Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BAHAN GALIAN INDUSTRI

“Klasifikasi Bahan Galian Industri Hidrothermal dan Batuan Malihan”

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1. M. Zaki Fatlul Rahman 23137077

2. Natasha Nurluthvia 23137078

3. Nugrah Oktrisya A 23137079

Dosen Pengampu
Aulia Hidayat Burhamidar., S.T., M.T.

PRODI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
rahmat-Nya,sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktu nya. Laporan ini
disusun agar mahasiswa dapat mengetahui tentang mata kuliah Bahan Galian Industri.
Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya selaku penyusun mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Aulia Hidayat Burhamidar.,S.T., M.T selaku dosen Bahan Galian Industri
beserta para staf pengajar lainnya.
2. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, Desember 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Makalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A. Hidrothermal ..................................................................................... 2
B. Endapan BGI Akibat Proses Hidrothermal ....................................... 3
C. Batuan Metamorf (Malihan) ............................................................. 11
D. Endapan BGI yang Berkaitan dengan Batuan Metamorf .................. 12
E. Studi Kasus ....................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 25
A. Kesimpulan ....................................................................................... 25
B. Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan hasil bumi.
Kekayaan hasil bumi Indonesia menjadi salah satu sektor yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan negara ini. Tetapi disamping itu masih banyak
masyarakat umum yang memiliki pengetahuan minin tentang bahan galian yang
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari tersebut. Hal ini dapat berdampak pada
kerusakan yang terjadi akibat ketidaktepatan manusia dalam proses
pengambilan endapan dari bumi. Oleh karna itu dibutuhkan pengetahun tentang
genesa serta proses pembentukan endapan sehingga kita dapat menyesuaikan
metode apa yang akan digunakan dalam penggalian endapan tersebut
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui proses hidrothermal serta bahan galian induustri Indonesai
yang berkaitan dengan proses hidrothermal
2. Mengetahui defenisi batuan metamorf serta bahan galian industri
Indoensia yang berkaitan dengan batuan metamorf

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hidrothermal
Proses hidrothermal merupakan suatu proses sirkulasi cairan, menghasilkan
perubahan fisika dan kimia dimana batu tersebut berada. Proses hidrotermal terjadi
ketika cairan bersentuhan dengan batuan sehingga keseimbangan mineral-mineral
dari batuan terubah,tergantung pada suhu, tekanan, kimia batuan, serta komposisi
batuan yang dilalui oleh cairan. Bentuk jebakan hidrotermal sering mengikuti
bentuk rongga/rekahan yang diisinya, kadang - kadang diikuti oleh proses yaitu
subtitusi/penggantian. Klasifikasi bentuk endapan tergantung pada bentuk
rongga/rekahan yang diisinya.
Pada batuan beku intrusi eruptif, bentuk endapan yang banyak terjadi adalah
berbentuk urat. Pada batu gamping dan dolomit sering memperlihatkan bentuk
subtitusi, sedangkan pada batupasir dan tufa, sering berupa bentuk impregnasi.
Bentuk urat dan impregnasi dapat digolongkan pada proses cavity filling,
sedangkan bentuk lain dapat digolongkan pada proses subtitusi (replacement).
Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas:
1. Endapan hypothermal, ciri-cirinya adalah :
a. Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi
b. Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi
dengan kedalaman yang besar
c. Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan
Spalerite serta oksida besi
d. Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z
2. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya:
a. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal

2
3

b. Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan


permukaan
c. Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami
proses penggantian antara lain berupa crustification dan banding
d. Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida
Sn
e. Proses pengayaan sering terjadi
3. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah
b. Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi)
c. Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi
d. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein)
e. Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure
f. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral gangue -nya
berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hydrothermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses
mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang
terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan
batuan.
B. Endapan BGI Akibat Proses Hidrothermal
1. Barit
Barit (BaSO4) termasuk kelompok mineral sulfat. Pernyusun utama
mineral ini adalah barium (Ba), memiliki sistem kristal ortorombik, belahan
sempurna (001), kekerasan 3-3,5, kilap kaca (vitreous), warna putih atau
bening, gores/cerat putih. Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung
campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang senyawanya mempunyai bentuk
kristal yang sama. Barit juga terbentuk sebagai vein, dimana kristal barium
sulfat terbentuk akibat presipitasi dari air panas sub terranean.
4

Penambangan barit lebih banyak ditunjukan oleh singkapan yang


tampak dipermukaan. Oleh sebab itu sistem penambangan yang diterapkan
adalah penambangan terbuka dengan peralatan sederhana. Pada umumnya barit
terakumulasi pada retakan-retakan ataupun pada patahan. Oleh sebab itu
penambangan sistem gophering sangat mungkin dilakukan tetapi harus sangat
hati-hati karena terjadinya runtuhan tanah akan sangat mungkin terjadi.
Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri
perminyakan. Mineral barit banyak digunakan untuk kepentingan lumpur
dalam pemboran minyak dan gas bumi. Pemakaian ini mencapai sekitar 85-
90% dari produksi barit secara keseluruhan. Sisanya digunakan sebagai bahan
baku dalam industri kimia barium, sebagai bahan pengisi dan pengembang
(filler dan extender), dan agregat semen. Sedangkan di Indonesia mineral barit
dapat dijumpai :
a. Jawa Barat: Cikondang, Kec. Cineam, Kab. Tasikmalaya (berupa urat-urat
pada celah-celah batuan tufa breksi).
b. Jawa Tengah: Kp. Plampang Kukusan, Watutugu, Sermo, Kab. Kulon
Progo (berupa urat-urat pada celah-celah batuan andesit, ditandai dengan
kenampakan warna coklat tua); Durensari, Bagelen, Kab. Purworejo
(seperti yang terdapat di Plampang).
c. Sulawesi Selatan: Sangkanropi, Kab. Tanotoraja (berasosiasi dengan bijih
sulfida pada zona riolit/dasit yang terkersikkan).
2. Gipsum
Mineral gipsum terbentuk dari pengendapan air laut dengantemperatur
lebih besar dari 420C. Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap
akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit. Sebagai mineral
evaporit, endapan gipsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen
batu gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering
pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen.
Endapan gipsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur
5

