0,10
0,08
0,06
0,05 0,05
0,03 0,03
0,03 0,02 0,02
0,00 0,01 0,00 0,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
-0,01
-0,05
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan penyerapan tenaga kerja
di tahun 2010-2021 menunjukan tren naik turun yang mana bisa dilihat penyerapan
tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,08 persen kemudian di susul
tahun 2017 sebesar 0,06 persen dan pada tahun 2018 sebesar 0.05 persen. Terlihat
salah satu faktor yang menyebabkan tingginya penyerapan tenaga kerja adalah
tersedianya lapangan pekerjaan untuk di isi oleh angkatan kerja, dimana kondisi
perekonomian dalam keadaan yang baik sehingga, secara tidak langsung konsumsi
masyarakat meningkat dan mempengaruhi produksi yang pada akhirnya berpotensi
untuk menyerap tenaga kerja, kemudian meningkatnya investasi pada tahun
tersebut berpotensi terhadap meningkatnya penggunaan tenaga kerja.
Kemudian terlihat pada tahun 2021 perekonomian cenderung mengalami
kontraksi penurunan yang hebat sebesar 0,01 persen akibat pandemi Covid 19 yang
mana berpengaruh terhadap menurunya investasi di Pulau Sumatera serta banyak
perusahaan yang memutuskan mengurangi jumlah produksi serta melakukan PHK
terhadap beberapa karyawan sehingga berpengaruh terhadap menurunya
penyerapan tenaga kerja.
5.1.2 Perkembangan Employment to Population Ratio (EPR)
EPR adalah rasio penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja,
rasio yang tinggi menunjukan kondisi sebagian besar penduduk suatu negara adalah
bekerja, sementara rasio yang rendah berarti menunjukan sebagian besar penduduk
tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang berhubungan dengan pasar tenaga
kerja, seperti mereka yang menganggur atau tidak termasuk dalam angkatan kerja,
Rasio lapangan kerja terhadap populasi angkatan kerja adalah salah satu
indikator utama pasar tenaga kerja. organisasi ketenagakerjaan internasional atau
International Labour Organization (ILO) mengembangkan pedoman untuk
memperkuat pemantauan pasar tenaga kerja melalui indikator utama pasar tenaga
kerja, termasuk rasio lapangan kerja terhadap populasi angkatan kerja. Pada
dasarnya rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan ekonomi dalam jangka
panjang dan oleh karena itu digunakan banyak negara sebagai korelasi melihat
tingkat kesempatan kerja, tingkat pengangguran, tingkat partisipasi angkatan kerja,
tingkat pertumbuhan pekerjaan serta menangani isu-isu gender dalam kegiatan
pasar tenaga kerja yang terkait erat dengan rasio ketergantunga, selain itu EPR
dapat digunakan untuk membandingkan pertumbuhan lapangan kerja di setiap
provinsi di Pulau Sumatera.
Agar dapat dicapai keadaan yang seimbang maka seharusnya semua angkatan
kerja dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan
keinginan serta keterampilan yang dimiliki. Hal ini akan membawa konsekuensi
bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan pekerjaan yang cocok
dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka. Dapat disimpulkan bahwa
perekonomian harus selalu menyediakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja
baru.
Tabel 5.3 Tabel perkembangan Employment to Population Ratio (EPR) di 10 provinsi di Pulau Sumatera tahun 2010-2021 (persen)
Perkembangan EPR Employment to Population Ratio, (Persen) tahun 2010-2021 di Pulau Sumatera Rata-rata
Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Aceh 91,40 91,38 92,06 91,66 93,25 92,27 91,87 92,61 93,46 94,52 94,60 93,70 92,73
Sumatera Utara 91,99 92,53 93,57 93,91 94,05 93,61 93,51 93,59 94,39 94,43 95,29 93,99 93,74
Sumatera Barat 92,43 92,49 93,51 93,61 93,68 94,01 94,19 94,20 94,32 94,62 94,75 93,33 93,76
Riau 92,79 92,49 94,71 95,81 95,01 93,28 94,06 94,24 94,45 94,64 95,08 95,04 94,30
Jambi 95,55 96,02 96,31 97,11 97,50 97,27 95,34 96,33 96,44 96,48 95,74 95,24 96,28
