Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PERSALINAN DI PMB


MISDAR NANOFA KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN
BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2022

DOSEN PEMBIMBING
EVRINA SOLVIA SOLEH, M.Keb

DISUSUN OLEH :
LUSIATUN
PO71242220013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Hidayat, 2012:1).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dari kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (varney, 2008:672). Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
waktu 18-24 jam, tampa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Sumarah, 2010:2).
Persalinan adalah psoses dimana bayi, pleasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan dan pembukaan serviks (JNPK-KR,
2014:1).
Persalinan adalah proses fisiologis yang harus dialami oleh setiap wanita yang hamil
dan, ini adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan
kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri yang
membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif, mengalami persalinan yang lebih
lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan
sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri (Adriana, 2012:134).

2. Tahapan Persalinan
Menurut Hidayat (2012:2) tahapan dalam persalinan adalah sebagai berikut:

1
a. Kala I atau kala pembukaaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan
lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase: fase laten (pembukaan serviks 1-3 cm-dibawah 4 cm)
membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif (pembukaan serviks 4-10cm atau lengkap),
membutuhkan waktu 6 jam.
b. Kala II atau kala pengeluaran: dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini
biasanya berlansung 2 jam pada primi para dan 1 jam pada multipara
c. Kala III atau kala uri dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlansung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala IV atau kala pengawasan: kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum
3. Tanda-tanda persalinan
Menurt Padila (2014:54) dibawah ini adalah tanda-tanda persalinan yaitu sebagai
berikut:
a. Tanda permulaan persalinan
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena
kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan
2) Perut kelihatan lebih melebar dan perut turun
3) Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih ditekan oleh bagian
terbawah janin
4) Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
5) Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus
6) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (Bloody Show).
7) Tanda In-partu
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil dari
serviks
3) Dapat disertai ketuban pecah dini
4) Pada pemiriksaan dalam, serviks mendatar dan menjadi pembukaan serviks
2
4. Fisiologi Persalinan Normal
Menurut Prawirohardjo (2010:297-309) fisiologi persalinan normal adalah sebagai
berikut :
a. Fase-fase persalinan normal. Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya
kontraksi-kontraksi uterus yang menyebabkan penyisipan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir.
b. Tiga kala persalinan. Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I
persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan
durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif.
Kala I persalinan stau persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar
10 cm) sehingga memungkinkan kapala janin lewat. Kala II persalinan disebut sebagai
stadium ekspulsi janin.
c. Diferensiasi aktivitas uterus. Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua
bagian yang berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal
ketika persalinan berlangsung.
d. Perubahan bentuk uterus. Setiap kontraksi mengahsilkan pemanjangan uterus berbentuk
ovoid disertai pengurangan diameter horizontal.
e. Gaya-gaya tambahan pada persalinan. Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling
penting pada proses ekspulsi janin adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan
intraabdominal ibu yang meninggi.
f. Perubahan-perubahan pada serviks. Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah
kontraksi uterus, yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatis keseluruh
selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
g. Pendataran serviks. Obliterasi dan pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks
dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas.
h. Dilatasi serviks. Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks
merupakan darah yang resistensinya lebih kecil.
i. Pola penurunan janin. Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin ke pintu atas
panggul telah tercapai sebelum persalinan mulai, dan penurunan janin lebih jauh tidak
akan terjadi sampai awal persalinan.
3
j. Kriteria persalinan normal. Perjalanan persalinan yang secara fungsional dibagi
berdasarkan kurva harapan evolusi dilatasi dan penurunan menjadi bagian persiapan
meliputi fase laten dan akselerasi, bagian pembukaan meliputi fase lereng dilatasi
maksimum, dan bagian panggul mencakup fase deselarasi dank ala II bersamaan dengan
fase lereng maksimum penurunan bayi.
k. Ketuban pecah. Ketuban pecah secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan aktif.
l. Perubahan pada vagina dan dasar panggul. Jalan lahir dikosong dan secara fungsional
ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang bersam-sama membentuk dasar panggul.
m. Pelepasan plasenta. Kala III persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan
pelepasan dan ekspulsi plasenta,
n. Pemisahan amniokorion. Pengukuran besar-besaran luas permukaan rongga uterus secara
bersamaan memnyebabkan membrane janin (amniokorion) dan desidua parietalis terlepas
menjadi lipatan yang banyak sekali dan menambah ketebalan lapisan tersebut dari kurang
dari 1 mm meng=jadi 3 mm sampai 4 mm.
o. Ekstriusi plasenta. Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang
diberikan kepadanya oleh dinding uterus menyebabkan organ inin menggerlincir turun
menuju ke segmen bawah uterus atau sebagian atas vagina.
p. Mekanisme ekstrusi plasenta. Bila menjadi pemisahan plasenta tipe sentral, atau tipe biasa
hematoma tetroplasenta dipercaya mendorong plasenta menuju ke rongga iterus, pertama
bagian tengah dan kemudian sisanya.
5. Mekanisme Persalinan
Menurut Cuningham (2014:392) mekanisme persalinan adalah sebagai berikut :
a. Letak janin
Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan istilah letak
janin yang terbagi menjadi memanjang atau melintang.
b. Presentasi janin
Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah didalam maupun
dibagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat dirasakan melalui serviks pada
pemeriksaan vagina, maka, pada letak memanjang, bagian yang terpresentasi adalah