endapan belerang yang berasal dari gunung api. Di Indonesia, mineral gipsum
dapat ditemukan di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Cirebon, Kalianget, Nusa
Tenggara Barat
Selain itu, mineral gipsum banyak dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pemanfaatan mineral gipsum dapat digolongkan menjadi:
a. Yang belum mengalami kalsinasi digunakan dalam pembuatan semen
Portland dan sebagai pupuk
b. Yang mengalami proses kalsinas, sebagian besar digunakan sebagai bahan
bangunan, flester paris, bahan dasar untuk pembuatan kapur, bedak, untuk
cetakan alat keramik, tuangan logam, gigi dan sebagainya
3. Kaolin
Kaolin adalah suatu massa batuan yang tersusun dari mineral lempung
dengan kandungan besi yang rendah dan pada umumnya berwarna putih atau
agak putih. Kaolin terbentuk dari hidrous aluminium silikat dengan komposisi
kimia 2H2O , Al2O3, 2SiO2 dengan disertai beberapa material penyerta. Secara
umum kaolin berwarna putih atau agak keputih-putihan, kekerasan 2-2.5,
bersifat plastis bila tercampur air, dengan daya hantar listrik dan panas yang
rendah dan berat jenis antara 2,60-2,63. Sifat-sifat kaolin akan sangat
dipengaruhi oleh komposisi mineral tanah lempung yang ada dalam kaolin,
maka untuk mengetahui sifat-sifat fisik yang lain seperti plastisitas, kekuatan,
tekstur dan lain-lain yang dibahas adalah sifat-sifat dari mineral penyusunnya
yaitu mineral lempung
Kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai bahan
baku utama maupun bahan pembantu. Hal ini karena adanya sifat-sifat kaolin
seperti kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah,
serta sifatsifat lainnya. Dalam industri kaolin dapat berfungsi sebagai pelapis
(coater), filler, barang-barang tahan api dan isolator. Penggunaan kaolinn yang
utama adalah dalam industri keramik, kertas, cat, sabun, karet/ban dan
pestisida. Penggunaan lainnya adalah dalam industri logam, farmasi dan obat-
6

obatan, pupuk, bahan penyerap, pasta gigi, barang-barang untuk bangunan dan
lain sebagainya. Pengolahan kaolin terutama ditujukan untuk membuang
mineral-mineral pengganggu seperti pasir kuarsa, mineral oksida besi, oksida
titanium dan mika, selain itu pengolahan kaolin ditujukan untuk mendapatkan
butir-butir halus, tingkat keputihan yang tinggi, kadar air tertentu, pH tertentu
dan sifat-sifat lain. Pada dasarnya proses pengolahan bergantung kepada
jumlah, jenis mineral-mineral pengotornya dan spesifikasi penggunaan.
Indonesia termasuk negara yang memproduksi cukup tinggi endapan
kaolin karena banyaknya keterdapatan endapan kaolin serta tinggi nya
pemintaan pasar seiring dengan lajunya proses pembangunan di dunia industri.
Potensi endapan kaolin ini antara lain berada di Bandar Pulau (Sumut), Bonjol
Pasaman (Sumbar), Belilas dan Indragiri Hulu (Riau), Pulau Bangka Belitung,
Pondok Kelapa (Bengkulu), Garut dan Tasikmalaya (Jabar), Blitar dan
Trenggalek (Jatim), Sambas dan singkawang (Kalbar), Martapura (Kalsel),
Polewali (Sulsel), dan Paniai (Papua)
4. Talk
Talk dengsn rumus kimia Mg3Si4O10(OH)2 merupakan kelompok
mineral hydrous magnesium silikat, berwarna putih, putih kehijauan, abu-abu
atau kecoklatan. Dilapangan menunjukkan perlapisan yang sangat tipis,
kenampakan seperti bersisik, memperlihatkan foliasi. Talk mempunyai tingkat
kekerasan 1 (dipakai sebagai indeks Skala Mohs), mudah dibentuk tetapi tidak
elastis, perlapisannya mengkilat seperti berlemak, tidak larut dalam air dan
tidak terbakar, mempunyai berat jenis 2,58-2,83, penghantar panas kurang baik.
Talk terbentuk dari hasil alterasi mineral magnesium silikat dalam
batuan beku ultrabasa, dumdum didapatkan pada batuan hasil proses
metamorfose regional khususnya pada batuan sekis. Endapan talk diketahui
karena tampak dipermukaan. Oleh sebab itu sistem penambangan yang
dilakukan adalah sistem tambang terbuka, dapat dilakukan dengan peralatan
sederhana.
7

Pada kehidupan sehari-hari, talk digunakan dalam berbagai industri


seperti industri cat, farmasi, keramik, kosmetika, kertas, laret, isolator, tekstil
dan sebagai pembawa dalam insektisida. Keterdapatan endapan talk di
Indonesai ditemukan :
a. Jawa Tengah : daerah karangsambung, Luk olo, Kebumen, daerah Bayat,
Klaten (hasil alterasi batuan sekis).
b. Sulawesi Tengah : Daerah Pompongeo, Kab. Poso-Taripa, S.Uwemadago
(terdapat sebagai sisipan/pengisian dalam sekis, merupakan ubahan dari
serpentenit).
c. Maluku : Desa Fayaul sepanjang S. Wayalele, Kec. Wasile, Halmahera
Tengah (ubahan dalam breksi serpentinit didaerah jalur patahan dengan
arah timur laut – barat daya); Kopel Labuna, P. Bacan (terdapat pada batuan
ultrabasa, sekitar jalur patahan).
d. Irian Jaya : Dekat Ifar (Pengisihan rekahan dalam batuan ultrabasa).
5. Magnesit
Magnesit adalah magnesium karbonat sederhana yang termasuk dalam
mineral golongan kalsit. Seperti semua kerabat karbonatnya, ia mengkristal
dalam sistem trigonal. Spesimen mineral biasanya berukuran besar, jarang
berbentuk belah ketupat atau berbentuk prisma heksagonal. Ini juga muncul
sebagai jarum prismatik tipis, sarang laba-laba, massa berbutir, atau bola bulat
kecil. Magnesit umumnya tidak berwarna hingga putih, tetapi dapat
berkembang menjadi kuning, coklat pucat, abu-abu, merah muda samar, atau
mawar ungu. Seringkali muncul sebagai massa mikrokristalin berpori, kusam,
menyerupai porselen tanpa glasir
Mineral magnesium karbonat jarang membentuk endapan besar di Bumi
dan karena mineral ini merupakan bagian kecil dari karbonat terestrial
dibandingkan dengan karbonat kaya kalsium, mineral ini hanya mendapat
sedikit perhatian. Magnesit terbentuk dari 5 jenis lingkungan diantaranya:
8

a. Di dalam urat atau dalam volume besar batuan yang kaya magnesium
b. Matriks peridotit berkarbonasi
c. Bintil-bintil dalam tanah
d. Danau Basa
e. Endapan playa

