LP - Persalinan Lusi
LP - Persalinan Lusi
DOSEN PEMBIMBING
EVRINA SOLVIA SOLEH, M.Keb
DISUSUN OLEH :
LUSIATUN
PO71242220013
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Hidayat, 2012:1).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dari kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (varney, 2008:672). Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
waktu 18-24 jam, tampa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Sumarah, 2010:2).
Persalinan adalah psoses dimana bayi, pleasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan dan pembukaan serviks (JNPK-KR,
2014:1).
Persalinan adalah proses fisiologis yang harus dialami oleh setiap wanita yang hamil
dan, ini adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan
kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri yang
membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif, mengalami persalinan yang lebih
lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan
sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri (Adriana, 2012:134).
2. Tahapan Persalinan
Menurut Hidayat (2012:2) tahapan dalam persalinan adalah sebagai berikut:
1
a. Kala I atau kala pembukaaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan
lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase: fase laten (pembukaan serviks 1-3 cm-dibawah 4 cm)
membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif (pembukaan serviks 4-10cm atau lengkap),
membutuhkan waktu 6 jam.
b. Kala II atau kala pengeluaran: dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini
biasanya berlansung 2 jam pada primi para dan 1 jam pada multipara
c. Kala III atau kala uri dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlansung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala IV atau kala pengawasan: kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum
3. Tanda-tanda persalinan
Menurt Padila (2014:54) dibawah ini adalah tanda-tanda persalinan yaitu sebagai
berikut:
a. Tanda permulaan persalinan
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena
kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan
2) Perut kelihatan lebih melebar dan perut turun
3) Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih ditekan oleh bagian
terbawah janin
4) Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
5) Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus
6) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (Bloody Show).
7) Tanda In-partu
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil dari
serviks
3) Dapat disertai ketuban pecah dini
4) Pada pemiriksaan dalam, serviks mendatar dan menjadi pembukaan serviks
2
4. Fisiologi Persalinan Normal
Menurut Prawirohardjo (2010:297-309) fisiologi persalinan normal adalah sebagai
berikut :
a. Fase-fase persalinan normal. Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya
kontraksi-kontraksi uterus yang menyebabkan penyisipan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir.
b. Tiga kala persalinan. Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I
persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan
durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif.
Kala I persalinan stau persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar
10 cm) sehingga memungkinkan kapala janin lewat. Kala II persalinan disebut sebagai
stadium ekspulsi janin.
c. Diferensiasi aktivitas uterus. Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua
bagian yang berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal
ketika persalinan berlangsung.
d. Perubahan bentuk uterus. Setiap kontraksi mengahsilkan pemanjangan uterus berbentuk
ovoid disertai pengurangan diameter horizontal.
e. Gaya-gaya tambahan pada persalinan. Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling
penting pada proses ekspulsi janin adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan
intraabdominal ibu yang meninggi.
f. Perubahan-perubahan pada serviks. Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah
kontraksi uterus, yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatis keseluruh
selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
g. Pendataran serviks. Obliterasi dan pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks
dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas.
h. Dilatasi serviks. Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks
merupakan darah yang resistensinya lebih kecil.
i. Pola penurunan janin. Pada banyak nulipara, masuknya bagian kepala janin ke pintu atas
panggul telah tercapai sebelum persalinan mulai, dan penurunan janin lebih jauh tidak
akan terjadi sampai awal persalinan.
3
j. Kriteria persalinan normal. Perjalanan persalinan yang secara fungsional dibagi
berdasarkan kurva harapan evolusi dilatasi dan penurunan menjadi bagian persiapan
meliputi fase laten dan akselerasi, bagian pembukaan meliputi fase lereng dilatasi
maksimum, dan bagian panggul mencakup fase deselarasi dank ala II bersamaan dengan
fase lereng maksimum penurunan bayi.
k. Ketuban pecah. Ketuban pecah secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan aktif.
l. Perubahan pada vagina dan dasar panggul. Jalan lahir dikosong dan secara fungsional
ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang bersam-sama membentuk dasar panggul.
m. Pelepasan plasenta. Kala III persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan
pelepasan dan ekspulsi plasenta,
n. Pemisahan amniokorion. Pengukuran besar-besaran luas permukaan rongga uterus secara
bersamaan memnyebabkan membrane janin (amniokorion) dan desidua parietalis terlepas
menjadi lipatan yang banyak sekali dan menambah ketebalan lapisan tersebut dari kurang
dari 1 mm meng=jadi 3 mm sampai 4 mm.
o. Ekstriusi plasenta. Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang
diberikan kepadanya oleh dinding uterus menyebabkan organ inin menggerlincir turun
menuju ke segmen bawah uterus atau sebagian atas vagina.
p. Mekanisme ekstrusi plasenta. Bila menjadi pemisahan plasenta tipe sentral, atau tipe biasa
hematoma tetroplasenta dipercaya mendorong plasenta menuju ke rongga iterus, pertama
bagian tengah dan kemudian sisanya.
