KORP MAHASISWA
Mengetahui
Jakarta, 2 Oktober 2023
PATUN SINDIKAT III / 81
MAHASISWA
GERI ANDIPA
DODDY FERDINAND SANJAYA,S.H., S.I.K., M.I.K.
NO. MHS 238110628
KOMBES POL NRP 78010801
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN KORP MAHASISWA
PERHIMPUNAN MAHASISWA ILMU KEPOLISIAN
A. Dasar
1. Keputusan Ketua STIK Nomor : Kep/77/VII/2019 tanggal 31 Juli 2019
tentang Rencana Kerja STIK T.A. 2020
2. Peraturan Ketua STIK Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman
Penilaian Non Akademik Mahasiswa STIK Aspek Mental Kepribadian
Melalui Aplikasi E- Nimen.
3. Nota Dinas dari Waket Bid Minwa STIK nomor:
B/ND-290/VII/DIK.2.2./2021/Bid Minwa tanggal 16 Juli 2021 perihal
Wajib Baca di Perpustakaan STIK.
C. Pelaksana
Kegiatan Wajib Baca ini diikuti oleh :
Mhs. GERI ANDIPA/ 238110628
GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)
A. Pokok Pikiran
Detasemen Gegana Satuan Brimob merupakan unit khusus dalam Korps Brigade
Mobil (Brimob) yang bertanggung jawab atas penanganan ancaman dan kejadian berpotensi
berbahaya, terutama dalam konteks penanganan bahan peledak, bahan kimia berbahaya, dan
penyanderaan. Pengembangan karier di lingkungan ini melibatkan komitmen terhadap
pengembangan keahlian teknis yang tinggi, kepemimpinan yang kuat, dan kemampuan
mengatasi tantangan psikologis yang unik serta memiliki ciri khas dan tantangan tersendiri, di
mana kemampuan teknis, keahlian taktis, dan kepemimpinan menjadi aspek penting dalam
perjalanan karier para anggotanya. Jurnal ini mengulas tentang pengembangan karier di
Detasemen Gegana Satuan Brimob, fokus pada aspek-aspek kunci yang mempengaruhi
perkembangan profesional anggota, juga membahas mengenai pelatihan teknis yang
diperlukan, termasuk dalam bidang penjinakan bahan peledak, taktik penyanderaan,
penanganan bahan kimia berbahaya, dan operasi khusus lainnya. Pelatihan intensif ini
membangun landasan keahlian yang diperlukan untuk beroperasi dalam kondisi berisiko
tinggi.
B. Penerapan
Sebagai seorang lulusan sarjana ilmu kepolisian yang ditugaskan sebagai Kasat dan
Danki di wilayah, untuk melakukan pengembangan karier bagi anggota di detasemen gegana
satuan brimob dapat mengambil langkah-langkah berikut :
1. Menetapkan Tujuan Karier : Tentukan dengan jelas tujuan karier anggota untuk menjadi
anggota Detasemen Gegana. Misalnya, ingin mengembangkan keterampilan dalam
menangani bahan peledak atau tugas penjinakan bom, atau memiliki minat dalam operasi
anti-teror.
2. Penilaian Keterampilan dan Kualifikasi: Evaluasi keterampilan, pengetahuan, dan
kualifikasi yang anggota miliki saat ini. Identifikasi area di mana kita perlu
meningkatkan kompetensi untuk memenuhi persyaratan Detasemen Gegana.
3. Perencanaan Pengembangan: Rancang rencana pengembangan pribadi yang mencakup
langkah-langkah yang harus diambil untuk memenuhi persyaratan Detasemen Gegana.
Termasuk dalam rencana ini adalah kursus pelatihan, pengalaman lapangan, dan
peningkatan fisik.
4. Meningksatkan Kualifikasi: Ikuti pelatihan dan kursus yang relevan dengan persyaratan
Detasemen Gegana. Fokus pada pengembangan keterampilan teknis, taktik, dan
kepemimpinan yang dibutuhkan dalam unit tersebut.
5. Jaringan dan Komunikasi: Jalin hubungan dengan anggota Brimob yang sudah berada di
Detasemen Gegana. Mintalah nasihat, berbagi minat, dan memperoleh informasi terkini
tentang persyaratan, proses seleksi, dan pengalaman kerja di dalamnya.
