METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Desember 2023

Waktu : 08:00 – 11:00 WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi

2.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
 Pipet ukur 100 ml  Formalin 40 %
 Gelas ukur 100 ml  Aquades
 Botol coklat  Hati ayam
 Wadah sampel
 Pisau
 Pinset
 Kertas lakmus

2.3 Prosedur Kerja

 Pembuatan formalin 10%

 Masukan 10 ml formalin ke dalam botol coklat di tambahkan aquades


90 ml
 Homogenkan
 Ukur pH dengan kertas lakmus. pH formalin harus Netral
 Fiksasi jaringan

 Masukan hati ayam yang telah di potong 1x1 ke dalam wadah sampel
 Kemudian masukan formalin 10% kedalam botol wadah sampel hingga
hati ayam terendam menyeluruh
 Kemudian tutup wadah fiksasi dan diamkan selama 1x24 jam
 Beri label identitas sampel seperti jenis, tanggal dan nama kelompok
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum

1. Pemotongan hati ayam 1x1


Potong hati ayam yang masih segar
dan memiliki kontras warna yang
cerah

2. Proses homogen formalin 10%


Homogen dilakukan dengan cara
meng kocok

3. Hasil pengukuran pH formalin 10%


Pada pengukuran kartas lakmus
semua menunjukan pH netral

4. Proses fiksasi
Perhatikan pada wadah harus streil
dan tertutup dengan rapat serta di
beri label keterangan dan diamkan
selama 1x24 jam
5. Hasil fiksasi
Ada beberapa perubahan pada hati
ayam yang telah di fiksasi yaitu
warna pucat, dan konsentrasinya
kenyal(padat)

3.2 Pembahasan

Pada praktikum fiksasi yang bertujuan untuk memepertahankan morfologi jaringan


seperti kondisi awal atau fisiologis, sehingga tidak terdapat perubahan apapun
meskipun jaringan melewati rangkaian proses histoteknik, membuat jaringan lebih
padat sehingga membantu saat proses pemotongan jaringan dengan mengunakan
mikrotom. Fiksasi pada praktikum menggunakan reagen formalin 10%.

Fiksasi adaalah suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan
agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.
Jaringan yang di ambil dari tubuh atau sel yang di buat dengan teknik apusan harus
segera di awetkan pada suatu cairan yang di sebut dengan teknik fiksasi. Mekanisme
kerja dari fiksasi pada dasarnya adalah mengawetkan bentuk sel dan organel sehingga
mendekati bentuk ketika masih ditubuh. Dengan pemberian cairan fiksasi maka akan
mengubah komposisi jaringan secara kimiawi ataupun secara fisik (khristian, 2017).

Fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga


perubahan bentuk atau struktur sel jaringan yang terjadi hanya sekecil mungkin,
menembus jaringan dengan cepat, bersifat mordent (mengikat) dan membantu indeks
refraksi (susilowati, 2013).

Fiksasi merupakan salah satu step paling penting pada fase pra-analitik, karena
tujuan dari proses ini adalah bagaimana caranya supaya jaringan tetap seperti kondisi
saat berada pada tubuh pasien meskipun sudah dipisahkan. Agar tujuan ini tercapai,
maka jaringan yang dikeluarkan dari tubuh pasien harus segera dilakukan fiksasi.
Proses ini merupakan proses kimiawi yang kompleks. Jaringan terdiri dari komponen
sel dan ekstraseluler yang terdiri dari elemen peptide, protein, lipid dan phospholipids
(membran sel), karbohidrat dan komplek karbohidrat, berbagai tipe RNA dan DNA.
Elemen tersebut akan bereaksi selama proses fiksasi berlangsung dan bergantung dari
tipe dan agen fiksasi yang digunakan. Sebagian dari elemen tersebut akan bereaksi
secara kimiawi denagn bahan fiksasi, lalu mengalami proses “cross-linking” ( Piskorz,
2016 ).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Fiksasi dengan reagen formalin 10%. Fiksasi melibatkan menahan sel atau elemen
jaringan pada tempatnya dan tidak mengubahnya. Mekanisme kerja fiksasi adalah
mempertahankan bentuk sel dan organel dengan menyediakan bahan fiksatif yang
mengubah komposisi jaringan secara kimia atau fisik. Fungsi fiksasi adalah untuk
menjaga bentuk jaringan sekecil mungkin, agar cepat berpenetrasi dan maju ke dalam
jaringan serta meningkatkan indeks bias. Ini merupakan langkah praanalisis yang penting
untuk mempertahankan jaringan pada kondisi aslinya setelah terpisah dari tubuh pasien.
Proses fiksasi melibatkan reaksi kompleks antara komponen seluler dan ekstraseluler
serta bahan fiksasi, termasuk proses “ikatan silang”.

4.2 Saran

Dalam praktikum fiksasi ini kita harus memperhatikan dan memahami karena fiksasi
adalah sebuah langkah awal (praanalitik) pemeriksaan diagnosa suatu penyakit, jika
pada awal ini terjadi kesalahan maka akan memberikan gambaran buruk pada sediaan
sampel pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Goldblum J, Lamps L, Kenney Mc.J, Myers J.L. Rosai and Ackermans Surgical
Pathology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier. 2018 : 2513-258.
2. Suvarna S.K, Layton C, Bancroft J.D. Bancrofts Theory and Practice of Histological
Techniques. 7th Edition. Churchill: Livingstone. 2013 : 69-93.
3. Wresnindyatsih. Penanganan spesimen jaringan dan sitologi pada tahap preanalitik.
Sriwijaya University Medicine. 2019
4. Piskorz A.M. Methanol-based fixation is superior to buffered formalin for
nextgeneration sequencing of DNA from clinical cancer samples. Ann. Oncol. 2016;
27: 532–39.
5. Susilowati R. Petunjuk praktikum mikroteknik. Bagian histologi dan biologi seluruh
fk UGM. Yogyakarta. 2013
6. Khristian, Erick, Inderiati, Dewi. Bahan ajar teknologi medis sitohistoteknologi.
Jakarta : Badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia. 2017
LAPORAN SEMENATARA

Anda mungkin juga menyukai