Anda di halaman 1dari 1

Aku tanpa kamu. Kamu tanpa aku.

Kita tidak akan pernah menyatu ibaratkan air


dengan minyak kelihatannya seperti meyatu tapi nyata nya tepisah.

Kalau kamu sebegitu bencinya sama aku. Sampai aku pun bisa lupa sama rupa
wajah yang entah bagaimana. Senyuman mu pun tidak bisa aku mengingatnya
kembali.

Bahkan nama kamu juga samar-samar untuk aku ucapkan kembali. Tapi kenapa
perasaan ini sangat menganggu sekali ketika aku mulai mengingat tentang dirimu.

Apa aku merindukan mu atau aku menyesal karena mencoba membenci sekaligus
melupakan mu.

Kamu tidak jahat hanya terlalu baik saja kepada ku.

Mungkin itu yang bikin aku muak sama mu. Tapi kamu bilang aku orang yang bisa
membuat mu jatuh kembali.

Dan aku tersadar aku bukan yang pertama buat mu. Kenapa kamu yang harus aku
jadikan pertama kalau kamu saja menganggap ku yang kedua.

Aku terlalut dalam kehobongan mu. Aku terbuai akan kata-kata dan janji-janji
manis mu.

Maaf kalau Cuma aku yang punya perasaan yang menjijikkan kata mu. Sangat
menganggu kata mu. Aku minta jika itu mau mu.

Iya, aku saja yang terbawa suasana dan langsung mikir kalau kamu bakal menjadi
milik ku seutuhnya.

Tapi tidak ada salah nya juga kan, kalau aku membunuh mu seperti itu.

Mencongkel mata mu. Memotong lidah mu. Menyayat penis mu. Memutilasi
anggota tubuh lain milik mu.

Menyimpan mayat mu dalam plastik. Menguburkan mu di kamar ku senidri.

Seperti nya aku tahu apa nama perasaan yang menganggu ku. Yaitu aku merasa
bersalah atas apa yang aku perbuat pada mu.

Tapi aku belum bisa menebus semua kesalahan ku. Tidak sekarang. Aku harus bisa
mengingat nama mu dulu. Baru aku bisa menyerahkan diri ke polisi.

Maaf ya.

Dia mengelus-elus rambut kepala cowok yang berada di pangkuannya.

Anda mungkin juga menyukai