6. Pengembangan Keterampilan Kepemimpinan: Pelajari dan kembangkan keterampilan
kepemimpinan selaku seorang kepala satuan. Sangat penting kemampuan kepemimpinan
yang baik dalam mengelola tim dan tugas.
7. Persiapan Fisik dan Mental: Siapkan diri secara fisik dengan menjaga kesehatan dan
kebugaran. Persiapkan juga mental untuk menghadapi tantangan yang mungkin dihadapi
serta perubahan- perubahan dalam lingkungan Detasemen Gegana.
8. Pendaftaran dan Seleksi: Ajukan diri sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Brimob untuk
masuk ke Detasemen Gegana. Ikuti proses seleksi dengan tekun dan bersemangat.
9. Pengembangan Diri Setelah Seleksi: Setelah diterima, teruslah mengembangkan diri dan
keterampilan sesuai dengan tuntutan tugas di Detasemen Gegana. Terapkan prinsip-
prinsip manajemen dalam mengelola tugas, tim, dan target.
10. Evaluasi dan Refleksi: Lakukan evaluasi diri secara berkala untuk melihat kemajuan
dalam mencapai tujuan karier di Detasemen Gegana. Lakukan refleksi untuk
memperbaiki dan mengoptimalkan proses pengembangan yang kita lakukan.
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, maka kita akan memiliki pendekatan yang
terstruktur dan efektif dalam mengembangkan karier menuju Detasemen Gegana Satuan
Brimob. fokus pada tujuan, dan terus berusaha untuk meningkatkan kualifikasi dan
keterampilan anggota.
GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)
A. Pokok Pikiran
Korupsi itu seperti easy crime, lunak dan cenderung ditutupi. Mengapa? Karena para
pelaku kejahatannya adalah orang-orang “besar” yang memiliki kekuatan dan kewenangan
serta kepentingan. Maka diri mereka menganggap hukum dapat diatur dan dapat tidak sesuai
dengan aturan yang ada, dalam kata lain yaitu diambil kebijakan yang menguntungkan.
Korupsi berlawanan dengan sifat jujur. Perilaku koruptif sebagai contohnya yaitu bergaya
hedon namun sebenarnya jika dilihat secara kepribadian yang bersangkutan belum mampu
untuk membeli barang-barang tersebut. Faktor penyebab korupsi antara lain adalah sifat
konsumtif dan materialistik, pengertian mudahnya yaitu mengutamakan keinginan diatas
kebutuhan.
Kita mengetahui akhir-akhir ini di tanah air tercinta banyak sekali kasus korupsi yang
menyita perhatian publik, dimana banyak menjerat para pejabat. Hal ini tentunya tidak dapat
menjadi tauladan kita sebagai bawahan, serta dapat membuat mau keluarganya sendiri.
Adapun undang-undangn yang mengatur tentang tipidkor (tindak pidana korupsi) yaitu
undang-undang tahun 31 tahun 1999 yang diperbarui menjadi undang-undang nomor 20
tahun 2001. Dalam melakukan pendindakan terhadap para koruptor tentunya para penyidik
harus berpedoman pada asas asas hukum yang berlaku mulai dari asas subsidiaritas, asas
legalitas, asas partisipasi dan asas preventif serta asas kewajiban. Jika asas tersebut sebagai
pedoman, kemungkinan besar dalam melakukan penindakan akan berhasil dan benar-benar
tepat sasaran.
Pada pembahasan jurnal ini, strategi yang menjadi acuan dalam penindakan korupsi
adalah mengutamakan pencegahan, bukan upaya penegakan hukumnya. Karena seperti yang
kita lihat bahwa semakin banyak penegakan hukum dilakukan oleh pihak yang berwajib
maka semakin banyak yang menggunakan modus atau cara baru untuk melakukan korupsi,
dalam arti mereka tidak jera dengan melihat hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor.