4
kepala atau bokong janin, sehingga disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan
bokong.
c. Postur atau sikap janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur khusus yang
disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin membentuk masa ovoid yang secara
kassar sesuai dengan membentuk rongga rahim.
d. Posisi janin
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai bagain
presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir. Dengan demikian, masing-
masing presentasi dapat memiliki dua posisi kanan atau kiri.
e. Variasi presentasi dan posisi
Untuk orientasi yang lebih akurat, perlu diketahui hubungan antara bagian yang
terpresentasi terhadap bagian anterior, transversal, atau posterior pelvis maternal.

6. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan


Menurut Kuswanti (2014:29) kebutuhan dasar ibu selama persalinan adalah sebagai
berikut :
a. Asuhan tubuh dan fisik : asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses
persalinan, hal ini yang akan menhindarkan ibu dari infeksi. Asuhan yang dapat diberikan
adalah menjaga kebersihan diri, berendam, perawatan mulut dan pengsiapan.
b. Kehadiran seorang pendamping. Fungsi hadirnya seorang pendamping pada saat
persalinan yaitu mengurangi rasa sakit, membuat waktu persalinan lebih singkat dan
menurunkan kemungkinan persalinan dengan operasi.
c. Pengurangan rasa sakit. Nyeri adalah rasa tidak enak akibat pengrangsangan ujung-ujung
saraf khusus.
7. Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan
Menurut Hidayat (2012:12) dibawah ini adalah faktor yang berpengaruh pada
persalinan yaitu sebagai berikut:
a. Power/tenaga yang mendorong anak
1) His adala kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
5
2) Tenaga mengejan
b. Passage/panggul
1) Bagian-bagian tulang panggul
2) Bagian-bagian velvis minor
3) Bidang panggul
c. Passage/fetus
1) Akhir minggu ke 8 janin mulai tampak menyerupai manusia dewasa, menjadi jelas
pada akhir minggu 12
2) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali
3) Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi usia kehamilan 16-20
minggu
4) DJJ mulai terdengar minggu 18/10
5) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50 cm
6) Berat rata-rata janin laki 3400gr/perempuan 3150 gr
7) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama
d. Hubungan janin dan panggul
1) Letak hubungan antra sumbu panjang janin dengansumbu panjang ibu
2) Sikap : hubungan antara bagian janin yang satu dengan yang laiinya

B. Pijatan Endorphin Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan


I. Nyeri Persalinan
1. Pengertian Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan adalah nyeri ritmik dengan peningkatan frekuensi
keparahan.Sedangkan menurut mander (2003) nyeri persalinan adalah nyeri yang
menyertai kontraksi uterus. Nyeri persalinan berasal dari gerakan rahim yang berusaha
mengeluarkan bayi.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai
pengertian nyeri :
6
a. Mc. Coffery mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengruhi
seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya
b. Wolf Weifsel Feurst mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan penderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
c. Arthur C Curton mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emocional.
2. Fisiologi nyeri
Menurut Hidayat (2014:86) munculnya nyeri berikaitan erat dengan reseptor
dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian,
dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang dilepas
apabila terdaoat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang
lain dapat berupa termal, listrik dan mekanis.
3. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri Dalam Persalinan
Beberapa sistem tubuh terpengaruh oleh persalinan. Nyeri persalinan berkaitan
dengan peningkatan frekuensi napas. Hal ini menyebabkan penurunan kadar PaCO2
yang disertai dengan peningkatan pH. Kemudian, janin juga terpengaruh dan
selanjutnya terjadi penurunan PaCO2 janin. Hal ini dapat diketahui dengan adanya
deselerasi akhir pada kardiotokograf. Keseimbangan asam-basa sistem juga dapat
berubah karena hiperventilasi dan latihan pernafasan.Alkalosis kemudian dapat
mempengaruhi difusi oksigen ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin (Fraser dan
Cooper, 2009).