Magnesit banyak digunakan di berbagai macam industri. Tetapi karena


keterdapatan magnesit alam sangat terbatas, dan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari maka dibuat magnesit sintetis dari dolomit atau batu gamping
dolomitan (dikenal sebagai seuwqter magnesia). Magnesit alam dan magnesit
sintetis banyak digunakan dalam industri refraktori, farmasi, kosmetik, karet,
plastik, kertas (terutama kertas rokok), cat, pembuatan logam Mg, pertanian,
isolator pipa.
Di Indonesia mineral magnesit dapat dijumpai :
a. Daerah Istimewa Aceh: Daerah Kr. Jreue Kab. Aceh Besar (cukup baik,
berupa urat-urat pada bahran ultrabasa berasosiasi dengan talk).
b. Nusa Tenggara Timur: P. Moa (berasosiasi dengan peridotit - serpentinit).
c. Timor Timur: Desa Vemasse dan Laleia antara Manatuto, Baucau (mengisi
rekahan pada batuan ultrabasa,
d. Sulawesi Tenggara: P. Padamarang (berasosiasi dengan batuan ultrabasa,
peridotit serpentinit yang berumur Pra Tersier.
6. Pirofilit
Pirofilit merupakan mineral metamorf yang mengandung mika, serisit,
klorit, grafit, kuarsa dan epidot, memiliki permukaan bewarna dan berkilau,
struktur berlapis seperti kertas. Secara umum pirofilit memilki karakteristik
dengan bentuk seperti kristal, umumnya berbutir, berserat dan pipih, tidak
memiliki warna hingga bewarna coklat, berat jenis 2,65 – 2,85 gram/ml dengan
tingkat kekerasan dari skala 1 – 1,5 mohs.
9

Pirofilit biasanya digunakan terutama dalam produk tahan api seperti


keramik, termasuk porselen, perlengkapan pipa dan piring. Selain itu juga
pirofilit telah digunakan sebagai batu permata semi mulia.
Di Indonesia, persebaran endapan pirofilit dapat ditemukan di pulau
Sumatera, Kecamatan Subermanjing Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat, Nusa
Tenggara Barat.
7. Toseki
Di Indonesia batuan toseki dikenal juga dengan batuan kuarsa berserisit,
mengandung komponen-komponen SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO2, dan Na2O.
Toseki terbentuk pada zona ubahan filik, yakni pada suhu 220 nC, dan kondisi
PH netral. Endapan toseki biasanya berasosiasi dengan batuan vulkanik yang
berkomposisi asam dan terbentuk sebagai hasil ubahan hidrothermal batuan
vulkanik jenis tufariolitik ataupun dasitik.
Pengolahan toseki dapat dilakukan seperti pengolahan pirofilit.
Kegunaan toseki umunrnya dikaitkan dengan kadar Fe2O3. Toseki terutama
untuk bahan baku keramik, refraktori, isolator. Sebagai bahan keramik toseki
mudah dikerjakan dan tidak memerlukan bahan campuran lain.
Keterdapatan toseki di Indoensia dapat ditemukan :
a. Sumatera Barat: Barangan, Kab. Padang Pariaman.
b. Bengkulu: Tambang Sawah: Muaraaman (wama putih-keabuan, keras).
c. Jawa Barat: Bujal Kec. Cipanas Kab. Lebak (ubahan hidrothermal dari
batuan riolitik
d. Jawa Timur: Pojok, Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan dari
batuan tufa dasitik anggota Formasi Andesit Tua, baik untuk bahan baku
wall tile dan floor tile.
8. Oker
Oker adalah tanah lunak yang terdiri dari campuran oksida besi, tanah
liatkapur atau bahan-bahan yang berbentuk pasir. Campuran lain adalah tanah
liat yang berisi campuran oksida besi. Bahan yang terbentuk karena proses
10

pelapukan lanjut. Oker terdiri dari bermacam warna : kuning dan coklat (oksida
3H2O), merah (dalam bentuk hematit atau Fe2O3 ), hitam (karena kemasukan
ion Mn dan Cu), hitam coklat dan kalau dilarutkan menjadi abu-abu (karena
mengandung MnO2)
Dalam kehidupan sehari-hari, oker digunakan sebagai zat pewarna pada
pembuatan cat, tinta, karet, kertas, concrete, plester, bata, linoleum, permadani,
plastik, mortar, dan semen. Di samping itu, oker juga dipakai sebagai bahan
poles logam dan gelas.
Daerah persebaran oker di Indonesia mencakup Ciater, Telagawarna,
Karaha, dan Kuningan (Provinsi Jawa Barat), Panggul Kabupaten Trenggalek
dan Songgoriti Kabupaten Malang (Provinsi Jawa Timur).
9. Tawas
Tawas terbentuk dari proses pelapukan dari batuan yang mengandung
mineral sulfide di daerah volkanis atau terjadi di daerah lempung, serpih atau
batu sabak yang mengandung pirit dan markasit. Kebanyakan tawas dijumpai
dalam bentuk padat pada batu lempung, serpih ataupun batu sabak. Tawas
ditemukan pada batuan yang lunak/dalam bentuk cair. Oleh sebab itu pada
urnumnya teknik penambangan tawas dilakukan dengan larnbang terbuka
dengan peralatan sederhana.
Tawas dalam bentuk kristal sering digunakan dalam berbagai produk
perawatan tubuh, misalnya seperti batu deodorant. Sementara itu, tawas dalam
bentuk bubuk halus umumnya mengacu pada jenis tawas potasium. Jenis tawas
potasium ini sering digunakan sebagai bahan bumbu dapur atau sebagai bahan
pengawet makanan.
Keterdapatan tawas di Indonesia dapat dijumpai di daerah:
a. Jawa Barat: Daerah Ciater dalam keadaan padat, K. Wayang.
b. Jawa Tengah: Telaga Sari, Banyun-ras.
c. Jawa Timur: Kawah Iien (dalarn bentuk cair"an); Gua Prusi, Kediri
11