Strategi upaya pencegahan ini bukan berarti diampuni begitu saja, melainkan para koruptor
harus mengembalikan sejumlah uang yang menyebabkan kerugian negara, apabila sudah
diberi kesempatan pengembalian namun tidak dilaksanakan, maka harus dilakukan upaya
represif hingga dimasukkan undang-undang tidak pidana pencucian uang.
B. Penerapan
Jika saya diberi kesempatan untuk menjadi Kasat Reskrim, terkait strategi yang sudah
dijelaskan pada jurnal tersebut sudah benarnya yaitu mengutamakan pencegahan terhadap
para koruptor dengan cara pengembalian sejumlah aset dan sejumlah uang yang
menyebabkan kerugian negara. Karena dengan upaya pemembalian tersebut tentunya para
koruptor harus berpikir bagaimana pengembalian tersebut dapat diwujudkan, sementara nama
mereka sudah cacat di mata publik karena melakukan perbuatan korupsi, namun masih diberi
kesempatan untuk mengembalikan kerugian. Perlu kita ketahui bahwa fokus kepolisian
terhadap para pelaku koruptor tidak hanya memenjarakan pelakunya saja, melainkan
kerugian negara harus dipulihkan akibat perbuatan korupsinya. Dengan begitu terjadi
keseimbangan hukum.
A. Pokok Pikiran
Dalam jurnal ini dilakukan pembahasan mengenai budaya kerja kepolisian dalam
pelayanan terhadap masyarakat, khususnya di Polsek Rappocini Makasar. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Kebiasaan
aparat Polsek Rapoccini dalam memberikan pelayanan belum dilakukan secara maksimal.
Hal tersebut ditandai dengan budaya kerja yang belum berjalan sebagaimana mestinya seperti
pihak polsek melakukan pelayanan yang masih berbelit-belit, adanya tindakan yang pilih
kasih. Jika keluarganya atau kenalannya yang membuat surat kehilangan akan dipermudah,
namun sebaliknya jika tidak kenal maka polisi di bagian pelayanan akan membuat susah dan
cenderung berlama-lama hingga akhirnya ada arah untuk meminta gratifikasi. Padahal dalam
tugas pokoknya berbunyi bahwa kepolisian bertugas untuk melindung, mengayomi dan
melayani masyarakat, ini seharusnya menggambarkan polisi tanpa pamrih dan memposisikan
setiap orang adalah sama, sehingga tercapainya netralitas dan kesamaan hak dalam
melakukan pelayanan. Di sisi lain, etika dan moral kepolisian harus diperbaiki agar
mendukung tugasnya dalam pelayanan terhadap masyarakat.
Budaya kerja yang harus dilakukan oleh kepolisian harus menuju kepada pelayanan
prima, berpegang teguh kepada budaya lokal dan kepercayaan terhadap masyarakat. Setiap
penugasan harus mengedepankan cara kekeluargaan dimana dengan cara tersebut mampu
membuat masyarakat merasa dihargai dan terlayani, outputnya adalah tidak ada komplain
dari masyarakat dan tercapainya kepuasan masyarakat. Kemudian, polisi juga diharapkan
harus ingat bahwa pedoman kerja nya tribrata, pedoman hidup adalah catur prasetya dan
adanya kode etik profesi kepolisian sebagai fungsi kontrol dan pengawas untuk kinerja
kepolisian itu sendiri.
B. Penerapan
Jika saya diberikan kesempatan untuk bertugas sebagai Kapolsek di wilayah tertentu,
maka pertama yang akan saya benahi adalah unsur yang bersentuhan dengan pelayanan
terhadap masyarakat, yaitu SPK, intelkam, binmas, dan reskrim. Kita ketahui bersama, wajah
polsek terlihat dari pelayanan di depan pintu utama yaitu SPK (Sentra Pelayanan kepolisian),
kebanyakan masyarakat selalu membuat surat laporan kehilangan dan laporan polisi melalui
meja SPK. Saya akan memberikan pelatihan dan tentunya pengawasan terhadap jalannya
pelayanan untuk membuat posisi masyarakat adalah sama dalam hak nya, menerapkan salam
senyum sapa, berbicara yang sopan, dan selalu menekankan sikap bisa merasa bukan merasa
bisa. Dengan adanya rasa bisa merasa maka polisi yang menjalankan tugasnya akan
memposisikan diri mereka adalah orang yang membuat laporan, sehingga polisi tersebut akan
melayani sepenuh hati dan tidak mempersulit apalagi berharap adanya gratifikasi, karena
pada dasarnya seluruh masyarakat itu membutuhkan solusi dari kepolisian. Harapannya jika
pintu utama Polsek saja sudah melakukan pelayanan dengan baik, maka citra anggota di
polsek tersebut akan baik, dan kepercayaan serta kepuasan masyarakat akan meningkat.
