Penggunaan Klausa Relatif Dalam Artikel "Ragam Permainan Dalam Pembelajaran Berbicara Bipa" Oleh Reni Artana
Penggunaan Klausa Relatif Dalam Artikel "Ragam Permainan Dalam Pembelajaran Berbicara Bipa" Oleh Reni Artana
Shafariana
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri
Makassar, Jl. Dg. Tata Raya, Makassar, 90222, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian deskriptif kualitatif ini difokuskan pada klausa relatif yang
terdapat pada fungsi subjek, predikat, dan objek. Data dalam penelitian ini
adalah klausa relatif yang terdapat dalam artikel ilmiah “Ragama
Permainan dalam Pembelajaran Berbicara BIPA” oleh Reni Artyana.
Sumber data dalam penelitian ini yakni artikel ilmiah yang berjudul
“Ragam Permainan dalam Pembelajaran Berbicara BIPA” oleh Reni
Artyana yang dipublikasikan secara daring dalam ASILE 2014 Conference
dengan total 42 halaman. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik
dokumentasi melalui kegiatan baca-simak dan catat. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yakni reduksi data (menyeleksi,
melabeli dengan nomor, memilah sesuai fokus, dan mengelompokkan sesuai
karakteristik); penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian ini
adalah adalah (1) terdapat 33 dari 40 data yang tergolong dalam klausa
relatif dengan posisi yang direlativisir yakni subjek. Penggunaan klausa
relatif ini memiliki enam variasi pola klausa, yakni pola S-P-O, S-P-K, S-P,
S-P-Pel, S-P-O-Pel, dan S-P-O-K.. Penggunaan klausa relatif berpola S-P-
O dengan posisi yang direlativisir pada subjek terdapat sebanyak 8 data,
berpola S-P-K 9 data, berpola S-P 9 data, berpola S-P-Pel 2 data, berpola
S-P-O-Pel 2 data, dan berpola S-P-O-K 3 data; (2) tidak ditemukan satupun
dari 40 data yang tergolong dalam klausa relatif dengan posisi yang
direlativisir pada predikat. Ada dua data yang hampir terlihat sebagai
klausa relatif, namun sebenarnya bukan; dan (3) terdapat 5 dari 40 data
yang tergolong dalam klausa relatif dengan posisi yang direlativisir yakni
objek. Penggunaan klausa relatif ini memiliki enam variasi pola klausa,
yakni pola S-P-O (3 data), S-P-Pel (1 data), dan S-P-Pel-K (1 data).
ABSTRACT
This qualitative descriptive research focuses on relative clauses found in the
functions of subject, predicate, and object. Relative clauses from "Ragama
Permainan dalam Pembelajaran Berbicara BIPA" by Reni Artyana served
as the research's source of data. The scientific article by Reni Artyana titled
"Ragam Permainan dalam Pembelajaran Berbicara BIPA" that was
published online at the ASILE 2014 Conference with a total of 42 pages
serves as the research's data source. Reading and taking notes were used as
the primary data collection methods. The data were analyzed using
qualitative descriptive analysis, involving data reduction (selection,
numbering labels, sorting by focus, and grouping by attributes), data
presentation, and formulation of conclusions. The findings of this study are
as follows: (1) Of the 40 data, 33 were identified as relative clauses with
relativized subject positions. Six different clause patterns are used when
using relative clauses: S-P-O, S-P-K, S-P, S-P-Pel, S-P-O-Pel, and S-P-O-
K. The application of relative clauses with the S-P-O clause pattern, which
relativizes the subject position, was discovered in 8 data, the S-P-K pattern
in 9 data, the S-P pattern in 9 data, the S-P-Pel pattern in 2 data, the S-P-O-
Pel pattern in 2 data, and the S-P-O-K pattern in 3 data; (2) none of the 40
data were classified as relative clauses with relativized predicate position.
There were 2 data that seemed to be relative clauses but weren't; and (3) out
of 40 data, 5 were classified as relative clauses with relativized object
position. The use of relative clauses has six variations of clause patterns,
namely S-P-O (3 data), S-P-Pel (1 data), and S-P-Pel-K (1 data).
PENDAHULUAN
Secara hierarkis, kalimat merupakan satuan klausa di bawah tataran
wacana. Kalimat merupakan konstituen wacana atau pembentuk wacana. Perilaku
kalimat sebagai unsur pembentuk wacana sangat beragam. Ada yang secara
potensial dapat berdiri sendiri, tetapi ada juga yang memiliki ketergantungan
dengan kalimat yang lain. Ada kalanya kalimat dibentuk oleh kata, frasa, atau
klausa. Dengan demikian, seluk-beluk kalimat menjadi lebih kompleks bila
ditinjau dari berbagai segi. Orang dapat meninjau kalimat dalam kaitannya dengan
keberadaan kalimat dalam wacana atau meninjau kalimat dari susunan unsur yang
membentuknya atau dapat pula dari amanat atau informasi yang disandangnya
(Dola, 2010).
