Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah pross di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus ibu, persalinan di anggap normal jika proses nya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan tanpa di sertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan

lahirnya plasenta secara lengkap (Maryunani, 2016: 37).

2. Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan ada 3 yaitu Maryunani (2016: 38) :

a. Persalinan Spontan

Bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri Maryunani

(2016: 38) .

b. Persalinan Buatan

Bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar Maryunani (2016:

38).

c. Persalinan Anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan

jalan pemberian rangsang Maryunani (2016: 38).

10
11

3. Tanda Persalinan

Persalinan di mulai bila ibu sudah dalam inpartu menyebabkan perubahan pada

serviks membuka, dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Tanda dan gejala

menjelang persalinan antara lain:perasaan distensi berkurang (linghtening),

perubahan serviks, persalinan palsu, ketuban pecah, blood show, lonjakan energy,

gangguan pada saluran cerna (Hidayat Asri, Sujiyatini, 2015:3).

Linghtening yang mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan,

adalah penurunan bagian presentasi kedalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik

kepala bayi biasanya engaged linghtenging menyebabkan tinggi fundus uteri

menurun ke posisi yang sama dengam posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan,

pada kondisi bidan tidak dapat melakukan pemeriksaan ballottement terhadap

kepala janin yang sebenarnya dapat digerakkan palpasi abdomen (Hidayat Asri,

Sujiyatini, 2015:3).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Hidayati Asri, Sujiyatini, 2015:12), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persalinan diantaranya :

a. Power

Power yang mendorong anak adalah menurut Hidayati Asri, Sujiyatini

(2015:12):

1) His adalah kontraksi otot rahim pada persalinan, his persalinan yang

menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks terdiri dari his pembukaan,

his pengeluaran dan his pelepasan uri, his pendahuluan tidak berpengaruh

terhadap serviks.
12

2) Tenaga mengejan diantaranya kontraksi otot dinding perut, kepala didasar

panggul merangsang mengejan dan yang paling efektif saat kontraksi.

b. Passage/panggul

Menurut Hidayati Asri, Sujiyatini (2015:12):

1) Bagian-bagain tulang panggul

a) Dua Os Coxae

b) Os ischium

c) Os pubis

d) Os illium

2) Bagian pelvis minor

a) Pintu atas panggul

b) Cavum pelvis

c) Pintu bawah panggul

3) Bidang panggul

a) Pintu atas panggul

b) Bidang luas panggul

c) Pintu bawah panggul

d) Bidang sempit panggul

c. Passage / Fetus

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari faktor

passage adalah menurut Hidayati Asri, Sujiyatini (2015:13) :


13

1) Presentasi janin da bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir

seperti (presentasi kepala, vertex, muka, dahi) presentasi bokong dan

presentasi bahu).

2) Sikap janin

3) Posisi janin

4) Bentuk ukuran kepala janin menentukan kemampuan kepala untuk melewati

jalan lahir.

5. Sebab yang Menimbulkan Persalinan

Menurut (Utami Istri, Enny Fitriahadi, 2019:12-14), Hormon yang dominan

pada saat kehamilan yaitu :

a. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti langsangan oksitosin, rangsangan

prostaglandin dan rangsangan mekanis.

b. Progesterone

Fungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin,

rangsangan mekanik, dan menyebabkan otot Rahim dan otot polos relaksasi.

Pada kehamilan, kedua hormone tersebut berada dalam keadaan yang seimbang

sehingga kehamilan dapat dipertahankan, perubahan keseimbangan kedua

hormone tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipose parst

posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton hicks. Dengan


14

demikian dapat dikemungkinkan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya

proses persalinan.

1) Teori keregangan

Otot Rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,

setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan

dapat dimulai, keadaan uterus yang mulai membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor

yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta

mengalami degenerasi.

2) Teori penurunan progesterone

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi

penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan

buntu. Villi kariales mengelami perubahan-perubahan dan produksi

progenteron mengalami penurunan, sehingga otot Rahim lebih sensitive

terhadap oksitosin. Akibatnya otot Rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesterone tertentu.

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar Hipose parst posterior, perubahan

keseimbangan ekstrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot

Rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton hicks. Menurunnya

konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat

meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.


15

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,

yang dikeluarkan oleh desidua pemberian prostaglandin pada saat hamil

dapat menimbulkan kontraksi otot Rahim sehingga terjadi persalinan.

Prostaglandin dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

5) Teori hipotalamus pituitary dan glandula suprarenaalis

Teori ini dapat menunjukan kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus, teori ini

dikemukakan oleh Linggin (1973), malpar tahun 1933 mengankat otak

kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih lama.

Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi

persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan

antara hipotalamus pituitary dengan mulainya persalinan. Glandulasu

prerenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

6) Teori berkurangnya nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hippokrates untuk

pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka konsepsi akan

segera dikeluarkan.

7) Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang

terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraks uterus

dapat dibangkitkan.
16

6. Kebutuhan Dasar Persalinan

Menurut (Hidayat Asri, Sujiyatini, 2015:32).

a. Nutrisi dan cairan

Makanan bergizi harus dipersiapkan sebelum seorang ibu berencana

hamil, sehingga pada saat hamil dan persalinan badan sudah terkondisikan

dengan sangat baik untuk pertumbuhan janin dan sesudahnya. Gizi pada ibu

menyusui sangat penting untuk produksi air susu yang sangat dibutuhkan untuk

tumbuh kembang bayi, kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada

kandung nutrisi air susu dan jumlah nutrisi penghasil air susu, ibu menyusui

disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal, kebutuhan kalori ini

lebih tinggi bila disbanding saat kehamilan. Kandung kalori air susu ibu rata-

rata yang dihasilkan ibu untuk nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira

85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang I hasilkan, rata-rata ibu

menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari

selam 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu normal. Kebutuhan nutrient ibu

menyusui meliputi :

1) Protein : ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika

menyusui, jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan

2) Cairan : nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan,

dianjurkan ibu menyusui minum 2 – 3 liter perhari, dalam bentuk air putiih,

susu dan jus buah

3) Vitamin dan mineral : kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui

lebih tinggi dari pada selam hamil.


