Data Logistic Terbaru
Data Logistic Terbaru
Odds Ratio
1. Daerah Tempat Tinggal
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel daerah tempat tinggal
berpengaruh signifikan terhadap pengangguran usia terdidik di Indonesia. Dengan nilai
odds ratio sebesar 1,188, maka dapat disimpukan bahwa angkatan kerja usia muda
terdidik yang tinggal di daerah perkotaan memiliki kecenderungan untuk menjadi
pengangguran usia muda terdidik sebesar 1,188 kali dibandingkan dengan yang tinggal di
daerah pedesaan.
Tabel 4.2 Hasil Regresi Logistik Variabel Daerah Tempat Tinggal Terhadap
Pengangguran Usia Muda Terdidik Antar Pulau di Indonesia
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel daerah tempat tinggal pada
wilayah Pulau Jawa tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran usia muda
sedangkan daerah lainnya berpengaruh signifikan.
Angkatan kerja usia muda terdidik Wilayah Papua dan Maluku yang tinggal di
perkotaan memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia muda terdidik
1,782 kali lebih besar daripada tinggal di pedesaaan. Nilai tersebut merupakan nilai yang
tertinggi jika dibandingkan dengan pulau lainnnya di Indonesia berdasarkan nilai odd
ratio-nya.
Tabel 4.3 Hasil Regresi Logistik Variabel Kedudukan Dalam Rumah Tangga
Terhadap Pengangguran Usia Muda Terdidik Antar Pulau di Indonesia
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai odd ratio pulau Kalimantan
memiliki angka tertinggi jika dibandingkan dengan pulau lainnya yaitu 3,315. Angkatan
kerja usia muda terdidik Pulau Kalimantan yang bukan merupakan kepala rumah tangga
memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia muda terdidik 3,315 kali
lebih besar daripada yang merupakan kepala rumah tangga.
3. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel jenis kelamin berpengaruh
signifikan terhadap pengangguran usia terdidik di Indonesia. Dengan nilai odds ratio
sebesar 0,623 , maka dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja usia muda terdidik
berjenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia
muda terdidik sebesar 0,623 kali dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 4.4 Hasil Regresi Logistik Variabel Jenis Kelamin Terhadap Pengangguran
Usia Muda Terdidik Antar Pulau di Indonesia
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai odd ratio pulau Jawa memiliki angka
tertinggi jika dibandingkan dengan pulau lainnya yaitu 0,884. Angkatan kerja usia muda
terdidik Perempuan di Pulau Jawa memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran
usia muda terdidik 0,884 kali lebih besar daripada yang berjenis kelamin laki-laki.
4. Status Perkawinan
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel status perkawinan berpengaruh
signifikan terhadap pengangguran usia terdidik di Indonesia. Dengan nilai odds ratio
sebesar 1,167, maka dapat disimpukan bahwa angkatan kerja usia muda terdidik yang
berstatus belum kawin memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia muda
terdidik sebesar 1,167 kali dibandingkan dengan yang pernah kawin.
Tabel 4.5 Hasil Regresi Logistik Variabel Status Perkawinan Terhadap
Pengangguran Usia Muda Terdidik Antar Pulau di Indonesia
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa variabel status Perkawinan pada
wilayah Pulau Jawa tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran usia muda
sedangkan daerah lainnya berpengaruh signifikan.
Angkatan kerja usia muda terdidik Wilayah Papua dan Maluku berstatus belum
kawin memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia muda terdidik lebih
tinggi daripada pulau lain. Hal ini didasarkan pada nilai odd ratio untuk pulau Papua dan
Maluku sebesar 1,948, maka dapat disimpukan bahwa angkatan kerja usia muda terdidik
yang berstatus belum kawin memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia
muda terdidik sebesar 1,948 kali lebih besar dibandingkan dengan angkatan kerja yang
pernah kawin.
5. Pelatihan
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel pelatihan berpengaruh signifikan
terhadap pengangguran usia muda terdidik di Indonesia. Dengan nilai odds ratio sebesar
1,364 , maka dapat disimpukan bahwa angkatan kerja usia muda terdidik yang belum
pernah mendapat pelatihan/kursus memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran
usia muda terdidik sebesar 1,364 kali dibandingkan dengan yang pernah mengikuti
pelatihan/kursus.
Tabel 4.6 Hasil Regresi Logistik Variabel Pelatihan Terhadap Pengangguran Usia
Muda Terdidik Antar Pulau di Indonesia
6. Pengalaman Kerja
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh
signifikan terhadap pengangguran usia muda terdidik di Indonesia. Dengan nilai odds
ratio sebesar 0,485 , maka dapat disimpukan bahwa angkatan kerja usia muda terdidik
yang tidak memilik pengalaman kerja memiliki kecenderungan untuk menjadi
pengangguran usia muda terdidik sebesar 0,485 kali dibandingkan dengan yang memiliki
pengalaman kerja.
7. Disabilitas
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel disabilitas berpengaruh signifikan
terhadap pengangguran usia muda terdidik di Indonesia. Dengan nilai odds ratio sebesar
1,847 , maka dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja usia muda terdidik yang disabilitas
memiliki kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia muda terdidik sebesar 1,847
kali dibandingkan dengan yang non-disabilitas.
Tabel 4.8 Hasil Regresi Logistik Variabel Disabilitas Terhadap Pengangguran Usia
Muda Terdidik Antar Pulau di Indonesia
8. Penyelenggara Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel Penyelenggara Pendidikan
berpengaruh signifikan terhadap pengangguran usia terdidik di Indonesia. Dengan nilai
odds ratio sebesar 0,767 , maka dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja usia muda
terdidik yang memperoleh pendidikan dari penyelenggara swasta memiliki
kecenderungan untuk menjadi pengangguran usia muda terdidik sebesar 0,767 kali
dibandingkan dengan yang dari penyelenggara pendidikan negeri.