Anda di halaman 1dari 20

BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN

KORP MAHASISWA

LAPORAN KEGIATAN NON AKADEMIK

INSTRUKSI DITERIMA : ………………………


Harap penuhi dengan jelas dan lengkap, MASUK :………………………
KETIK atau CETAK TERBACA. Baca
dengan seksama dan ikuti semua BATAS WAKTU :.………..……………
arahan. KETIK ‘X’ pada kotak kuning STIK-PTIK
yang anda pilih.
NIM / SINDIKAT NAMA MAHASISWA JABATAN ANGKATAN
238110628/ III GERI ANDIPA POLWA PTIK – 81

VARIABEL & INDIKATOR KEGIATAN


01. KEPEMIMPINAN
a. KETUA SENAT b. WAKIL KETUA c. KETUA ANGKATAN d. WAKIL KETUA
SENAT ANGKATAN /
KADEMUSWA
e. KETUA BIDANG / f. SEKRETARIS / g. DEMUSWA / h. KASUBSIE /
KETUA SEKSI / BENDAHARA SENAT / KASINTAP POLWA SINDIKAT
KAPOLWA ANGKATAN
02. PROFESIONAL
a. KARYA TULIS b. KARYA TULIS c. d.
DIPUBLIKASI PD DIPUBLIKASI PD MODERATOR/NOTUL MODERATOR/NOTUL
JURNAL MEDIA EN SEMINAR TK. EN SEMINAR TK.
PROVINSI INTERNAL STIK NON
PERKULIAHAN
e. PEMBICARA / f. TUTOR PELATIHAN g. PERAGAAN h. JUARA 1 LOMBA
NARASUMBER FUNGSI KEPOLISIAN KHUSUS KEGIATAN TK. PROVINSI /
KEPOLISIAN LEBIH TINGGI
i. JUARA 2 LOMBA j. JUARA 3 LOMBA TK. k. JUARA 1 LOMBA l. JUARA 2 LOMBA
TK. PROVINSI / PROVINSI / LEBIH TK. INTERNAL STIK TK. INTERNAL STIK
LEBIH TINGGI TINGGI
m. JUARA 3 LOMBA n. PENGHARGAAN / o. PENGHARGAAN / p. PENGHARGAAN
TK. INTERNAL STIK PUJIAN DARI PUJIAN DARI KETUA DARI PEJABAT
KAPOLRI STIK DILUAR STIK
ESELON I
q. PENGHARGAAN r. PENGHARGAAN s. PENGHARGAAN t. PENGHARGAAN
DARI PEJABAT
DILUAR STIK
DARI PEJABAT
DILUAR STIK ESELON
DARI PEJABAT STIK
ESELON II
X DARI PEJABAT STIK
ESELON III
ESELON II III
u. LAKSANAKAN v. LAKSANAKAN w.
TUGAS BERDASAR TUGAS BERDASAR MENGIKUTSERTAKA
SPRIN KETUA STIK ( SPRIN KETUA STIK N BHAYANGKARI
> 5 HARI) ( 1-5 HARI ) BERDASARKAN
SURAT PERINTAH
03. SOSIAL / KEAGAMAAN
a. DONOR DARAH b. BAKTI SOSIAL c. KEGIATAN KEAGAMAAN INSIDENTIIL
BERDASARKAN SURAT PERINTAH
URAIAN SINGKAT KEGIATAN
Pada hari senin s.d. rabu tanggal 18 September s.d. 20 September 2023, mahasiswa GERI ANDIPA memanfaatkan jaringan
internet untuk mengakses Jurnal Ilmu Kepolisian untuk mencari referensi pembelajaran dan selanjutnya telah dirangkum 5
jurnal referensi dan penerapannya dalam kewilayahan.
DISPOSISI PERWIRA PENUNTUN/MENTOR

Mengetahui
Jakarta, 22 September 2023
PATUN SINDIKAT III / 81
MAHASISWA

GERI ANDIPA
DODDY FERDINAND SANJAYA,S.H., S.I.K., M.I.K.
NO. MHS 238110628
KOMBES POL NRP 78010801
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN KORP MAHASISWA
PERHIMPUNAN MAHASISWA ILMU KEPOLISIAN