17

b. Dukungan persalinan

Mengurangi nyeri persalinan dan memberi kenyamanan dalam bentuk

yang sederhana, efektif, murah, resiko rendah, kemajuan persalinan bertambah

baik, hasil persalinan bertambah baik dam bentuk metode-metode dukungan

persalinan yaitu : Asuhan dan dukungan bagi ibu, orang yang memberi

dukungan persalinan, mengatur posisi, latihan relaksasi dan pernafasan,

istirahat dan privasi, penjelasan proses dan kemajuan prosedur, asuhan fisik-

perwatan mulut, hydrotherapi, lingkungan bersih dan kering, handuk lembab,

kipas tangan dan sentuhan untuk metode dukungan persalinan, diantaranya :

1) Mengurangi nyeri pada sumber nyeri dan mengurangi reaksi negative

emosional.

2) Mengurangi nyeri pada sumber nyeri, posisi dan pergerakan, posisi yang

menyenangkan, megubah posisi seperlunya, tekanan yang berlawanan,

meredakan ketegangan pada ligament sacroiliaka, penekanan pada pinggul

pada kedua sisi, penekanan pada kedua lutut, mengurangi ketegangan pada

ligament sacroiliaka.

3) Memberi perangsang alternative yang kuat untuk mengurangi rasa sakit,

kompres panas, kompres dingin, sentuhan dan pijitan, ringan dengan

remasan, pijitan melingkar yang dalam, mengurut

4) Mengurangi reaksi negative emosional dan atau reaksi fisik wanita terhadap

rasa sakit
18

5) Mempertahankan kehadiran pendamping persalinan, kehadiran seorang

pendamping fisik dan emosional, kehadiran pendamping persalinan

bermanfaat bagi ibu dan bayi dalam proses persalinan.

B. Air Susu Ibu

1. Definisi Air Susu Ibu

Air susu ibu merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garamgaram anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae ibu dan

berguna sebagai makanan bayi. Air susu ibu adalah suatu emulsi lemak dalam

larutan protein, laktose, dan garam organikyang disekresi oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu, sebagai makan utama bagi bayi (Ambarwati, 2015:29).

Air susu ibu adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu

melalui proses menyusui. Air susu ibu merupakan makanan yang telah

disiapkan untuk calon bayi saat ia mengalami kehamilan. Air susu ibu

mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang

dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapi,

kerbau, atau kambing (Khasanah, 2013:41).

2. Macam Air Susu Ibu

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar, berwarna

kekuning-kuningan. Banyak mengandung protein, antibody,

immunoglobulin. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang


19

tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi pada hari pertama kelahiran (Maryunani, 2015:23).

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini

disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat

pasca persalinan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,

vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada air

susu ibu matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan

laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobin yang digunakan

sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur

dan parasit. Meskipun kolostrum yang kelaur sedikit menurut ukuran

kita,tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas

lambung bayi yang berusia 1–2 hari. Volume kolostrum antara 150–300

ml/24 jam (Maritalia, 2014:52).

b. Air Susu Ibu Peralihan

Air Susu Ibu yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi air

susu ibu yang matang/matur. Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah

sebagai berikut:

1) Peralihan air susu ibu dari kolostrum sampai menjadi air susu ibu yang

matur.

2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Teori lain,

mengatakan bahwa air susu ibu matur baru terjadi pada minggu ke-3

sampai dengan minggu ke-5.


20

3) Kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi, dan kadar

protein mineral lebih rendah serta mengandung lebih banyak kalori

daripada kolostrum.

4) Volume air susu ibu juga akan makin meningkat dari hari ke hari

sehingga pada waktu bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi kurang

lebih 800 ml dalam sehari (Astutik, 2014:30).

c. Air Susu Matur

Menurut Haryono dan Setianingsih (2019:40) cairan yang berwarna putih

kekuningan, mengandung semua nutrisi. Terjadi pada hari ke 10 sampai

seterusnya. Ciri dari susu matur adalah. sebagai berikut :

1) Air susu ibu yang disekresikan pada hari ke 10 dan seterusnya.

Komposisi relatif konstan. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa

minggu ke 3 sampai 5 air susu ibu komposisinya baru konstan.

2) Pada ibu yang sehat, produksi air susu ibu untuk bayi akan tercukupi.

Hal ini dikarenakan air susu ibu merupakan makanan satu-satunya

yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia enam bulan.

3) Cairan berwarna putih kekuning - kuningan yang diakibatkan warna

dari garam Ca-caseinant, riboflavin, dan karoten yang terdapat di

dalamnya.

4) Air susu ibu tidak menggumpal jika dipanaskan.

5) Terdapat faktor antimicrobial.

6) Interferon producing cell.


21

7) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah, dan adanya

faktor bifidus.

3. Kandungan Air Susu Ibu

Air susu ibu merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik, dan kompleks

dengan komponen imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. Air susu

ibu mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang

mendapat cukup air susu ibu tidak perlu mendapat tambahan air walaupun

berada di tempat sushu udara panas. Selain itu, berbagai komponen yang

terkandung dalam air susu ibu anatara lain:

a. Protein

Kadar protein didalam air susu ibu tidak terlalu tinggi namun

mempunyai peranan yang sangat penting. Di dalam air susu ibu protein

berada dalam bentuk senyawa- senyawa sederhana, berupa asam amino.

