Anda di halaman 1dari 5

WAKAF TANAH MILIK

A. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.
2. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977 Tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah
Mengenai Perwakafan Tanah Milik.
4. Instruksi Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1978 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.
5. Keputusan Bersama Menteri Agama Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 422
Tahun 422 Tahun 2004 dan Nomor 3/SKB/BPN/2004 tentang Sertifikat Tanah Wakaf.

B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP


Wakaf merupakan suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana
guna pengembangan kehidupan beragama, khususnya bagi umat yang beragama Islam, dalam
rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil menuju masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

Pentingnya masalah perwakafan ini sehingga dalam pasal 49 ayat (3) UUPA disebutkan bahwa
Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah. Sebagai realisasi
dari amanat UUPA ini dikeluarkanlah PP No. 28/1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik, yang
disahkan oleh Presiden pada tanggal 17 Mei 1977 dan dimuat dalam LN No. 38 Tahun 1977.
Sementara itu, penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 3107.

Dalam PP No.28/1977 ditegaskan bahwa yang diatur hanyalah wakaf sosial, yaitu untuk umum
atas tanah milik. Bentuk-bentuk perwakafan yang lainnya seperti perwakafan keluarga tidak
termasuk dalam PP ini.
Dalam pasal 1 angka (1) PP No.28/1977 dirumuskan Pengertian Wakaf, yaitu perbuatan hukum
seseorang atau badan Hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa
tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. Pemisahan sebagian dari harta kekayaan
berupa tanah milik dimaksudkan untuk mengekalkan manfaat benda wakaf yang telah disisihkan
tadi sesuai dengan tujuan wakaf (Pasal 2 PP No.28/1977)

C. RUKUN DAN SYARAT WAKAF


Ada 4 rukun wakaf tanah milik, yaitu :
1. Adanya orang yang berwakaf (waqif)
Menurut pasal 3 ayat (1) PP No.28/1977 yang dapat menjadi waqif tanah milik adalah:
a. Badan hukum Indonesia.
Berdasarkan PP No.38/1963 tentang Penunjukkan Badan-badan Hukum Yang Dapat
Mempunyai Hak Milik Atas Tanah yang mempunyai Hak Milik Atas Tanah adalah :
(1) Bank-bank yang didirikan oleh negara (bank negara) sepanjang untuk penunaian
tugas-tugas dan usahanya yang tertentu serta untuk perumahan bagi pegawai-
pegawainya memerlukan tanah milik;
(2) Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian, yang luasnya tidak boleh lebih
dari batas maksimum kepemilikan tanah pertanian;
(3) Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanahan / Agraria setelah
mendengar keterangan dari Menteri Agama sepanjang untuk keperluan yang
langsung berhubungan dengan usaha keagamaan;
(4) Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanahan/Agraria setelah
mendengar keterangan dari Menteri Sosial sepanjang untuk keperluan yang
berhubungan langsung dengan usaha sosial.
b. Orang atau orang-orang yang telah memenuhi syarat sebagai waqif, yaitu ;
(1) telah dewasa;
(2) sehat akalnya;
(3) oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum;
(4) atas kehendak sendiri;
(5) tanpa paksaan dari pihak-pihak lain;
(6) memperhatikan peraturan perundang-perundangan yang berlaku.
2. Adanya benda yang diwakafkan (mauquf), yaitu tanah hak milik yang bebas dari segala
pembebanan, ikatan, sitaan, dan perkra (pasal 4 PP No. 28/1977).
3. Adanya penerima wakaf (nadzir)
Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf. Bila nadzir itu berupa kelompok orang maka jumlah paling sedikit
adalah 3 orang dan salah satu diantaranya sebagai ketua. Jumlah Nadzir perseorangan dalam
satu Kecamatan ditetapkan sebanyak-banyaknya sejumlah desa yang ada di kecamatan
tersebut, artinya setiap desa memiliki 1 orang Nadzir.
Dalam pasal 6 ayat (1) PP No.28/1977 ditentukan bahwa syarat untuk menjadi nadzir
perseorangan adalah :
a. WNI;
b. Beragama Islam;
c. Sudah dewasa;
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Tidak berada dibawah pengampunan.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (2) PP No.28/1977 dan Lampiran Peraturan Direktur
Jendral Bimbingan Masyarakat islam nomor Kep/D/75/78 tanggal 18 April 1978 ditentukan
syarat nadzir yang berbentuk Badan hukum, yaitu :
a. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
b. Mempunyai perwakilan di Kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan;
c. Badan Hukum yang tujuan dan alamat usahanya untuk keentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya, sesuai dengan aturan Agama Islam.
Seorang anggota nadzir berhenti dari jabatannya apabila :
a. Meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir, karena :
(1) tidak memenuhi syarat sebagai nadzir;
(2) melakukan tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatannya sebagai
nadzir;
(3) tidak dapat lagi melakukan kewajibannya sebagai nadzir;
Kewajiban nadzir adalah untuk mengurus dan mengawasi kekayaan wakaf serta hasilnya,
dimana secara berkala membuat laporan secara tertulis atas semua hal yang menyangkut
kekayaan wakaf yang diurusnya dan di awasinya.
4. Adanya aqad atau lafaz atau pernyataan penyerahan wakaf dari dari tangan waqif kepada
nadzir.
Berdasarkan ketentuan pasal 5 PP No.28/1977 ditentukan bahwa waqif harus mengikrarkan
kehendaknya secara tegas dan jelas kepada nadzir dengan ketentuan :
a. dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW);
b. dituangkan dalam bentuk Akta Ikrar Wakaf (AIW);
c. disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1978 Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan setempat ditunjuk dan diangkat sebagai PPAIW. Bila dalam satu
kecamatan belum memiliki KUA maka Kepala KUA Kecamatan terdekat diangkat sebagai
PPAIW

D. PENDAFTARAN WAKAF TANAH MILIK


Setelah AIW dilaksanakan maka PPAIW atas nama nadzir diharuskan mengajukan
permohonan kepada Bupati/Walikota c.q Kantor Badan Pertanahan Nasional setempat untuk
mendaftarkan perwakafan tanah milik yang bersangkutan menurut ketentuan dalam Peraturan
pemerintah Nomor 10 Tahun1961 tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana telah diganti dan
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah. Pendaftaran tanah yang telah diwakafkan itu harus disampaikan selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 3 hari sejak dibuatkan AIW.

kelengkapan yang perlu dibawa pada saat pendaftaran wakaf tanah milik adalah :
1. sertifikat tanah yang bersangkutan;
2. AIW yang dibuat oleh PPAIW;
3. surat pengesahan dari KUA Kecamatan setempat mengenai nadzir yang bersangkutan.
E. PERUBAHAN PERUNTUKAN WAKAF TANAH MILIK
Berdasarkan ketentuan pasal 11 ayat (1) PP No.28 tahun 1977 pada dasarnya terhadap tanah
milik yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan peruntukkan atau penggunaan lain
daripada yang dimaksud dalam ikrar wakaf.
Namun, kemudian dalam ayat (2) ditentukan bahwa penyimpangan dari ketentuan ayat (1) dapat
dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari
Menteri Agama, yaitu :
a. karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang diikrarkan oleh wakif;
b. karena kepentingan umum

Anda mungkin juga menyukai