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Dasar
1. Keputusan Ketua STIK Nomor : Kep/77/VII/2019 tanggal 31 Juli 2019
tentang Rencana Kerja STIK T.A. 2020
2. Peraturan Ketua STIK Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman
Penilaian Non Akademik Mahasiswa STIK Aspek Mental Kepribadian
Melalui Aplikasi E- Nimen.
3. Nota Dinas dari Waket Bid Minwa STIK nomor:
B/ND-290/VII/DIK.2.2./2021/Bid Minwa tanggal 16 Juli 2021 perihal
Wajib Baca di Perpustakaan STIK.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan wajib baca dilaksanakan pada tanggal 18 September s.d. 20
September 2023 secara online dengan memanfaatkan jaringan internet
untuk mengakses Jurnal Ilmu Kepolisian untuk mencari referensi
pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan membuat rangkuman jurnal
referensi yang dilaksanakan pada hari tersebut secara langsung.

C. Pelaksana
Kegiatan Wajib Baca ini diikuti oleh :
Mhs. GERI ANDIPA/ 238110628

D. Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Pada hari senin s.d. rabu tanggal 18 September s.d. 20 September 2023,
mahasiswa GERI ANDIPA melaksanakan giat wajib baca secara online
dengan memanfaatkan akses internet yang tersedia. Selanjutnya telah
dibuat rangkuman terhadap 5 jurnal selama bulan September 2023,
dengan bukti dan buku bacaan sesuai dalam lampiran.

Jakarta, 22 September 2023


MAHASISWA

GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)

Nama/ Angkatan : GERI ANDIPA/ PTIK-81


NIM : 238110628
Judul Bacaan : HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN STRES
KERJA PADA ANGGOTA BRIMOB POLDA RIAU
Penulis : FARHAN OKTA YUDRA, FIKRI DAN AHMAD HIDAYAT
Hari/ Tanggal/ Jam : SENIN / 18 SEPTEMBER 2023/ 20.00 WIB

A. Pokok Pikiran
Anggota Brigade Mobil (BRIMOB) adalah bagian penting dari kekuatan penegakan
hukum di Indonesia yang bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
dalam situasi-situasi yang memerlukan penanganan khusus. Mereka sering terlibat dalam
tugas-tugas yang menghadirkan tekanan tinggi, risiko fisik, serta tantangan emosional. Salah
satu isu yang penting dalam menjaga kesejahteraan anggota BRIMOB adalah stres kerja.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memahami bagaimana faktor-faktor
psikologis, khususnya religiusitas, dapat mempengaruhi tingkat stres kerja dalam lingkungan
penegakan hukum yang mungkin penuh tekanan.

Penelitian ini menggunakan metode survei dan kuesioner untuk mengumpulkan data
dari anggota BRIMOB POLDA Riau. Variabel religiusitas diukur dengan skala yang
mengukur tingkat keyakinan, praktik keagamaan, dan nilai-nilai keagamaan mereka.
Sedangkan stres kerja diukur dengan menilai tingkat stres yang berkaitan dengan tugas-tugas
dan lingkungan kerja mereka. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara religiusitas dan stres kerja. Anggota BRIMOB yang memiliki tingkat
religiusitas yang lebih tinggi cenderung mengalami tingkat stres kerja yang lebih rendah.
Penemuan ini memberikan indikasi bahwa keimanan dan praktik keagamaan dapat berperan
sebagai faktor pelindung terhadap dampak stres kerja dalam konteks penegakan hukum.

Penelitian ini juga menggambarkan kompleksitas hubungan antara faktor psikologis


dan tekanan pekerjaan dalam konteks yang unik, yaitu anggota BRIMOB. Implikasi dari hasil
penelitian ini adalah pentingnya mendukung dan memahami kebutuhan spiritual dan
religiusitas anggota penegak hukum dalam mengelola stres kerja. Upaya-upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan psikologis dan emosional anggota BRIMOB dapat memperkuat
efektivitas mereka dalam menjalankan tugas-tugas krusial dalam menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat.