Sumatera Selatan 93,45 93,71 94,40 94,59 96,16 94,97 96,06 96,20 95,92 95,98 96,10 94,83 95,20
Bengkulu 95,94 96,54 97,82 97,90 98,38 96,79 96,16 97,19 97,37 97,59 96,92 96,28 97,07
Lampung 94,05 94,48 94,79 94,93 94,92 96,56 95,46 95,57 95,68 96,05 95,74 95,46 95,31
Bangka-Belitung 95,76 96,69 97,18 96,78 97,33 96,65 93,83 95,54 96,41 96,68 96,65 94,96 96,20
Kepulauan Riau 92,79 92,80 94,29 93,95 94,74 90,95 90,97 93,56 92,70 92,98 94,02 89,88 92,80
96,00
95,50 95,50 95,49
94,91 95,40
95,00 94,86 95,02 95,11
94,50 94,64
94,00 94,14 94,27
93,91
93,50 93,62
93,00
92,50
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
140,00
133,23
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
-0,05 9,67
0,00 -0,34 7,43 0,06 0,68 0,16 1,97 0,71 0,43 0,19
-20,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber :Badan Pusat Statistik,2022 ( Data Diolah)
Dapat dilihat dari grafik di atas kondisi perkembangan investasi PMDN di
Pulau Sumatera dari tahun 2010-2021 cenderung menunjukan kondisi berfluktuasi
setiap tahunya, dimana dapat dilihat investasi PMDN paling tinggi berada pada
tahun 2011 yang mana kondisi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 terus
menunjukan peningkatan dari tahun sebelumnya hal ini menunjukan bahwa
pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan yang mana meningkatnya
pendapatan masyarakat menjadi faktor penting yang mempengaruhi investasi yang
ditanamkan, karena semakin besar pendapatan masyarakat maka konsumsi akan
barang dan jasa juga meningkat.
Kemudian pada tahun tersebut infrastruktur di beberapa provinsi mulai di
benahi dan dibangun hal ini juga menjadi pertimbangan untuk investor
menanamkan modalnya, terlihat investasi di Bangka Belitung tahun 2011
mengalami peningkatan yang cukup tinggi hal ini di dorong sektor pariwisata
dimana pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar mengingat Bangka
Belitung merupakan provinsi kepulauan yang memiliki banyak pantai dan pulau-
pulau kecil sehingga menarik wisatawan asing untuk datang, didukung dengan hasil
laut dan sumber daya energi nya yang melimpah (Badan Pusat Statistik, 2022)
Tidak hanya itu faktor lain yang membuat investasi di provinsi provinsi di
Pulau Sumatera meningkat yaitu melimpahnya sumber daya alam khusunya sumber
daya energi yang cukup menarik minat para investor.
5.1.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan rata-rata dari output yang
dihasilkan setiap orang dalam produksi barang dan jasa yang merupakan tingkat
pertumbuhan perkapita secara rill bagi setiap orang.
Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama
peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus
meningkat. Dengan kata lain, kemampuan ekonomi suatu negara untuk
meningkatkan standar hidup penduduknya sangat bergantung dan ditentukan oleh
laju pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya long run rate of economic growth
(Nanga, 2007).
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
berkesinambungan antara sektor-sektor ekonomi sehingga dengan terciptanya
pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan
dan pada akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam suatu proses
pembangunan ekonomi mencakup aktifitas ekonomi yang mengupayakan
pengoptimalan penggunaan faktor-faktor ekonomi yang tersedia sehingga
menciptakan nilai ekonomis, salah satu faktor ekonomi yang dimaksud adalah
tenaga kerja.
Pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat
pengangguran, dengan pembangunan ekonomi diharapkan laju pertumbuhan
ekonomi dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat
pertumbuhan penduduk, sehingga kegiatan perekonomian akan menjadi lebih luas
dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah pengangguran (Sukirno,1996)