C. Batuan Metamorf (Malihan)


Batuan metamorf merupakan batuan yang sudah diubah oleh panas ataupun
tekanan yang intens ketika terbentuk. Dalam kondisi yang cukup panas dan tertekan
dengan jauh di dalam kerak bumi, baik itu batuan sedimen ataupun batuan beku bisa
diubah menjadi batuan metamorf. Salah satu cara untuk berpikir mengenai proses
metamorf atau metamorfisme yaitu dengan mempertimbangkan apa yang terjadi
saat benda-benda tanah lunak dimasukkan ke dalam tungku dan kemudian
dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Maka tanah tersebut akan berubah dari
yang tadinya licin menjadi keras. Benda tersebut tidak bisa diubah kembali ke
bentuk aslinya, karena materinya sendiri telah berubah. Itulah yang terjadi pada
skala besar di bawah tanah yang menghasilkan batuan metamorf.
Secara umum, proses terbentuknya batuan metamorf ini bisa disederhanakan
menjadi beberapa tahapan, yakni:
1. Tersedia batuan Induk ataupun Protolith
2. Protolith sudah terkena proses metamorfisme
3. Batuan protolith tersebut mulai berubah karakteristiknya
4. Terbentuknya batuan metamorf
Pada awalnya, semua batuan metamorf berasal dari batuan induk yang dikenal
sebagai protolith. Dimana batuan ini kemudian terkena proses metamorfisme yang
dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi serta suhu yang tinggi juga. Proses
metamorfisme ini secara perlahan akan merubah karakteristik batuan protolith
menjadi batuan lain yang sifatnya metamorf. Pada akhir proses panjang
metamorfisme, batuan protolith ini akan berubah menjadi sebuah batuan metamorf
secara utuh yang telah memiliki karakteristik dan juga bentuk foliasi tertentu. Di
bagian tersebut, kita akan mempelajari tentang faktor apa saja yang mempengaruhi
proses metamorfisme dan juga jenis metamorfisme seperti yang ada di dalam
pembentukan batuan tersebut.
12

D. Endapan BGI Yang Berkaitan dengan Batuan Metamorf


1. Kalsit
Mineral kalsit adalah sebuah mineral karbonat dan polimorf kalsium
karbonat (CaCO3) paling stabil. Dalam skala mohs, kalsit merupakan mineral
dengan tingkat kekerasan yang sedang. Nilainya berada pada tingkat 3. Jenis
mineral pada tingkat 3 memiliki sifat permukaan yang mudah tergores oleh
tembaga. Kalsit memiliki karakteristik tidak bewarna, tergolong kilap kaca,
belahan 3 arah serta bersifat diamagnetik.
Mineral ini terbentuk di batuan kapur tebal yang murni dan
batugamping, dan sebagai bahan semen di batuan sedimen lainnya.
Batugamping kristalin, dikenal sebagai marmer, bisa terbentuk dari kalsit murni
Kalsit adalah mineral umum dari alterasi batuan beku basalt, dimana
berkembang dari alterasi dari kalsium silikat, juga berkembang di deposit
hidrotermal di urat, baik berasal dari udara meteorik maupun deposit
hidrotermal.
Sektor konstruksi adalah konsumen utama dari kalsit dalam bentuk batu
kapur dan marmer. Batuan ini telah banyak digunakan selama ribuan tahun.
Blok batu kapur sebagai bahan konstruksi utama digunakan di banyak piramida
di Mesir dan Amerika Latin. Di industri kimia, kalsit dipakai untuk
memproduksi kaustik soda dan alkali lainnya dengan menggunakan solvay
process. Kalsit jenis ringan berfungsi sebagai filler, extender coating pada
industri cat, karet, farmasi, dan plastik. Produk lain yang banyak dihasilkan dari
mineral ini adalah kalsium hipklorit, asam sitrit, propilin oksida, gliserin, dan
fosfat
Kegunaan lainnya dari mineral kalsit adalah untuk pemurnian gula bit,
sebagai pengawet makanan kaleng (mengurangi keasaman), pembuatan baja
(sebagai fluks atau slag), flotasi logam, pembuatan kertas (mendapatkan alkali
pada proses sulfat), pembuatan gelas, peralatan optik, pakan ternak, kosmetik,
13

dan PVC polymer. Secara umum, kalsit digunakan diberbagai sektor industri
didasarkan atas sifat fisik dan kimianya.
Penyebaran mineral kalsit di Indoneasi dapat ditemukan:
a) Yogyakarta : Wonosari
b) Sumatera Barat : Sawahlunto
c) Banyumas, Jawa Tengah : Kecamatan Ajibarang Dan Gumelar
d) Jawa Tengah : Begelan Di Kabupaten Purwokerto
e) Nusat Tenggara Timur : Ratenggo, Wai Wajo, Magepanda
f) Sulawesi Tengah : Palu
2. Marmer
Batuan marmer adalah salah satu jenis batuan metamorf atau malihan,
di mana proses terbentuknya batu marmer ini karena diakibatkan oleh proses
metamorfosis batu kapur atau batu gamping. Batu marmer merupakan jenis
batuan yang memiliki nilai ekonomi paling tinggi di antara kelompok batuan
lainnya. Pada umumnya, bentuk batuan marmer ialah mengilap dan memiliki
motif garis berwarna. Jenis batuan ini juga memiliki tingkat kepadatan kristal
yang sangat tinggi.
Batu marmer memilki ciri khusus yang membedakannya dengan jenis
batu lain, yakni batu marmer mempunyai struktur batu yang kompak, gugusan
kristal yang ada di batu marmer relatif sama dengan tekstur halus sampai yang
agak kasar, pada umumnya marmer tersusun atas mineral kalsit dengan mineral
minor lainnya seperti mika, klhorit, kuarsa, dan jenis silikat lainnya seperti
graphit, hematit, dan juga limorit, dan yang terakhir batu marmer terpengaruh
oleh porositas, kekuatan regangan, dan kekuatan terhadap cuaca.
Batu marmer sangat diminati orang-orang. Batu marmer yang
mempunyai visualisasi indah ini sering digunakan untuk berbagai keperluan
manusia diantaranya penghias rumah, bahan dasar pembuatan furniture seperti
guci, meja, dan kursi. Selain itu marmer juga digunakan sebagai penetral asam.
14

