Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jumat: Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin!

Khutbah I
َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ ً َ َ َ ً َ َ ْ ْ َ ْ َْ
ُ‫ُ َعلىُ َس هِّي هدناُم َح َّم ٍُد‬،‫انُاْلك َمل هن‬ ُ ‫ُوالصلةُُوالسلمُُاْلتم ه‬،‫لُمك ٍان‬ ُ ‫للُاْلوجو هُدُأز ُلُوأبداُ هب‬ ُ‫ال َح ْمدُُ ه‬
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ ْ ََ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ِّ َ
ُ،‫كُله‬ ُ ‫لهُ هإ ُلُللاُُوحدهُُ ُلُش هري‬ ُ ‫ُأشهدُُأ ُنُ ُلُ هإ‬،‫نُت هب َعه ُْمُ هب هإ ْح َس ٍان‬ ُ ‫ُ َو َعلىُ هآل هُهُوصح هب هُهُوم‬،‫ان‬ ‫س هي هُدُول هُدُعدن‬
َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ً َّ َ َ َ ِّ َ َّ َ َ ْ َ َ
.‫ُ ُلُن هب ُيُبعده‬،‫وأشهدُُأ ُنُس هيدناُمحمداُعبدهُُورسوله‬
َ ْ ْ ْ َ ِّ َ َ
ُُ‫اسُحب‬ ُ َ ‫ُزهِّي‬:‫للاُال َع هل ِّهُيُال َق هد ْي هُرُال َقا هئ ه ُلُ هف ُْيُم ْحك ه ُمُ هك َت هاب هه‬
ُ ‫نُ هل َّلن ه‬ ُ‫ُف هإ هنيُأ ْو هص ْيك ُْمُ َون ْف هس ُْيُ هب َت ْق َوىُُ ه‬،‫أ َّماُ َب ْعد‬
َْ ْ َ ْ َّ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ‫اءُ َو ْال َبن‬ َ ِّ ُ َ ‫اتُم‬ َ َّ
ُ ‫ض هُةُ َوالخ ْي ه ُلُاْل َس َّو َم هُةُ َواْلن َع ه‬
ُ‫ام‬ ‫بُوال هف‬ ُ ‫نُالذه ه‬ ُ ‫يرُاْلقنطر هُةُ هم‬ ُ‫اط ه‬‫ينُوالقن ه‬ ‫نُال هنس هُ ه‬ ‫الش َهو ه ُ ه‬
َّ َ َ َ َ َْ َ ‫اةُالد ْن َياُ َوللاُُع‬ ْ َ َْ ْ َ
ُ‫ينُ َّات َق ْوا‬
ُ َ ‫آبُ*ُق ُْلُأؤن هِّبئكمُ هبخ ْي ٍُرُ همنُذ هلك ُْمُ هلل هذ‬ ُ ‫ندهُُح ْسنُُاْل ه‬ ‫ه‬ ُ‫كُ َم َتاعُُال َح َي ه‬
ُ َ ‫ثُذ هل‬ُ ‫والحر ه‬
ُ ‫للاُ َوللاُُ َب هص‬
ُ‫ير‬ ُ‫نُ ه‬ ُ َ ‫ض َوانُُ هم‬ ْ ‫ينُف َيهاُ َو َأ ْز َواجُُم َط َّه َرةُُ َور‬ ُ
َ َ ْ َ
َ ‫اْل ْن َهارُُ َخالد‬ َ
ُُ‫ندُ َرهِّب هه ُْمُ َج َّناتُُت ْج هريُُ همنُتح هتها‬ َُ ‫هع‬
‫ه‬ ‫هه ه‬
ْ
ُ )١٥- ١٤ُ:‫اد (ءالُعمران‬ ُ‫هبال هع َب ه‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri
khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua
kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Dalam kesempatan yang mulia pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan
khutbah dengan tema: “Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin!”.
