Anda di halaman 1dari 7

BUPATI BATANG

PROVINSI JAWA TENGAH

TENTANG

PEDOMAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANL\ PANGAN MENJADI NON


PERTANIAN DI KABUPATEN BATANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BATANG,

Menimbang : a. bahwa lahan pertanian pangan m e r u p a k a n bagian


dari b u m i sebagai k a r u n i a T u h a n Yang M a h a Esa
yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan u n t u k
sebesar-besar k e m a k m u r a n d a n kesejahteraan
rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n
1945;

bahwa lahan pertanian pangan d i Kabupaten


Batang semakin berkurang dikarenakan beralihnya
Paraf Koordinasi fungsi lahan pertanian menjadi n o n pertanian,
1 Sekretaris Daerah sehingga dikhawatirkan Pemerintah Daerah
1
Asisten II Sekda kesulitan dalam mengupayakan terwujudnya
Ka. Dispertanak kemandirian, ketahanan dan kedauiatan pangan d i
4 Ka. bagian Hukum \ daerah dalam rangka mendukung kebutuhan
Fengetik h \ pangan nasionai;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan peraturan Bupati tentang Pedoman
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non
Pertanian di Kabupaten Batang;

1
Mengingat : 1. Pasal 1 8 ayat (6) U n d a n g - U n d a n g Dasar Negara
Republik Indonesia T a h u n 1945;
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang
P e m b e n t u k a n Daerah Tingkat I IBatang (Lembaran
Negara Republik Indonesia T a h u n 1965 Nomor 52,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun I960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 4 Ta hun 1992 tentang
Perumahan d a nPemukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1 9 9 2Nomor 2 3 ,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
5. Undang-Undang Nomor 3 2 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 125, T a m b a h a n Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
Paraf Koordinasi
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
1 Sekretans Dacrali U n d a n g N o m o r 12 T a h u n 2 0 0 8 t e n t a n g P e r u b a h a n
1
Asisten 11 Sekda / Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Ka. Dispertanak tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
4 Ka. Bagian Hukum Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5 9 ,
5
Pengctik Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 2 6 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 6 8 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4725);
7. Undang-Undang Nomor 3 2 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2009
Nomor 140, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 4 1 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia T a h u n 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

2
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988
tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya
D a e r a h T i n g k a t II Pekalongan, K a b u p a t e n D a e r a h
T i n g k a t II Pekalongan dan Kabupaten Daerah
Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 T a h u n 2004
tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4385];
12. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 1 t e n t a n g
Penetapan Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
13. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasionai
(Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2008
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3776);
14. P e r a t u r a n D a e r a h P r o v i n s i J a w a T e n g a h N o m o r 6
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi J a w a Tengah T a h u n 2009-2029 (Lembaran
D a e r a h Provinsi J a w a T e n g a h T a h u n 2 0 1 0 N o m o r 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi J a w a Tengah
N o m o r 28);
15. P e r a t u r a n D a e r a h P r o v i n s i J a w a T e n g a h Nomor
2 T a h u n 2013 tentang Perlidungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah T a h u n
2013 Nomor 2, T a m b a h a n Lembaran daerah
Provinsi J a w a Tengah N o m o r 48);
16. P e r a t u r a n G u b e r n u r J a w a T e n g a h N o m o r 4 7 T a h u n
2013 Tentang petunjuk teknis kriteria,
persyaratan,dan tata cara alih fungsi lahan
pertanian berkelanjutan Provinsi J a w a Tengah;
17. P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n B a t a n g N o m o r 7
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Batang Tahun 2011-2031 (Lembaran
D a e r a h K a b u p a t e n B a t a n g T a h u n 2 0 1 1 N o m o r 7);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN ALIH


FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN MENJADI NON
PERTANIAN DI KABUPATEN BATANG.