7
Curah jantung meningkat selama kala I dan kala II persalinan.Peningkatan ini
dapat mencapai 20% dan 50%.Hal ini terjadi akibat kembalinya darah uterus ke
sirkulasi maternal yang berjumlah sekitar 250-300 ml pada setiap kontraksi.Nyeri,
kekhawatiran dan ketakutan dapat menyebabkan respons simpatis sehingga curah
jantung dapat menjadi lebih besar. Kedua sistem tersebut dipengaruhi oleh pelepasan
katekolamin. Adrenalin (epinefrin) yang terdiri atas 80% katekolamin, memiliki efek
mengurangi aliran darah uterus yang pada gilirannya akan menyebabkan penurunan
aktivitas uterus (Fraser dan Cooper, 2009).
4. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yakni akut dan kronis. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak
melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan teganngan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang cukup lama yaitu lebih dari enam bulan. Hal yang termasuk dalam nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikomatis. Ditinjau dari
sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori diantaranya nyeri
tertusuk dan nyeri terbakar.

Tabel 2.1
Perbedaan nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristi Nyeri Akut Nyeri Kronis


k
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau penyakit Tidak diketahui atau pengobatan
dari dalam yang terlalu lama
Serangan Mendadak Bias mendadak, berkembang dan
berselubung
Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan sampai
bertahun-tahun
Pernyataan Daerah nyeri tidak diketahui Daerah nyeri sulit dibedakan
nyeri secara pasti intensitasnya sehingga sulit
diwvaluasi (perubahan perasaan)
Gejala-gejala Pola respons yang khas Pola respons yang bervariasi
klinis dengan gejala yang lebih jelas dengan sedikit gejala (adaptasi)
8
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat
bervariasi
perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan meningkat setelah
beberapa saat beberapa saat
Sumber : Long dalam Hidayat (2014:86)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut Hidayat (2014:89) pengalaman nyeri pada seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya sebgai berikut :
a. Arti nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti membahayakan, merusak
dan lain-lain.
b. Persepsi nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi
oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan
sebagainya.
d. Reaksi terhadap nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit.

Skala nyeri

0 : Tidak Nyeri 0 : Tidak Nyeri 0 : Tidak Nyeri


1 : Nyeri Ringan 1 : Nyeri Ringan 1 : Sedikit Nyeri

9
2 : Tidak Nyaman 2 : Nyeri Sedang 2 : Nyeri Sedang
3 : Mengganggu 3 : Nyeri Parah 3 : Nyeri Parah
4 : sangat Mengganggu 4 : Nyeri Sangat Parah

II. Pijatan Endorphin


1. Pengertian Pijatan Endorphin
Berbagai metode baik menggunakan obat (farmakologik) dengan obat analgetik
mau pun tanpa obat-obatan atan non farmakologik dapat digunakan dalam penanganan
nyeri. Teknik tanpa obat-obatan untuk memberi kenyamanan ibu dalam menghadapi
persalinan antara lain teknik pernapasan, relaksasi, mendengarkan musik, melakukan
gerakan tertentu dan merubah posisi, pijatan tertentu, hidroterapi, hypnobirthing, dan
melahirkan didalam air.
Salah satu penanganan yang efektif menurunkan tingkat nyeri yaitu pijat atau
massage merupakan sebuah tindakan untuk manipulasi otot-otot serta jaringan tubuh
dengan cara menekan, menggosok, memberikan getaran (vibrasi) dengan menggunakan
tangan, jari tangan, sikut, kaki atau alat-alat manual atau elektrik lainnya untuk
memperbaiki kondisi kesehatan. Terapi pijat merupakan terapi yang menggunakan
pendekatakan holistic yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, denyut jantung,
memperbaiki pernafasan, meningkatkan aliran kelenjar limfa kedalam saluran pembuluh
darah, membantu pengeluaran sisi metabolism, mengurangi ketegangan otot, menjadikan
tubuh menjadi rileks, meningkatkan pergerakan sendi, mengurangi nyeri secara alami serta
membantu memperbaiki kesehatan (Putri, 2019:143).
Endorphin massage merupakan suatu metode sentuhan ringan yang dikembangkan
pertama kali oleh Constance Palinsky yang digunakan untuk mengelola rasa sakit. Teknik
ini bisa dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman selama proses persalinan dan
meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit.
Teknik sentuhan ringan juga menormalkan denyut jantung dan tekanan darah. Sentuhan
ringan ini mencakup pemijatan yang sangat ringan yang bisa membuat bulu –bulu halus
pada permukaan kulit berdiri. Riset membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan
pelepasan endorphin dan oksitosin (Aprilia, 2011:113). Pijat adalah terapi sentuh yang
paling tua dan populer yang dikenal manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan
10
pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad-abad silam dari awal kehidupan
manusia di dunia. Kedekatan ini mungkin disebabkan oleh karena pijat berhubungan erat
dengan proses kehamilan dan proses kelahiran manusia (Roesli, 2011:23).