Keterdapatan marmer di Indoensia dapat ditemukan di Lampung, Jawa Tengah,


Bandung, Sulawesi, Kalimantan, Bangka, dan Kupang dan yang terakhir
Sulawesi Selatan.
3. Batu Sabak
Batu sabak merupakan salah satu contoh batuan metamorf berbutir
halus yang dihasilkan dari perubahan serpih atau batu lumpur dengan
metamorfisme tingkat rendah. Batu sabak dihasilkan dari lingkungan tektonik
yang biasanya merupakan bekas cekungan sedimen yang terlibat dalam
aktivitas lempeng konvergen. Batu serpih maupun batu lumpur di dalam
cekungan akan tertekan oleh gaya horizontal sehingga mengalami sedikit
kenaikan panas (proses metamorfisme).
Akibat dari kekuatan tekanan maupun panas inilah yang kemudian
merubah mineral-mineral lempung pada serpih dan batu lumpur tersebut.
Akibat dari tekanan secara terus menerus, tekstur foliasi akan berkembang
membentuk sudut siku-siku sehingga menghasilkan foliasi vertikal, biasanya
memotong lapisan serpih ataupun batu lumpur. Batu sabak tergolong jenis
batuan metamorf karena prose pembentukannya sangat dipengaruhi oleh
tekanan dan suhu.
Selain itu, batuan yang dikategorikan sebagai batuan metamorf juga
ditentukan oleh teksturnya (foliasi dan non foliasi) yang dapat terbentuk selama
peristiwa metamorfisme. Karakteristik batu sabak antara lain memiliki ciri yang
khas seperti warnanya, yaitu abu-abu, hitam, hijau, dan ada juga yang berwarna
merah tergantung pada kandungan mineral yang dimiliki oleh batu tersebut,
memiliki derajat metamorfis yang rendah apabilah dibandingkan dengan batuan
metamorf yang lainnya, dan terakhir Mudah membelah menjadi lembaran yang
tipis
Sebagian besar batuan sabak yang ditambang di seluruh dunia
digunakan untuk memproduksi atap. Dalam hal ini, batu sabak berkualitas baik
dapat dipotong tipis-tipis, mempunyai kelembaban minimal, serta tahan
15

terhadap cuaca dingin. Batu sabak juga dapat dimanfaatkan sebagai interior
lantai, paving ataupun agregat dekoratif. Jaman dahulu, batuan ini kerap
digunakan sebagai papan tulis, meja biliar, batu asah, maupun bidang bagian
atas meja. Selain itu, batu sabak juga merupakan isolator listrik yang baik,
sehingga sering dimanfaatkan untuk dasar pembuatan panel listrik dan kotak
saklar.
Di Indonesia, batu sabak dapat ditemukan :
a) Daerah Istimewa Aceh: Daerah Goh. Kedongdong, Goh. Tebara. Tanah
Reubuh, Bukit Lampulo, Kr. Bidien. Kr. Jarnbuaye, Kp. Laudo (warna abu-
abu gelap).
b) Sumatera Barat: Siguntur Mudo. Kab. Pesisir Selatan. Simkam. Kab. Solok
dan Panti Kab. Pasaman (wama abu-abu gelap): Desa Tanjungbalit, Kec.
Lernbah Gurnanli. Kab. Solok (warna abu-abu pernah dimantaatkan untuk
batu tulis).
4. Kuarsit
Kuarsit adalah salah satu contoh dari jenis batuan metamorf tidak
berfoliasi (non-foliated) yang hampir tersusun seluruhnya oleh mineral kuarsa.
Batuan ini dapat terbentuk ketika batu pasir yang kaya kuarsa diubah oleh
panas, tekanan, dan aktivitas kimia akibat proses metamorfosis. Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya pengkristalan butiran pasir bersamaan dengan semen
silikanya. Proses ini selanjunya menghasilkan ikatan yang sangat kuat antar
butir kuarsa tersebut. Kuarsit dengan struktur kristal yang demikian
membuatnya menjadi keras, kuat, dan menjadi semakin resisiten. Inilah salah
satu karakteristik utama yang membedakan batu kuarsit dengan batu pasir.
Kuarsit pada umumnya berwarna putih abu-abu. Akan tetapi beberapa
diantaranya dapat berwarna merah muda, merah, ataupun ungu karena adanya
element pengotor berupa oksida besi. Elemen pengotor lainnya juga dapat
menyebabkan batu kuarsit menjadi berwarna kuning, orange, coklat, hijau
ataupun biru. Kuarsit yang dominan tersusun atas mineral kuarsa membuat
16

batuan tersebut mempunyai tingkat kekerasan sekitar 7 pada skala mohs.


