Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL

PAMERAN PEMBELAJARAN

OLEH:

MOH HALIM A 621 22 128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


RUMPUN IPS & BK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023

i
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
BAB II ANALISIS PERMASALAHAN...................................................... 2
A. Analisis Permasalahan Berdasarkan Kajian Teori ................................... 2
BAB III OUTPUT PRODUK YANG TELAH DIBUAT ........................... 9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada
pendidikan. Karena belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan yang lainnya.
Dalam proses belajar di sekolah masih banyak peserta didik yang tidak dapat
memfokuskan pikiran dan perhatiannya pada pelajaran yang sedang diajarkan.
Masih banyak pula peserta yang menganggap remeh terhadap tugas-tugas yang
diberikan guru. Oleh karena hal ini sering terjadi, maka masih banyak peserta
didik yang prestasinya terus-menerus tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil observasi disekolah PPL masih banyak peserta didik
yang merasa malas, bosan, lesu, mengantuk di kelas, telat masuk kedalam kelas,
ribut dan tidak mendengarkan guru di dalam kelas. tidak bersemangat, kurang
termotivasi untuk belajar, tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan hasil tersebut dapat simpulkan bahwa peserta didik mengalami
masalah kejenuhan belajar.

3
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

B. Analisis Permasalahan Berdasarkan Kajian Teori


Masalah di sekolah tempat PPL masih banyak peserta didik yang merasa
malas, bosan, lesu, mengantuk di kelas, telat masuk kedalam kelas, ribut dan
tidak mendengarkan guru di dalam kelas. tidak bersemangat, kurang termotivasi
untuk belajar, tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Berdasarkan
hasil tersebut dapat simpulkan bahwa peserta didik mengalami masalah
kejenuhan belajar. Dalam mengatasi permasalahan yang ada saya meberikan dua
layanan bimbingan konseling kepada peserta didik yaitu siklus 1 memberikan
layanan klasikal dengan topik layanan meningkatkan semangat belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan siklus 2
saya memberikan konseling kelompok topik layanan yaitu kejenuhan belajar
menggunakan pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC).
Untuk menganalisis masalah yang sudah ditemui, maka perlu
dilakukan kajian teori tentang pemberian layanan klasikal menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Konseling Kelompok
menggunakan pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC).
1. Model Problem Based Learning (PBL)
Pengertian Pembelajaran Berbasis masalah yang lain adalah metode
mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana Peserta
didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan
laporan akhir. Dengan demikian Peserta didik di dorong untuk lebih aktif
terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir
kritis. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran

4
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalamtim untuk memecahkan masalah
dunia nyata (real world).
Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan
bahwa pengertian dari model Problem Based Learning (PBL) atau
pembelajaran berbasih masalah adalah model pengajaran yang bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta
memperoleh pengetahuan.
Finkle and Torp (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130)
menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan
masalah dan dasardasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan
para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari
yang tidak terstruktur dengan baik.
Proses PBL mereplikasi pendekatan sistematik yang sudah banyak
digunakan dalam menyelesaikan masalah atau memenuhi tuntutan-tuntutan
dalam dunia kehidupan dan karier.
Sintak operasional PBL bisa rmencakup antara lain sebagai berikut:
1) Pertama-tama Peserta didik disajikan suatu masalah.
2) Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam
sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu
kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka
membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa
yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang
mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka
juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