Selanjutnya yang akan saya benahi adalah pelayanan di bidang intelkam yaitu dalam
penerbitan SKCK (surat keterangan catatan kepolisian), yang sering terjadi adalah kanit intel
atau anggotanya cenderung untuk berlama-lama, ada saja syarat yang kurang sementara
masyarakat membutuhkan pelayanan yang cepat, kembali lagi kepada moral dan etika
anggota. Hal ini yang harus saya pangkas, apabila dirasa latar belakang dari pemohon SKCK
tersebut berkelakuan baik, maka anggota harus segera di proses dengan tidak mengada-ada
syarat yang seharusnya tidak ada. Begitu juga dengan fungsi reskrim dalam penanganan
kasus yang tindak pidana harus diingat dalam waktu penyelesaiannya, sampai pelapor bolak-
balik ke kantor polsek untuk menanyakan perkembangan kasus yang sedang ditangani. Disini
saya akan menekankan kepada kanit reskrim untuk melaporkan perkembangan kasus melalui
surat SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) secara rutin. Ini
mencerminkan bahwa adanya transparansi dan akuntabilitas dari unit reskrim itu sendiri.
Inovasi yang akan saya lakukan lainnya yaitu harus meletakkan CCTV di berbagai titik
pelayanan yang bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap personil dalam
memberikan pelayanan. Selain itu, saya juga akan meminta untuk setiap masyarakat yang
telah terlayani untuk memberikan penilaian terhadap kinerja personil dengan melakukan scan
barcode untuk mengisi google form sebelum meninggalkan Polsek, yang tentunya google
form tersebut sudah di desain sedemikian rupa untuk tidak mengisi nama namun digantikan
dengan kolom pengisian pelayanan yang telah diberikan apakah itu SPK, intelkam atau
Reskrim, kemudian memberikan kolom bintang antara 1-5, serta saran dan masukan. Dari 3
kolom tersebut dapat menjadi evaluasi bagi Kapolsek untuk memperbaiki kondisi internalnya
agar lebih baik lagi kedepannya.
GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi )
A. Pokok Pikiran
Penanganan secara humanis dalam menghadapi kegiatan unjuk rasa yang berlangsung
secara anarkis merupakan suatu pendekatan yang mengutamakan penggunaan kebijakan dan
tindakan yang menghormati hak asasi manusia serta menjaga keseimbangan antara kebebasan
berekspresi dan perlindungan masyarakat. Jurnal ini membahas pentingnya pendekatan
tersebut dalam merespons kegiatan unjuk rasa yang cenderung berpotensi mengarah ke
tindakan kekerasan dan anarkis. Melalui analisis dampak positif dari pendekatan humanis,
diharapkan mampu menghasilkan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menjaga
ketertiban masyarakat dan hak-hak individu.
Kegiatan unjuk rasa merupakan hak asasi manusia yang penting dalam demokrasi,
yang memungkinkan warga negara untuk menyuarakan pendapat dan mengekspresikan
ketidakpuasan terhadap isu-isu penting. Namun, dalam beberapa kasus, unjuk rasa dapat
berubah menjadi situasi anarkis di mana terjadi tindakan kekerasan, perusakan properti, dan
ancaman terhadap keamanan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini, perlunya pendekatan
yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia menjadi semakin
penting.