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat penting

selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini pertumbuhan

bayi paling cepat. Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang

untuk pertumbuhan bayi. Air susu ibu mengandung total protein lebih

rendah tetapi lebih banyak protein yang halus, lembut dan mudah dicerna.

Komposisi inilah yang membentuk gumpalan lebih lunak yang mudah

dicerna dan diserap oleh bayi (Haryono dan Setianingsih, 2019).

Protein air susu ibu disusun terbesar ole laktalbumin, laktalglobulin,

lactoferrin, dsb yang digunakan untuk pembuatan enzim anti bakteri. Rasio

protein air susu ibu adalah 60:40 sedangkan rasio protein susu sapi hanya
22

20 : 80. Air susu ibu mengandung asam amino essential taurin yang tinggi,

kadar metiolin, tirosin, dan fenilalanin air susu ibu lebih rendah dari susu

sapi akan tetapi kadar sistin jauh lebih tinggi. Kadar poliamin dan

nukleotid yang penting untuk sintesis protein (Sitepoe, 2013:29).

b. Lemak

Lemak air susu ibu adalah komponen yang dapat berubah-ubah

kadarnya kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori

untuk bayi yang sedang tumbuh. Merupakan sumber kalori utama yang

terkandung di dalam air susu ibu. Meskipun kadarnya di dalam air susu ibu

cukup tinggi, namun senyawa lemak tersebut mudah diserap oleh saluran

pencernaan bayi yang belum berkembang secara sempuurna. Hal ini

disebabkan karena lemak didalam air susu ibu merupakan lemak yang

sederhana struktur zatnya tidak bercabang sehingga mudah melewati

saluran pencernan bayi yang belum berfungsi secara optimal. Air susu ibu

yang pertama kali keluar disebut susu mula (foremilk). Cairan ini kira-kira

mengandung 1–2% lemak dan tampak encer. Air susu ibu berikutnya

disebut susu belakang (hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit

tiga seperempatkali lebih banyak dari susu formula. Cairan ini memberikan

hampir seluruh energi (Haryono dan Setianingsih, 2019:39).

c. Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam air susu ibu.

Kandungan laktosa dalam air susu ibu lebih banyak dibandingkan dengan

susu sapi. Laktosa ini jika telah berada di dalam saluran pencernaan bayi
23

akan dihidrolisis menjadi zat yang lebih sederhana yaitu glukosa dan

galaktosa). Kedua zat inilah yang nanti akan diserap oleh usus bayi, dan

sebagai zat penghasil energi tinggi. Selain merupakan sumber energi yang

mudah dicerna, beberapa laktosa diubah menjadi asam laktat, asam ini

membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan

membantu dalam penyerapan kalsium dan mineral lainnya (Haryono dan

Setianingsih, 2019:44).

d. Mineral

Air susu ibu mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya

relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar kalsium,

natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah dibandingkan

dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi bahkan mudah diserap tubuh. Kandungan mineral pada

susu sapi memang cukup tinggi, tetapi hal tersebut justru berbahaya karena

apabila sebagian besar tidak dapat diserap maka akan memperberat kerja

usus bayi dan akan mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan.

Jenis mineral essensial (vital) lain yang terkandung di dalam air susu ibu,

yaitu senyawa seng. Senyawa ini dibutuhkan oleh tubuh bayi untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan (karena senyawa yang

berperan sebagai katalisator (pemacu) pada proses-proses metabolisme

didalam tubuh.mineral seng juga berperan dalam pembentukan antibodi,

sehingga meningkatka imunitas tubuh bayi dari penyakit-penyakit tertentu

(Haryono dan Setianingsih, 2019:40).


24

e. Vitamin

Vitamin dalam air susu ibu dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C

cukup, sedangkan golongan vitamin B kurang. Selain itu vitamin yang

terkandung di dalam air susu ibu meliputi Vitamin E, vitamin K, karoten,

biotin kolin, asam folat, inositol, asam nikotinat (niasin), asam pathotenat,

prodoksin, riboflavin, thiamin dan sianokobalamin (Haryono dan

Setianingsih, 2019:41).

4. Manfaat Air Susu Ibu

Menurut Maryunani (2015:28) pemberian air susu ibu secara eksklusif yaitu,

tidak dicampur apa pun selama 6 bulan, memberikan banyak manfaat antara

lain:

a. Manfaat air susu ibu bagi bayi

1) Kesehatan Kandungan antibodi yang terdapat dalam air susu ibu tetap

paling baik sepanjang masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat air

susu ibu eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak

mendapat air susu ibu. Air susu ibu juga dapat menghindari anak dari

bungsu lapar sebab komponen gizi air susu ibu paling lengkap,

termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan zat penting

lainnya (Maryunani, 2015:28).

2) Kecerdasan lemak pada air susu ibu adalah lemak tak jenuh yang

mengandung omega 3 untuk pematangan sel otak sehingga jaringan


25

otak bayi yang mendapat air susu ibu eksklusif akan tumbuh optimal

dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih

cerdas dan terhindar dari kerusakan sel saraf otak.

3) Memberi rasa nyaman dan aman hubungan fisik ibu dan bayi bak

untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang

mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih

baik.

4) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang

mendapatkan air susu ibu mempunyai kenaikan berat yang baik setelah

lahir. Pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi

kemungkinan obesitas.

b. Manfaat Memberikan air susu ibu bagi Ibu, Khasanah (2013:33):

1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post anteriorvhipofise mengeluarkan prolaktin.