Hadirin rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini, khatib akan membacakan makna dari dua ayat yang kami
baca dalam mukadimah khutbah di atas. Makna dua ayat tersebut adalah:
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan bagi Allah-lah tempat kembali yang
baik. Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang
demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa tersedia bagi mereka surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan
pasangan-pasangan yang suci, serta ridla Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-
hamba-Nya.” (QS Ali ‘Imran: 14-15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ َ ْ َ ْ َ َْ ْ
ُ ُ)‫ابنُ هح ِّبان‬
ُ ‫الص هال ه ُحُ(أو َردهُُال َه ْيت هميُُفيُزوا هئ هُدُ ه‬
َّ ُ‫للرج ُل‬ َّ
‫هنع ُمُاْلالُُالص هالحُُ َّ ه‬
Maknanya: “Harta yang baik adalah milik seseorang yang shalih” (Disebutkan
oleh al Haitsami dalam Zawa’id Ibn Hibban).
Artinya, harta yang halal yang digunakan dan dibelanjakan oleh seorang Muslim
pada jalan yang diridlai oleh Allah ta’ala dan ditujukan untuk memenuhi hak-hak
Allah adalah nikmat agung yang Ia anugerahkan kepada hambanya yang Mukmin.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Diriwayatkan dari sahabat ‘Amr bin ‘Auf al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus sahabat Abu ‘Ubaidah bin
Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil harta jizyah. Lalu
Abu ‘Ubaidah kembali ke Madinah dengan membawa harta dari negeri Bahrain.
Kedatangan Abu ‘Ubaidah ini didengar oleh Kaum Anshar bertepatan dengan
saat shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Usai shalat,
beliau segera pergi namun mereka berkerumun menghampirinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum melihat mereka seraya
berkata: “Aku kira kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah tiba
dengan membawa sesuatu.” Mereka berkata: “Benar wahai Rasulullah.” Beliau
lantas bersabda: “Bergembiralah dan bercita-citalah dengan apa yang dapat
membuat kalian berbahagia.” Beliau melanjutkan sabdanya:
َ َ َ َ ْ َ ََ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ
ُ‫انُق ْبلك ُْم‬
ُ ‫نُك‬ ُ ‫طُالدن َياُ َعل ْيك ُْمُك َماُب هسط‬
ُ ‫تُعلىُم‬ ُ ‫الف ْق َُرُأخش ىُ َعل ْيك ُْمُ َو هلك ه ِّنيُأخش ىُأنُتبس‬ ُ‫ف َ ُوُ ه‬
ُ‫للاُما‬
َ َ َ ِّ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ
ُ ‫ف َت َنافس ْو َهاُك َماُت َنافس ْو َهاُفت ْه هلكك ُْمُكماُأهلكته‬
ُ ُ)‫مُ(متفقُُعل ْي هه‬
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian. Akan tetapi
yang aku khawatirkan atas kalian adalah bila kalian telah dilapangkan harta dunia
sebagaimana telah dilapangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian
bersaing memperebutkannya sebagaimana mereka bersaing memperebutkannya
sehingga harta dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan
mereka.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Pada umumnya, seorang ayah di akhir hayatnya akan sangat mengkhawatirkan
kemiskinan pada anak-anaknya. Tapi tidak dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ibarat ayah bagi umatnya, beliau sama sekali tidak mengkhawatirkan
kemiskinan dan kefakiran pada umatnya. Padahal beliau sangat mencintai
umatnya. Yang beliau khawatirkan justru sebaliknya. Rasulullah
mengkhawatirkan kekayaan dan kelapangan harta pada umatnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa hal itu
disebabkan mudarat kefakiran lebih ringan daripada mudarat kekayaan. Bahaya
yang ditimbulkan kefakiran pada umumnya berkaitan dengan keduniaan.
Sedangkan bahaya yang diakibatkan kekayaan biasanya berkaitan dengan agama.
Mudarat dalam agama jelas lebih berat daripada mudarat keduniaan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Harta adalah sesuatu yang menggiurkan bagi banyak orang. Lebih-lebih bagi
pemiliknya. Dengan sebab harta yang melimpah, seseorang kemungkinan besar
akan tergoda untuk melakukan berbagai hal yang disenangi hawa nafsunya. Dan
yang disenangi hawa nafsu pada umumnya adalah perkara yang dilarang oleh
agama.
Harta juga memicu persaingan untuk memperebutkannya. Akibat persaingan
memperebutkan harta, antarkerabat atau antarteman bisa saling membunuh.