5. Mekanisme Persalinan
Menurut Cuningham (2014:392) mekanisme persalinan adalah sebagai berikut :
a. Letak janin
Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan istilah letak
janin yang terbagi menjadi memanjang atau melintang.
b. Presentasi janin
Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah didalam maupun
dibagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat dirasakan melalui serviks pada
pemeriksaan vagina, maka, pada letak memanjang, bagian yang terpresentasi adalah
4
kepala atau bokong janin, sehingga disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan
bokong.
c. Postur atau sikap janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur khusus yang
disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin membentuk masa ovoid yang secara
kassar sesuai dengan membentuk rongga rahim.
d. Posisi janin
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai bagain
presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir. Dengan demikian, masing-
masing presentasi dapat memiliki dua posisi kanan atau kiri.
e. Variasi presentasi dan posisi
Untuk orientasi yang lebih akurat, perlu diketahui hubungan antara bagian yang
terpresentasi terhadap bagian anterior, transversal, atau posterior pelvis maternal.
7
Curah jantung meningkat selama kala I dan kala II persalinan.Peningkatan ini
dapat mencapai 20% dan 50%.Hal ini terjadi akibat kembalinya darah uterus ke
sirkulasi maternal yang berjumlah sekitar 250-300 ml pada setiap kontraksi.Nyeri,
kekhawatiran dan ketakutan dapat menyebabkan respons simpatis sehingga curah
jantung dapat menjadi lebih besar. Kedua sistem tersebut dipengaruhi oleh pelepasan
katekolamin. Adrenalin (epinefrin) yang terdiri atas 80% katekolamin, memiliki efek
mengurangi aliran darah uterus yang pada gilirannya akan menyebabkan penurunan
aktivitas uterus (Fraser dan Cooper, 2009).
4. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yakni akut dan kronis. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak
melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan teganngan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang cukup lama yaitu lebih dari enam bulan. Hal yang termasuk dalam nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikomatis. Ditinjau dari
sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori diantaranya nyeri
tertusuk dan nyeri terbakar.
Tabel 2.1
Perbedaan nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Skala nyeri
9
2 : Tidak Nyaman 2 : Nyeri Sedang 2 : Nyeri Sedang
3 : Mengganggu 3 : Nyeri Parah 3 : Nyeri Parah
4 : sangat Mengganggu 4 : Nyeri Sangat Parah
2. Waktu Pijatan
Pijatan ini boleh dilakukan pada saat umur kehamilan lebih dari 36 minggu,
dengan alasan, karena hormon oksitosin yang keluar bisa merangsang timbulnya
kontraksi, boleh dilakukan pula saat persalinan dan nifas. Teknik endorphin massage ini
juga sangat mendukung teknik relaksasi yang dalam dan membantu membentuk ikatan
antara ibu, suami dan janin dalam kandungannya (Aprilia, 2011:114).
12
Gambar 2.3 Massage Endorphin
13
C. Evidance Base Midwifery tentang Pijatan Endorphin
Metode/Populasi/
Judul, Penulis,
No Tujuan Sampel/ Hasil
Tahun
Teknik Penelitian
1. Literature Review: Untuk Desain yang diterapkan Setelah melakukan
Penggunanaan menelaah pada studi ini adalah pengkajian dari semua
Teknik keampuhan study literatur review, jurnal yang peneliti
Endorphine pijat endorphin peneliti menemukan kaji memperoleh hasil
Message Terhadap sebagai tentang efektifitas pijat yang sama yaitu pijat
Penurunan Nyeri penurun rasa endorphin sebanyak endorphin begitu
Persalinan Pada nyeri saat (n=20) jurnal setelah ampuh sebagai salah
Ibu Bersalin Kala I proses memasukkan kriteria satu alternatif untuk
Penulis : Lea persalinan inklusi dalam penelitian menurunkan rasa nyeri
Ingne Reffita, ini artikel yanng bisa persalinan untuk
Ummi Halfida, dipakai sebanyak wanita hamil yang
Mohammad Eko (n=10) artikel. sedang dalam proses
Pranoto persalinan kala I.