Proklatin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya

tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian air susu ibu

memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan

pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya air susu ibu saja dan

belum terjadi menstruasi (Khasanah, 2013:33).

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus


26

dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaaan

haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi

prevalensi anemia defiensi besi (Khasanah, 2013:33).

3) Aspek penurunan berat badan.

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat

kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Dengan

menyusui tubuh akan menghasilkan air susu ibu lebih banyak lagi

sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga

akan terpakai (Khasanah, 2013:33).

4) Mengurangistres dan kegelisahan

Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon

ini berguna untuk mengurangi stress yang dialami sehingga ibu yang

menyusui akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan

lebih banyak hal positif lainnya (Khasanah, 2013:33).

5) Praktis dan tidak merepotkan

Bila bayi diberi air susu ibu, ibu tidak perlu repot mempersiapkan

alat-alat dan membuat minuman bayi, serta tidak perlu pergi ke toko

untuk membeli susu formula. Air susu ibu selalu tersedia dan ketika

bayi ingin menyusui langsung dapat diberikan tanpa ribet

mempersiapkan susu botol (Khasanah, 2013:33).

5. Pengeluaran Air Susu Ibu

Setelah kelahiran, terdapat dua hormon lain yang bekerja untuk

mempertahankan proses laktasi, yaitu hormon prolaktin untuk meningkatkan


27

sekresi air susu ibu dan hormonoksitosin yang menyebabkan ejeksi air susu ibu.

Kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin saat bayi menghisap

puting ibu. Dalam jangka waktu 2 – 3 minggu, kadar serum prolaktin pada ibu

postpartum yang tidak menyusui akan kembali ke nilai normal seperti kondisi

sebelum kehamilan, tetapi pada ibu yang menyusui, kadar serum prolaktin akan

meningkat dengan adanya rangsangan dari putting susu. Kadar serum prolaktin

meningkat 2 kali lipat pada ibu yang menyusui dua bayi dibandingkan dengan

menyusui seorang bayi, menunjukkan bahwa jumlah serum prolaktin yang

dilepaskan berbanding lurus dengan derajat rangsangan puting susu. Saat bayi

menghisap puting susu, terjadi rangsangan saraf sensorik di sekitar areola

(Nelyanti, 2019).

Impuls aferen dihantarkan ke hipotalamus, mengawali pelepasan oksitosin

dari hipofisis posterior. Sesaat sebelum air susu ibu keluar terjadi peningkatan

hormon berdasarkan lion oksitosin, dan pelepasan hormon berlanjut setelah

beberapa kali dilakukan penghisapan oleh bayi. Dalam 20 menit setelah

menyusui, kadar hormon oksitosin turun mendadak. Pelepasan oksitosin

dihambat oleh katekolamin. Pelepasan katekolamin dirangsang oleh faktor stres

dan nyeri. Penanganan faktor stres dan nyeri menjadi salah satu solusi masalah

menyusui. Selama proses laktasi terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk mendukung pengeluaran hormon pemicu sekresi air susu ibu, seperti

pemberian obat pelancar air susu ibu, sentuhan kulit ibu dengan kulit bayi,

pemompaan air susu ibu secara rutin 12 kali per hari, konseling laktasi, dan

teknik relaksasi agar dapat membantu keluarnya air susu ibu (Nelyanti, 2019).
28

6. Tanda Kelancaran Air Susu Ibu

Menurut Soetjiningsih (2017:33) untuk mengetahui banyaknya produksi air

susu ibu terdapat beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk

mengetahui jumlah air susu ibu lancar atau tidak adalah:

a. Air susu ibu yang banyak dapat merembes keluar melaui puting.

b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang.

c. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur, pada umur 5

bulan tercapai 2 × berat badan lahir.

d. Umur 1 tahun 3 × berat badan lahir.

e. Jika air susu ibu cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama

3–4 jam.

f. Bayi kencing lebih sering 8 kali sehari .

7. Tanda Bayi Cukup Air Susu Ibu menurut Noviana, dkk (2018).

a. Buang air kecil dalam satu hari paling sedikit 8 kali dalam 24 jam.

b. Warna urin biasanya tidak berwarna kuning pekat.

c. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan Berbiji.

d. Bayi menyusu kurang lebih 10 kali dalam 24 jam.

e. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan air

susu ibu dan

f. Bayi bertambah berat badannya.


29

C. Inisiasi Menyusu Dini

1. Definisi

Inisiasi menyusui dini adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam

pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi

menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha\sendiri dengan kata lain

menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini

dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Maryunani,

2015: 41).

Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early inisiation

breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu

sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di

letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit

(skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan

bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu

dan menjangkau payudara (Maryunani, 2015: 43).

Inisiasi Menyusui Dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat

setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir

dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan,

tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi

mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan

kolostrom atau air susu ibu yang pertama kali keluar (Maryunani, 2015: 43).
30

Inisiasi menyusui dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang

merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu

menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu.

Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu Reflek

menghisap bayi timbul setelah 20 – 30 menit setelah lahir.Bayi menunjukan

kesiapan untuk menyusu 30 – 40 menit setelah lahir (Maryunani, 2015: 45).

2. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dapat menyusu segera

dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi

dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia

menyusu sendiri (Maryunani, 2015: 51).

Prinsip dasar inisiasi menyusu dini adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi

diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan

bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami

bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu. Kesimpulan dari pendapat di atas,

prinsip inisiasi menyusu dini adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru

lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membedong kemu

dian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak

kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada

ibu pada satu jam pertama kelahiran.


31

3. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

Menurut Roesli (2017:41), menyampaikan bahwa inisiasi menyusu dini

bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis, yaitu

sebagai berikut:

a. Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin.

Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya

plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin juga menstimulasi hormon lain

yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga air susu ibu keluar

dengan lancar.

b. Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga

napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi memperoleh kolostrom

yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu,

kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi

berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain

lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

c. Manfaat secara Psikologis :

1) Adanya Ikatan Emosi :

a) Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.

b) Ibu merasa lebih bahagia.

c) Bayi lebih jarang menangis.

d) Ibu berperilaku lebih peka.


32

e) Lebih jarang menyiksa bayi.

2) Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih

baik di kemudian hari.

4. Tahapan Inisiasi Menyusui Dini

Lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum bayi

berhasil menyusui (Roesli, 2017: 30).

a. Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga

(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka

lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian

peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan.

Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi

dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap

kemampuan menyusui.

b. Antara 30 – 40 menit: Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau

minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan

ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang

dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk

menemukan payudara dan puting susu ibu.

c. Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi

mulai mengeluarkan air liurnya.

d. Bayi mulai merangkak ke arah payudara. Areola (kalang payudara)sebagai

sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat kulit ibu, menghenta

kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas
33

daerah puting susu dan sekitarnya.

e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat

dengan baik.

5. Teknik Inisiasi Menyusui Dini

a. Teknik Inisiasi Menyusui Dini yang Kurang Tepat

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut (Roesli,

2017: 27):

1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat

3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus dengan selimut bayi.

4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak

dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu untuk beberapa lama (10 – 15

menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.

5) Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan

puting susu ibu kemulut bayi.

6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan untuk

ditimbang, diukur, dicap kaki, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin

K, dan kadang diberi tetes mata.

b. Inisiasi Menyusui Dini yang Dianjurkan

Berikut ini adalah langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang

dianjurkan (Roesli, 2017: 31).

1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua


34

tangannya.

3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.

4) Zat lemak putih yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan

karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5) Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan

kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama. Bayi diberi

topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

D. Pendampingan Suami

1. Definisi

Pendampingan suami adalah suami yang mendampingi atau menemani istri

dalam proses persalinan (Bobak, dkk, dalam Marmi, 2016). Secara psikologis, istri

sangat membutuhkan pendampingan suami selama proses persalinan. Proses

persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan

dukungan dan pendampingan suami dalam proses persalinan sampai melahirkan

dengan aman dan nyaman (Helita Khannah, 2020:12).

Menurut Mander (Karo, 2016:31), pendamping persalinan merupakan faktor

pendukung dalam lancarnya persalinan, karena efek perasaan wanita terhadap

persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang mendukung,

dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu.

Menurut Musbikin (2019), kehadiran suami menjelang saat melahirkan akan

membuat istri lebih tenang. Apabila memungkinkan suami sebaiknya

mendampingi istri diruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, do'a,


35

dan kata penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa tidak

cemas, lebih kuat, dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan

bayinya.

Pendampingan Suami dalam proses pesalinan merupakan bentuk suami

menemani ibu bersalin dengan memberikan support baik secara langsung maupun

tidak langsung. Suami sebagai orang yang paling sering mendampingi ibu saat

bersalin, memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan

yang aman, mengurangi komplikasi pada bayi yang akan dilahirkan, serta akan

memudahkan persalinan (Indrayani, 2017).

Pendampingan suami adalah suami yang mendampingi atau menemani istri

dalam proses persalinan. Manfaat pendampingan suami dalam persalinan ikut

bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri dalam menghadapi

persalinan, memberikan dorongan kekuatan mental yang ekstra bagi istri,

melakukan hal yang dapat mengalihkan perhatian istri selama proses kelahiran

sambil ikut membantu mengukur waktu kontraksi, sentuhan suami dengan

mengusap punggung istri sangat membantu menjadi titik fokus dan bernafas

bersama istri pada saat kontraksi (Indrayani, 2017).

Seorang pendamping harus mempersiapkan mental untuk menyiapkan suasana

yang menyenangkan bagi ibu bersalin. Dukungan penilaian (appraisal) yaitu

suami bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi

pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga

diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian (Indrayani, 2017).


36

Keberadaan Pendamping membawa dampak yang baik pada proses persalinan

karena dapat memberikan dukungan semangat dan rasa aman, sebaliknya tanpa

adanya pendampingan dengan baik ibu tidak bisa mengekspresikan diri, apa yang

ia rasakan terhadap orang yang dirasa dari ibu.

2. Peran Suami Dalam Pendampingan

Kehadiran pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif

terhadap persalinan, dalam arti dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa

sakit, mempersingkat persalinan, dan menurunkan angka persalinan dengan

operasi termasuk bedah besar. Selain itu, kehadiran pendamping perslinan dapat

memberikan rasa nyaman, semangat, dukungan emosional, dan dapat

membesarkan hati ibu (Helita Khannah, 2020:12).

Adapun peran yang dilakukan oleh suami selama proses persalinan dan

melahirkan, yaitu (Helita Khannah, 2020:28):

a. Sebagai pelatih

Suami secara aktif membantu ibu selama dan sesudah kontraksi persalinan.

Seorang pelatih menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengendalikan diri

mereka dan mengontrol persalinan. Ibu menunjukkan keinginan yang kuat agar

suami terlibat secara fisik selama persalinan.

b. Sebagai teman satu tim

Suami bertindak sebagai teman satu tim akan membantu ibu selama proses

persalinan dan melahirkan dengan berespon terhadap permintaan ibu akan

dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya.


37

c. Sebagai saksi

Sebagai saksi, suami bertindak sebagai teman dan memberi dukungan

emosi dan moral.