B. Penerapan

Sebagai seorang kapolsek atau danki brimob di suatu wilayah Untuk menguji
antara religiusitas dengan stres kerja pada anggota BRIMOB POLDA Riau, saya akan
melakukan berbagai langkah berikut :
1. Perencanaan Penelitian
Identifikasi tujuan penelitian secara jelas. Tujuan saya adalah untuk mengidentifikasi
apakah ada hubungan antara tingkat religiusitas anggota BRIMOB dan tingkat stres
kerja mereka. Bentuk kerangka kerja penelitian yang akan saya gunakan. Kerangka
kerja ini akan membantu merancang studi dan mengumpulkan data dengan lebih
terstruktur.
2. Pengembangan Instrumen Penelitian
Buat kuesioner atau instrumen penelitian yang sesuai untuk mengukur tingkat
religiusitas dan tingkat stres kerja anggota BRIMOB. Pastikan instrumen valid dan
reliabel dengan menguji coba pada kelompok kecil terlebih dahulu.
3. Pengumpulan Data
Lakukan survei atau wawancara dengan anggota BRIMOB secara sistematis sesuai
dengan instrumen yang telah dibuat. Pastikan bahwa data yang dikumpulkan
dilakukan dengan etika penelitian yang baik dan bahwa partisipan memberikan
persetujuan mereka dengan sukarela.
4. Analisis Data
Gunakan perangkat lunak statistik untuk menganalisis data yang dikumpulkan. Kita
dapat menggunakan berbagai metode statistik, seperti analisis korelasi atau regresi,
untuk menguji hubungan antara religiusitas dan stres kerja. Interpretasikan hasil
analisis dengan cermat dan objektif.
5. Pelaporan Hasil
Tulis laporan penelitian yang mencakup semua hasil dan temuan. Jelaskan metodologi
yang digunakan, analisis data, dan interpretasi hasil. Diskusikan implikasi hasil
penelitian ini dalam konteks pekerjaan anggota BRIMOB dan mungkin saran-saran
untuk pengelolaan stres yang lebih efektif.
6. Komitmen terhadap Etika
Pastikan bahwa seluruh penelitian dilakukan dengan mematuhi etika penelitian,
termasuk menjaga kerahasiaan data dan memperlakukan partisipan dengan hormat.
7. Kerjasama dengan Pihak Terkait
Dalam proses penelitian perlu berkoordinasi dengan atasan BRIMOB ( kom
satuan brimob ), unit keamanan internal, atau lembaga lain yang relevan.
8. Penerapan Hasil Penelitian
Jika menemukan hubungan antara religiusitas dan stres kerja, pertimbangkan untuk
mengintegrasikan temuan ini dalam program pengembangan personal dan manajemen
stres anggota BRIMOB.

Penting bahwa penelitian ini harus dilakukan dengan cermat dan profesional, dan hasilnya
harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan efektivitas anggota BRIMOB dalam
menjalankan tugas-tugas mereka di lapangan.

Jakarta,22 September 2023


MAHASISWA

GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)

Nama/ Angkatan : GERI ANDIPA/ PTIK-81


NIM : 238110628
Judul Bacaan : ANALISIS KEMAMPUAN DETEKSI DINI OLEH
BHABINKAMTIBMAS DALAM IMPLEMENTASI POLMAS
SEBAGAI PENGUATAN PROGRAM SATU POLISI SATU
DESA
Penulis : A.WAHYURUDHANTO
Hari/ Tanggal/ Jam : SENIN/ 18 SEPTEMBER 2023/ 20.00 WIB

A. Pokok Pikiran
Jurnal ini mengkaji analisis kemampuan deteksi dini yang dilakukan oleh
Bhabinkamtibmas (Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) dalam
pelaksanaan Program Polisi Satu Desa (Satu Polmas) sebagai bagian dari upaya penguatan
kebijakan keamanan dan ketertiban di tingkat desa. Program Satu Polmas bertujuan untuk
meningkatkan peran Polri (Kepolisian Republik Indonesia) dalam menjaga stabilitas dan
keamanan di tingkat pedesaan dengan menempatkan seorang Bhabinkamtibmas di setiap
desa.

Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui


wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen terkait. Hasil analisis menunjukkan
bahwa kemampuan deteksi dini Bhabinkamtibmas dalam mengidentifikasi potensi ancaman
terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat di tingkat desa berperan penting dalam
implementasi Program Satu Polmas. Bhabinkamtibmas yang terlatih dengan baik mampu
bekerja sama dengan komunitas lokal, mengidentifikasi permasalahan, dan merumuskan
solusi yang tepat. Namun, terdapat beberapa hambatan yang memengaruhi kemampuan
deteksi dini Bhabinkamtibmas, seperti keterbatasan sumber daya dan pelatihan yang tidak
memadai. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian lebih lanjut dalam meningkatkan kapasitas
dan dukungan terhadap Bhabinkamtibmas agar mereka dapat lebih efektif dalam menjalankan
tugas deteksi dini dalam konteks Program Satu Polmas.

Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang peran Bhabinkamtibmas


dalam konteks Program Satu Polmas dan relevansinya dalam menjaga stabilitas dan
keamanan di tingkat desa. Implikasi kebijakan yang dihasilkan dari studi ini dapat menjadi
dasar untuk meningkatkan efektivitas Program Satu Polmas dan menjadikannya instrumen
yang lebih kuat dalam penguatan keamanan di tingkat desa.

B. Penerapan

Sebagai Kapolsek atau kasat di suatu wilayah dalam melakukan analisis kemampuan
deteksi dini oleh bhabinkamtibmas dalam implementasi polmas sebagai penguatan program
satu polisi satu desa. Kita dapat melakukan langkah-langkah berikut :

1. Pengumpulan Data : Mengumpulkan data terkait dengan pelaksanaan Program Satu


Polmas di desa-desa tertentu. Data ini dapat meliputi laporan kegiatan
Bhabinkamtibmas, statistik kejahatan, serta pendapat dan persepsi masyarakat
terhadap keamanan di desa.
2. Analisis SWOT : Terapkan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) untuk mengevaluasi kemampuan deteksi dini Bhabinkamtibmas dalam
konteks Program Satu Polmas. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang memengaruhi pelaksanaan program ini.
3. Perencanaan Tindakan Korektif : Berdasarkan hasil analisis SWOT, buatlah rencana
tindakan korektif yang jelas. Identifikasi langkah-langkah konkret yang dapat
ditempuh untuk memaksimalkan kekuatan, mengatasi kelemahan, memanfaatkan
peluang, dan mengatasi ancaman yang ada.
4. Alokasi Sumber Daya : Pastikan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
rencana tindakan korektif telah dialokasikan dengan baik. Ini termasuk alokasi
personel, anggaran, pelatihan, dan peralatan yang diperlukan.
5. Implementasi dan Monitoring : Implementasikan rencana tindakan korektif dengan
cermat. Pastikan bahwa Bhabinkamtibmas terlibat aktif dalam pelaksanaan rencana
ini. Selanjutnya, lakukan pemantauan dan evaluasi terus-menerus terhadap
perkembangan dan hasil pelaksanaan.
6. Evaluasi Kinerja : Terapkan metode pengukuran kinerja yang relevan untuk menilai
hasil dari upaya perbaikan yang dilakukan. Hasil evaluasi ini harus dibandingkan
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
7. Pengembangan Keterampilan : Berikan pelatihan dan pengembangan keterampilan
kepada Bhabinkamtibmas sesuai dengan temuan dari analisis kemampuan deteksi
dini. Pastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menjalankan tugas dengan baik.
8. Siklus Perbaikan Berkelanjutan : Manajemen berkelanjutan adalah kunci. Dalam
konteks Program Satu Polmas, proses ini harus menjadi siklus berkelanjutan di mana
Kapolsek atau Kasat terus-menerus memantau, mengevaluasi, dan memperbaiki
kemampuan deteksi dini Bhabinkamtibmas untuk mendukung implementasi program
ini.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan mengintegrasikan teori manajemen,


seorang Kapolsek atau Kasat dapat meningkatkan efektivitas Program Satu Polmas dan
kemampuan deteksi dini Bhabinkamtibmas dalam menjaga keamanan dan ketertiban di
tingkat desa.

Jakarta, 22 September 2023


MAHASISWA

GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)

Nama/ Angkatan : GERI ANDIPA/ PTIK-81


NIM : 238110628
Judul Bacaan : KOMPLEKSITAS TUGAS KEPOLISIAN PADA MASA
PANDEMI COVID-19
Penulis : BUDHI SURIA WARDHANA
Hari/ Tanggal/ Jam : SELASA/ 19 SEPTEMBER 2023/ 21.00 WIB

A. Pokok Pikiran

Pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan multidimensi bagi berbagai sektor


kehidupan, termasuk tugas-tugas yang diemban oleh aparat kepolisian. Jurnal ini mengangkat
isu kompleksitas tugas kepolisian pada masa pandemi COVID-19. Dengan fokus pada
perubahan dinamika sosial, peningkatan tugas pencegahan dan penegakan aturan kesehatan,
serta adaptasi dalam layanan masyarakat, Jurnal ini menganalisis bagaimana kepolisian
menghadapi tuntutan baru dan mempertahankan kinerja optimal dalam situasi yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Penyebaran dari virus ini telah mengguncang fondasi kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik di seluruh dunia. Dalam konteks ini, peran kepolisian sebagai
penegak hukum dan pengayom masyarakat menjadi semakin kompleks. Tantangan baru
muncul dengan perubahan dinamika sosial, peningkatan tugas pencegahan penyebaran virus,
serta perlunya penyesuaian dalam menyediakan layanan kepada masyarakat.