B. Penerapan
Sebagai seorang perwira yang baru lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian dan
mendapatkan jabatan sebagai Kapolsek atau Kepala Satuan (Kasat), saya dapat mengambil
langkah-langkah berdasarkan teori manajemen untuk menghadapi kegiatan unjuk rasa yang
berlangsung secara anarkis dengan pendekatan humanis. Dengan menerapkan prinsip-
prinsip teori manajemen dalam pendekatan humanis, kita dapat memastikan bahwa
penanganan unjuk rasa yang berlangsung secara anarkis tetap terkendali harus
mengutamakan hak asasi manusia, dan mendorong dialog serta solusi yang damai.
GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
LEARNING JOURNAL LIBRARY
(Pembinaan Literasi)
Nama/ Angkatan : GERI ANDIPA/ PTIK-81
NIM : 238110628
Judul Bacaan : KONSEP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Penulis : NUR’AIDA SOFIA SINAGA, DELPI APRILIANDA, ALIM
PUTRA
Hari/ Tanggal/ Jam : SABTU/ 30 SEPTEMBER 2023/ 21.00 WIB
A. Pokok Pikiran
Kepemimpinan transformasional memiliki ciri, karakteristik, konsep dan komponen
yang khas. Kepemimpinan transformasional ini pertama kali di cetuskan oleh Robbins
dimana gaya kepemimpinan ini masuk kedalam gaya kepemimpinan modern. kepemimpinan
ini diawali oleh pemimpinnya yang selalu berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga hal ini diikuti oleh para bawahannya
melalui target-target yang telah ditentukan yang diwujudkan dalam visi dan misi seorang
pemimpin. Karena tingginya motivasi dari seorang pemimpin, maka pemimpin selalu
berusaha untuk meningkatkan kebutuhan yang melebihi keinginan diri pribadi dan selalu
mendorong perubahan kearah kepentingan.
B. Penerapan
Sebagai kapolsek pertama saya akan menjadi pimpinan tauladan, yang mana harus
lebih dulu mencontohkan perilaku-perilaku baik, sehingga anggota yang melihat akan malu
dengan sendirinya. Kemudian saya akan melakukan cek urin dadakan untuk membuat buku
hitam dan perhatian khusus kepada anggota yang kedapatan urinnya positif. Setelah itu saya
akan mengumpulkan seluruh anggota polsek dan memberikan target kerja dengan cara
membuat format laporan kerja harian yang saya akan anev setiap minggunya. Apabila ada
yang tidak terlaksana, maka saya akan memberikan peringatan dan bila tidak terlaksana lagi
maka saya akan memindahkan anggota tersebut, karena perlunya ketegasan sebagai
pemimpin dalam menyikapi ini, agar anggota lain tidak turun motivasi bila seorang
pemimpin melindungi anggota yang salah.
Kepemimpinan yang akan saya terapkan juga akan ikut turun langsung ke masyarakat,
tidak hanya sekedar memerintahkan normatifnya saja, dengan kita turun ke lapangan tentunya
kita mengetahui bagaimana kondisi yang dihadapi oleh anggota kita dalam mensikapi sesuatu
permasalahan di masyarakat, alhasil kita dapat mengambil sikap yang bijaksana terhadap
anggota kita yang mengalami kendala. Selain itu, sebagai seorang pimpinan sesekali kita
harus menunjukkan bahwa kita mampu menjadi problem solver terhadap masalah yang
muncul di desa, dengan begitu anggota akan melihat kita dalam menyelesaikan masalah, dan
ketika berhasil maka anggota akan mengakui bahwa pimpinan mereka adalah seseorang yang
solutif dan tauladan yang tepat.
Selanjutnya, untuk mendukung kinerja anggota agar selalu maksimal dalam bertugas,
saya akan mengumpulkan bhayangkari untuk memberikan motivasi agar turut mendukung
tugas suaminya, karena apabila dari keluarga sudah mendukung maka pekerjaan suami akan
terbantu dengan hati yang sejuk. Bila ada masalah di keluarga maka akan berdampak pada
pekerjaan. Bagaimana seorang polisi dapat menyelesaikan masalah orang jika masalahnya
sendiri belum terselesaikan.
GERI ANDIPA
NO. MHS 238110628
BIDANG ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN
KORP MAHASISWA
PERHIMPUNAN MAHASISWA ILMU KEPOLISIAN
LAMPIRAN
DOKUMENTASI JURNAL YANG DIRANGKUM