Tahun : 2022
2. Judul : Pengaruh Penelitian ini Penelitian ini Ada pengaruh pijat
Pijat Endorphin bertujuan untuk menggunaan jenis endorphin (endorphin
(Endorphin diketahuinya penelitian bersifat massage) terhadap
Massage) pengaruh pijat quasieksperimen intensitas nyeri kala I
Terhadap endorphin dengan desain pre dan pada ibu primipara di
Intensitas Nyeri (endorphin post tes. Penelitian bidan praktek mandiri
Kala I Pada Ibu massage) dilakukan di BPM Fika fika saumi pringsewu
Primipara terhadap Saumi dan waktu tahun 2016
Penulis : Fitriana intensitas nyeri penelitian dilaksanakan
Fitriana, Nopi kala I pada ibu dari bulan April - Juni
Anggista Putri primipara di 2016. Populasi dalam
Tahun : 2017 Bidan Praktek penelitian ini seluruh
Mandiri Fika ibu bersalin
Saumi primigravida dan
Pringsewu Sampel diambil dengan
tahun 2016 teknik purposive.
3. Judul : Efektivitas Untuk Rancangan penelitian Hasil penelitian uji
Endorphin mengetahui ini adalah Quasi Wilcoxon diperoleh
Massageterhadap efektivitas Eksperimental dengan nilai p < 0,05 (0,003)
Tingkat endorphin Pre And Post Test artinya ada efektivitas
Kecemasanibu massage Without Control. endorphin massage
Bersalin Primipara terhadap Sampel dalam terhadap tingkat
Kala 1 Fase Aktif tingkat penelitian ini adalah 20 kecemasan ibu
Penulis : Tuti kecemasan ibu ibu primipara aktif fase primipara aktif. fase I.
Meihartati, Siti hamil primipara I dengan teknik
Mariana fase I aktif. Purposive Sampling.
14
4.
5.
15
berkaitan dengan bagaimana ibu mengahadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering
kali bisa dididentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam menangani masalah.
3. Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang terjadi lainnya, yang dapat menjadi tujuan yang
diharapkan, karena telah masalah atau diagnosis yang diidentifikasi
Langkah katiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan
masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika
memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan
yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberikan
keperawatan kesehatan yang aman.
4. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi bidan/dokter yang dibutuhkan
dengan segera, serta manajemen kalaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses pelaksanaan, yang
tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodi, tetapi juga
saat bidan melakukan perawtan berkelanjutan bagi pasien.
5. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh, didukung oleh
penjelasan rasional yang valid, yang mendasari keputusan yang dibuat dan didasarkan pada
langkah-langkah sebelumnya
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh
ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasikan baikpada saat ini maupun yang
dapat diantisipasiserta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi
data dasar.
6. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan yang efisien dan aman
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh.
Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu
atau orang tua, bidan atau anggota tim kesehatan lain.
7. Mengevaluasi efekttivitas perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah kembali dengan
tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui proses penatalaksanaan diatas.
16
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksakan apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan
ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun
kebutuhan perawatan kesehatan.
Asuhan Kebidanan Terfokus
a. Pengkajian. Kriteria pengkajian :
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik,
riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya)
3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang)
b. Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan. Kriteria perumusan diagnosa dan atau
masalah :
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan
c. Perencanaan. Kriteria perencanaan :
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan
segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence
based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas
yang ada
d. Implementasi. Kriteria implementasi :
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya
(informed consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privasi klien atau pasien
17
6) Melaksanakan prisip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan seusuai stamdar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
e. Evaluasi. Kriteria evaluasi :
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai kondisi klien atau pasien
f. Pencatatan asuhan kebidanan. Keriteria pencatatan asuhan kebidanan :
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang bersedia
(rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
6) P adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipatik,tindakan segera, tindakan secara komprehensif
;penyuluhan,dukungan,kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
21
Asuhan Persalinan Normal
Pengkajian
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan (fisik umum, obstetri,
laboratorium, periksa dalam
3) Pemeriksaan penunjang (ultrasonografi)
Persiapan
persalinan
Normal Patologi Patologi
Penalaksan Rujuk
aan kala II Rujuk
22
DAFTAR PUSTAKA
Frase M. D. Myles Buku Ajaran Bidan, 2019. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI, 2020. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI, 2018. Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes
RI
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk, 2019. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney, H., Kriebs, J. M., dan Gegor, C. L. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney Edisi
2. Jakarta: EGC
23