Pandemi ini mengubah pola perilaku masyarakat, termasuk dalam interaksi sosial dan
aktivitas sehari-hari. Kepolisian dihadapkan pada tugas mengelola pertemuan massa,
pengaturan protokol kesehatan, dan mengawasi implementasi pembatasan sosial.
Kompleksitasnya terletak pada menyesuaikan peran tradisional penegak hukum dengan
fungsi baru dalam menangani pandemi, serta menjaga keseimbangan antara penegakan
hukum dan pemeliharaan kepentingan kesehatan publik. Kepolisian dihadapkan pada
tanggung jawab untuk menegakkan aturan kesehatan seperti penggunaan masker, pembatasan
pergerakan atau kegiatan masyarakat, dan larangan kerumunan. Tugas ini melibatkan
pendekatan yang sensitif dan komunikasi efektif dengan masyarakat untuk menghindari
eskalasi konflik. Kepolisian harus memastikan bahwa penegakan aturan kesehatan dilakukan
dengan proporsional dan menghormati hak asasi manusia. Selain tugas penegakan hukum,
kepolisian juga memiliki peran dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun,
pandemi telah mengubah cara layanan ini disediakan. Kepolisian perlu beradaptasi dengan
layanan online, layanan darurat kesehatan, dan membantu kelompok rentan dalam kondisi
yang sulit.

B. Penerapan

Sebagai perwira yang baru lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian dan mendapatkan
jabatan sebagai Kapolsek atau Kepala Satuan (Kasat),Saya dapat menghadapi kompleksitas
tugas kepolisian pada masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan prinsip-prinsip teori
manajemen. Berikut adalah langkah-langkah yang saya lakukan:

1. Perencanaan (Planning)
 Analisis Situasi: Evaluasi dampak pandemi COVID-19 terhadap wilayah
berdinas, termasuk perubahan pola kejahatan, peningkatan tugas penegakan
protokol kesehatan, dan dinamika sosial yang berubah.
 Penyusunan Rencana: Bentuk rencana tindakan yang mencakup strategi
penanganan kejahatan, pencegahan penyebaran virus, serta upaya
mempertahankan layanan masyarakat.

2. Pengorganisasian (Organizing)

 Pengalokasian Sumber Daya: Distribusikan personil dan peralatan dengan


bijak, sesuai dengan prioritas tugas penanganan pandemi dan kejahatan.
 Pembentukan Tim penanggulangan covid-19: Bentuk tim khusus untuk
mengawasi penegakan protokol kesehatan,dengan memberikan arahan kepada
masyarakat untuk tetap menerapkan 3M ( menjaga jarak, mencuci tangan, dan
menggunakan masker) serta memberikan edukasi kepada masyarakat.
3. Pelaksanaan (Implementing)
 Penanganan Kejahatan: Koordinasikan upaya penanganan kejahatan dengan
fokus pada kejahatan yang berkaitan dengan pandemi, seperti penyelewengan
dana covid-19, bantuan atau pencurian barang berharga terkait kesehatan.
 Pencegahan Penyebaran Virus: Kerja sama dengan instansi kesehatan dalam
penegakan aturan kesehatan, termasuk patroli protokol kesehatan dan
pengaturan kerumunan.
4. Pengawasan (Controlling)
 Monitoring Pelaksanaan: Pantau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan
secara berkala untuk memastikan implementasinya sesuai dengan tujuan.
5. Penilaian dan Perbaikan (Assessment and Improvement)
 Evaluasi Hasil: Tinjau hasil tindakan yang telah dilaksanakan dan evaluasi
efektivitasnya dalam mengatasi tugas-tugas kompleks.
 Perbaikan Berkelanjutan: Berdasarkan hasil evaluasi, lakukan perbaikan dan
penyesuaian rencana tindakan jika diperlukan.
6. Adaptasi (Adaptation):
 Fleksibilitas: Siapkan rencana kontinjensi untuk menghadapi perubahan situasi
yang tak terduga selama pandemi.