Perebutan harta juga seringkali menjadikan seorang anak kalap lalu mengusir
orang tua kandungnya, menuntutnya di pengadilan dan memenjarakannya.
Akibat perebutan harta, seringkali orang lupa diri dan tidak menyadari bahwa
sebenarnya harta tidak dibawa mati.
Hadirin rahimakumullah,
Jika kita cermati dengan seksama, baik kemiskinan ataupun kekayaan, keduanya
bisa jadi sumber fitnah dan bencana. Namun di sisi yang lain juga bisa menjadi
sumber kemaslahatan serta ladang pahala. Tergantung bagaimana seseorang
menyikapi dan menghadapinya.
Sebagian orang kaya, kekayaan adalah sumber bencana dan fitnah yang
mengalirkan dosa bagi mereka. Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka
menyombongkan diri di hadapan orang lain. Dan sebagian orang kaya
menggunakan kekayaan mereka untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal
untuk kehidupan abadi di akhirat.
Begitu pula dengan kefakiran. Sebagian orang ketika ditimpa kefakiran, mereka
mencuri dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Bagi mereka,
kefakiran menjadi sebab kesengsaraannya di akhirat. Sebaliknya sebagian orang
fakir menghadapi kefakirannya dengan penuh kesabaran. Sifat sabar inilah yang
mengekang nafsu mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan. Bagi
mereka inilah, kefakiran yang menimpa bermanfaat di akhirat dan menjadi
ladang pahala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagian besar nabi dan wali adalah orang-orang fakir. Sangat sedikit di antara
mereka yang dianugerahi kekayaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan
Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa sebagian besar penduduk surga
adalah orang-orang fakir dalam sabdanya:
َ ِّ َ ْ
ُ )‫يُوم ْس هلم‬
َ
ُ ‫اءُ َ(رواهُُالبخ هار‬ َ َْ ََْ ْ َ َ َّ َ ْ َ َّ
َُ ‫اطلعتُُ هفيُالجن هُةُف َرأيتُُأكث َُرُأه هل َهاُالفق َر‬
Maknanya: “Aku melihat di surga, dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah
orang-orang fakir” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ُ‫(ر َوا ُهُُأَبُوُنُعَيْمُُفِيُ ِح ْليَ ُِة‬ َُ ‫اج ِرينَُُ ْال َجنَّ ُةَُقَ ْب‬
َ ِ‫لُأ َ ْغنِيَائِ ِه ُْمُب‬
َ ُ‫س ْب ِعينَُُخ َِريفًا‬ ِ ‫لُفُقَ َرا ُُءُ ْال ُم َه‬
ُُ ‫يَ ْد ُخ‬
ِ َ‫ْاْل َ ْو ِلي‬
ُ ُ)‫اء‬
Maknanya: “Orang-orang fakir di kalangan Muhajirin akan memasuki surga
terlebih dahulu sebelum orang-orang kaya di kalangan mereka dengan selisih
waktu 70 tahun” (HR Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’).
Hadirin rahimakumullah,
Jika seseorang dijadikan fakir, hendaklah ia meneladani sahabat Abu Hurairah
yang kemiskinannya tidak menjadikannya lemah semangat dalam menimba ilmu
kepada Rasulullah dan menghadiri majelis-majelis ilmu. Bahkan beliau adalah
sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits. Begitu fakirnya Abu
Hurairah, sampai-sampai pernah pingsan karena kelaparan. Begitu juga Uwais
bin ‘Amir al-Qarani yang merupakan sebaik-baik tabiin. Begitu miskinnya hingga
keinginannya bertemu dan menimba ilmu langsung dari Rasulullah tidak
terpenuhi. Padahal beliau hidup semasa dengan Rasulullah. Beliau di Yaman dan
Rasulullah di Madinah. Karena baktinya kepada ibu kandungnya dan cinta serta
rindunya yang begitu mendalam kepada Rasulullah, melalui wahyu dari Allah,
Baginda Nabi bersabda:
ُ )ُ ‫س ِلم‬
ْ ‫(ر َواُهُُ ُم‬ ُْ ُُ‫رادُثُم‬
َ ُُ‫منُقَ َرن‬ ُْ ‫امرُُ ِم‬
ُ ‫نُ ُم‬ ِ ‫ع‬ ُُ ‫لُلَ ُهُُأ ُ َوي‬
ُُ ‫ْسُب‬
َ ُ‫ْن‬ ُُ ‫ْرُالتَّابِ ِعيْنَُُ َر ُجلُُيُقَا‬ َُّ ِ‫إ‬
َُ ‫نُ َخي‬
Maknanya: “Sesungguhnya sebaik-baik tabiin adalah seorang laki-laki yang
bernama Uwais bin ‘Amir dari kabilah Murad kemudian kabilah Qaran” (HR
Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika seseorang dijadikan kaya, hendaklah ia meneladani para sahabat Nabi yang
melimpah hartanya seperti sahabat Abu Bakr dan sahabat ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu ‘anhuma. Harta keduanya diinfakkan di jalan Allah untuk
menopang perkembangan dakwah Islam.
