Anda di halaman 1dari 19

Desentralisasi Fiskal dan

Konvergensi Pendapatan Per Kapita


Kabupaten/Kota di Pulau Jawa :
Pendekatan Ekonometrika Spasial
Fiscal Decentralization and Economic Convergence amongst Regions in
Java Island : Spatial Econometric Approach

Paparan Karya Tulis Ilmiah


Pegawai Re-entry Tubel S2
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP)

Jum’at, 22 Desember 2023

Presented by :
RIMA MELATI ANGGRAENI
PENDAHULUAN

Latar Belakang : Perekonomian Jawa-Sentris & Potret Ketimpangan di Pulau Jawa


1
3 Permasalahan ketimpangan regional
Kontribusi Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa terhadap PDB(%) semakin disoroti ketika implementasi
Pulau Jawa Luar Pulau Jawa desentralisasi fiskal di Indonesia tahun 2001
59.09 59.38 59.64
Lebih dari 150juta penduduk di P.Jawa
58.47 58.78
(60% populasi Indonesia) Perkembangan Rata-Rata Rasio PAD terhadap
42.10 41.90 41.74 41.69 41.39 Pendapatan Daerah pada Kab/Kota di Pulau Jawa,
Perekonomian Indonesia pada tahun Luar Pulau Jawa dan Nasional
2015-2019 masih terkonsentrasi
0.25
pada Pulau Jawa (kontribusi Jawa
>50% terhadap PDB Indonesia) 0.195 0.198
0.2 0.179 0.185 0.181
2015 2016 2017 2018 2019
0.152 0.151 0.151
0.15 0.129 0.126
Indeks Williamson antar Kab/Kota di Pulau Jawa dan 0.117
0.105 0.105
2 Luar Pulau Jawa serta Nasional Tahun 2015-2019 0.1
0.093 0.092

0.848 0.05
0.831
0.813 0.815 0.820
0
0.782 0.774 2015 2016 2017 2018 2019
0.764 0.758 0.763
Jawa Luar Jawa Nasional
0.727 0.728
0.723 0.721 Nilai IW Pulau Jawa > IW nasional
0.742
maupun IW Luar Pulau Jawa Kualitas Implementasi Desentralisasi
IW antar kab/kota di Pulau Jawa
Ketimpangan antarwilayah di Jawa lebih fiskal pada aspek penerimaan dan
2015 IW antar kab/kota 2017
2016 di Luar Pulau Jawa2018 2019 tinggi dibandingkan ketimpangan di Luar kemandirian fiskal pada Pulau Jawa
IW nasional Jawa ataupun nasional lebih baik dibandingkan dengan di Luar
Pulau Jawa
Research Gap
Kesamaan Dengan Perbedaan Dengan
Studi Terdahulu Studi Terdahulu

Mempertimbangkan aspek spasial dalam


Tetap melanjutkan analisis konvergensi beta menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
absolut dan beta kondisional konvergensi Pendapatan per Kapita

• Yudistira & Sohibien (2019)menganalisis terjadinya konvergensi • Sebagian besar penelitian sejenis hanya menggunakan metode
β absolut dan β kondisional tahun 2010-2017 di Pulau Jawa estimasi OLS  Penggunaan metode analisis biasa pada data dengan
• Barkah (2019) menguji adanya konvergensi β absolut dan β efek spasial menyebabkan estimasi tidak tepat (Anselin,1988)
kondisional pada pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur

Menganalisis desentralisasi fiskal baik dari aspek


pendapatan maupun pengeluaran
Menganalisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal
• Mayoritas penelitian sejenis hanya mempertimbangkan desentralisasi
terhadap Konvergensi Pendapatan per Kapita
fiskal dari satu aspek, yaitu pengeluaran Desentralisasi fiskal adalah
pendelegasian tanggung jawab dan pembagian kekuasaan yang
• Negara & Khoirunnurofik (2021) menggunakan variabel PAD, meliputi aspek pendapatan dan aspek pengeluaran (Prawirosetoto,
Dana Transfer, DBH, Pengeluaran Sektor Pendidikan,Kesehatan 2002)
& Infratruktur untuk menganalisis pengaruh desentralisasi
fiskal terhadap konvergensi pendapatan per kapita di Indonesia Menggunakan unit analisis hingga level kab/kota

• Menurut Barro & Sala-i-Martin (1990) konvergensi lebih dapat


dicapai apabila menggunakan unit analisis dengan level paling rendah
Rumusan, Tujuan, dan Manfaat Penelitian

Rumusan 1 Apakah perekonomian antar kabupaten/kota di Pulau Jawa cenderung konvergen atau divergen?