7. Kolaborasi dan Komunikasi:

 Kerjasama: Bentuk kerjasama yang erat dengan lembaga kesehatan, pemerintah


daerah, dan organisasi masyarakat dalam upaya penanganan pandemi.
 Komunikasi Efektif: Pastikan informasi yang diberikan kepada masyarakat
tentang protokol kesehatan dan tindakan kepolisian mudah dimengerti dan
akurat.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen,kita dapat mengelola kompleksitas
tugas kepolisian pada masa pandemi COVID-19 secara terorganisir dan efektif. Hal ini
memungkinkan untuk menjaga keamanan wilayah, mengatasi kejahatan, dan mendukung
upaya pencegahan penyebaran virus dengan lebih baik.

Jakarta, 22 September 2023


MAHASISWA

GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi )

Nama/ Angkatan : GERI ANDIPA/ PTIK-81


NIM : 238110628
Judul Bacaan : THE COLLAPSE OF VARIOUS CONCEPTS AND THEORIES
ON THE CHARACTERISTICS OF TERRORISTS
Penulis : DZAKA ASHRIEL FARIS, FARAH DIANA RESTU, DAN
TETY MACHYAWATY
Hari/ Tanggal/ Jam : SELASA / 19 SEPTEMBER 2023/ 21.00 WIB

A. Pokok Pikiran
Kejahatan terorisme sudah ada sejak 500 SM. Sebagai contoh revolusi Fransiskus
1789-1795, Maximillen Robespierre menakut-nakuti lawan politiknya dengan cara akan
membunuh 17.000 tahanan. Tindakan tersebut merupakan bagian dari tindakan terorisme.
Dulunya terorisme merupakan kejahatan terhadap negara, sekarang sudah berubah menjadi
kejahatan terhadap kemanusiaan. Global War On Terror (GWOT) lahir berawal dari
pernyataan George W. Bush “kamu bersama kita atau kamu bersama teroris?” akhirnya
negara maju dan berkembang seperti Cina, Rusia, dan Inggris memilih untuk bersama
Amerika Serikat memerangi terorisme. Dari perang tersebut muncul pemikiran, konsep, teori
tentang teroris yaitu teroris memiliki ciri-ciri islam, berjenggot, memakai celana cingkrang,
dan menyebar ke seluruh belahan dunia, teroris identik dengan laki-laki, lonewolf,
berpendidikan rendah, miskin, sakit jiwa. Bahkan ada juga yang menyatakan bahwa teroris
identik dengan kekerasan seperti pembunuhan, bom bunuh diri, dan perang.

Mengapa ciri-ciri tersebut sangat identik dengan teroris? Awal mulanya saat perang
global pertama yaitu melawan jaringan Al-Qaeda, perang tersebut belum berakhir kemudian
muncul ISIS atau ISIL atau Daulah Islamiyah yang mengusung visi mempertahankan negara
islam dengan cara membawa artefak dan atribut yang menjadi ciri islam. Hal inilah yang
menguatkan ciri teori terorisme berasal dari ajaran islam. Kemudian ISIS hanya memaknai
ayat-ayat Al-quran hanya dengan potongan-potongan yang menurut mereka sejalan dengan
pemikiran. Sebagai contohnya mereka ingin mati syahid karena akan menikah dengan 72
bidadari di surga, pernyataan tersebut menyimpang, karena tidak ada ajaran mati syahid
karena tindakan terorisme. Selanjutnya, terorisme identik dengan celana cingkrang /
berkerudung / berjubah / atau sejenis pakaian muslim lainnya karena saat itu Amerika Serikat
kalah dari taliban yang mereka sebut sebagai teroris. Kemudian anggapan bahwa teroris
tersebut adalah laki-laki juga tidak benar karena pelaku bom bunuh diri ada yang perempuan.
Pandangan yang menyatakan bahwa terorisme disebabkan oleh kemiskinan, tidak
berpendidikan, bahkan sakit jiwa adalah tidak benar karena terbantahkan oleh pernyataan dan
penelitian oleh beberapa pakar.

B. Penerapan

Tulisan Jurnal diatas dapat menjadi pedoman saya apabila diberikan tugas dan
tanggung jawab sebagai Kasat atau kapolsek, dapat di analisa bahwa pemikiran-pemikiran
terkait terorisme adalah identik dengan islam, berjenggot, bercelana cingkrang, berjubah,
laki-laki adalah tidak relevan, telah hilang, dan tidak dapat dipertahankan secara ilmiah.