2. Waktu Pijatan
Pijatan ini boleh dilakukan pada saat umur kehamilan lebih dari 36 minggu,
dengan alasan, karena hormon oksitosin yang keluar bisa merangsang timbulnya
kontraksi, boleh dilakukan pula saat persalinan dan nifas. Teknik endorphin massage ini
juga sangat mendukung teknik relaksasi yang dalam dan membantu membentuk ikatan
antara ibu, suami dan janin dalam kandungannya (Aprilia, 2011:114).

3. Manfaat pinjat endorphin


Manfaat terapi pijat adalah untuk meningkatkan kelenturan otot, membawa
pengaruh terhadap jaringan otot yang lebih dalam. Selama melakukan pijat, tubuh akan
mengeluarkan zat kimia, meningkatkan serotonin dan dopamine serta pada saat
bersamaan mengurangi gejala depresi. Selain itu, pijat juga dapat menstabilkan kadar gula
dalam darah, memperbaiki fungsi pernapasan serta mampu memperbaiki system imun
dalam tubuh. Dalam praktiknya, terapi pijat dapat menciptakan komunikasi dan
meningkatkan hubungan interpersonal antara terapis dan pasien sehingga secara
psikologis pasien merasa diperhatikan, merasa lebih terbuka terhadap masalah yang
dirasakan serta dapat menjadi sarana konseling mental yang efektif. Terapi pijat dapat
dilakukan diberbagai tatanan pelayanan dengan suasana yang tenang seperti rumah
perawatan, tempat kebugaran, klinik pribadi dan lainnya (Amalia, 2019:144).
Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorphin yang berbeda manfaat dan
kegunaannya (masih diteliti). Beta-endorphin muncul sebagai endorfin yang kelihatannya
untuk memiliki pengaruh yang paling di otak dan tubuh selama latihan; itu adalah satu
jenis hormon peptida yang dibentuk sebagian besar oleh Tyrosine, satu asam amino.
Struktur yang molekular adalah sangat serupa dengan morfin hanya dengan
kekayaan kimia yang berbeda. Dan berikut kegunaan dari endorphin:
a). Mengendalikan rasa sakit yang persisten/ menetap
b). Mengendalikan potensi kecanduan akan chocolate
11
c). Mengendalikan perasaan frustrasi dan stress
d). Mengatur produksi dari hormon pertumbuhan dan sex

