Anda di halaman 1dari 4

‫آداب دخول المسجد‬

‫ اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وصحبه وسلم؛‬:‫ وقل‬،‫ فقدم رجلك اليمنى‬،‫فإذا أردت الدخول إلى المسجد‬
‫اللهم اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب رحمتك‬.

Ketika engkau menginginkan masuk ke dalam masjid, maka dahulukanlah kakimu yg


sebelah kanan dan ucapkanlah,

‫اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وصحبه وسلم؛ اللهم اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب رحمتك‬.

“Yaa Allah, semoga engkau curahkan rahmat kepada Muhammad, keluarga dan juga
para sahabatnya beserta keselamatan. Yaa Allah, semoga Engkau ampuni dosa²ku dan
bukakanlah untukku pintu rahmat-Mu.”

Amalan Saat Berada di Masjid

،‫ وال تمر بين أيديهم وهم يصلون‬،‫ فإذا اجتمع الناس فال تتخط رقابهم‬،‫ فاطلب الصف االول‬،‫ثم إذا دخلت الجامع‬
‫ واألحسن ان تصلي أربع‬،‫ وال تقعد حتى تصلي التحية‬،‫واجلس بقرب حائط أو اسطوانة حتى ال يمروا بين يديك‬
‫ركعات‬،

Kemudian, apabila engkau berada di masjid, usahakan untuk berada di shaf yg


pertama. Jika manusia sudah banyak berkerumun, jangan melewati pundak mereka
dan jangan pula lewat di hadapan mereka yg sedang shalat. Duduklah dekat tembok
agar mereka tidak lewat di depanmu. Sebelum itu lakukanlah shalat tahiyyatul masjid.
Lebih baik lagi, kalau engkau shalat sebanyak empat raka’at.’

‫ (أن من فعل ذلك لم يمت حتى يرى مقعده من‬:‫ ففي الخبر‬،‫تقرأ في كل ركعة بعد الفاتحة االخالص خمسين مرة‬
‫ وال تترك التحية وإن كان اإلمام يخطب‬.)‫الجنة أو يرى له‬.

Dalam setiap raka’at, setelah membaca surat al-Fatihah, engkau membaca surat al--
Ikhlas sebanyak lima puluh kali. Disebutkan dalam satu riwayat bahwa siapa yg
melakukan amalan tersebut, ia tidak akan meninggal dunia sampai melihat tempat du-
duknya di surga atau hal itu diperlihatkan padanya. Jangan sampai engkau
meninggalkan shalat tahiyyatul masjid walaupun imam sedang berkhotbah.

Dikutip dari laman NU (Nahdlatul Ulama) Online, rindu dibedakan atas


aspek manusiawi dan aspek syariat Islam. Aspek manusiawi mengarah
kepada fitrah manusia untuk keinginan bertemu dengan seseorang yang
dirindukan. Sementara dalam pada aspek Islam, kerinduan muncul akibat
ikatan emosional maupun pengalaman yang membekas.

Rindu adalah perasaan kuat dalam hati seseorang untuk bertemu. Menurut Imam Al
Ghazali, rasa rindu timbul dari cinta yang mendalam terhadap sesorang atau sesuatu.

Rasa rindu hadir saat objek yang dicintai tidak ada di hadapannya. Adapun yang
sudah ada, terlihat dengan mata kepalanya, maka ia tidak akan dirindukan.

Al Ghazali menyatakan bahwa rindu tidak dapat dipisahkan dengan cinta. Rasa cinta
akan mendorong munculnya rasa ingin tahu yang mendalam tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan objek yang dicintainya.

Baca Juga: Mimbar Masjid: Podium Ceramah Hingga Simbol Otoritas Negara

"Ketahuilah, orang yang memungkiri hakikat cinta, maka tidak boleh tidak ia akan
memungkiri pada hakikat rasa rindu. Karena, tidak tergambar rasa rindu kecuali
kepada apa yang dicintai," kata Imam Al Ghazali.

Kerinduan menyaratkan keberjarakan dan ketidaksempurnaan, seperti ada yang hilang


saat objek yang dicintai jauh dari jangkauannya. Misalnya, siapa saja yang
memandang kekasihnya, terus menerus dapat melihat dirinya niscaya tidaklah bisa
tergambar rasa rindu padanya.

Pun demikian, kerinduan itu tergantung dengan apa yang diketahui dari satu segi, dan
tidak diketahui dari segi yang lain. Seorang suami yang sedang merantau jauh dari
istrinya dalam waktu yang lama ia akan rindu untuk berjumpa dan melihat bagaimana
rupa Sang Kekasih saat bertemu kembali.

Rasa rindu juga memicu khayalan yang sempurna terhadap objek yang dicintainya.
Seperti orang yang melihat dalam kegelapan, pikirannya menerawang benda-benda
apa saja yang ada di hadapannya.

Baca Juga: Tausiyah Ahad Pagi: Sabar Sebagai Bentuk Kematangan Spiritual

Gelap membuat pandangan terhijab untuk mengetahui hakikat beda-benda di sekitar


dan ia rindu untuk dapat melihatnya. Sampai kemudian lampu menyala, cahayanya
menyingkap kegelapan maka sempurnalah penglihatannya dan tertunai kerinduannya

Dalam Islam, rindu yang paling mulia adalah rindu akan perjumpaan dengan Allah
subhanahu wata'ala. Allah memang menginformasikan dirinya lewat wahyu yang
disampaikan kepada Nabi dan Rasul.

Namun, sifat-sifat dan penggambaran Allah yang Ia beritahukan hanyalah sebagaian


dari hakikat ilahiah yang sesungguhnya. Sudah demikian pun pengenalan hamba
terhadap dzat Allah sebatas yang diwahyukannya memiliki kadar dan kualitas yang
berbeda-beda.

Baca Juga: Bingung Pilih Ilmu Agama atau Ilmu Umum? Ini Solusinya

Bagi orang-orang saleh, pengetahuan yang terbatas tentang-Nya membuat rasa rindu
untuk berjumpa dengan-Nya itu semakin kuat. Kerinduan ini akan berakhir di akhirat
di mana Allah di mana seorang hamba dapat melihat, bertemu, dan menyaksikan
Allah.
Al Ghazali mengisahkan Ibrahim bin Adham, seorang waliyullah yang amat
merindukan perjumpaan dengan Allah. Pada suatu hari, kisah Al Ghazali, Ibrahim bin
Adham berdoa, "Wahai Allah, jika saja Engkau memberi kepada seseorang dari
orang-orang yang mencintaimu apa yang bisa menentramkan hatinya sebelum ia
menjumpai-Mu, maka berilah kepadaku yang demikian. Sesungguhnya kegelisahan
telah menyulitkanku."

Anda mungkin juga menyukai