Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 mendefinisikan suatu ruas jalan
sebagai :
- di antara dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal
utama
- mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan
4.2.7. Kapasitas
Kapasitas dasar ditentukan berdasarkan jenis jalan. Nilai kapasitas dasar menurut MKJI
1997 adalah sebagai berikut :
- Jalan empat-lajur terbagi atau jalan satu arah (C0 = 1650 smp / jam / lajur)
- Jalan empat-lajur tak terbagi (C0 = 1500 smp / jam / lajur)
- Jalan dua-lajur dua-arah (C0 = 2900 smp / jam / dua arah)
Faktor penyesuai pemisahan arah hanya untuk jalan tak-terbagi. Secara umum
reduksi kapasitas akan meningkat bila pemisahan arah makin menjauh dari 50%-50%.
Pada jalan empat-lajur reduksi kapasitas lebih kecil daripada jalan dua-arah untuk
pemisahan arah yang sama.
Tabel 4.3. Faktor Penyesuai Hambatan Samping Jalan Perkotaan (FCSF) untuk
WS = 1 m
Kelas Hambatan Samping VL L M H VH
FCSF 0,96 0,94 0,92 0,86 0,79
DS = Q / C ……………………………………………………………...……………..(4.2)
Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan volume dan kapasitas yang dinyatakan
dalam smp/jam.
Kecepatan arus bebas dasar ditentukan berdasarkan jenis jalan dan jenis
kendaraan. Secara umum kendaran ringan memiliki kecepatan arus bebas lebih tinggi
daripada kendaraan berat dan sepeda motor. Jalan terbagi memiliki kecepatan arus bebas
Tabel 4.5. Kecepatan Arus Bebas (FV0) untuk Kendaraan Ringan di Jalan
Perkotaan
Jenis Jalan FV0 (Km/Jam)
Enam-lajur terbagi (6/2 D) atau tiga-lajur satu-arah (3/1) 61
Empat-lajur terbagi (4/2 D) atau dua-lajur satu-arah (2/1) 57
Empat-lajur tak-terbagi (4/2 UD) 53
Dua-lajur tak-terbagi (2/2 UD) 44
Tabel 4.6. Penyesuaian Kecepatan Akibat Lebar Jalur Lalu-Lintas FVW di Jalan
Perkotaan
We (m) 5 6 7 8 9 10 11
FVW (km/jam) -9,5 -3,0 0,0 3,0 4,0 6,0 7,0
Tabel 4.7. Faktor Penyesuai Hambatan Samping Jalan Perkotaan (FVSF) untuk
WS = 1 m
Kelas Hambatan Samping VL L M H VH
FVSF 1,01 0,98 0,93 0,86 0,79
80
Kecepatan Rata-rata Kendaraan ringan LV (km/jam)
FVLV (Km/jam)
70
60 70
60
50
50
40
40
30
30
20
10
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Gambar 4.1. Kecepatan Kendaraan Ringan sebagai Fungsi Q/C pada jalan 2/2UD
Jawab :
Q = 387 + 166 = 553 smp/jam
387 / Q x 100 % = 387 / 553 * 100 % = 70 %
SP : 70%-30%
Frekuensi terbobot kejadian hambatan samping = 125x 0,5+200x 1,0+150x0,7+200x0,4
= 448 (kelas hambatan samping : M)
C0 = 2900 smp/jam (untuk 2/2 UD)
A. Geometrik
- Lebar jalur lalu-lintas : kapasitas meningkat dengan bertambahnya lebar jalur lalu-
lintas.
- Karakteristik bahu : kapasitas, dan kecepatan pada volume tertentu, sedikit bertambah
dengan bertambahnya lebar bahu. Kapasitas berkurang jika terdapat penghalang tetap
dekat tepi jalur lalu-lintas.
- Ada atau tidaknya median (terbagi atau tak terbagi) : median yang direncanakan
dengan baik meningkatkan kapasitas. Tetapi mungkin ada alasan lain mengapa median
tidak diinginkan, misalnya kekurangan tempat, biaya, jalan masuk ke prasarana sisi
jalan dsb.