4. Cara Melakukan Pijat Endorphin


a) Anjurkan ibu untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan
duduk, atau berbaging miring. Bidan atau suami untuk duduk dengan nyaman di
samping atau dibelakang ibu.
b) Anjurkan ibu untuk bernafas dalam, sambil memejamkan mata dengan lembut untuk
beberapa saat. Setelah itu bidan atau suami mulai mengelus permukaan luar lengan
ibu, mulai dari tangan sampai lengan bawah. Belaian ini sangat lembut dan dilakukan
dengan menggunakan jari-jemari atau hanya ujung-ujung jari.
c) Setelah kira-kira lima menit, bidan atau suami ibu untuk berpindah ke lengan yang
lain. Walaupun sentuhan ringan ini dilakukan di kedua lengan ibu, ibu akan merasakan
bahwa dampaknya sangat menenangkan di sekujur tubuh.Tehnik ini juga bias
diterapkan dibagian tubuh lain,termasuk telapak tangan,leher,dan bahu, serta paha.
d) Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jika dilakukan di bagian punggung. Caranya,
ibu dianjurkan untuk berbaring miring, atau duduk. Dimulai dari leher, memijat ringan
membentuk huruf V kearah luar menuju sisi tulang rusuk. Pijatan –pijatan ini terus
turun kebawah, kebelakang. Ibu di anjurkan untuk relaks dan merasakan sensasinya.
e) Saat melakukan sentuhan ringan tersebut anjurkan untuk menyentuh perut ibu dari
belakang sembari mengucapkan niat atau affirmasi positif.
f) Bidan atau suami dapat memperkuat efek menegangkan dengan mengucapkan kata-
kata yang menentramkan saat dia memijat dengan lembut. Misalnya, dia bisa
mengatakan “Persalinan ini akan berjalan dengan nyaman dan lancar”. (Aprilia,
2011:115).

12
Gambar 2.3 Massage Endorphin

5. Pathway manajemen nyeri

13
C. Evidance Base Midwifery tentang Pijatan Endorphin

Metode/Populasi/
Judul, Penulis,
No Tujuan Sampel/ Hasil
Tahun
Teknik Penelitian
1. Literature Review: Untuk Desain yang diterapkan Setelah melakukan
Penggunanaan menelaah pada studi ini adalah pengkajian dari semua
Teknik keampuhan study literatur review, jurnal yang peneliti
Endorphine pijat endorphin peneliti menemukan kaji memperoleh hasil
Message Terhadap sebagai tentang efektifitas pijat yang sama yaitu pijat
Penurunan Nyeri penurun rasa endorphin sebanyak endorphin begitu
Persalinan Pada nyeri saat (n=20) jurnal setelah ampuh sebagai salah
Ibu Bersalin Kala I proses memasukkan kriteria satu alternatif untuk
Penulis : Lea persalinan inklusi dalam penelitian menurunkan rasa nyeri
Ingne Reffita, ini artikel yanng bisa persalinan untuk
Ummi Halfida, dipakai sebanyak wanita hamil yang
Mohammad Eko (n=10) artikel. sedang dalam proses
Pranoto persalinan kala I.
Tahun : 2022
2. Judul : Pengaruh Penelitian ini Penelitian ini Ada pengaruh pijat
Pijat Endorphin bertujuan untuk menggunaan jenis endorphin (endorphin
(Endorphin diketahuinya penelitian bersifat massage) terhadap
Massage) pengaruh pijat quasieksperimen intensitas nyeri kala I
Terhadap endorphin dengan desain pre dan pada ibu primipara di
Intensitas Nyeri (endorphin post tes. Penelitian bidan praktek mandiri
Kala I Pada Ibu massage) dilakukan di BPM Fika fika saumi pringsewu
Primipara terhadap Saumi dan waktu tahun 2016
Penulis : Fitriana intensitas nyeri penelitian dilaksanakan
Fitriana, Nopi kala I pada ibu dari bulan April - Juni
Anggista Putri primipara di 2016. Populasi dalam
Tahun : 2017 Bidan Praktek penelitian ini seluruh
Mandiri Fika ibu bersalin
Saumi primigravida dan
Pringsewu Sampel diambil dengan
tahun 2016 teknik purposive.
3. Judul : Efektivitas Untuk Rancangan penelitian Hasil penelitian uji
Endorphin mengetahui ini adalah Quasi Wilcoxon diperoleh
Massageterhadap efektivitas Eksperimental dengan nilai p < 0,05 (0,003)
Tingkat endorphin Pre And Post Test artinya ada efektivitas
Kecemasanibu massage Without Control. endorphin massage
Bersalin Primipara terhadap Sampel dalam terhadap tingkat
Kala 1 Fase Aktif tingkat penelitian ini adalah 20 kecemasan ibu
Penulis : Tuti kecemasan ibu ibu primipara aktif fase primipara aktif. fase I.
Meihartati, Siti hamil primipara I dengan teknik
Mariana fase I aktif. Purposive Sampling.
14
4.
5.