Terakhir, kami tegaskan bahwa Islam sama sekali tidak melarang seseorang
menjadi kaya. Yang dilarang adalah menggunakan kekayaan dalam hal-hal yang
dilarang oleh agama.
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga
bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
ُ
‫َ‬ ‫ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َ ِّ ْ ْ‬ ‫َ‬
‫الذك هرال َح هك ْي هم‪َ ُ،‬وت َق َّب َُلُ هم ه ِّن ُْيُ‬
‫اتُو ه‬
‫آنُالع هظي هم‪ُ،‬ونفع هنيُو هإياك ُمُ هبماُ هفي هُهُ همنُُاْلي ه ُ‬ ‫كُللاُُ هليُ َولك ُْمُ هفيُالقر ه ُ‬ ‫َبا َر َ ُ‬
‫َْ‬ ‫َوم ْنك ُْمُ هت َل َو َته‪ُ،‬إ َّنهُُه َ ُوُ َّ‬
‫الس هم ْيعُُالع هل ْيمُ ُ‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫ُ‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫َ ْ َ‬ ‫ص َط َفى‪َ ُ،‬و َع َلىُآل ُهُ َو َأ ْ‬ ‫ص ِّل ُْيُ َوأ َس ِّلمُُ َع َلىُ َس ِّي هد َناُم َح َّم ٍُدُ ْاْل ْ‬ ‫َا ْل َح ْمدُُ ُ َ َ َ َ َ‬
‫ص َح هاب هُهُأ ْه ه ُلُال َوفا‪ُ.‬‬ ‫هه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫للُوكفى‪ُ،‬وأ ه‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ‬ ‫َ ْ َ َ ْ َّ َ َّ‬
‫كُله‪َ ُ،‬وأش َهدُُأ َّ ُنُ َس هِّي َدناُم َح َّم ًداُ َع ْبدهُُ َو َرس ْوله‪.‬‬ ‫لهُ هإ ُلُللاُُوحدهُُ ُلُش هري ُ‬ ‫أشهدُُأ ُنُ ُلُ هإ ُ‬
‫ْ َ ِّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫للاُأ َم َرك ُْمُ‬ ‫للاُالع هل هُيُالع هظي ه ُمُواعلمواُأ ُنُ ُ‬ ‫ُُُُُُُُُُأ َّماُ َب ْعد‪ُ،‬ف َياُأي َهاُاْل ْس هلم ْون‪ُ،‬أ ْو هص ْيك ُْمُ َون ْف هس ُْيُ هب َت ْق َوىُُ هُ‬
‫الن هب ِّ هي‪َ ُ،‬ياُ‬ ‫صلو َ ُنُ َع َلىُ َّ‬ ‫ّللاُ َو َم َلئ َك َتهُُي َ‬ ‫ُ‬ ‫ال‪ُ:‬إ َّنُُ َّ َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬‫الس َل ُمُ َع َلىُ َنب ِّي ُهُ ْال َكرْي ُمُ َف َ‬ ‫َّ‬ ‫و‬‫الص َل ُةُ َ‬
‫َّ‬ ‫ب‬ ‫ُ‬‫ُ‬
‫م‬ ‫ْ‬ ‫ك‬ ‫َ‬
‫ر‬ ‫م‬‫ب َأ ْم ُرُ َعظ ْيم‪َ ُ،‬أ َ‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ههه ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ٍ ه ٍ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ْ َ َ ِّ َ ْ ً َ ّٰ َّ َ َ‬ ‫َ َّ‬
‫آلُ َس هِّي هدناُم َح َّم ٍُدُك َماُ‬ ‫ص ه ُِّلُ َعلىُ َس هِّي هدناُم َح َّم ٍُدُ َو َعلىُ ه ُ‬ ‫ينُ َآمنواُصلواُعلي هُهُوس هلمواُتس هليما‪ُ،‬الله ُمُ‬ ‫أي َهاُال هذ َ ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ِّ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ ْ َ َ‬