- Lengkung vertikal : mempunyai dua pengaruh, makin berbukit jalannya makin lambat
lambat kendaraan bergerak di tanjakan (ini biasanya tidak diimbangi di turunan) dan
juga pundak bukit mengurangi jarak pandang. Kedua pengaruh ini mengurangi
kapasitas dan kinerja pada arus tertentu
- Lengkung Horizontal : jalan dengan banyak tikungan tajam memaksa kendaraan untuk
bergerak lebih lambat daripada di jalan lurus, agar yakin bahwa ban mempertahankan
gesekan yang aman dengan permukaan jalan. Lengkung horizontal dan vertikal dapat
dinyatakan sebagai jenis alinyemen umum (Tabel 4.9). Mereka sering juga
dihubungkan dengan kelas jarak pandang (Tabel 4.10.)
Lengkung vertikal dan horizontal sangat penting pada jalan dua-lajur dua-arah.
- Jarak pandang: apabila jarak pandangnya panjang, menyiap akan lebih mudah dan
kecepatan serta kapasitas lebih tinggi. Meskipun sebagian tergantung pada lengkung
vertikal dan horizontal, jarak pandang juga tergantung pada ada atau tidaknya
penghalang pandangan dari tumbuhan, pagar, bangunan dll.
C. Pengendalian lalu-lintas
Pengendalian kecepatan, pergerakan kendaraan berat, parkir, dsb akan mempengaruhi
kapasitas jalan.
D. Hambatan samping
Hambatan samping yang telah terbukti sangat berpengaruh pada kapasitas dan
kinerja jalan luar kota ada 4 jenis yang masing memiliki bobot yang berbeda sebagai
berikut :
- Pejalan kaki (bobot : 0,6)
- Kendaraan berhenti (bobot : 0,8)
- Kendaraan keluar / masuk dari / ke sisi-sisi jalan (bobot : 1,0)
- Kendaraan bergerak lambat (bobot ; 0,4)
Frekuensi tiap kejadian hambatan samping dicacah dalam rentang 100 meter ke
kiri dan kanan potongan melintang yang diamati kapasitasnya lalu dikalikan dengan
bobotnya masing-masing. Frekuensi kejadian terbobot menentukan kelas hambatan
samping :
- < 50 (kelas : amat rendah/VL, perkebunan/daerah belum berkembang)
- 50-149 (kelas : rendah/L, beberapa pemukiman dan kegiatan rendah)
- 150-249 (kelas : sedang/M, pedesaan, kegiatan pemukiman)
- 250-349 (kelas : tinggi/H, pedesaan, beberapa kegiatan pasar)
- >350 (kelas : amat tinggi/VH, dekat perkotaan, kegiatan pasar/perniagaan)
B. Tingkat analisis
Penjelasan tingkat analisis yang meliputi analisis operasional, perancangan dan
perencanaan dapat dilihat pada butir 4.1.5.
Analisis operasional dapat dikerjakan pada satu dari dua jenis ruas jalan yang
berbeda berikut ini :
- Ruas alinyemen umum : Dalam hal ini ruas digolongkan dalam jenis alinyemen yang
menggambarkan kondisi umum lengkung horizontal dan vertikal dari ruas datar, bukit,
atau gunung.
- Kelandaian khusus : Suatu bagian jalan yang curam menerus dapat menjadi pereduksi
kapasistas dalam kedua arah mendaki dan menurun dan dapat mempunyai pengaruh
kinerja yang tidak diperhitungkan secara penuh apabila menggolongkan bagian curam
dalam jenis alinyemen umum. Maka dari itu MKJI 1997 juga memungkinkan untuk
analisis operasional dari kelandaian khusus. Prosedur kelandaian khusus yang
diberikan dalam MKJI 1997 pada dasarnya hanya berlaku untuk jalan dua-lajur dua-
arah karena masalah kelandaian biasanya terburuk pada jenis jalan ini. Prosedur
memungkinkan pengaruh kemiringan diperhitungkan sebagai dasar studi tindak
perbaikan seperti pelebaran atau penyediaan suatu lajur pendakian.