3. Manfaat Pendampingan Suami

Manfaat pendampingan persalinan menurut Musbikin (2016) adalah :

a. Kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan

menjauhkan sang ibu dari stress, dan akan membawa pengaruh positif secara

psikologis.

b. Seorang pendamping bisa memengaruhi psikis ibu dan membawa pengaruh

positif secara fisik, sehingga ketika melahirkan tiba, seorang ibu tidak terlalu

merasakan sakit secara fisik.

c. Seorang pendamping dapat mengurangi stres dan kecemasan yang dapat

mempersulit proses persalinan dan kelahiran.

4. Jenis Dukungan Suami

Menurut Helita Khannah (2020:13) jenis dukungan pendampingan persalinan

yaitu:

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi melalui ungkapan hormat atau penghargaan

positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan perasaan

individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain.


38

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental mencakup dukungan langsung. Dukungan

instrumental yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

Bantuan instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam

melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang

dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya

misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita.

d. Dukungan informatif

Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan dan

informasi. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau

penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam menghadapi

situasi yang dianggap membebani.

5. Faktor yang mempengaruhi pendampingan :

Faktor yang mempengaruhi peran pendamping persalinan menurut Musbikin

(2016) antara lain :

a. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi proses pendampingan

suami ketika istri melahirkan, suami yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

yang mapan akan lebih cenderung memperhatikan dan mendampingi istrinya

pada saat melahirkan, hal ini berbeda dengan suami yang mempunyai status

sosial ekonomi yang kurang mampu, suami lebih cenderung untuk kurang

memperhatikan istri pada saat bersalin, suami lebih sibuk untuk mencari biaya

persiapan persalinan bagi istrinya.


39

b. Budaya

Keadaan budaya mempengaruhi psoses pendampingan suami pada saat istri

melahirkan, ada beberapa budaya dan sistem religi yang tidak memperbolehkan

suami melihat istri melahirkan karena bertentangan dengan nilai budaya dan

sistem religi yang dianut oleh individu (Musbikin, 2016: 32).

c. Lingkungan

Keadaan lingkungan mempengaruhi proses pendampingan suami pada saat

istri melahirkan, individu yang berada pada lingkungan pedesaan, kebiasaannya

suami tidak mau untuk mendampingi istri pada saat persalinan, suami merasa

takut dan tidak tega melihat istrinya melahirkan (Musbikin, 2016: 32).

d. Pengetahuan

Pengetahuan individu akan mempengaruhi pelaksanaan pendampingan

suami terhadap istri pada saat melahirkan, suami yang mempunyai

pengetahuan yang baik akan berusaha semaksimal mungkin memberikan

dukungan pendampingan pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan

dukungan pendampingan akan memberikan motivasi yang besar kepada istri

pada saat melahirkan, begitu pula sebaliknya suami yang mempunyai

pengetahuan yang kurang, biasanya tidak mendampingi pada saat istrinya

melahirkan, hal ini dikarenakan ketidaktahuan akan manfaat pendampingan

suami terhadap istri pada saat melahirkan (Musbikin, 2016: 32).

e. Umur

Suami yang mempunyai usia yang muda, biasanya tidak mendampingi pada

saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan suami merasa takut dan tidak tega
40

melihat istrinya melahirkan. Kategori umur suami dalam pendampingan

persalinan < 20 tahun dikategorikan dalam usia muda, diatas 20 tahun atau

kurang dari 35 tahun dapat dikategorikan dalam usia dewasa dan suami yang

memiliki usia >35 tahun dikategorikan dalam usia dewasa yang akan

mempengaruhi pelaksanaan pendampingan suami terhadap istri pada saat

melahirkan, suami yang mempunyai usia dewasa akan berusaha semaksimal

mungkin memberikan pendampingan pada saat istrinya melahirkan, hal ini

dikarenakan kematangan usia untuk berusaha mengerti tentang psikologis istri

pada saat persalinan (Musbikin, 2016: 52).

f. Pendidikan

Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai proses pendewasaan pribadi.

Pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan kegiatan

intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan

kemampuan individu dalam pengambilan keputusan secara sadar dan yang

mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat. Individu yang

berpendidikan akan mempunyai pengetahuan tentang pentinganya

pendampingan pada saat persalinan dan mereka cenderung melakukan

pendampingan pada saat persalinan, sebaliknya individu yang tidak

berpendidikan pengetahuannya akan kurang dan mereka cenderung tidak

melakukan pendampingan saat persalinan (Musbikin, 2016: 61).

6. Dampak Negatif Bila Suami Tidak Mendampingi Ibu Selama Persalinan

Menurut Karo (2016), cemas dan sedih, itulah yang kerap dialami oleh ibu

yang terpaksa menjalani hari-harinya bersama sang buah hati di kandungan tanpa
41

kehadiran suami tercinta. Terlebih pada kehamilan pertama, perasaan tersebut

akan makin kuat terasakan. Kalau kehamilan anak kedua atau ketiga, si ibu sudah

punya pengalaman. Jadi, ia sudah tahu apa yang bakal dihadapinya, hingga

kecemasan itu tak begitu besar. Namun untuk kehamilan pertama, terlebih

kehamilan merupakan suatu peristiwa penting dalam hidupnya, maka ibu pasti

memerlukan dukungan sosial, terutama dari suaminya.