2 Bagaimana pengaruh desentralisasi fiskal secara spasial terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita dan
konvergensi pendapatan per kapita antar kabupaten/kota di Pulau Jawa?
3 Apakah terdapat autokorelasi spasial pada pertumbuhan pendapatan per kapita antar kabupaten/kota di
Pulau Jawa?

Tujuan 1 Mengidentifikasi apakah perekonomian antar kabupaten/kota di Pulau Jawa cenderung konvergen atau
divergen.
2 Menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal secara spasial terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita dan
konvergensi pendapatan per kapita antar kabupaten/kota di Pulau Jawa
3 Mengidentifikasi adanya autokorelasi spasial pada pertumbuhan pendapatan per kapita antar
kabupaten/kota di Pulau Jawa

Manfaat • Menambah kajian mengenai pengaruh desentralisasi fiskal terhadap konvergensi pendapatan per
T kapita antar kabupaten/kota di Pulau Jawa dengan mempertimbangkan pengaruh spasial
• Sebagai referensi bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian terkait

P Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan


pendapatan per kapita daerah dan mempercepat konvergensi pendapatan per kapita melalui
kebijakan desentralisasi fiskal
Tinjauan Pustaka
Konsep Konvergensi Jenis Konvergensi Teori Pertumbuhan Neoklasik &
Endogen
Kondisi ketika suatu daerah dengan perekonomian
yang lebih rendah cenderung mengejar • Konvergensi β absolut->pertumbuhan • Teori neoklasik memprediksi
ketertinggalan (catch-up) dari daerah dengan ekonomi hanya dipengaruhi pendapatan terjadinya konvergensi, sebab
perekonomian yang lebih tinggi (Barro & Sala-i- per kapita awal terdapat decreasing returns dari
martin, 1992) • Konvergensi β kondisional->pertumbuhan faktor capital
ekonomi dipengaruhi pendapatan per • Teori endogen menyatakan
kapita awal & faktor perekonomian lainnya konvergensi pendapatan antardaerah
hanya terjadi apabila mekanisme efek
limpahan bekerja dari satu daerah ke
daerah yang lain
Teori new economic geography Teori federalism fiskal Keterkaitan Spasial dalam
Analisis Kewilayahan
Aglomerasi menghasilkan perbedaan spasial  Teori Generasi Pertama→Terdapat 2 pendapat
dalam tingkat pendapatan. Semakin teraglomerasi penting tentang desentralisasi fiskal yang
secara spasial suatu perekonomian maka akan menekankan tentang keuntungan alokatif: o Hukum Tobler I/The First Law of
semakin meningkat pertumbuhannya A. Oates (1993) memperkenalkan knowledge Geography-> sesuatu yang dekat
in society (allocative efficiency) memiliki keterkaitan lebih besar
B. Tiebout (1956) memperkenalkan dimensi dibandingkan sesuatu yang jauh
persaingan dalam pemerintah o Growth Poles Theory/Circular and
 Teori Generasi Kedua→ pentingnya revenue dan Cumulative Causation/Spillover Effect
expenditure assignment antar level
pemerintahan
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu:
Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Konvergensi Pendapatan per Kapita

Ruang
Lingkup Ruang Lingkup
Indonesia Global

Positif Negatif
Positif Negatif

Panel OLS
Cross section OLS Panel OLS
Panel OLS Xie et al.
Garcia & Soelistianingsih (1998) Oates (1993), Gramlich
Mamuka et al. (2019), Emalia (1993), Prud’homme (1999), Zhang and Zou
Panel OLS (1998), Lin and Liu (2000),
(2012), Amarullah (2013), (1995), Peterson (1996),
Wibisono(2003), Resosudarmo & Barkah (2019), Fitri (2019), Bird & Vaillancourt (2000), and Thiessen (2003) Martínez
Vidyattama (2006), Aritenang Felicia (2020) Martinez & McNab (2001) et al. (2018), Robalino, Picazo,
and Voetberg (2001)
(2010) Path analysis
Spatial model Saputra & Mahmudi (2013)
Aritennag (2014),Vidyattama
(2014)
Kerangka Pikir dan Hipotesis Penelitian