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Asuhan kebidanan yang digunakan mengacu pada keputusan menteri kesehatan
Republik Indonesia no 4 Tahun 2019 : Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang
memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan normal.
Menurut (Varney, 2007) proses manajemen kebidanan terdiri atas langkah-langkah
berikut ini :
1. Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk melengkapi evaluasi
ibu dan bayi baru lahir.
Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk
mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan
keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah
semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi
baru lahir. Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru
lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapatkan konsultasi dokter
sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi. Pada waktu tertentu, langkah satu tumpang
tindih dengan langkah 5 dan langkah 6 (atau menjadi bagian dari sebuah alur berkelanjutan)
karena upaya memperoleh data tambahan dari uji laboratorium atau penelitian diagnosis lain
dapat merupakan bagian dari rencana.
2. Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosis dan kebutuhan perawatan kesehatan
akurat berdasarkan perbaikan intervensi data yang benar.
Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasikan data untuk kemudian
diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang
diidentifikasi khusus. Masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat didefenisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang mneyeluruh. Masalah seringkali

15
berkaitan dengan bagaimana ibu mengahadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering
kali bisa dididentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam menangani masalah.
3. Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang terjadi lainnya, yang dapat menjadi tujuan yang
diharapkan, karena telah masalah atau diagnosis yang diidentifikasi
Langkah katiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan
masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika
memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan
yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberikan
keperawatan kesehatan yang aman.
4. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi bidan/dokter yang dibutuhkan
dengan segera, serta manajemen kalaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses pelaksanaan, yang
tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodi, tetapi juga
saat bidan melakukan perawtan berkelanjutan bagi pasien.
5. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh, didukung oleh
penjelasan rasional yang valid, yang mendasari keputusan yang dibuat dan didasarkan pada
langkah-langkah sebelumnya
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh
ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasikan baikpada saat ini maupun yang
dapat diantisipasiserta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi
data dasar.
6. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan yang efisien dan aman
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh.
Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu
atau orang tua, bidan atau anggota tim kesehatan lain.
7. Mengevaluasi efekttivitas perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah kembali dengan
tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui proses penatalaksanaan diatas.

16
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksakan apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan
ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun
kebutuhan perawatan kesehatan.
Asuhan Kebidanan Terfokus
a. Pengkajian. Kriteria pengkajian :
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik,
riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya)
3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang)
b. Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan. Kriteria perumusan diagnosa dan atau
masalah :
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan
c. Perencanaan. Kriteria perencanaan :
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan
segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence
based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas
yang ada
d. Implementasi. Kriteria implementasi :
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya
(informed consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privasi klien atau pasien
17
6) Melaksanakan prisip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan seusuai stamdar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
e. Evaluasi. Kriteria evaluasi :
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai kondisi klien atau pasien
f. Pencatatan asuhan kebidanan. Keriteria pencatatan asuhan kebidanan :
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang bersedia
(rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
6) P adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipatik,tindakan segera, tindakan secara komprehensif
;penyuluhan,dukungan,kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

Pengkajian data Fokus pada asuhan Persalinan


1. Data Subjektif
Biodata, Riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat kesehatan pasien,
mulainya tanda persalinan (blood show), HPHT dan TP, masalah prenatal
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum, terdiri dari : Keadaan Umum, TTV: TD, S, N, RR, BB, TB
b. Pemeriksaan Obstetri :
Inspeksi : His/kontraksi, gerakan janin, Jaringan parut pada abdomen edema
ekstremitas
Palpasi : Menurut Leopold I – IV/ Ahfield/Buddin
18
Auskultasi: DJJ , Punctum Maksimum
Perkusi : Refleks patella
c. Periksa Dalam: Pemeriksaan Pelvik, penipisan dan pembukaan serviks, posisi
servik, blood show, stasiun molding dan kaput suksadenium, (letak, presentasi,
posisi dan variasi), ketuban
3. Menetapkan Diagnosa, Masalah dan kebutuhan :
Menentukan Inpartu/belum( pembukaan cervik), presentasi janin, penurunan
bagian terendah dalam panggul.
Masalah : nyeri perut bagian bawah, ketidaknyamanan
Kebutuhan : Makan dan minum, support keluarga
4. Diagnosa potensial
5. Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter agar
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
6. Perencanaan Asuhan kebidanan :