C. Periode analisis
Analisis kapasitas dilakukan untuk suatu periode satu jam puncak; volume serta
kecepatan rata-rata ditentukan pada periode ini. Menggunakan periode analisis sehari
penuh (LHRT) adalah terlalu kasar untuk analisis operasional dan perencanaan. Di lain
pihak, menggunakan 15 menit puncak dari satu jam puncak adalah terlalu rinci. Pada
manual ini, volume dinyatakan dalam ukuran per jam (smp / jam), kecuali dinyatakan
lain. Untuk perancangan di mana arus biasanya diberikan hanya dalam LHRT, telah
disiapkan tabel untuk mengubah arus secara langsung dari LHRT menjadi ukuran kinerja
dan sebaliknya, untuk anggapan kondisi tertentu.
4.3.6. Kapasitas
Definisi kapasitas sama dengan yang telah diuraikan pada butir 4.1.7. Persamaan
dasar menurut MKJI 1997 untuk penentuan kapasitas jalan luar kota adalah sebagai
berikut :
Kapasitas dasar ditentukan berdasarkan jenis jalan dan jenis alinyemen. Sebagai
contoh untuk jalan dua-lajur dua-arah dengan alinyemen datar kapasitas dasar adalah
3100 smp/jam. Makin tinggi kelandaian memanjang jalan maka kapasitas dasar akan
semakin rendah. Gambar 4.2 menunjukkan hubungan kecepatan dan kerapatan untuk
jalan dua-lajur tak terbagi.
Faktor penyesuai lebar jalan ditentukan berdasarkan jenis jalan dan lebar efektif
jalur lalu-lintas (WC). Sebagai contoh untuk jalan dua-lajur dua-arah FCW adalah sebagai
berikut :
80
Kecepatan LV (Km/jam)
70 o o o Ooo o
o
o o o o o
o
o o o o o o oo
60 o o
o o
o o o o
o o
o o
50 o oo o o o o o
o o o o
o o
40 o o o
30 GARIS REGRESI LINEAR
V bebas 68 km/jam
20 Kemiringan = -0,01005
Kapasitas 3100 sm-/jam
10
0
500 1000 1500 2000 2500 3000
Arus ( smp/jam)
Faktor penyesuai pemisahan arah hanya untuk jalan tak-terbagi. Secara umum
reduksi kapasitas akan meningkat bila pemisahan arah makin menjauh dari 50%-50%.
Pada jalan empat-lajur reduksi kapasitas lebih kecil daripada jalan dua-arah untuk
pemisahan arah yang sama.
Tabel 4.12. Faktor Penyesuai Pemisahan Arah FCSP Jalan Luar Kota
Pemisahan Arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP Dua-lajur 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat-lajur 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Tabel 4.13. Faktor Penyesuai Hambatan Samping (FCSF) Jalan Luar Kota untuk
WS = 1 m
Kelas Hambatan Samping VL L M H VH
FCSF 0,99 0,95 0,91 0,87 0,83
Kecepatan arus bebas dasar ditentukan berdasarkan jenis jalan, jenis alinyemen,
kelas jarak pandang dan jenis kendaraan. Secara umum kendaran ringan memiliki
kecepatan arus bebas lebih tinggi daripada kendaraan berat-menengah, bus besar, truk
besar dan sepeda motor. Namun pada jalan datar bus besar cenderung memiliki kecepatan
arus bebas tertinggi. Jalan terbagi memiliki kecepatan arus bebas relatif lebih tinggi
daripada jalan tidak terbagi. Bertambahnya jumlah lajur cukup banyak menaikkan
kecepatan arus bebas. Sebagai contoh Tabel 4.14. menyajikan nilai kecepatan arus bebas
yang disarankan MKJI 1997 untuk kendaraan ringan pada 2/2 UD.
Tabel 4.14. Kecepatan Arus Bebas (FV0) untuk Kendaraan Ringan pada Jalan Luar
Kota 2/2 UD
Jenis Alinyemen / Kelas Jarak Pandang FV0 (Km/Jam)
Datar / A 68
Datar / B 65
Datar / C 61
Bukit 61
Gunung 55
Tabel 4.16. Faktor Penyesuai Hambatan Samping (FVSF) Jalan Luar Kota untuk
WS = 1 m
Kelas Hambatan Samping VL L M H VH
FVSF 1,00 0,97 0,92 0,87 0,79
Faktor penyesuai kelas fungsional jalan dan guna lahan (FVRC) ditentukan
berdasarkan jenis jalan, kelas fungsional jalan dan persentase pengembangan sisi jalan.
kota berpenduduk lebih dari 3 juta jiwa. Secara umum makin sedikit pengembangan sisi
Tabel 4.17 Faktor Penyesuai Kelas Fungsional Jalan dan Guna Lahan (FCRC)
% Pengembangan Sisi Jalan FCRC
0 0,94
25 0,88
50 0,87
75 0,86
100 0,84
FVLV (Km/jam)
Kecepatan Rata-rata Kendaraan ringan LV (km/jam)
80
70 90
60 80 80
70
50
60
40 50
40
30
30
20
10
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Gambar 4.3. Kecepatan Kendaraan Ringan sebagai Fungsi Q/C pada Jalan Luar
Kota 2/2UD
4.3.11. Derajat Iringan
Penjelasan selengkapnya mengenai derajat iringan dapat dilihat pada sub bab 3.8.
Derajat iringan pada jalan luar kota adalah fungsi dari derajat kejenuhan yang menurut
MKJI 1997 dapat dirumuskan sebagai berikut :
DB = Derajat Iringan
DS = Derajat Kejenuhan
Jawab :
Q = 1205 + 992 = 2197 smp/jam
1205 / Q x 100 % = 1205 / 2197 * 100 % = 55 %
SP : 55%-45%
Daerah perkebunan pedalam kelas hambatan samping : VL
C0 = 3100 smp/jam (untuk 2/2 UD pada jenis alinyemen datar)
FCW = 0,91 (untuk We = 6 m pada 2/2 UD, Tabel 4.11.)
FCSP = 0,97 (untuk SP 55%-45% pada 2/2 UD, Tabel 4.12)
FCSF = 0,99 (untuk WS =1 m, kelas hambatan samping VL pada 2/2 UD, Tabel 4.13.)
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF (Rumus 4.4.)
= 3100 x 0,91 x 0,97 x 0,99 = 2709 smp/jam
DS = Q / C (Rumus 4.2.)
= 2197 / 2709
= 0,81
FV0 = 65 km/jam (untuk kendaraan ringan pada 2/2 UD, Datar/B, Tabel 4.14.)
FVW = -3 km/jam (untuk kendaraan ringan pada 2/2 UD,We=6 m, Datar/B Tabel 4.15.)
FFVSF = 1,00 (untuk WS=1 m, kelas hambatan samping H pada 2/2 UD, Tabel 4.16.)
FFVRC = 0,93 (untuk jalan kolektor 2/2 UD, pengembangan sisi jalan 25 %, Tabel 4.17.)
FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVCS (Rumus 4.5.)
= (65 – 3) x 1,00 x 0,93
= 58 km/jam
VLV = 34 km/jam (untuk DS = 0,81 da FV = 58 km/jam, Gambar 4.3)
Derajat Iringan = 0,86 (untuk DS = 0,81, Gambar 4.4)
4.4.1. Pendahuluan
Jalan bebas hambatan adalah jalan untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian
jalan masuk secara penuh, baik merupakan jalan terbagi ataupun tidak terbagi (di
Indonesia sama artinya dengan jalan tol).
MKJI menyajikan prosedur perhitungan untuk kecepatan arus bebas, kapasitas,
kecepatan dan derajat iringan (hanya untuk 2/2 UD) pada jalan bebas hambatan yang
direncanakan di perkotaan dan di luar kota. Dalam MKJI, ada 2 jenis jalan bebas
hambatan, yaitu :
- Dua-lajur dua-arah tidak terbagi (MW 2/2 UD)
- Empat-lajur dua-arah terbagi (MW 4/2 D)
Ruas jalan bebas hambatan didefinisikan sebagai suatu panjang jalan bebas hambatan :
- diantara dan tidak terpengaruh oleh simpang susun dengan jalur penghubung, ke luar
dan masuk, dan
- yang mempunyai karakteristik rencana geometrik dan arus lalu lintas yang serupa
Karakteristik utama jalan bebas hambatan yang akan mempengaruhi kapasitas dan
kinerjanya apabila dibebani lalu lintas, adalah sebagai berikut :
a. Geometrik Jalan
- Lebar jalur lalu lintas : Kapasitas meningkat dengan bertambahnya lebar jalur lalu
lintas.
- Karakteristik bahu : kinerja pada suatu arus tertentu, akan meningkat dengan
bertambahnya lebar bahu. Pengemudi pada jalan bebas hambatan di daerah Jabotabek
mempunyai kebiasaan menggunakan bahu yang diperkeras sebagai lajur tambahan bila
lajur lalu lintas biasa mengalami kemacetan. Faktor ini belum diperhitungkan dalam
MKJI, karena dari pertimbangan keselamatan sangat tidak dianjurkan.
- Ada atau tidak adanya median : median yang direncanakan dengan baik meningkatkan
kapasitas. Tetapi mungkin ada alasan lain mengapa median tidak diinginkan, misalnya
kurang tempat, kurang biaya dan sebagainya.
- Lengkung vertikal : makin pegunungan medannya, melalui mana jalan bebas
hambatan lewat, makin rendah kapasitas dan kinerja pada suatu arus tertentu.
- Lengkung horisontal : jalan bebas hambatan tak terbagi dengan bagian lurus yang
panjang, sedikit tikungan dan sedikit pundak-bukit memungkinkan jarak pandang
lebih panjang dan penyalipan lebih mudah, memberikan kapasitas yang lebih tinggi.
4.4. Metodologi
A. Pendekatan Umum
Prosedur perhitungan yang diberikan dalam MKJI 1997 secara umum serupa
dengan Manual Kapasitas Jalan Amerika Serikat (US HCM) tahun 1985 dan
perubahannya tahun 1994.
Tabel 4.18. Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) untuk MW 2/2 UD pada Alinyemen
Bukit
Total Arus emp
(Kendaraan/Jam) MHV LB LT
0 – 699 1,2 1,6 5.2
700 – 1199 1,8 2,5 5,0
1200 – 1799 1,5 2,0 4,0
1800 1,3 1,7 3,2
Kecepatan arus bebas dasar dipengaruhi jenis jalan, jenis alinyemen dan jenis
kendaraan. Tabel 4.19. menunjukkan nilainya untuk MW 2/2 UD. Baris yang berlatar
belakang lebih gelap akan digunakan pada contoh kasus.
Tabel 4.20. Penyesuaian Akibat Pengaruh Lebar Jalur Lalu-Lintas dan Jenis
Alinyemen pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan (FVW)
We FVW (km/jam)
(m) Jenis Alinyemen
Datar Bukit Gunung
6,5 -2 -1 -1
7,0 0 0 0
7,5 1 1 1
(c). Kapasitas
Penjelasan selengkapnya mengenai kapasitas dapat dilihat pada butir 4.1.7.
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas jalan bebas hambatan adalah :
C = kapasitas
C0 = kapasitas dasar
FCW = faktor penyesuaian jalan bebas hambatan
FCSP = faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan bebas hambatan tak
terbagi)
Kapasitas dasar jalan bebas hambatan dipengaruhi jenis jalan dan jenis alinyemen.
Tabel 4.21. dan Tabel 4.22. menunjukkan besarnya kapasitas dasar menurut MKJI 1997.
Tabel 4.21. Kapasitas Dasar (C0) untuk Jalan Bebas Hambatan Terbagi
Tabel 4.22. Kapasitas Dasar (C0) untuk Jalan Bebas Hambatan Tak-Terbagi
Tabel 4.23. Faktor Penyesuai Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu-Lintas (FCW)
Faktor penyesuai kapasitas akibat pemisahan arah dipengaruhi oleh SP dan hanya
berlaku untuk jalan tak-terbagi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 4.24. berikut ini.
DB = Derajat Iringan
DS = Derajat Kejenuhan
FVLV = km /jam
90
80
Kecepatan LV rata-rata ( km/jam)
100
70 90
60
80
70
50
60
40
30
20
10
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
Pertanyaan :
Dengan menggunakan metode yang disarankan MKJI 1997 :
1. Hitung kapasitas ruas jalan tersebut (smp / jam) !
2. Hitung ukuran-ukuran kinerja ruas tersebut !