Suatu kalimat dapat terdiri atas beberapa klausa. Inilah yang disevut
dengan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat dibentuk melalui dua cara,
yakni melalui rapatan dan sematan. Klausa dirapatkan dengan klausa lain
membentuk kalimat disebut dengan klausa rapatan dan kalimat yang dibentuk itu
disebut kalimat rapatan. Begitupun dengan klausa relatif, klausa yang disematkan
ke dalam klausa lain atau kalimat dasar membentuuk kalimat, dan kalimat
bentukannya disebut kalimat sematan.
Berbicara mengenai kalimat sematan dan klausa sematan, dalam
penggunaannya, klausa sematan sangat banyak digunakan, baik itu disadari atau
tidak disadari. Klausa ini dibedakan atas tiga klausa, yakni kalusa pelengkap,
klausa oblik, dan klausa relatif. Khusus klausa relatif, klausa ini sangat sulit untuk
dideteksi keberadaannya karena direlatifkan dengan klausa lain, terutama dalam
menganalisa struktur fungsi kalimat kompleks. Oleh karena itu, pengetahuan akan
klausa relatif sangat penting guna membentuk kalimat-kalimat kompleks yang
akan membangun sebuah wacana dan menganalisa struktur fungsi kalimat
kompleks itu sendiri. Pengetahuan akan klausa relatif tidak jauh dari konsep
struktur fungsi kalimat sebagai lokasi perelatifan klausa tersebut.
Namun, dalam realitanya, banyak masyarakat bahasa termasuk penulis
sulit membedakan antara perluasan frasa dengan perelatifan klausa. Klausa relatif
biasa menggunakan kata “yang” dalam proses perelatifannya. Hal ini
menjadikannya hampir sama dengan frasa yang lebih diperluas. Akibatnya, dalam
analisis struktur fungsi kalimat kompleks sangat sukar diketahui apakah suatu kata
masih bagian dari fungsi yang satu ataukah sudah menjadi fungsi lain, terutama
pada fungsi predikat. Padahal, seperti yang dikatakan sebelumnya, hal ini sangat
penting dalam analisa struktur fungsi kalimat. Oleh karena itu, pada artikel ini
dibahas mengenai analisis klausa relatif berdasarkan letak perelatifannya dalam
artikel.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menghasilkan
data deskriptif mengenai penggunaan klausa relatif. Penelitian ini difokuskan pada
klausa relatif yang terdapat pada fungsi subjek, predikat, dan objek. Data daam
penelitian ini adalah klausa relatif yang terdapat dalam artikel ilmiah “Ragama
Permainan dalam Pembelajaran Berbicara BIPA” oleh Reni Artyana. Sumber data
dalam penelitian ini yakni artikel ilmiah yang berjudul “Ragam Permainan dalam
Pembelajaran Berbicara BIPA”. Artikel ini merupakan tulisan dari Reni Artyana
yang dipublikasikan secara daring dengan total 42 halaman. Artikel ini
diikutsertakan dalam ASILE 2014 Conference. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik dokumentasi yang di dalamnya terdapat kegiatan baca-simak
dan catat. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif, yakni reduksi data (menyeleksi data, melabeli data dengan
nomor, memilah sesuai fokus, dan mengelompokkan sesuai karakteristik);
penyajian data, dan penarikan simpulan.
klausa relatif sehingga berada pada fungsi subjek. Jadi, posisi subjek yang
direlativisir. Penyematan tersebut menggunakan bantuan kata “yang” untuk
merelatifkan kalimat tersebut. Klausa sematan relatif ini berpola subjek (ia),
predikat (menyimpan), dan objek (harta karun).
Pada data (31) terdapat beberapa klausa. Klausa pertama yakni Guru bisa
mengganti jenis barang yang dijual penjual dan klausa kedua Guru bisa mengganti
jumlah uang yang dimiliki pembeli dengan masing-masing memiliki klausa
relatif. Klausa relatif data (31) yang pertama yakni yang dijual penjual memiliki
induk barang dan klausa relatif data (31) yang kedua yakni yang dimiliki pembeli
memiliki induk uang dengan masing-masing juga menduduki fungsi objek dalam
kalimat. Induk tersebut dimasukkan ke dalam klausa relatif sehingga berada pada
fungsi subjek. Jadi, posisi subjek yang direlativisir. Penyematan tersebut
menggunakan bantuan kata yang untuk merelatifkan kalimat tersebut. Klausa
sematan relatif ini berpola subjek (barang/ uang), predikat (dijual/ dimiliki), dan
objek (penjual/ pembeli).
Adapun data (36), frasa sepuluh kertas pada kalimat merupakan objek dari
kalimat. Frasa ini disebut induk. Klausa relatif dalam kalimat yakni yang masing-
masing memiliki dua buah kotak kosong ... . Induk tersebut dimasukkan ke dalam
klausa relatif sehingga berada pada fungsi subjek. Jadi, posisi subjek yang
direlativisir. Adapun fungsi sintaksis klausa tersebut yakni subjek (sepuluh
kertas), predikat (masing-masing memiliki), dan objek (dua buah kotak kosong).
bukan. Kata bukan disebut relativisator. Jadi, kata bukan pada data itu adalah
relativisator sehingga kedua data itu tidak memuat sebuah klausa relatif.
direlatifkan dengan menyematkan klausa relatif yang mereka ketahui ... . Jadi,
yang menjadi induk klausa relatif adalah kosakata. Induk tersebut dimasukkan ke
dalam klausa relatif, dan tetap berada pada fungsi objek. Jadi, posisi objeklah
yang direlativisir. Klausa relatif sematan ini berpola subjek (mereka), predikat
(ketahui), dan objek (kosakata itu).
Pembahasan
Klausa Relatif pada Subjek
Pada penelitian ini terdapat 33 dari 40 data yang tergolong dalam klausa
relatif dengan posisi yang direlativisir yakni subjek. Penggunaan klausa relatif ini
memiliki enam variasi pola klausa, yakni pola S-P-O, S-P-K, S-P, S-P-Pel, S-P-O-
Pel, dan S-P-O-K.
Penggunaan klausa relatif berpola S-P-O dengan posisi yang direlativisir
pada subjek terdapat sebanyak 8 data, berpola S-P-K 9 data, berpola S-P 9 data,
berpola S-P-Pel 2 data, berpola S-P-O-Pel 2 data, dan berpola S-P-O-K 3 data.
Perelativan kedelapan data berpola S-P-O dilakukan dengan menggunakan kata
yang untuk merelatifkan subjek. Hal ini sesuai dengan pandangan Agustina (2007)
bahwa klausa relatif menggunakan pronomina relatif yang yang tidak berstatus
argumen. Kata yang dikategorikan sebagai pronomina relatif karena kata yang
mengacu pada induk sehingga bukan sebagai relativisator (Bicford, 1998). Hal ini
ditunjukkan dalam salah satu data berikut.
Salah satu hal yang memengaruhi karakteristik pembelajaran BIPA adalah
motivasi siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia. (data 1)
Frasa salah satu hal pada kalimat merupakan subjek. Frasa tersebut diterangkan
oleh klausa relatif yakni yang memengaruhi karakteristik pembelajaran BIPA.
Frasa salah satu hal disebut induk, sebagaimana pandangan Bicford (1998) bahwa
induk adalah nomina/verba yang diterangkan oleh klausa relatif. Induk salah satu
hal ini juga berada diluar klausa relatif itu sendiri karena menduduki fungsi subjek
dalam kalimat. Hal ini persis dengan apa yang dikatakan Bicford (1998) bahwa
induk klausa relatif biasanya berada di luar klausa relatif itu dan hampir tidak
pernah dilihat induk klausa relatif berada di dalam klausa relatif. Posisi yang
direlativisir oleh klausa relatif berdasarkan cara mudah menentukan posisi versi
Bicford (1998) dengan memasukkan induk ke dalam klausa relatif dan menjawab
pertanyaan hubungan gramatikal apa yang akan dimiliki induk dalam klausa
relatif, kalau ini muncul di sana? adalah fungsi subjek. Hal ini ditunjukkan bentuk
Hal itu memengaruhi karakteristik pembelajaran BIPA. Jadi, posisi subjek yang
direlativisir oleh klausa relatif.
Penggunaan klausa relatif yang berpola S-P-K, S-P, S-P-Pel, S-P-O-Pel,
dan S-P-O-K dengan posisi yang direlativisir berada pada subjek juga sama
seperti pola S-P-O. Hanya saja ada klausa relatif yang melekat pada klausa
sematan lainnya. Hal ini ditunjukkan pada data berikut.
Foreman (2003) berpendapat bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui
proses peragaan akan merangsang kemampuan siswa untuk menemukan,
menganalisis, menafsir, juga memecahkan masalah. (data 15)
Kalimat tersebut memuat dua klausa yakni klausa pertama Foreman (2003)
berpendapat ... dan klausa kedua pembelajaran yang dilakukan melalui proses
peragaan akan merangsang kemampuan siswa untuk menemukan, menganalisis,
menafsir, juga memecahkan masalah. yang disematkan oleh konjungsi kopula
bahwa. Klausa kedua memuat klausa relatif. Perelativan tersebut juga dilakukan
dengan menggunakan kata yang untuk merelatifkan subjek. Hal ini sebagaimana
pandangan Agustina (2007) bahwa klausa relatif menggunakan pronomina relatif
yang yang tidak berstatus argumen. Kata yang dalam hal ini juga dikategorikan
sebagai pronomina relatif karena mengacu pada induk sehingga bukan sebagai
relativisator (Bicford, 1998).
Kata pembelajaran pada klausa kedua merupakan subjek. Frasa tersebut
diterangkan oleh klausa relatif yakni yang dilakukan melalui proses peragaan.
Kata pembelajaran disebut induk, sebagaimana pandangan Bicford (1998) bahwa
induk adalah nomina/verba yang diterangkan oleh klausa relatif. Induk
pembelajaran ini juga berada diluar klausa relatif itu sendiri karena menduduki
fungsi subjek dalam klausa kedua. Hal ini persis dengan apa yang dikatakan
Bicford (1998) bahwa induk klausa relatif biasanya berada di luar klausa relatif itu
dan hampir tidak pernah dilihat induk klausa relatif berada di dalam klausa relatif.
Posisi yang direlativisir oleh klausa relatif berdasarkan cara mudah menentukan
posisi versi Bicford (1998) yakni dengan memasukkan induk ke dalam klausa
relatif dan menjawab pertanyaan hubungan gramatikal apa yang akan dimiliki
induk dalam klausa relatif, kalau ini muncul di sana? adalah fungsi subjek. Hal ini
ditunjukkan bentuk Pembelajaran dilakukan melalui proses peragaan. Jadi, posisi
subjek yang direlativisir oleh klausa relatif.
Selain itu, dalam data penelitian juga diperoleh klausa relatif dengan posisi
subjek yang direlativisir terletak pada fungsi objek dalam klausa yang ada pada
kalimat. Hal ini ditunjukkan data berikut.
Oleh karena itu, pengajar dituntut untuk kreatif dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa agar terlibat penuh,
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. (data 2)
Perelativan juga dilakukan dengan menggunakan kata yang untuk merelatifkan
subjek. Hal ini sesuai dengan pandangan Agustina (2007) bahwa klausa relatif
menggunakan pronomina relatif yang yang tidak berstatus argumen. Kata yang
dikategorikan sebagai pronomina relatif karena kata yang mengacu pada induk
sehingga bukan sebagai relativisator (Bicford, 1998). Frasa kegiatan
tersebut, bahwa penggunaan kata bukan pada kedua data itu adalah relativisator
sehingga kedua data itu tidak memuat sebuah klausa relatif.
yang diterangkan oleh klausa relatif. Induk pembelajaran ini juga berada diluar
klausa relatif itu sendiri karena menduduki fungsi objek dalam klausa kedua. Hal
ini persis dengan apa yang dikatakan Bicford (1998) bahwa induk klausa relatif
biasanya berada di luar klausa relatif itu dan hampir tidak pernah dilihat induk
klausa relatif berada di dalam klausa relatif. Posisi yang direlativisir oleh klausa
relatif berdasarkan cara mudah menentukan posisi versi Bicford (1998) yakni
dengan memasukkan induk ke dalam klausa relatif dan menjawab pertanyaan
hubungan gramatikal apa yang akan dimiliki induk dalam klausa relatif, kalau ini
muncul di sana? adalah fungsi objek dalam bentuk Mereka pelajari bahasa. Jadi,
posisi objek yang direlativisir oleh klausa relatif.
Uniknya, salah satu data klausa relatif dengan posisi objek yang
direlativisir menduduki fungsi subjek dalam kalimat. Perelativan dilakukan
dengan menggunakan kata yang untuk merelatifkan objek Hal ini sesuai dengan
pandangan Agustina (2007) bahwa klausa relatif menggunakan pronomina relatif
yang yang tidak berstatus argumen. Kata yang dikategorikan sebagai pronomina
relatif karena kata yang mengacu pada induk sehingga bukan sebagai relativisator
(Bicford, 1998). Hal ini ditunjukkan dalam salah satu data berikut.
Kegembiraan yang siswa rasakan saat melakukan permainan ini membuat
mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang mempelajari sesuatu.
(data 20). Kata kegembiraan pada kalimat merupakan subjek kalimat. Frasa
tersebut diterangkan oleh klausa relatif yakni yang siswa rasakan saat melakukan
permainan. Kata kegembiraan disebut induk, sebagaimana pandangan Bicford
(1998) bahwa induk adalah nomina/verba yang diterangkan oleh klausa relatif.
Induk kegembiraan ini juga berada diluar klausa relatif itu sendiri karena
menduduki fungsi subjek dalam kalimat. Hal ini persis dengan apa yang dikatakan
Bicford (1998) bahwa induk klausa relatif biasanya berada di luar klausa relatif itu
dan hampir tidak pernah dilihat induk klausa relatif berada di dalam klausa relatif.
Posisi yang direlativisir oleh klausa relatif berdasarkan cara mudah menentukan
posisi versi Bicford (1998) dengan memasukkan induk ke dalam klausa relatif dan
menjawab pertanyaan hubungan gramatikal apa yang akan dimiliki induk dalam
klausa relatif, kalau ini muncul di sana? adalah fungsi objek dalam bentuk Siswa
rasakan kegembiraan saat melakukan permainan. Jadi, posisi objek yang
direlativisir oleh klausa relatif.
KESIMPULAN
Beberapa simpulan mengenai penelitian ini adalah (1) terdapat 33 dari 40
data yang tergolong dalam klausa relatif dengan posisi yang direlativisir yakni
subjek. Penggunaan klausa relatif ini memiliki enam variasi pola klausa, yakni
pola S-P-O, S-P-K, S-P, S-P-Pel, S-P-O-Pel, dan S-P-O-K.. Penggunaan klausa
relatif berpola S-P-O dengan posisi yang direlativisir pada subjek terdapat
sebanyak 8 data, berpola S-P-K 9 data, berpola S-P 9 data, berpola S-P-Pel 2 data,
berpola S-P-O-Pel 2 data, dan berpola S-P-O-K 3 data; (2) tidak ditemukan
satupun dari 40 data yang tergolong dalam klausa relatif dengan posisi yang
direlativisir pada predikat. Ada dua data yang hampir terlihat sebagai klausa
relatif, namun sebenarnya bukan; dan (3) terdapat 5 dari 40 data yang tergolong
dalam klausa relatif dengan posisi yang direlativisir yakni objek. Penggunaan
klausa relatif ini memiliki enam variasi pola klausa, yakni pola S-P-O (3 data), S-
P-Pel (1 data), dan S-P-Pel-K (1 data). Berkenaan dengan itu, hendaknya
pengajaran klausa relatif dalam bahasa Indonesia lebih ditingkatkan dengan
memberikan latihan kepada siswa/mahasiswa. Selain itu, penelitian/pengkajian
mengenai klausa relatif dalam bahasa Indonesia perlu diperbanyak untuk
menambah khazanah.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. (2007). “Klausa Relatif dalam Bahasa Indonesia: Sebuha Fenomena
Kontroversial?”. Linguistik Indonesia. Daring. No. 2 Ed. Agustus 2007.
http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/KlausaRelatifdalamBah
asaIndonesia.pdf. Diakses pada 16 Desember 2018.
Alwi, Hasan dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Ed. Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Artyana, Ellis Reni. (2014). “Ragam Permainan dalam Pembelajaran Berbicara
BIPA”. ASILE 2014 Conference. 29-30 September 2014. Bali.
Bicford, J. Albert. 1998. Alat Penganalisis Bahasa-bahasa di Dunia, Morfologi
dan Sintaksis. Summer Institut of Linguistics: Dalla.
Dola, Abdullah. (2010). Tataran Sintaksis dalam Gramatika Bahasa Indonesia.
Makassar: Badan Penerbit UNM.
Djajasudarma, T. Fatimah. (1997). Analisis Bahasa Sintaksis dan Semantik.
Bandung: Humaniora Uama Press.
Khairah, Miftahul dan Ridwan, Sakura. (2015). Sintaksis: Memahami Satuan
Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. (2002). Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori
Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.
Kridalaksana, Harimurti. (2009). Kamus Linguistik. Ed. IV. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Purwo, Bambang Kaswanti. 2000. Bangkitnya Kebhinekaan Dunia Linguistik dan
Pendidikan. Jakarta: Mega Media Abadi.
Universitas Kristen Maranatha. Daring. https://repository.maranatha.edu/7076/
3/0842006_Chapter1.pdf. Diakses pada 16 Desember 2018.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Daring. Bandung: http://repository.upi.
edu/8969/2/t_bind_029526_chapter1.pdf. Diakses pada 16 Desember
2018.