E. Pendampingan Suami Pada Ibu Bersalin Berhubungan Dengan

KeberhasilanInisiasi Menyusu Dini

1. Faktor Predisposisi

a. Lama kerja Bidan

Lama kerja dapat diartikan sebagai lamanya masa tugas dan pengalaman

dalam mengelola kasus juga berpengaruh dalam keterampilan seseorang

(Sitinjak, 2016:30). Menurut Anderson (1994) yang dikutip oleh Sitinjak

(2016:35), seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang

lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak. Lama kerja seseorang dapat

meningkat pengetahuan, serta keterampilan dan seseorang. Namun, kualitas

yang dihasilkan tetap bergantung kepada individu yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2016:36).

b. Pendidikan Bidan

Menurut Notoatmodjo (2016:37), Tingkat pendidikan formal bidan adalah

jenjang pendidikan yang sudah dilalui oleh bidan. Pendidikan kebidanan

bertujuan untuk menghasilkan bidan. Pendidikan Kebidanan di Perguruan

Tinggi di Indonesia sudah ada sejak 1996 dan semakin berkembang pada tahun
42

2008 hingga tahun 2012. Pada Tahun 1996, jenjang pendidikan kebidanan

terendah pertama kali dibuka di perguruan tinggi di Indonesia yakni diploma

III Kebidanan. Pendidikan kebidanan juga tersedia pada jenjang Diploma IV

yang disebut sebagai Bidan Pendidik. Seorang bidan pendidik diharapkan

memiliki kompetensi menjadi seorang pendidik yang berkuaitas bagi

mahasiswi Diploma III Kebidanan dan sekaligus juga berprofesi sebagai bidan.

c. Pengetahuan Bidan

Pengetahuan didapatkan seseorang dari melalui panca indranya, yaitu

melalui melihat, merasa, mendengar, meraba, dan mencium. Pengetahuan

merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan tindakan seseorang.

Dalam melakukan pertolongan persalinan yang baik dan benar, termasuk

pelaksanaan inisiasi menyusu dini, seorang bidan harus mempunyai

pengetahuan dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Di dalam Kesehatan ibu

dan anak, terdapat pengetahuan mengenai inisiasi menyusu dini (Notoatmodjo,

2016:37).

d. Sikap

Sikap secara umum dapat diartikan sebagai sebuah kecenderungan untuk

melakukan tindakan. Tindakan ini dapat berupa tindakan yang positif maupun

tindakan yang negatif. Sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap seseorang

dapat memperangaruhi orang lain untuk bertindak. Sikap bidan yang tidak mau

memberikan informasi mengenai inisiasi menyusu dini kepada ibu hamil atau

melahirkan dapat mempengaruhi tindakan ibu untuk melakukan inisiasi


43

menyusu dini (Notoatmodjo, 2016:38).

e. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dan pendampingan suami

terhadap produksi air susu ibu dalam proses persalinan sangat penting, karena

dapat menentukan keberhasilan bayi dapat menyusu secara ekslusif. Apabila

pengetahuan ibu kurang, maka dapat mempengaruhi tindakan ibu untuk

melakukan inisiasi menyusu dini (Notoatmodjo, 2016:38).

f. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pada umumnya semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Pendidikan

yang lebih tinggi akan memberikan pengetahuan lebih besar sehingga

menghasilkan kebiasaan mempertahankan kesehatan lebih baik (Notoatmodjo,

2016:40).

g. Sikap Ibu

Menurut Agustina (2012:18:19) sikap merupakan reaksi atau respon yang

seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Sikap adalah penilaian

(bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus (dalam hal ini adalah

masalah kesehatan). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau, proses


44

selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus tersebut.

h. Kepercayaan dan Tradisi Tentang Menyusui

Faktor sosial budaya menjadi faktor yang berperan dalam meningkatkan

keberhasilan menyusui, karena pola kebiasaan dan adat stiadat seseorang dapat

membentuk pola pikir yang salah, sehingga keputusan ibu yang kuat dalam

memberikan air susu ibu eksklusif dapat berubah karena adanya budaya

dimiliki keluarga. Budaya merupakan landasan seseorang dalam berpikir dan

bertingkah laku termasuk di dalamnya mengenai pandangan kepercayaan dan

tradisi. Budaya dapat memberikan pengaruh kuat di masyarakat yang dapat

memunculkan sikap falistis dan ethnocentris. Sikap falistis yakni keyakinan

yang kuat terhadap budaya yang dimiliki seseorang. Sementara sikap

ethnocentris yakni menganggap bahwa tradisi yang dianut adalah yang paling

baik. Kedua sikap ini akan mempengaruhi praktik kesehatan karena

menganggap budayanya adalah yang paling benar dan sehat (Dewi Triana,

2021:41).

i. Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusui dini adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam

pertama setelah bayi lahir. Inisiasi menyusu dini juga bisa diartikan sebagai

cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha\sendiri mencari

putting susu dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak

mencari payudara (Maryunani, 2015: 41). Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah

asing sering di sebut early inisiation breastfreeding adalah memberi


45

kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu

jam pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau

dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contac)

merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena

rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau

payudara (Maryunani, 2015:43).

j. Kondisi Kesehatan Ibu dan Bayi

Kondisi ibu dan bayi akan mengalami permasalahan dan dampak jika tidak

inisiasi menyusu dini dapat menyebabkan risiko kematian pada bayi, produksi

air susu ibu kurang lancer, ibu mudah stress, bayi rentan terkena penyakit dan

anak yang tidak inisiasi menyusu dini rentan mengalami masalah pencernaan,

sehingga pentingnya mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan

inisiasi menyusu dini, dan justifikasi masalah ditempat penelitian dapat dibuat

solusi setelah penelitian dilakukan seperti memberikan penyuluhan terhadap

masyarakat dan keluarga mengenai pentingnya inisiasi menyusu dini

(Maryunani, 2015:43).

