Laporan Pendahuluan Post Op 1
Laporan Pendahuluan Post Op 1
APPENDISITIS
Oleh :
C1AA21171
2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan
oleh benda asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan
disusul oleh peradangan dari apendiks verivormis (Nugroho, 2011).
Apendisitis merupakan peradangan yang berbahaya jika tidak
ditangani segera bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams
& Wilkins, 2011). Apendisitis adalah suatu peradangan yang
berbentuk cacing yang berlokasi dekat ileosekal (Reksoprojo, 2010)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2010).
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis
yang terjadi pada apendiks vemiformis oleh karenaadanyasumbatan
yang terjadi pada lumen apendiks.Apendisitis merupakan penyakit
yang menjadi perhatian oleh karena angka kejadian apendisitis
tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan apendisitis bisa
seumur hidup sehingga memerlukan tindakan pembedahan.
2. TANDA DAN GEJALA
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik
apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium
di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya
disertai dengan rasa mual muntah, dan pada umumnya nafsu makan
menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa
lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik
setempat, Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena
bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga
disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat
celcius. Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya radang
apendiks menurut Haryono (2012) diantaranya:
1) Faktor sumbatan
Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya
apendisitis (90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60%
obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan lymphoid
sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda
asing, dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh
parasit dan cacing.
2) Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer
pada apendisitis akut. Adanya fekolit dalam lumen apendiks
yang telah terinfeksi dapat memperburuk dan memperberat
infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam
lumen apendiks, pada kultur yang banyak ditemukan adalah
kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan E.coli, Splanchius,
Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih dari 10%.
3) Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang
herediter dari organ, apendiks yang terlalu panjang,
vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah
terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan
kebiasaan makan dalam keluarga terutama dengan diet
rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolit dan
menyebabkan obstruksi lumen.
4) Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan
sehari-hari. Bangsa kulit putih yang dulunya mempunyai
resiko lebih tinggi dari negara yang pola makannya banyak
serat. Namun saat sekarang kejadiannya terbalik. Bangsa
kulit putih telah mengubah pola makan mereka ke pola
makan tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya
mengonsumsi tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah
serat, kini memiliki risiko apendisitis yang lebih tinggi.
3. POTOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing,
striktutur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritonium setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuraktif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium disebut
dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah,
akan terjadi apendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks
hingga timbul suatu massa lokal yang di sebut infiltrat apendikularis.
Oleh karena itu tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi, jika
tidak dilakukan tindakan segera mungkin maka peradangan
apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (mansjoer,
2000, h. 307).
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat
terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari
faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar
hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam
kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus (Munir,2011).
4. PATHWAY
Sumbatan
Apendiks terenggang
Apendisitis
8. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan
appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016)
adalah :
1) Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi
pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah
pelvis. Massa ini mulamula berupa flegmon dan berkembang
menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi
apabila appendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi
oleh omentum. Operasi appendektomi untuk kondisi abses
apendiks dapat dilakukan secara dini (appendektomi dini)
maupun tertunda (appendektomi interval). Appendektomi
dini merupakan appendektomi yang dilakukan segera atau
beberapa hari setelah kedatangan klien di rumah sakit.
Sedangkan appendektomi interval merupakan appendektomi
yang dilakukan setelah terapi konservatif awal, berupa
pemberian antibiotika intravena selama beberapa minggu.
2) Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus
sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang
terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 2 jam.Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang
timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5°
C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutama Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa
perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan
terjadinya peritonitis.
Perforasi memerlukan pertolongan medis segera
untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari
isi lambung ke rongga perut. Mengatasi peritonitis dapat
dilakukan oprasi untuk memperbaiki perforasi, mengatasi
sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus mengangkat
bagian dari organ yang terpengaruh .
3) Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum dapat
menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis
disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan leukositosis. Penderita peritonitis
akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.
Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah :
a. Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan
antibiotik suntik atau obat antijamur bila dicurigai
penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati
serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh.
Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan
tingkat keparahan yang dialami klien.
b. Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan
untuk membuang jaringan yang terinfeksi atau
menutup robekan yang terjadi pada organ dalam.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 LABEL SDKI Luaran Utama Intervensi Utama
(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan (I.08238)
berhubungan dengan keperawatan ... x ... jam Observasi
agen pencedera diharapkan tingkat nyeri • Identifikasi lokasi,
fisiologi (mis. menurun dengan kriteria karakteristik,
Inflamasi, iskemia, hasil: durasi, frekuensi,
neoplasma), agen • Kemampuan kualitas, intensitas
pencedera fisik (mis. menuntaskan nyeri
Abses, amputasi, aktivtas meningkat • Identifikasi skala
terbakar, terpotong, • Keluhan nyeri nyeri
mengangkat berat, menurun • Identifikasi respon
prosedur operasi, • Meringis menurun nyeri non verbal
trauma, latihan fisik • Sikap protektif • Identifikasi faktor
berlebihan) dibuktikan menurun yang memperberat
dengan dengan • Gelisah menurun dan memperingan
mengeluh nyeri, • Kesulitan tidur nyeri
tampak meringis, menurun • Identifikasi
bersikap protektif
• Menarik diri pengetahuan dan
(mis. Waspada, posisi keyakinan tentang
menurun
menghindari nyeri),
• Berfokus pada diri nyeri
gelisah, frekuensi nadi • Identifikasi
sendiri menurun
meningkat, sulit tidur,
• Diaforesis menurun pengaruh budaya
tekanan darah
• Perasaan depresi terhadap repson
meningkat, pola napas nyeri
(tertekan) menurun
berubah, nafsu makan
• Perasaan takut • Identifikasi
berubah, proses
mengalami cedera pengaruh nyeri
berpikir terganggu,
berulang menurun terhadap kualitas
menarik diri, berfokus
• Anoreksia menurun hidup
pada diri sendiri, • Perineum terasa • Monitor
diaphoresis. tertekan menurun keberhasilan terapi
• Uterus teraba komplementer yang
membulat menurun sudah diberikan
• Ketegangan otot • Monitor efek
menurun samping
• Pupil dilatasi penggunaan
menurun analgetik
• Muntah menurun Terapeutik
Pemberian Analgetik
(I.08243)
Observasi
• Identifikasi
karakteristik nyeri (
mis: pencetus,
Pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
• Identifikasi riwayat
alergi obat
• Identifikasi
kesesuaian jenis
analgetik (mis:
narkotika, non
narkotik atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
• Monitor tanda-
tanda vital sebelum
dan sesudah
pemberian
analgetik
• Monitor efektivitas
analgetik
Terapeutik
• Diskusikan jenis
analgetik yang
disukai untuk
mencapai
analgesial optimal,
jika perlu
• Pertimbangkan
penggunaan infus
continue, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
• Tetapkan target
efektifitas analgetik
untuk
mengoptimalakan
respon pasien
• Dokumentasikan
respon terhadap
efek analgetik dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
• Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
• Kolaborasi
pemberian dosis
dan analgetik,
sesuai indikasi
2 LABEL SDKI Luaran Utama Intervensi Utama
(D.0034) Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia
Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan (I.03116)
dibuktikan dengan keperawatan ..x..jam Observasi
faktor risiko diharapkan Status Cairan • Periksa tanda dan
kehilangan cairan membaik dengan kriteria gejala
secara aktif. hasil: hypervolemia (mis.
• Kekuatan nadi ortopnea, dyspnea,
meningkat edema, JVP/CVP
• Turgor kulit meningkat, reflex
meningkat hepatojugular
• Output urin positif, suara napas
meningkat tambahan
• Pengisian vena • Identifikasi
meningkat penyebab
• Ortopnea menurun hypervolemia
• Dispnea menurun • Monitor status
• Paroxymal noctural hemodinamik (mis.
dyspnea (PND) frekuensi jantung,
menurun tekanan darah,
hepatojugular 40○
membaik Edukasi:
(L.05020) Kolaborasi:
• Piuria menurun
• Periode menurun • Ajarkan cara
• Periode menggigil mencuci tangan
menurun dengan benar
• Letargi menurun • Ajarkan etika batuk
• Gangguan kognitif • Ajarkan cara
menurun memeriksa kondisi
• Kadar sel darah putih luka atau luka
membaik operasi
• Kultur darah • Anjurkan
membaik meingkatkan
• Kultur urine asupan nutrisi
membaik • Anjurkan
• Kultur sputum meningkatkan
membaik asupan cairan
Dukungan Mobilisasi
(I.05173)
Observasi
• Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan
fisik lainnya
• Identifikasi
toleransi fiisk
melakukan
pergerakan
• Monitor frekuensi
jantung dan
tekanna darah
sebelum memulai
mobilisasi
• Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik
• Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis,
pagar tempat tidur)
• Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
• Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
• Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis, duduk di
tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari
intervensi keperawatan antara lain adalah :
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan perubahan sistem tubuh
d. Menetapkan klien dengan lingkungan
e. Implementasi pesan dokter (Setiadi, 2012)
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Nikmatur, 2012).
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya (Nursalam,
2008).
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur, 2012).
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER.
Pengertian SOAP adalah sebagai berikut :
a. S : Data Subjektif.
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. O : Data Objektif.
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi perawat secara langsung kepada pasien,
dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
c. A : Analisis.
Interpretasi dari data subjektif atau objektif. Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan
yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan data objektif.
d. P : Planning.
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah ditemukan
sebelumnya.
e. I : Implementasi.
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan instruksi yang telah
teridentifikasi dalam komponen P (Perencanaan).
Tuliskan tanggal dan jam pelaksanaan
f. E : Evaluasi.
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
g. R : Reassesment.
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan
terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi,
apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,
dimodifikasi, atau dihentikan.
DATAR PUSTAKA