‫آلُ َس هِّي هدناُم َح َّم ٍُدُ‬ ‫كُ َعلىُ َس هِّي هدناُم َح َّم ٍُدُ َو َعلىُ ه ُ‬ ‫آلُس هي هدناُ هإبر هاهي ُمُوبا هر ُ‬ ‫تُ َعلىُُ َس هِّي هدناُ هإ ْب َر هاه ْي َُمُ َو َعلىُ ه ُ‬ ‫صلي ُ‬
‫ْ‬ ‫َ ّٰ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َْ َ َ‬
‫كُ َح هم ْيدُُ َم هج ْيد‪ُ.‬الله َُّمُاغ هف ُْرُ‬ ‫آلُ َس هِّي هدناُ هإ ْب َر هاه ْي َم‪ ُ،‬هف ُْيُال َع هاْل ْي َ ُنُ هإ َّن َ ُ‬
‫تُ َعلىُ َس هِّي هدناُ هإ ْب َر هاه ْي َُمُ َو َعلىُ ه ُ‬ ‫كماُبارك ُ‬
‫ْ َ ْ ََ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ َْ َ ْ ْ َ ََْْ ْ َ َْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ات‪ُ،‬اللهمُ ْادف ُْعُ َع َّناُال َبل َُءُ َوالغل َُءُ‬ ‫اءُ همنه ُْمُواْل ْم َو ه‬ ‫اتُاْلحي هُ‬ ‫اتُواْلؤ هم هني ُنُواْلؤ همن ه ُ‬ ‫هللم ْس هل هم ْي َ ُنُ َواْل ْس هل َم ه ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ‬ ‫َ ََْ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ ْ ْ‬
‫اْل َح َن‪َ ُ،‬ماُظ َه َُرُ هم ْن َهاُ َو َماُ َبط َن‪ ُ،‬هم ْ ُ‬
‫نُ‬ ‫فُاْلخت هلف ُةُوالشدا هئ ُدُو ه‬ ‫اءُ َواْل ْنك َُرُ َوال َبغ َُيُ َوالسيو ُ‬ ‫اءُوالفحش ُ‬ ‫والوب ُ‬
‫َ َ ْ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َّ ً َ ْ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َّ ً َّ َ َ َ‬
‫كُعلىُك ه ِّلُُش ْي ٍُءُق هديرُ ُ‬ ‫انُاْلس هل همي ُنُعامة‪ ُ،‬هإن ُ‬ ‫نُبلد ه ُ‬ ‫بل هدناُهذاُخاص ُةُو هم ُ‬
‫ْ َ‬ ‫ْ َْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ ْ‬
‫اءُ َواْل ْنك هُرُ‬ ‫الف ْحش هُ‬ ‫نُ‬ ‫اءُ هذيُالقربىُوينهىُع ه ُ‬ ‫انُ َو هإ ْي َت هُ‬
‫للاُ َيأمرُُ هبال َع ْد ه ُلُ َواْل ْح َس ه ُ‬ ‫إنُ ُ‬‫للا‪ُ ُ،‬‬ ‫ادُ ه‬ ‫هع َب َُ‬
‫للاُ ْال َعظ ْي َُمُ َي ْذك ْرك ُْمُ َو َلذ ْكرُُ ُ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َّ َ َ َّ ْ َ َ‬ ‫َ َ ْ َ‬
‫للاُأكبر‪ُ ُ.‬‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫والبغ هي‪ُ،‬ي هعظك ُْمُلعلك ُْمُتذكرون‪ُ.‬فاذكرواُ ُ ه‬
‫ُ‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa‬‬
‫‪Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid‬‬
‫‪Indonesia Kab. Mojokerto‬‬

Anda mungkin juga menyukai