Maka, sebagai kasat atau kapolsek dalam melakukan identifikasi terhadap aliran-
aliran dalam islam guna menanggulangi terorisme dan radikalisme tidak bisa lagi
mengandalkan konsep dan teori tentang karakteristik teroris yang berkembang secara umum
di masyarakat, melainkan harus bergantung pada pemahaman tentang keberadaan ideologi
yang diyakini oleh teroris dan jaringannya, dengan begitu kita juga dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat maupun anggota di lapangan untuk menentukan sekelompok
orang dikategorikan teroris atau bukan, tidak hanya di identifikasi dari penampilan luarnya
saja.

Di sisi lain, dalam mengenali karakteristik terorisme sejak dini, sebagai Kasat atau
kapolsek juga dapat memberikan saran dan masukan kepada Kapolres agar dapat
bekerjasama dengan pemda atau pemkab setempat dalam memberikan pengetahuan dan
pendidikan di tingkat sekolah dasar, tujuannya adalah meminimalisir penyebaran ajaran
terorisme dan radikalisme. Selanjutnya, Kapolres juga dapat memberikan arahan dan
petunjuk kepada para Bhabinkamtibmas agar mendeteksi perilaku-perilaku menyimpang dari
sekelompok jamaah di masing-masing desanya tentunya tidak hanya dilihat dari penampilan
saja seperti celana cingkrang, berjenggot, berjubah, melainkan harus melihat atau mengetahui
tingkah laku yang menyimpang dari ajaran islam yang sesungguhnya.

Seorang kasat atau kapolsek, saya juga akan memberikan tugas khusus kepada anggota
untuk melakukan identifikasi dan menyusup kedalam perkumpulan jamaah dengan ciri-ciri
berjubah, berjanggut, bercelana cingkrang untuk mengetahui kegiatan yang ada didalamnya
supaya dapat memberikan informasi yang benar-benar valid mengenai kelompok jamaah
tersebut apakah ada kaitannya dengan terorisme dan radikalisme atau benar-benar kelompok
jamaah islam sesuai ajaran Alquran, sehingga saya dapat memetakan kerawanan kamtibmas
di wilayah hukum polres setempat dan menjadi bahan pertimbangan untuk pimpinan dalam
mengambil kebijakan serta langkah tindak lanjutnya.

Jakarta, 22 September 2023


MAHASISWA

GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)

Nama/ Angkatan : GERI ANDIPA/ PTIK-81


NIM : 238110628
Judul Bacaan : GENERASI MILENIAL YANG SIAP MENGHADAPI ERA
REVOLUSI DIGITAL (SOCIETY 5.0 DAN REVOLUSI
INDUSTRI 4.0) DI BIDANG PENDIDIKAN MELALUI
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Penulis : MONOVATRA PREDY REZKY, JOKO SUTARTO, TITI
PRIHATIN, IRAJUANA
Hari/ Tanggal/ Jam : RABU/ 20 SEPTEMBER 2023/ 21.00 WIB

A. Pokok Pikiran
Saat ini kita hidup dalam era yang sudah maju yaitu pada era revolusi industri 4.0 dan
era society 5.0. Begitu banyak teknologi yang membantu kegiatan manusia dalam melakukan
pekerjaannya, semua sudah serba otomatis dan berbentuk digital. Hal ini juga memberikan
tantangan bagi kaum milenial sebagai bentuk pengembangan diri supaya lebih profesional,
lebih partisipatif, memiliki daya juang tinggi. Terlebih saat ini dalam dunia pendidikan kita
sudah diajarkan dalam menggunakan teknologi berupa komputer yang terhubung dengan
jaringan internet. Apapun informasi yang diinginkan dapat diraih sangat mudah. Begitu juga
dalam dunia perdagangan, untuk melakukan transaksi bukan lagi menggunakan uang cash,
melainkan cashless dengan metode Mbanking, OVO, Gopay, QRIS. Kita juga mengetahui
dalam dunia transportasi saat ini dalam memesan taksi atau ojek tidak perlu lagi berjalan ke
pangkalan tempat mereka menunggu penumpang, melainkan melalui aplikasi Gojek, Uber,
Grab maka taksi maupun ojek tersebut akan datang menjemput di titik tempat kita berdiri.
Semuanya sudah terintegrasi dengan mudah melalui satu device di genggaman kita. Inovasi-
inovasi tersebut memberikan gambaran bahwa fenomena saat ini hidup masyarakat menjadi
lebih konsumtif dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh adanya teknologi.