2. Faktor Pendorong

a. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan

inisiasi menyusu dini karena dalam waktu tersebut peran dan dukungan

penolong persalinan masih sangat dominan. Apabila penolong persalinan

memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi

diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini, ibu


46

semakin percaya diri untuk tetap memberikan air susu ibu nya sehingga tidak

merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman lain kepada bayinya

dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara ibu tenang dalam

pelukan ibu segera setelah lahir (Notoatmodjo, 2016:40).

b. Pendampingan Suami

Pendampingan suami adalah suami yang mendampingi atau menemani istri

dalam proses persalinan (Bobak, dkk, dalam Marmi, 2016:53). Secara

psikologis, istri sangat membutuhkan pendampingan suami selama proses

persalinan. Proses persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu,

dimana ibu membutuhkan dukungan dan pendampingan suami dalam proses

persalinan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman. Menurut Mander

(Karo, 2016:31), pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam

lancarnya persalinan, karena efek perasaan wanita terhadap persalinan yang

berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang mendukung, dari orang

terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu.

c. Dukungan Atasan Kerja

Dukungan atasan ini dapat diartikan sebagai supervisi. Supervisi adalah

sebagai suatu usaha untuk mengarahkan, meningkatkan pelaksanaan program

dengan cara membimbing dan membina serta menumbuhkan rasa

tanggungjawab terhadap staf untuk mencapai tujuannya. Selain itu, supervisi

juga dapat diartikan sebagai suatu strategi untuk menyelesaikan tugas secara

berdaya guna dan menghasilkan. Supervisi umumnya dilakukan berdasarkan

masalah yang dihadapi dan disesuaikan kebutuhan dan keadaan. Supervisi


47

dapat dilakukan dengan cara melakukan kunjungan dinas secara teratur,

mengadakan pertemuan rapat bulanan, melakukan analisis dan penilaian

terhadap laporan tertulis (Yusnita, 2017:27).

d. Dukungan Bidan

Peran bidan dalam mendukung air susu ibu antara lain melalui upaya

promosi air susu ibu yang dimulai dari masa kehamilan. Dukungan lain yang

dapat diberikan bidan yaitu mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan

baik dengan melakukan perawatan payudara selama kehamilan (Yusnita,

2017:33).

e. Dukungan Tenaga Kesehatan Lain

Tenaga kesehatan juga memiliki peran penting dalam memberikan

dorongan melalui informasi dalam bentuk tindakan. Pendidikan tinggi

menandakan pengetahuan mengenai air susu ibu lebih baik daripada

berpendidikan rendah. Hampir seluruh ibu melahirkan di sarana fasilitas

kesehatan namun cakupan air susu ibu eksklusif masih rendah (Putri, 2017:42).

f. SOP

Pedoman atau manual SOP adalah salah satu modal paling penting bagi

organisasi untuk mengendalikan seluruh keputusan dan kegiatan yang

dilakukannya dalam koridor yang sistematis dan efektif. Semakin besar

organisasi, semakin besar pula tuntutan untuk mempunyai perangkat kontrol

yang memadai. Aspek operasi harus sama baik dengan aspek administrasi. Sisi

pendapatan harus juga sama baiknya dengan pengendalian biaya. Semua itu

hanya bisa terwujud apabila organisasi memiliki panduan yang jelas tentang
48

pengambilan keputusan dan kegiatannya (Norhana, 2016:43).

g. Undang – Undang

Undang – undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif

atau unsur ketahanan yang lainnya. Sebelum disahkan, undang-undang disebut

sebagai rancangan Undang-Undang. Undang-undang berfungsi sebagai

otoritas, mengatur, menganjurkan, menghukum, memberikan, dan untuk

membatasi sesuatu (Norhana, 2016:30).

3. Faktor Pemungkin (Norhana, 2016:33).

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.

Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

perilaku kesehatan.
49

F. Pendampingan Suami Pada Ibu Bersalin Berhubungan Dengan Keberhasilan

Inisiasi Menyusu Dini

Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan dari keluarga yang

sangat ampuh manfaatnya, karena dapat memberikan dampak yang positif bagi ibu

melahirkan dan menyusui. Salah satu peran suami yang paling bermanfaat adalah

menciptakan suasana yang menyenangkan. Menyenangkan disini adalah keadaan

dimana seorang istri merasa nyaman, aman karena merasa terlindungi dan bahagia

karena ibu merasa mendapatkan dukungan serta kasih sayang dari suami (Fitriana

2017:141)

Ibu bersalin yang merasa nyaman dan bahagia akan melakukan hal-hal positif

untuk dirinya dan anaknya dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, maka dari itu

peran keluarga dalam pendampingan ibu selama bersalin sangat diperlukan untuk

pemulihan dan keadaan psikologi ibu bersalin. juga menyatakan bahwa peran suami

dalam mendampingi ibu bersalin sangatlah besar, karena informasi serta dukun gan

yang diberikan suami kepada ibu bersalin memberikan semangat yang luar biasa

untuk merawat bayi yang baru saja dilahirkanya (Fitriana 2017:141).

G. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inisiasi Menyusu Dini Dan Pendampingan
Suami Saat Proses Persalinan Terhadap Produksi Air Susu Ibu

Faktor predisposisi
- Lama kerja bidan
- Pendidikan bidan
- Pengetahuan bidan
- Sikap bidan
- Pengetahuan ibu
- Pendidikan ibu
50

mj

Faktor pendorong
- Tenaga kesehatan
- Dukungan/pendampingan suami
dan keluarga Proses Persalinan Terhadap
- Dukungan atasan kerja Produksi Air Susu Ibu
- Dukungan bidan lain
- Dukungan tenaga kesehatan lain
- SOP
- Undang-undang
- Peraturan

Faktor pemungkin
- Sarana Fasilitas pelayanan
kesehatan
Prasarana fasilitas pelayanan
kesehatan

Sumber : Green dalam Notoadmodjo (2016:33)

Anda mungkin juga menyukai