Kekuatan yang ekstrim membuat batuan tersebut pada masa lampau banyak
digunakan sebagai alat penumbuk. Pecahannya yang konkoidal memungkinkan
kuarsit bisa dibentuk menjadi alat pemotong seperti kapak dan mata tombak
Sebagian besar kuarsit terbentuk selama aktivitas pembentukan
pegunungan di batas lempeng konvergen. Batu pasir yang lebih awal
terdeposisi selanjut akan termetamorfosis membentuk kuarsit akibat aktivitas
di batas lempeng tersebut. Kuatnya tekanan pada batas lempeng akan
menghasilkan lipatan serta patahan (sesar) dan juga penebalan kerak, yang
selanjutnya membentuk pegunungan. Kuarsit merupakan jenis batuan yang
sangat penting pada pegunungan lipatan di seluruh dunia. Kuarsit merupakan
salah satu batuan yang paling resisiten di permukaan bumi.
Ketika suatu pegunungan mengalami pelapukan dan erosi, batuan yang
lainnya akan mudah hancur sedangkan kuarsit masih tetap bertahan. Inilah
sebabnya mengapa kuarsit sering ditemukan di puncak-puncak sampai pada
sisi-sisi pegunungan. Tidak seperti feldspar yang mudah lapuk menjadi
lempung (tanah), kuarsit sangat jarang membentuk tanah. Apabila batuan ini
pecah, kuarsit masih akan tetap konsisten berbentuk kuarsa. Inilah yang
membuat kuarsit tidak dapat berkontribusi dalam hal pembentukan tanah (soil).
Kuarsit sering ditemukan sebagai batuan dasar yang terbuka dengan sedikit
ataupun tanpa lapisan penutup tanah.
Kuarsit memiliki keragaman kegunaan baik itu dalam bidang
konstruksi, manufaktur, arsitektur, dan seni dekoratif. Meskipun sifat-sifatnya
lebih unggul dari batuan lainnya, penggunaan kuarsit selalu dibatasi karena
berbagai alasan. Contohnya dalam bidang konstruksi, sebagai batu pecah
seharusnya kuarsit menjadi batuan yang lebih unggul karena tingkat
kekerasannya jauh lebih besar dibandingkan jenis batu pecah yang lain (basalt,
andesit, gamping, dsb). Akan tetapi karena sifatnya yang terlalu keras membuat
17

penggunaannya justru dibatasi karena alasan dapat menyebabkan keausan berat


pada alat pemecah batu (crusher).
Keterdapatan kuarsit di Indonesia:
a) Daerah Istimewa Aceh: Daerah Seukulan, Kutapanjang, Aceh Tenggara
(wama putih, terdapat pada Formasi Batuan Gunung api Akul.
b) Sumatera Utara: Daerah Dolok Sialang, Kab. Tapanuli Utara (warna abu-
abu, masif, berbutir halus).
c) Riau: Kec. Kampar Kiri, Kab. Kampar.
d) Jambi: Lubuk Gedang, Muara Hemat, Kab. Kerinci (warna bening,
kecoklatah, coklat tua, bila lapuk berwarna putih sedikit hitam).
e) Maluku: Daerah W. Limolo, pantai selatan pulau Taliabu
5. Grafit
Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan beku, sedimen, dan
metamorf. Secara kimia, grafit sama dengan intan karena keduanya
berkomposisi karbon, yang membedakannya adalah sifat fisik. Intan dikenal
sangat keras, langka, dan transparan, sedangkan grafit agak lunak, mudah
ditemukan, dan opak. Grafit terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik
pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping
kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
Grafit memiliki struktur berlapis planar, berwarna hitam hingga abu-
abu tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3, tidak berbau
dan tidak beracun, serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik atau
aqua regia mendidih. Proses dekomposisi berlangsung lambat pada suhu
60000C dan dalam kondisi oksida atau pada suhu 3.50000C bila kondisi bukan
oksida.Mika. Grafit alam sebagian besar dikonsumsi untuk refraktori,
pembuatan baja, grafit diperluas, pelapis rem, facings pengecoran dan pelumas.
Di dunia industri garfit digunakan sebagai alat pemotong kaca, pengasah,
dipasang pada mata bor untuk eksplorasi, dijadikan batupermata, bahan
pembuat pensil.
18

Penyebaran mineral grafit di Indoensia dapat ditemukan di Sumatera:


Muara Saiti, Pangkalan dan Tanjung balit, Kab. Lima puluh Kota (merupakan
sisipan pada batuan sekis); Ombilin daerah danau Singkarakr Siberlabu.
Payakumhuh.
6. Mika
Mika adalah kelompok mineral silikat yang pipih berbentuk lembaran
berlapis-lapis. Mineral yang berasal dari batuan api, batuan metamorfis, dan
batuan sedimen ini memiliki struktur monoklinik dan terdiri atas kristal silika
tetrahedra (SiO4). Selain memiliki jenis dan warna yang beragam, mika juga
memiliki sifat liat, elastis dan tahan panas, serta merupakan isolator yang kuat.
Oleh karena itu, mika banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dari beberapa
jenis mineral mika yang ditemukan, ada enam jenis yang umum dikenal yaitu
muskovit, biotit, phlogopit, paragonit, lepidolit dan galukonit. Semua jenis
mika ini, kecuali glaukonit bersifat elastis.
Mika yang terbentuk dari bebatuan, kecuali glaukonit, dapat dibagi ke
dalam dua kelompok, kelompok yang berwarna terang (muskovit, paragonit
dan lepidolit) serta kelompok yang berwarna gelap (biotit, pjlogopit dan
glaukonit). Masing-masing mineral mika ini mengandung karakteristik warna
tertentu. Muskovit memiliki karakter warna bening, putih cerah, kehijauan dan
kecokelatan. Paragonit memiliki karakter warna bening dan putih. Lepidolit
memiliki karakter warna bening, merah muda dan merah gading. Adapun
kelompok mika berwarna gelap, yaitu biotit memiliki karakter warna hitam,
cokelat, cokelat kemerahan, dan cokelat kehijauan. Phlogopit berkarakter
warna cokelat. Glaukonit berwarna hijau tua.
Manusia telah memanfaatkan mineral mika sejak zaman pra sejarah dan
kebudayaan kuno, seperti Mesir kuno, Yunani, Romawi, Cina dan Aztek. Awal
penggunaan mika ditemukan di lukisan-lukisan gua dari zaman paleolithikum.
Karena bersifat liat, elastis, tahan panas, dan merupakan isolator kuat
19