Tabel 5.7 Perkembangan pertumbuhan ekonomi provinsi di Pulau Sumatera tahun 2010-2021 (persen)
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi (%) tahun 2010-2021 di Pulau Sumatera Rata- rata
Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Aceh 2,74 3,28 3,85 2,61 1,55 -0,73 3,29 4,18 4,61 4,14 -0,37 2,79 2,66
Sumatera Utara 6,42 6,66 6,45 6,07 5,23 5,1 5,18 5,12 5,18 5,22 -1,07 2,61 4,85
Sumatera Barat 5,94 6,34 6,31 6,08 5,88 5,53 5,27 5,3 5,14 5,01 -1,61 3,29 4,87
Riau 4,21 5,57 3,76 2,48 2,71 0,22 2,18 2,66 2,35 2,81 -1,13 3,36 2,60
Jambi 7,35 7,86 7,03 6,84 7,36 4,21 4,37 4,6 4,69 4,35 -0,51 3,69 5,15
Sumatera
5,63 6,36 6,83 5,31 4,79 4,42 5,04 5,51 6,01 5,69 -0,11 3,58 4,92
Selatan
Bengkulu 6,1 6,46 6,83 6,07 5,48 5,13 5,28 4,98 4,97 4,94 -0,02 3,27 4,96
Lampung 5,88 6,56 6,44 5,77 5,08 5,13 5,14 5,16 5,23 5,26 -1,66 2,77 4,73
Bangka-Belitung 5,99 6,9 5,5 5,2 4,67 4,08 4,1 4,47 4,45 3,32 -2,29 5,05 4,29
Kepulauan Riau 6,07 6,96 7,63 7,21 6,6 6,02 4,98 1,98 4,47 4,83 -3,8 3,43 4,70
8,00
6,30 6,06
6,00
5,63 5,36 4,94 4,48 4,71
4,56
4,00 3,91 4,40
3,38
2,00
0,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
-2,00 -1,26
Aceh 4,64 3,54 0,06 6,39 7,83 1,27 3,13 4,86 1,93 1,38 3,46 2,41 3,41
Sumatera Utara 7,65 3,54 3,79 10,09 8,24 3,32 6,6 3,18 1 2,43 1,76 1,7 4,44
Sumatera Barat 7,84 5,37 4,16 10,87 11,9 0,85 5,02 2,11 2,78 1,72 2,12 1,37 4,68
Riau 7 5,09 3,35 8,83 8,53 2,71 4,19 4,07 2,54 2,56 2,24 1,55 4,39
Jambi 10,52 2,76 4,22 8,74 8,72 1,37 4,54 2,68 3,02 1,27 3,09 1,67 4,38
Sumatera Selatan 6,02 3,78 2,72 7,04 8,38 3,05 3,68 2,85 2,78 2,06 1,5 1,84 3,81
Bengkulu 9,08 3,96 4,61 9,94 10,85 3,25 5 3,56 2,35 2,91 0,89 2,42 4,90
Lampung 9,95 4,24 4,3 7,56 8,36 4,65 2,75 3,14 2,92 3,53 1,93 2,13 4,62
Bangka-Belitung 9,36 5 6,57 8,71 6,81 4,66 7,78 2,66 3,45 2,31 0,52 3,6 5,12
Kepulauan Riau 6,17 3,32 3,92 10,09 7,49 2,46 3,06 3,37 2,36 2,4 1,66 0,86 3,93
Rata -rata perkembangan inflasi di 10 provinsi di Pulau Sumatera tahun 2010 -2021 4,37
Sumber:Badan Pusat Statistik Indonesia,2022 (Data Diolah)
Tabel 5.10 Rata-rata perkembangan inflasi di Pulau Sumatera tahun 2010-2021
10,00
9,00 8,83
8,00 7,82 8,71
7,00
6,00
5,00 4,58
4,00
4,06 3,77
3,00 2,76 2,26
2,00 3,25 2,51 1,96
1,92
1,00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Adapun hipotesis yang digunakan dalam pemilihan Uji Lagrange Multiplier ini
adalah
a. Jika p-value < α, maka H0, ditolak dan H1, diterima, artinya model REM lebih
baik dibandingkan model CEM
b. Jika p-value > α, maka H1, ditolak dan H0, diterima, artinya model CEM lebih
baik dibandingkan model REM
Dari hasil output di atas dapat dilihat bahwa nilai Prob. Breusch-Pagan (BP) sebesar
0.000 (Pada kolom ketiga yaitu "Both"). Sesuai hipotesis, jika Prob BP (0.000) <
0.05 maka H1 diterima, dengan kata lain model yang cocok adalah Random Effect
Model (REM)
5.2.2 Hasil Estimasi Model Terpilih Regresi Data Panel dengan Metode REM
Berdasarkan hasil Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier
model yang sering muncul adalah model REM sehingga penelitian ini akan
menggunakan model Random Effect Model (REM) sebagai model dalam penelitian
ini.
Tabel 5.14 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM)
Mean 8.32e-09
12 Median -165724.0
Maximum 4432566.
Minimum -2117985.
8
Std. Dev. 1734613.
Skewness 0.946675
4 Kurtosis 3.287385
Jarque-Bera 18.33681
0 Probability 0.000104
-1250000 0 1250000 2500000 3750000
Kriteria penilaian jika tingkat probalitinya > dari 0,05 maka data dikatakan
berdistribusi normal dan sebaliknya jika probalitinya < 0,05 maka data tidak
normal. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa probabiliti dari uji normalitas
adalah 0.000104 yang artinya lebih kecil dari tingkat α = 5 persen yaitu (0.000104
< 0,05) artinya data tidak berdistribusi normal
Tabel 5.15 Hasil Uji Multikolonieritas