Kemajuan teknologi ini juga memberikan keuntungan bagi dunia pendidikan yaitu
guru tidak perlu lagi hadir di kelas secara fisik, melainkan hanya dengan hadir melalui virtual
live dengan memanfaatkan aplikasi Zoom, Skype, Video call Whatsapp Group sudah bisa
melakukan tatap muka dan menyampaikan ilmu yang akan diajarkan kepada para muridnya.
Pengembangan SDM melalui bidang pendidikan seyogyanya harus mempersiapkan
masyarakat khususnya di kalangan pelajar agar mampu bersaing secara kompetitif tidak
hanya sebatas pada kemampuan menggunakan teknologi, melainkan harus mampu berinovasi
dan mengembangkan jatidiri yang memiliki moral dan etika.

B. Penerapan
Sebagai Kasat atau Kapolsek tentunya saya harus memahami benar antara kekuatan
dan kelemahan dari seluruh personel di organisasi tempat saya berdinas. Hal ini saya lakukan
untuk melakukan pemetaan agar pengembangan kapasitas terhadap personel dan penempatan
personel dapat sesuai dengan bidangnya. Pengembangan kapasitas ini antara lain pendidikan
kejuruan (dikjur), pelatihan, dan seminar terkait dengan kebutuhan organisasi ataupun tentang
kejuruan yang diminati oleh personel. Tujuannya adalah para personel tersebut memiliki
keahlian dibidangnya, khususnya dapat mengoperasionalkan teknologi yang sudah
berkembang di kepolisian seperti aplikasi E-Manajemen Penyidikan, pembuatan produk
SKCK, SIM, izin keramaian secara online, penggunaan aplikasi Panic Buton, layanan 110,
dan patroli cyber. Tentunya dengan personel yang telah diberikan pendidikan di era kemajuan
teknologi, diharapkan personel dapat melaksanakan kinerja yang baik secara sistem maupun
secara lapangan (terjadi keselarasan dan keharmonisan) dengan begitu kinerja setiap bidang
bekerja secara sistematis dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya pola
penempatan personel juga harus diterapkan secara baik menggunakan merit system, artinya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak hanya sekedar “titipan” maupun hubungan
emosional antar pengemban fungsi dan individu personel tersebut, karena peletakan personel
pada bidang kemampuannya ini seyogyanya untuk kemajuan organisasi bukan karena unsur
Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN). Sebagai motivasi kepada personel tersebut, apabila
memiliki kinerja yang baik dan dapat membuat suatu inovasi seperti tujuan dari pemanfaatan
teknologi di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, maka personel tersebut dipromosikan
untuk mendapatkan jabatan di bidang tersebut, sebagai contoh yang awalnya dia hanya
seorang anggota maka dapat dipromosikan menjadi katim, atau dari panit menjadi kanit.

Ketika anggota sudah memahami teknologi dan mampu untuk mengoperasionalkan


berbagai sistem secara maksimal, harapannya dapat memberikan sosialisasi secara langsung
maupun melalui video singkat dan pembuatan meme yang di share ke Youtube, Instagram,
Twitter, Facebook mengenai tutorial mudah dalam mendapatkan pelayanan kepolisian secara
online berupa pembuatan sim, skck, izin keramaian, punic button, dan lain sebagainya.
Setelah masyarakat sudah menjalankan kemudahan tersebut, maka kepolisian harus cepat
tanggap dalam melakukan tindak lanjutnya. Disinilah pentingnya mendapatkan
pengembangan kapasitas dan penempatan personel yang sesuai dengan keahlliannya. Sebagai
Kasat atau kapolsek tentunya buah pemikiran ini harus mendapat dukungan dari Bapak
Kapolres dan juga disesuaikan dengan kebijakannya, dengan tujuan mendapatkan saran dan
masukan tambahan, yang kemudian diarahkan kepada para kasatfung di Polres tersebut.

Jakarta, 22 September 2023


MAHASISWA

GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
PERHIMPUNAN MAHASISWA ILMU KEPOLISIAN

LAMPIRAN
DOKUMENTASI JURNAL YANG DIRANGKUM

Anda mungkin juga menyukai