BAB I
KETENTUAN U M U M
Pasal 1
upati Batang ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Batang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintah daerah.
3. Bupati adalah Bupati Batang.
4. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan u n t u k usaha
pertanian.
5. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan adalah perubahan fungsi lahan
pertanian pangan menjadi bukan lahan pertanian pangan baik
secara tetap m a u p u n sementara.
6. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
7. S a w a h Irigasi T e k n i s adalah s a w a h y a n g perolehan a i r n y a dari
jaringan irigasi teknis.
8. S a w a h Irigasi Setengah Teknis adalah s a w a h yang perolehan airnya
dari jaringan irigasi setengah teknis.
9. S a w a h Irigasi Sederhana adalah s a w a h yang perolehan airnya dari
jaringan irigasi sederhana.
10. Sawah Tadah Hujan adalah sawah yang perolehan airnya dari air
hujan.
11. Jaringan Irigasi Teknis adalah j a r i n g a n irigasi y a n g bangunan
pengambilan dan bangunan bagi/sadap dilengkapi dengan alat
pengatur pembagian air dan alat ukur, sehingga air irigasi yang
dialirkan dapat diatur dan diukur.
12. Jaringan Irigasi Setengah T e k n i s adalah j a r i n g a n irigasi yang
bangunan-bangunannya dilengkapi dengan alat pengatur pembagian
air sehingga air irigasi dapat diatur tetapi tidak dapat d i u k u r .
13. Jaringan Irigasi Sederhana adalah jaringan irigasi y a n g b a n g u n a n -
bangunannya tidak dilengkapi dengan alat pengukur pembagian air
dan alat ukur, sehingga air irigasi tidak dapat d i u k u r d a n u m u m n y a
bangunannya m e m p u n y a i konstruksi setengah permanen/tidak
permanen.

4
14. Aspek teknis pertanian adalah kesesuaian lahan untuk bisa
melaksanakan budidaya tanaman pangan dan ketersediaan sarana
prasarana.
15. Kawasan p e r m u k i m a n adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan m a u p u n
perdcsaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
16. Jalan Nasionai adalah m e r u p a k a n jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar
i b u k o t a provinsi d a n j a l a n strategis nasionai, serta j a l a n tel.
17. Jalan Provinsi adalah merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota atau antar ibukota kabupaten/kota dan
jalan strategis provinsi.
18. Jalan Kabupaten adalah merupakan jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan nasionai dan
jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan
u m u m dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
k a b u p a t e n dan jalan strategis kabupaten.

BAB n
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) M a k s u d p e r a t u r a n b u p a t i i n i a d a l a h u n t u k m e n j a m i n k e t e r s e d i a a n
lahan pertanian pangan secara berkelanjutan maka perlu
ditentukan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan ke
non pertanian.
(2| T u j u a n p e r a t u r a n b u p a t i i n i a d a l a h ;
a. M e n i n g k a t k a n k e m a k m u r a n s e r t a k e s e j a h t e r a a n p e t a n i dan
masyarakat.
b. M e w u j u d k a n k e m a n d i r i a n d a n k e d a u i a t a n p a n g a n .
c. M e m p e r t a h a n k a n k e s e i m b a n g a n e k o l o g i s .

5
B A B III
MEKANISME ALIH FUNGSI LAHAN
Pasal 3
Alih fungsi lahan pertanian menjadi n o n pertanian harus mendasarkan
pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Batang, dan
mempertimbangkan aspek teknis pertanian.