Asuhan kebidanan pada kala I persalinan menurut Varney (2007) yaitu:


a. Diagnosis banding persalinan
b. Pelaksanaan persalinan palsu dan persalinan dini
c. Evaluasi awal terhadap ibu dan janin dalam persalinan
d. Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin yang kontinu
e. Evaluasi dan fasilitasi kemajuan persalinan yang kontinu
f. Perawatan tubuh dan perawatan pennunjang untuk ibu dan orang terdekat
lain/keluarga/teman-teman
Asuhan kebidanan pada kala II persalinan menurut Varney (2007) yaitu:
a. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu
b. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin
c. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan
d. Perawatan tubuh wanita
e. Asuhan pendukung untuk wanita dan orang terdekatnya serta keluarga
19
f. Peindaian kontinu tanda dan gejala komplikasi pada ibu dan janin
g. Persiapan kelahiran
h. Penatalaksanaan kelahiran
i. Pembuatan keputusan penataklaksanaan untuk kala II persalinan
Perencanaan persalinan kala II mencakup :
a. Frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital wanita (TD,Denyut nadi dan suhu)
b. Frekuensi pemeriksaan DJJ
c. Apakah mendukung usaha wanita untuk mendorong
d. Lokasi melahirkan
e. Kapan mempersiapkan kelahiran
f. Posisi wanita untuk melahirkan
g. Apakah wanita perlu dikateterisasi segera sebelum melahirkan
h. Apakah perlu menyokong premium, dan apabila perlu, bagaimana
i. Apakah perlu melakukan episiotomy
j. Jika diputuskan untuk melakukan episiotomy, jenis episiotomy apa yang
digunakan
k. Jenis analgesia/anastesia
l. Apakah akan melahirkan kepala bayi ketika kontraksi atau di antara kontraksi
m. Apakah akan menggunakan perasat ritgen
n. Kapan menjepit dengan dengan klem atau memotong tali pusat
o. Apakah perlu berkonsultasi atau berkolaborasi dengan dokter
Asuhan kebidanan pada kala III persalinan menurut Varney (2007) yaitu:
a. Lindungi uterus dengan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan
masase uterus segera setelah pelepasan plasenta
b. Jangan melakukan masase uterus sebelum pelepasan plasenta
c. Jangan mendorong tali pusat sebelum plasenta lepas
d. Jangan mencoba melahirkan plasenta sebelum pelepasan lengkap kecuali pada
kondisi darurat perdarahan kala tiga
e. Mendiagnosa pelepasan plasenta
f. Skrining tanda dan gejala perdarahan kala III
Asuhan kebidanan pada kala IV persalinan menurut Varney (2007) yaitu:
20
a. Konsistensi uterus
b. Potensial untuk relaksasi uterus
c. Menilai kelengkapan plasenta
d. Menilai status kandung kemih
e. Memantau konsistensi uterus dan aliran lokia
f. Menilai kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai pemberian ASI

21
Asuhan Persalinan Normal

Pengkajian
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan (fisik umum, obstetri,
laboratorium, periksa dalam
3) Pemeriksaan penunjang (ultrasonografi)

1. Membuat keputusan kilinik


2. Asuhan sayang ibu
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan (dokumentasi)
5. Rujukan

Kala I Kala II Kala III Kala IV


1. Batasan 1. Batasan 1. Fisiologi kala III Asuhan dan
2. Fase-fase dalam 2. Persiapan 2. Manajemen aktif pemantauan kala IV:
kala I penolong kala III
3. Anamnesis 1. Memperhatikan
persalinan
Pemeriksaan fisik kehilangan darah
4. Pengenalan dini
3. Penatalaksanaan
fisiologis kala II 2. Memeriksa kondisi
terhadap masalah perineum
dan penyulit 4. Menolong
5. Persiapan asuhan kelahiran bayi 3. Pencegahan infeksi
persalinan 5. Pemantauan kala IV
6. Partograf selama kala II 4. Pemantauan
persalinan keadaan umum ibu

Persiapan
persalinan
Normal Patologi Patologi

Penalaksan Rujuk
aan kala II Rujuk

22
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI: 2014. AsuhanPersalinan Normal.Jakarta :JNPK-KR

DinkesProvinsi Jambi. 2019. ProfilKesehatanProvinsi Jambi. Jambi :Dinkes Prov. Jambi

FK UNPAD. 2016. Obstetri Fisiologi. Bandung: UNPAD

Frase M. D. Myles Buku Ajaran Bidan, 2019. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Kemenkes RI, 2020. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI, 2018. Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes
RI

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk, 2019. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC

Rahmawati. 2012. Dasar-dasar Kebidanan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Varney, H., Kriebs, J. M., dan Gegor, C. L. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney Edisi
2. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai