FLEBOTOMI
PENANGANAN SPESIMEN JARINGAN TUBUH
Fiksasi merupakan bagian tahap praanalitik. Tahapan ini merupakan hal paling
penting dalam pemeriksaan histopatologi karena jika terjadi kesalahan pada tahap ini
akan memberikan gambaran buruk pada sediaan histologi ( Nuralim, 2017 ).
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu persiapan alat dan bahan untuk
penanganan specimen.
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan spesimen jaringan
BAB II
METODE
Alat : Bahan :
Pipet ukur 100 ml Formalin 40 %
Gelas ukur 100 ml Aquades
Botol coklat Hati ayam
Wadah sampel
Pisau
Pinset
Kertas lakmus
Masukan hati ayam yang telah di potong 1x1 ke dalam wadah sampel
Kemudian masukan formalin 10% kedalam botol wadah sampel hingga
hati ayam terendam menyeluruh
Kemudian tutup wadah fiksasi dan diamkan selama 1x24 jam
Beri label identitas sampel seperti jenis, tanggal dan nama kelompok
BAB III
4. Proses fiksasi
Perhatikan pada wadah harus streil
dan tertutup dengan rapat serta di
beri label keterangan dan diamkan
selama 1x24 jam
5. Hasil fiksasi
Ada beberapa perubahan pada hati
ayam yang telah di fiksasi yaitu
warna pucat, dan konsentrasinya
kenyal(padat)
3.2 Pembahasan
Fiksasi adaalah suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan
agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.
Jaringan yang di ambil dari tubuh atau sel yang di buat dengan teknik apusan harus
segera di awetkan pada suatu cairan yang di sebut dengan teknik fiksasi. Mekanisme
kerja dari fiksasi pada dasarnya adalah mengawetkan bentuk sel dan organel sehingga
mendekati bentuk ketika masih ditubuh. Dengan pemberian cairan fiksasi maka akan
mengubah komposisi jaringan secara kimiawi ataupun secara fisik (khristian, 2017).
Fiksasi merupakan salah satu step paling penting pada fase pra-analitik, karena
tujuan dari proses ini adalah bagaimana caranya supaya jaringan tetap seperti kondisi
saat berada pada tubuh pasien meskipun sudah dipisahkan. Agar tujuan ini tercapai,
maka jaringan yang dikeluarkan dari tubuh pasien harus segera dilakukan fiksasi.
Proses ini merupakan proses kimiawi yang kompleks. Jaringan terdiri dari komponen
sel dan ekstraseluler yang terdiri dari elemen peptide, protein, lipid dan phospholipids
(membran sel), karbohidrat dan komplek karbohidrat, berbagai tipe RNA dan DNA.
Elemen tersebut akan bereaksi selama proses fiksasi berlangsung dan bergantung dari
tipe dan agen fiksasi yang digunakan. Sebagian dari elemen tersebut akan bereaksi
secara kimiawi denagn bahan fiksasi, lalu mengalami proses “cross-linking” ( Piskorz,
2016 ).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fiksasi dengan reagen formalin 10%. Fiksasi melibatkan menahan sel atau elemen
jaringan pada tempatnya dan tidak mengubahnya. Mekanisme kerja fiksasi adalah
mempertahankan bentuk sel dan organel dengan menyediakan bahan fiksatif yang
mengubah komposisi jaringan secara kimia atau fisik. Fungsi fiksasi adalah untuk
menjaga bentuk jaringan sekecil mungkin, agar cepat berpenetrasi dan maju ke dalam
jaringan serta meningkatkan indeks bias. Ini merupakan langkah praanalisis yang penting
untuk mempertahankan jaringan pada kondisi aslinya setelah terpisah dari tubuh pasien.
Proses fiksasi melibatkan reaksi kompleks antara komponen seluler dan ekstraseluler
serta bahan fiksasi, termasuk proses “ikatan silang”.
4.2 Saran
Dalam praktikum fiksasi ini kita harus memperhatikan dan memahami karena fiksasi
adalah sebuah langkah awal (praanalitik) pemeriksaan diagnosa suatu penyakit, jika
pada awal ini terjadi kesalahan maka akan memberikan gambaran buruk pada sediaan
sampel pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldblum J, Lamps L, Kenney Mc.J, Myers J.L. Rosai and Ackermans Surgical
Pathology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier. 2018 : 2513-258.
2. Suvarna S.K, Layton C, Bancroft J.D. Bancrofts Theory and Practice of Histological
Techniques. 7th Edition. Churchill: Livingstone. 2013 : 69-93.
3. Wresnindyatsih. Penanganan spesimen jaringan dan sitologi pada tahap preanalitik.
Sriwijaya University Medicine. 2019
4. Piskorz A.M. Methanol-based fixation is superior to buffered formalin for
nextgeneration sequencing of DNA from clinical cancer samples. Ann. Oncol. 2016;
27: 532–39.
5. Susilowati R. Petunjuk praktikum mikroteknik. Bagian histologi dan biologi seluruh
fk UGM. Yogyakarta. 2013
6. Khristian, Erick, Inderiati, Dewi. Bahan ajar teknologi medis sitohistoteknologi.
Jakarta : Badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia. 2017
LAPORAN SEMENATARA