Pasal 4
(1) Lahan yang m a s u k kawasan p e r m u k i m a n dalam peta Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Batang dan statusnya masih
sebagai lahan sawah pertanian pangan apabila dilakukan alih fungsi
lahan menjadi n o n pertanian harus mempertimbangkan aspek teknis
pertanian.
(2) D a l a m p e m b e r i a n i j i n a l i h f u n g s i l a h a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a
a y a t (1) t e r l e b i h d u l u m e n d a p a t k a n r e k o m e n d a s i d a r i T i m T e k n i s y a n g
ditetapkan oleh bupati.
(3) T i m T e k n i s s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (2] s e b a g a i b e r i k u t :
a. U n s u r D i n a s P e r t a n i a n T a n a m a n P a n g a n d a n P e t e r n a k a n ;
b. U n s u r D i n a s C i p t a K a r y a , T a t a R u a n g d a n E n e r g i d a n Sumber
Daya Mineral;
c. U n s u r D i n a s B i n a M a r g a S u m b e r D a y a A i r ;
d. U n s u r K a n t o r P e r t a n a h a n ;
(4) H a s i l r e k o m e n d a s i t i m t e k n i s s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t ( 2 )
menjadi b a h a n pertimbangan d a l a m pemberian izin alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian;
Pasal 5
Aspek teknis pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
diatur ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Y a n g t i d a k b o l e h d i a l i h f u n g s i k a n l a h a n a d a l a h :
1. S a w a h i r i g a s i t e k n i s y a n g b e r a d a d i k a w a s a n p e r k o t a a n dan
pedesaan;
2. S a w a h irigasi setengah teknis, irigasi sederhana d i kawasan
p e d e s a a n y a n g dapat d i t a n a m i 2 (dua) kali a t a u l(satu) p a d i d a n
1 (satu) kali palawija d a l a m satu tahun dengan intensitas
pertanaman 200 (dua ratus) persen atau lebih;
3. S a w a h irigasi setengah t e k n i s d i k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g dapat
d i t a n a m i 2 (dua) kali padi d a l a m s a t u t a h u n d e n g a n intensitas
p e r t a n a m a n 200 (dua ratus) persen atau lebih;

b. Y a n g boleh d i a l i h f u n g s i k a n l a h a n a d a l a h :
1. S a w a h i r i g a s i s e t e n g a h t e k n i s , s e d e r h a n a d a n t a d a h h u j a n d i
k a w a s a n perdcsaan y a n g h a n y a dapat d i t a n a m i 1 (satu) kali padi
dalam satu tahun dengan intensitas pertanaman kurang dari 200
% (dua ratus per seratus);
2. S a w a h irigasi setengah t e k n i s d a n irigasi s e d e r h a n a d i k a w s a n
p e r k o t a a n y a n g d a p a t d i t a n a n a m i 1 (satu) k a l i padi d a n 1 (satu)
6
kali palawija daiam satu t a h u n dengan intensitas pertanaman
s a m a dengan 200 % (dua ratus per seratus);
3. S a w a h irigasi setengah t e k n i s d a n irigasi s e d e r h a n a di k a w a s a n
p e r k o t a a n y a n g dapat d i t a n a m i 1 (satu) kali padi d a n 1 (satu] kali
palawija dalam satu t a h u n dengan intensitas pertanaman sama
dengan 2 0 0 % (dua ratus per seratus);
4. L a h a n p e r t a n i a n y a n g berada disepanjang j a l a n Nasionai, j a l a n
provinsi dan jalan kabupaten dapat dipertimbangkan u n t u k alih
fungsi menjadi lahan n o n pertanian dengan ketentuan :

a) Bagi lokasi jalan nasionai paling j a u h dalam radius 100


(seratus) meter dari badan j a l a n ;
b) B a g i l o k a s i j a l a n p r o v i n s i d a n j a l a n k a b u p a t e n d a l a m k o t a
paling j a u h 100 (seratus) meter dari b a d a n j a l a n .
c) B a g i l o k a s i j a l a n d e s a p a l i n g j a u h 5 0 ( l i m a p u l u h ) m e t e r d a r i
badan jalan.

B A B 111
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Bupati ini m u l a i berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Batang.
Ditetapkan di Batang
p a d a t a n g g a l 8 Juli 2014
BUPATI BATANG,

ttd
YOYOK RIYO SUDIBYO

Diundangkan di Batang

8 Juli 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATANG,

ttd

NASIKHIN

BERITA DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 NOMOR 40

Salinan sesuai dengan aslinya,


KEPALA BAGIAN HUKUM,
7
ttd

AGUS JAELANI MURSIDI, SH.,M.Hum


Pembina Tingkat I
NIP. 19650803 199210 1 001

Anda mungkin juga menyukai