(penghantar panas dan listrik yang rendah), mika banyak digunakan dalam
berbagai bidang.
Mika digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kapasitor. Mika
berfungsi sebagai insulator (penyekat listrik dan pemisah konduktor listrik) di
dalam kabel. Pemisahan ini berguna untuk mencegah konduktor bergabung
agar tidak terjadi arus pendek. Muskovit dengan ketebalan tertentu digunakan
dalam alat-alat optik. Selain sebagai isolator listrik, muskovit juga
dimanfaatkan untuk campuran bahan plastik dan cat. Lepidolit yang
mengandung litium digunakan sebagai bahan baterai. Adapun glaukonit yang
mengandung kalium dimanfaatkan sebagai penyubur wilayah dataran pantai.
Persebaranmineral mika di Indonesia dapat ditemukan di Donggala Sulawesi
Tengah dan Pulau Paleng Sulawesi Selatan
7. Wolastonit
Wolastonit adalah mineral kalsium inosilikat (CaSiO3) yang dapat
mengandung sejumlah kecil besi, magnesium, dan mangan sebagai pengganti
kalsium. Wollastonit ini biasanya berwarnna putih. Wollastonit terbentuk
ketika batugamping atau batudolo yang tidak murni dikenai suhu dan tekanan
yang tinggi, kadang-kadang ditambah dengan adanya cairan silica-bearing
seperti dalam skarn atau batuan metamorf kontak. Mineral ikutan yang
terbentuk termasuk garnet, vesuvianit, diopsid, tremolit, epidot, plagioklas
feldspar, piroksen dan kalsit. Wollastonit dinamakan berdasarkan nama seorang
kimiawan Inggris dan mineralogi William Hyde Wollaston (1766-1828).
Beberapa sifat yang membuat wollastonit sangat berguna adalah
kecerahan dan keputihannya yang tinggi, kelembaban dan penyerapan minyak
yang rendah, serta konten volatil yang rendah. Wollastonite digunakan terutama
dalam keramik, produk-produk gesekan (rem dan kopling), pembuat logam,
pengisi cat, dan plastik. Penyebaran mineral wolastonit dapat ditemukan di
Sumatera Barat: Daerah Air Abu, Kab. Solok (terdapat pada batu gamping yang
bermetamorfose kontak).
20

E. Studi Kasus
1. Hydrothermal
“ Paragenesa Mineral Bijih Sulfida Hidrotermal Di Daerah Kluwih Kabupaten
Pacitan Jawa Timur : Pendekatan Berdasarkan Mineralogi Dan Inklusi Fluida”
Sudarsono dan I Setiawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 1 2012
Abstrak :
Aktivitas hidrotermal di Kluwih, kawasan Tulakan Pacitan Jawa Timur
ditandai dengan zona alterasi batuan, mineralisasi sulfida, dan urat quatz
berarah NNE-SSW, NNW-SSE. Mineralisasi diendapkan sedikitnya dalam 6
tahap, yaitu : tahap pertama, endapan pramineralisasi quatz (320°C), tahap
kedua, endapan kuarsa + pirit (290°C), tahap ketiga, endapan kuarsa + pirit +
kalkopirit + bornit ± galena ± sfalerit (260°C), tahap ke-4, endapan kuarsa
+ pirit + kahalkopirit + Tetrahedrit + bornit ± galena (220°C), tahap ke-5,
endapan kuarsa + pirit (200°C), dan tahap ke-6 atau tahap supergen , mineral
sekunder yang diendapkan (covellite, malachite, azurite) <100 °C. Sistem
hidrotermal di Kluwih Pacitan dan sekitarnya mampu diinterpretasikan sebagai
sistem suhidasi rendah epitermal, atau horizon logam dasar hingga horizon
logam mulia. Proses hidrotermal diawali dengan alterasi propilitik dan
pengendapan sulfida dan urat kuarsa, kemudian alterasi argilik mencetak
keduanya. Akhirnya, erosi permukaan menghilangkan endapan-endapan
tersebut di permukaan.

Sudarsono, S., & Setiawan, I. (2012). Paragenesa Mineral Bijih Sulfida


Hidrotermal Di Daerah Kluwih Kabupaten Pacitan Jawa Timur: Pendekatan
Berdasarkan Mineralogi Dan Inklusi Fluida.
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 22(1), 25-33.
21

2. Batuan Kaolin
“Evaluasi Hasil Pencucian Raw Material Kaolin Terhadap Kebutuhan Produksi
Unit Pengolahan Pt Aneka Kaoline Utama Belitung”
Mukram Belto Pratama, Irvani, dan Mardiah
Mine Jurnal Universitas Bangka Belitung Vol. 6 No. 1 2021
Abstrak :
PT Aneka Kaoline Utama memproduksi bubuk kaoline melalui dua
proses yaitu pencucian yaitu unit pencucian dan unit pengolahan. Unit pencuci
melakukan pemisahan antara tailing dan kaoline dengan ekstrak yang
dihasilkan. Ekstraknya mengandung air dan kaolin, kemudian reduksi airnya
akan diproses di unit pengolahan. Berdasarkan informasi tersebut, penulis
melakukan evaluasi produksi ekstrak di unit pencucian untuk memenuhi
kebutuhan unit pengolahan di PT Aneka Kaoline Utama dengan menggunakan
metode evaluasi dan metode penelitian tindakan. Tahapan yang dilakukan
adalah pengambilan sampel bahan baku (pakan), perhitungan ukuran kolam
sedimen dan volume penuh kolam, pengambilan sampel tailing pada alat
pencucian, observasi proses produksi, dan evaluasi kebutuhan ekstrak kaolin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan baku di unit pencucian pada bulan
April sebanyak 3.847,4 ton, bulan Mei sebanyak 3.606,2 ton, bulan Juni
sebanyak 2.594,9 ton, dan bulan Juli sebanyak 3.890 ton yang menunjukkan
jumlah ekstrak yang dihasilkan tidak mencapai target di unit pengolahan. Rata-
rata material lepas sebesar 69,2% dan kaolin lepas sebesar 21% menyebabkan
nilai recovery pada unit pencucian hanya mencapai 30,8%. Karena adanya
kaolin lepas pada unit pencucian, maka penulis menyarankan peningkatan
bahan baku dan jam kerja sebesar 27,056.3 ton per jam dengan perolehan unit
pencucian sebesar 30.8% sehingga perusahaan dapat memproduksi 8.34 ton
kaolin per jam dan 4.000 ton kaolin per bulan.
22

Pratama, M. B., Irvani, I., & Mardiah, M. (2021).