Kerangka
Pikir Hipotesis
Diduga terjadi konvergensi pendapatan per kapita
1 antar kab/kota di Pulau Jawa

Diduga desentralisasi fiskal (PAD, Dana


Perimbangan, Belanja Pegawai, Belanja Barang
2
dan Jasa, Belanja Modal berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita
kabupaten/kota dan mendorong percepatan
konvergensi pendapatan per kapita antar
kabupaten/kota di Pulau Jawa

Diduga terdapat autokorelasi spasial


3 pada pertumbuhan pendapatan per kapita
antar kabupaten/kota di Pulau Jawa.
Metode Penelitian

Pendekatan penelitian Cakupan penelitian Sumber data


Metode: kuantitatif 113 kab/kota di Pulau Jawa Badan Pusat Statistik (BPS), Dit. Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan,
Teknik analisis: deskriptif dan inferensia 2015-2019 (data panel) Badan Informasi Geospasial (BIG)

Variabel Kode Definisi Operasional Pengukuran Referensi

Negara & Khoinurrofik


Pertumbuhan (2020),Barkah (2019), Barro &
Y Pertumbuhan PDRB per kapita kab/kota dibandingkan dengan periode sebelumnya
pendapatan per kapita Sala-i-martin(1992),Anggraeni
(2017)

Negara & Khoinurrofik


Pendapatan per kapita Logaritma natural dari PDRB per kapita pada periode sebelumnya (2020),Barkah (2019), Barro &
Ln_yt-1
awal Sala-i-martin(1992),Anggraeni
(2017)

Pendapatan Asli Pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah Rasio PAD terhadap
PAD Akai &
Daerah sesuai dengan peraturan Total Pendapatan Daerah
Sakata (2002); Ebel & Yilmaz
(2002)., Meloche et al (2004),
Dana yang berasal dari pendapatan APBN kemudian dialokasikan kepada daerah Rasio DBH, DAU dan Negara & Khoinurrofik
Dana Perimbangan DAPER untuk membiayai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi yang terdiri DAK terhadap Total (2020),Amalia et al. (2018)
dari DBH, DAU dan DAK Pendapatan Daerah

Rasio Total Belanja Barkah (2019), Pangestu (2018),


Pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan, uang
Belanja Pegawai BP Pegawai terhadap Total Amarullah (2013), Waryanto
representasi sekaligus honorarium dan upah pegawai
Pengeluaran Daerah (2017), Deswantoro et al (2017)
Pengeluaran yang ditujukan untuk melakukan pembelian Rasio Total Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan barang dan/ atau jasa yang habis pakai terhadap Total Pengeluaran Daerah
BB
Jasa
Barkah (2019), Pangestu (2018),
pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset Rasio Total Belanja Modal terhadap Total Amarullah (2013), Waryanto
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode Pengeluaran Daerah (2017), Deswantoro et al (2017)
Belanja Modal BM akuntansi.

Amalia et al. (2018), Dekiawan


Indicator yang menunjukkan hasil pembangunan dalam hal (2014),Yudistira & Sohibien
IPM IPM
kesehatan, pendidikan, perekonomian dan sebagainya. (2020)

Panjang jalan berkategori baik dan sedang pada setiap Amalia et al. (2018), Dekiawan
Rasio Panjang jalan dengan kondisi baik dan
Infrastruktur Jalan JALAN kabupaten/kota pada tahun yang besangkutan. (2014),Yudistira & Sohibien
sedang terhadap total Panjang jalan
(2020)

Angkatan kerja yang MANPOWE Jumlah angkatan kerja yang bekerja dibandingkan dengan jumlah Rasio Angkatan kerja yang bekerja Negara & Khoinurrofik (2020),
bekerja R angkatan kerja Terhadap Total Angkatan Kerja (Yudistira & Sohibien, 2020)

Variabel untuk bobot spasial dalam penelitian ini adalah:

Variabel Definisi Pengukuran Referensi


Vidyattama (2014), Aritenang (2014),
Invers Jarak antara wilayah kabupaten/kota Dekiawan (2014)
Invers Jarak
i ke kabupaten/kota j dalam satuan km
Spesifikasi Model dan Metode Analisis
Rumusan Masalah Model Penelitian/Formula Alat Analisis

Apakah perekonomian antar Konvergensi beta absolut Regresi Panel Non spasial
kabupaten/kota di Pulau Jawa cenderung (CEM vs FEM vs REM)
konvergen atau divergen? *Pemilihan model dg Uji Chow dan Uji
Hausman

Bagaimana pengaruh desentralisasi fiskal Konvergensi beta kondisional Regresi Panel Non spasial
secara spasial terhadap pertumbuhan (CEM vs FEM vs REM)
pendapatan per kapita dan percepatan *Pemilihan model dg Uji Chow dan Uji
konvergensi pendapatan per kapita antar SAR Hausman
kabupaten/kota di Pulau Jawa?
Regresi Panel Spasial
SEM -Spatial Autoregressive Model (SAR)
-Spatial Error Model (SEM)
Dimana *Pemilihan model dg Uji Lagrange Multiplier dan
Likelihood Ratio Test

Kecepatan Konvergensi
ln ( 𝛽 0 +1 )
𝑣=
𝑇
Half life convergence
ln 2
𝑡 =
𝑣
Apakah terdapat pengaruh spasial pada Indeks Moran
pertumbuhan pendapatan per kapita Local Indicators Spatial
antar kabupaten/kota di Pulau Jawa? Autocorelation(LISA)
Hasil Deskripsi Statistik
Variabel MEAN SD MIN MAX

Variabel Dependen

-0,036 0,771
Pertumbuhan pendapatan per kapita 0,055 0,085
(Kab.Bangkalan, 2019) (Kab. Lebak, 2015)

Variabel Independen

Pendapatan per kapita awal 10,138 0,629 9,267 12,718


(Kab.Pamekasan, 2015) (Kota Cilegon, 2019)

Pendapatan Asli Daerah 0,187 0,103 0,063 0,614


(Kab. Pangandaran,2015) (Kota Surabaya,2019)
Dana Perimbangan 0,606 0,104 0,209 0,798
(Kota Surabaya,2015) (Kota Serang,2017)
Belanja Pegawai 0,436 0,066 0,226 0,640
(Kota Surabaya,2019) (Kab.Rembang,2015)
0,084 0,464
Belanja Barang dan Jasa 0,228 0,074
(Kab.Bangkalan, 2015) (Kota Surabaya, 2018)
Belanja Modal 0,192 0,053 0.043 0,413
(Kab. Rembang,2015) (Kota TangSel.2017)

Variabel Kontrol

IPM 70,98 5,29 58,18 86,65


(Kab. Sampang,2015) (Kota Yogyakarta,2019)
Rasio Jalan Baik & Sedang terhadap Total Panjang Jalan 0,816 0,168 0,3198 1,000
(Kab.Pangandaran,2016) (Kota Blitar,2019)
Rasio Angkatan Kerja yang Bekerja 0,945 0,026 0,852 0,991
(Kota Semarang,2015) (Kab.Rembang,2019)
Gambaran Umum Variabel Penelitian
Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita

2015 2019 Perkembangan Rata-Rata


Pertumbuhan Pendapatan
Per Kapita Kab/Kota di
Pulau Jawa, 2015-2019

10 kab/kota< Rata-rata 0.0946 < 103 kab/kota 70 kab/kota< Rata-rata 0.0454 < 43 kab/kota
Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi
Kab.Indramayu 0.016 Kab. Lebak 0.770 Kab. Cilacap 0.018 Kab. Kulonprogo 0.114
Kab. Sampang 0.009 Kab. Pandeglang 0.766 Kab. Sampang 0.007 Kab. Majalengka 0.069
Kab. Sumenep 0.008 Kota Serang 0.761 Kab. Bekasi 0.003 Kota Cimahi 0.065
Kab. Bekasi 0.005 Kab. Serang 0.749 Kab. Bangkalan 0.002 Kota Bandung 0.064
Kab. Bangkalan -0.036 Kota Cilegon 0.745 Kab. Sumenep -0.002 Kab. Sumedang 0.059

Perkembangan Rata-Rata
Pendapatan Per Kapita Awal
Pendapatan Per Kapita Awal
Kab/Kota di Pulau Jawa, 2015-
2019
2015 2019
2015 2019 Perkembangan

Pendapatan Asli
Daerah (PAD)

Dana Perimbangan

Belanja
Pegawai

Belanja Barang dan


Jasa

Belanja Modal
Hasil Estimasi Model Regresi Fixed Effect (non spasial)
Analisis Konvergensi Beta Kondisional
Analisis Konvergensi Beta Absolut Koefisien Rob Std. Dev. VIF
5,262207 0,3086665 17,05 0,000***
Koefisien Rob Std. Dev. -0,7148778 0,0276874 -12,58 0,000*** 1,98
PAD 0,1712574 0,0749225 2,58 0,010** 6,47
5,734534 0,7341888 7,81 0,000*** DAPER 0,0555098 0,0225608 2,36 0,018** 3,55
BP -0,2549104 0,673264 -4,60 0,000*** 1,95
-0,560198 0,0724217 -7,74 0,000*** BB 0,002950 0,958563 0,05 0,959 2,62
BM -0,0737944 0,0635971 -1,40 0,163 1,58
59,83 0,000*** IPM 0,0504819 0.0040277 21,22 0,000*** 2,39
JALAN -0,0139482 0.0106302 -1,51 0,131 1,18
0,6324 MANPOWER 0,5876963 0,1647252 3,97 0,000*** 1,03
0,0016 626,62 0,000***
Breusch Pagan 9,94 0,9272
v 8,21% 12,54%
V
Half-life 8,4 Tahun 5,5 Tahun
Half life
• Terjadi konvergensi beta absolut (nilai Breusch Pagan 14,6 0,001
negative) Note : terjadi heterokedastisitas sehingga diselesaikan dengan metode robust
*p<0,05, **p<0,01, ***p<0,001
• Pendapatan per kapita awal bepengaruh (-)
signifikan terhadap pertumbuhan • Terjadi konvergensi beta kondisional (nilai negative)
pendapatan per kapita • Variabel desentralisasi fiskal dan variabel kontrol mampu mempercepat konvergensi
• Perubahan pada pendapatan per kapita awal dan paruh waktu untuk menutup kesenjangan
dapat menjelaskan pertumbuhan • PAD, DAPER, IPM, MANPOWER berpengaruh (+) signifikan terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita sebesar 63,24% dan pendapatan per kapita
sisanya oleh variabel lain di luar model • Pendapatan per kapita awal dan belanja pegawai berpengaruh (-) signifikan terhadap
penelitian. pertumbuhan pendapatan per kapita
• Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita
Hasil Estimasi Model SAR dan SEM (Regresi Spasial)
Moran’s I SAR fixed effect SEM fixed effect
Koef. Rob Std. Dev. Koef. Rob Std. Dev.
Y Residual
Tahun 3,4351272 0,0256125 10,76 0,000*** 5,1894305 0,01618396 14,75 0,000***
I p-value I p-value
-0,7983241 0,0476231 -16,76 0,000*** -0,7264789 0,0366618 -15,84 0,000***
2015 0,3270 0.0000*** 0.224 0.000***
2016 0,1436 0.0119** -0.000 0.321 0,1932582 0,0683782 2,83 0,005*** 0,0347441 0.0623659 0,56 0,577
2017 0,1978 0.0025*** 0.008 0.203 0.0933464 0.0224346 4.16 0.011*** 0,0493406 0,0439967 1,12 0,262
2018 0,1352 0.0345** -0.004 0.410 -0,203046 0,0596495 -3.40 0.028** -0,0069685 0,0470482 -0,15 0,882
2019 0,2755 0.000*** -0.009 0.134 BB 0.0327013 0.0805247 0,41 0,659 0.0165553 0,0823299 0,2 0,841
BM -0,0018931 0,0591394 -0,76 0,973 -0,085819 0,0527801 1,61 0,107
Data ini harus diuji secara spasial
IPM 0,0349297 0,0040928 11,42 0,000*** 0,0245734 0,0042586 -0,34 0,732
JALAN -0,0060703 0,0080506 -0.95 0,318 -0,0054799 0,0083843 -0,65 0.513
LR Test dan LM Test 0,5123667 0,1336616 3,44 0,001*** 0,2258427 0,1368005 1,65 0,099*
0,754809 0,0934959 8,02 0,000***
Uji atau 0,717435 0,1046597 7,16 0,000***
7.5012 0,000*** V 16,1% 12,96%
1,0032 0,3165 Half life 4,3 tahun 5,3 tahun
1424.7591 0,000 1528,9026 0,000
400,8555 0,000*** 0,9325 0,6281
340,2766 0,000*** 14,6 0,001 13,251 0,000
2490,2856 0,000***
2429,6833 0,000***
• Adanya variabel spasial lag yang menggambarkan keterkaitan antarwilayah mengakibatkan
LM Test-> SAR & SEM signifikan konvergensi terjadi lebih cepat.
LR Test-> SEM tidak signifikan • 93,25% variabilitas pertumbuhan pendapatan per kapita dijelaskan oleh variabel yang ada pada
SAR > SEM penelitian, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
Model yang dipilih->SAR • PAD, DAPER,BP,IPM, MANPOWER secara spasial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita sedangkan BB,BM dan JALAN secara spasial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan pendpatan per kapita
Autokorelasi Spasial dalam Pertumbuhan Pendapatan per Kapita di Pulau Jawa
Moran’s I Spillover Effect

2015 2016 2017 2018 2019 Terdapat autokorelasi spasial pada pertumbuhan pendapatan per kapita
Moran’s I pertumbuhan pendapatan per kapita suatu wilayah ditentukan oleh pertumbuhan
0,3270 0,1436 0,1978 0,1352 0,2755 pendapatan per kapita wilayah sekitarnya
Terjadi autokorelasi spasial positif  Pertumbuhan pendapatan per kapita suatu
Moran’s I pada tahun 2015- wilayah memberikan spread effect lebih besar dibandingkan backwash effect
400,85 0,000*** 2019
SAR
340,27 0,000*** Moran’s I 0,843

Local Indicator Of Spatial Association (LISA)


• Berdasarkan LISA cluster map 2015-2019,daerah yang masuk kuadran High-High
mengelompok didominasi oleh kab/kota di Provinsi Banten sedangkan kuadran
Low-low sebagian besar berada di wilayah pinggiran Jawa Tengah dan Jawa Timur,
High LowKab. Gresik dan Kab. Bojonegoro, sedangkan Low-HighKota
Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi
• Konsep core & periphery pada teori NEG berlaku dimana daerah dengan
pertumbuhan pendapatan per kapita rendah berada di wilayah pinggiran
• Kab. Gresik & Kab.Bojonegoro memberikan backwash effect pada daerah
sekitarnya

HH : Daerah dg pertumbuhan pendapatan per kapita tinggi dikelilingi oleh daerah dg pertumbuhan
pendapatan per kapita tinggi
HL:Daerah dg pertumbuhan pendapatan per kapita tinggi dikelilingi oleh daerah dg pertumbuhan
pendapatan per kapita rendah
LL:Daerah dg pertumbuhan pendapatan per kapita rendah dikelilingi oleh daerah dg pertumbuhan
pendapatan per kapita rendah
LH:Daerah dg pertumbuhan pendapatan per kapita rendah dikelilingi oleh daerah dg pertumbuhan
pendapatan per kapita tinggi
Implikasi Penelitian Keterbatasan Penelitian

1. Dengan adanya autokorelasi spasial pada pertumbuhan pendapatan per 1. Penelitian ini belum memasukkan
kapita, Pemerintah perlu mempertimbangkan aspek spasial dalam variabel pekerja komuter sehingga
merumuskan kebijakan pembangunan estimasi bersifat statis
2. Pemerintah dapat memanfaatkan aspek keterkaitan spasial untuk 2. Penelitian ini tidak memasukkan investasi
meningkatkan pemerataan pertumbuhan pendapatan per kapita daerah dalam model penelitian karena adanya
dengan cara menjalin Kerjasama antar Pemerintah Daerah untuk keterbatasan data investasi pada level
memajukan ekonomi satu sama lain, mengalokasikan DBH SDA untuk kabupaten/kota. Padahal, investasi
daerah yang berbatasan dan terkena eksternalitas negative dari kegiatan merupakan faktor penting yang menjadi
eksplorasi. Pemerintah juga dapat memberikan insentif bagi wilayah determinan pertumbuhan ekonomi suatu
yang menjadi pusat pertumbuhan sebab harus menanggung beban dari daerah.
wilayah sekitarnya 3. Penelitian ini menggunakan periode
3. Tingginya porsi belanja pegawai menggerus porsi belanja modal yang penelitian yang cukup pendek, yaitu
seharusnya dapat memberikan multiplier effect. Oleh karena itu, selama 5 (lima) tahun.
Pemerintah perlu melakukan realokasi belanja dengan memperbanyak 4. Penelitian ini hanya menggunakan bobot
porsi belanja modal yang bersifat produktif spasial invers jarak.
4. Untuk menurunkan backwash effect dan memperkuat spread effect, 5. Penelitian ini tidak menganalisis belanja
Pemerintah perlu melakukan penyediaan infrastruktur yang memadai per sector/fungsi
melalui skema KPBU dan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan
yang merata.
Kesimpulan dan Saran
Saran:
• Pemerintah perlu mempertimbangkan aspek spasial dalam proses
Kesimpulan: penyusunan kebijakan pembangunan
• Terjadi konvergensi beta absolut dan konvergensi beta kondisional pada • Beberapa Langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat spread
pertumbuhan pendapatan per kapita kabupaten/kota di Pulau Jawa th effect pada kab/kota di P. Jawa antara lain :
2015-2019  daerah dengan perekonomian rendah mampu mengejar 1. Optimalisasi penerimaan daerah dengan tetap memperhatikan aspek
ketertinggalan dari daerah yang memiliki perekonomian lebih tinggi kemudahan berusaha, salah satunya melalui skema opsen pajak,
• Analisis konvergensi dengan mempertimbangkan desentralisasi fiskal,
melakukan Kerjasama antar Pemerintah Daerah yang saling
variabel kontrol serta aspek keterkaitan spasial dapat mempercepat berdekatan untuk meningkatkan perekonomian daerah
konvergensi pendapatan per kapita 2. Memberikan insentif bagi wilayah yang menjadi pusat
• PAD dan Dana Perimbangan memiliki kontribusi positif pada
pertumbuhan, lalu mengalokasikan dana bagi hasil untuk daerah
pertumbuhan pendapatan per kapita sementara Belanja Pegawai dan penghasil, pengolah dan nonpenghasil yang berbatasan langsung
pendapatan per kapita awal berpengaruh negative terhadap pertumbuhan dengan daerah penghasil
pendapatan per kapita 3. Realokasi belanja daerah (pengalihan ke belanja produktif) untuk
• Belanja Modal dan Belanja Barang & Jasa belum cukup efektif dalam
meningkatkan kualitas belanja daerah
meningkatkan pertumbuhan pendapatan per kapita 4. Pemerintah perlu melakukan penyediaan infrastruktur yang
• Terjadi autokorelasi spasial pada pertumbuhan pendapatan per kapita
memadai dengan memanfaatkan skema KPBU dan peningkatan
kab/kota di Pulau Jawa pertumbuhan pendapatan per kapita suatu kualitas SDM melalui pendidikan yang merata.
wilayah ditentukan oleh pertumbuhan pendapatan per kapita wilayah
sekitarnya

Penelitian selanjutnya:
• Menambahkan variabel pekerja komuter dan investasi pada model
penelitian
• Menambah periode penelitian karena dampak desentralisasi fiskal pada
jenis belanja daerah tertentu (seperti belanja modal) baru dirasakan
dampaknya dalam jangka panjang
• Menambahkan bobot spasial selain invers jarak seperti biaya transportasi,
jumlah migrasi, atau pola perdagangan.
Terima Kasih

Desentralisasi Fiskal Dan Konvergensi Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Pulau Jawa :
Pendekatan Ekonometrika Spasial

© 2023 | RIMA MELATI A

Anda mungkin juga menyukai