Evaluasi Hasil Pencucian Raw Material Kaolin Terhadap Kebutuhan Produksi
Unit Pengolahan Pt Aneka Kaoline Utama Belitung. Mineral, 6(1), 31-37.
3. Batu Marmer
“Dampak Penambangan Marmer Di Desa Besole Kecamatan Besuki
Kabupaten Tulungagung Terhadap Lingkungan”
Prinanda Vavo, Aresta Vinansia, Putri Rahayu dan Yayang Yulia Rosa
Jurnal Bureaucracy Vol. 3 No.3 2023
Abstrak :
Desa Besole penghasil marmer mendorong warganya untuk melakukan
usaha selain bertani, yakni mengolah marmer menjadi berbagai produk
manufaktur. Keinginan untuk hidup sejahtera itulah yang pada akhirnya
menyebabkan sebagian masyarakat Desa Besole beralih mata pencaharian dari
petani menjadi orang yang bekerja di industri rumah tangga. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan penelitian
kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan kegiatan yang mengkaji
berbagai jenis sumber yang relevan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: dampak yang terjadi akibat penambangan marmer terhadap
lingkungan. Selain itu penambangan marmer juga menghasilkan limbah yang
menyebabkan pencemaran lingkungan, namun masyarakat desa Besole dapat
memanfaatkan limbah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Vavo, P., Vinansia, A., Rahayu, P., & Rosa, Y. Y. (2023).


Dampak Penambangan Marmer Di Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupaten
Tulungagung Terhadap Lingkungan.
Bureaucracy Journal: Indonesia Journal of Law and Social-Political
Governance, 3(3), 2348-2356.
23

4. Batu Marmer
“Kajian Kesiapan Masyarakat Terkait Rencana Kegiatan Industri
Pertambangan Marmer (Studi Kasus di Kelurahan Oi Fo’o, Kota Bima-NTB)”
Eti Kurniati, Christia Meidiana, Agus Dwi Wicaksono
Indonesia Green Technology Jurnal
Abstrak :
Kelurahan Oi Fo’o ditetapkan sebagai kawasan industri menengah
berupa industri marmer yang didasarkan pada besaran potensi marmer yang
ditemukan di wilayah ini. Namun penemuan potensi ini tidak diimbangi dengan
informasi yang dimiliki masyarakat terkait dengan kegiatan industri marmer
yang tentunya akan berpengaruh pada kesiapan masyarakatnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai tingkat kesiapan masyarakat, menilai faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapan masyarakat dan memilih alternatif strategi yang
dapat dilakukan terkait dengan rencana kegitatan industri pertambangan
marmer. Penelitian ini termasuk dalam kajian kualitatif dengan pendekatan
metode Community Readiness Model untuk menilai tingkat kesiapan
masyarakat dengan mengkaji variabel dimensi kesiapan masyarakat yaitu usaha
masyarakat, pengetahuan masyarakat (terkait kegiatan), Kepemimpinan,
kondisi masyarakat, pengetahuan masyarakat (terkait issue) dan sumber terkait
permasalahan. Metode Multiple Regression untuk menilai faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan masyarakat yang menggunakan variabel pengalaman,
kemauan, keterampilan, kepribadian, pengetahuan dan fisik masyarakat.
Metode Analysis Hierarchi Process (AHP) untuk memilih strategi alternatif
dilakukan dengan cara mengkombinasi hasil analisis tingkat kesiapan
masyarakat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan masyarakat.
Berdasarkan pada hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan
masyarakat berada pada level perencanaan dengan deskripsi kondisi yaitu
Pimpinan mulai aktif dalam perencanaan, serta masyarakat memberikan
dukungan pada usaha-usaha/ program yang dijalankan. Adapun faktor-faktor
24

yang mempengaruhi kesiapan masyarakat yaitu faktor kemauan masyarakat,


keterampilan, pengetahuan dan fisik masyarakat yang dinilai berdasarkan nilai
R=0.774 dan nilai signifikan alpha diatas 0.05 Adapun alternatif strategi terpilih
yaitu dengan menggunakan pimpinan kunci dan orang yang berpengaruh untuk
berbicara kepada kelompok masyarakat dan berpartisipasi dalam kegiatan
sosialisasi terutama terkait dengan pemberian informasi cara pengolahan
industri pertambangan marmer.

Kurniati, E., Meidiana, C., & Wicaksono, A. D. (2014).


Kajian Kesiapan Masyarakat Terkait Rencana Kegiatan Industri Pertambangan
Marmer (Studi Kasus di Kelurahan Oi Fo’ o, Kota Bima-NTB).
The Indonesian Green Technology Journal, 3(3).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk
sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan
bagaimana bumi selalu berubah dari waktu ke waktu. Siklus batuan menyoroti
bagaimana tiga jenis utama dari batu, yaitu batuan sedimen, metamorf, dan batuan
beku yang memberi pertanyaan datang dari mana mereka berasal. Setiap jenis
batuan selalu mengalami perubahan kondisi dari waktu ke waktu.
Proses hidrotermal merupakan suatu proses sirkulasi cairan, menghasilkan
perubahan fisika dan kimia dimana batu tersebut berada. Proses hidrotermal terjadi
ketika cairan bersentuhan dengan batuan sehingga keseimbangan mineral-mineral
dari batuan terubah,tergantung pada suhu, tekanan, kimia batuan, serta komposisi
batuan yang dilalui oleh cairan. Bentuk jebakan hidrotermal sering mengikuti
bentuk rongga/rekahan yang diisinya, kadang - kadang diikuti oleh proses yaitu
subtitusi/penggantian. Klasifikasi bentuk endapan tergantung pada bentuk
rongga/rekahan yang diisinya.
Batuan metamorf merupakan batuan yang sudah diubah oleh panas ataupun
tekanan yang intens ketika terbentuk. Dalam kondisi yang cukup panas dan
tertekan dengan jauh di dalam kerak bumi, baik itu batuan sedimen ataupun batuan
beku bisa diubah menjadi batuan metamorf.
B. Saran
Diharapkan untuk menambah literatur dapat mempelajari materi yang telah
dipaparkan oleh pemateri

25
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., dan Suhala, S., 1997. Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), Bandung

Sukandarrumidi, 1999. Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press

Hartosuwarno, Sutarto, Endapan Mineral, Panduan Kuliah dan Praktikum,


Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Bambang Hryono BE.SE, Dkk. 2008. “Bahan Galian Logam dan Industri”. SMK
Negeri 2 depok Sleman.

Wikipedia. “Wollastonit”. https://id.wikipedia.org/

Blogspot. “Bahan Galian Grafit”. https://faidery26.blogspot.com/

Wikipedia. “Marmer”. https://id.wikipedia.org/

25

Anda mungkin juga menyukai