5
3) Peserta didik terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan
masalah diluar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup:
perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi.
4) Peserta didik kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing,
informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas
masalah tertentu Peserta didik menyajikan solusi atas masalah.
5) Peserta didik mereview apa yang mereka pelajari proses pengerjaan
selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat
dalam review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru,
sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya tehadap proses tersebut
2. Pendekatan Solution-Focused Brief Therapy (SFBT).
Dalam beberapa literature pendekatan SFBT juga disebut sebagai Terapi
Konstruktivis, dan ada pula yang menyebutnya dengan Terapi Berfokus Solusi.
Selain itu SFBT juga disebut Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) yang
dalam bahasa Indonesia disebut Konseling Singkat Berfokus Solusi.
Tokoh dari SFBC yaitu Steve de Shazer (dalam McLeod, 2010:171).
mengemukan bahwa dalam SFBC, intervensi dapat bersifat singkat dan strategis,
penghargaan terhadap penggunaan pertanyaan untuk mengajak konseli
mempertimbangkan alternatif tindakan, dan penggunaan tim pengamat yang
memberikan masukan kepada konselor. Menurut de Shazer (Seligman 2006)
SFBC bisanya berlangsung dalam tujuh tahap:
1) Identifying a solvable complaint. Mengidentifikasi keluhan yang bisa
dipecahkan merupakan langkah awal yang penting dalam konseling.
2) Establishing goals. Menetapkan tujuan melanjutkan proses konseling.
Konselor berkolaborasi dengan konseli untuk menentukantujuan yang
spesifik, dapat diamati, diukur, dan konkret
3) Designing an intervention. Ketika merancang intervensi, konselor
menggambar pada pemahaman mereka tentang konseli danpenggunaan

6
kreativitas strategi terapi untuk mendorong perubahan, tidak peduli
seberapa kecil.
4) Strategic task that promote change. Tugas strategis kemudian
mempromosikan perubahan. Biasanya ini ditulis sehingga konseli dapat
memahamidan menyetujuinya. Tugas secara hati-hati direncanakan untuk
memaksimalkan kerja sama konseli dan sukses.Orang dipuji atas upaya
keberhasilan dan kekuatan mereka untuk menggambar di dalam
menyelesaikan tugas.
5) Identifying dan emphazing new behavior and changes. Perilaku baru yang
positif dan perubahan diidentifikasi serta ditekankan ketika konseli kembali
setelah diberitugas.
6) Stabilization. Stabilisasi adalah penting dalam membantu orang
mengkonsolidasikan keuntungan dan secara bertahapberalih perspektif ke
arah yang lebih efektif dan penuh harapan. Selama tahap ini, konselor
mungkin benar-benar menahan kemajuan dan kemunduran konseli.
7) Termination. Pengakhiran konseling terjadi, sering diprakarsai oleh konseli
yang kini telah mencapai tujuan mereka. KarenaSFBC berfokus pada
penyajian keluhan bukan resolusi masalah masa kecil atau perubahan
kepribadian yang signifikan, ia mengakui bahwa orang dapat kembali
untuk terapi tambahan, dan konseli diingatkan pilihan itu

Strategi Pendekatan SFBC menurut McLeod (2010: 171), diantaranya


adalah:
1) Fokus pada perubahan (focusing on change). Fokus pada perubahan adalah
suatu hal yang penting dalamkonseling berfokus solusi. Karena itu,
konselor berfokus pada solusiberasumsi bahwa perubahan tersebut tidak
hanya bersifat mungkin,tetapi tidak dapat dihindari.
2) Percakapan bebas masalah (problem free talk). Pada awal sesi, konselor
akan mengajak konseli untukmembicarakan hal-hal yang tidak berkaitan

7
dengan masalah maupunsolusi. Seperti, membicarakan aktivitas keseharian
konseli sebagai carauntuk memberikan penghargaan atau menghargai
kemampuan dankualitas positif yang ada pada diri konseli.
3) Menemukan pengecualian (exception finding). Memberikan pertanyaan
atau pernyataan tentang waktu ataukeadaan yang bisa membuat konseli
merasakan terbebas darimasalahnya, dengan demikian bisa membangun
pengecualian yangdilakukan konseli untuk melakukan
4) perubahan. Pertanyaan yangdiucapkan seperti "Hal apa yang berbeda
ketika masalah tidak terjadi?".
5) Pertanyaan ajaib (miracle question). Di awal sesi proses konseling,
konselor mendorong konseliuntuk memikirkan masa depan. Hal ini dapat
dilakukan melaluipertanyaan yang mengarahkan ke arah harapan masa
depan atau lebihspesifik dengan menanyakan kepada mereka "pertanyaan
ajaib". Untukpertanyaan ajaib, konseli diminta untuk membayangkan
bahwa ketikamereka tidur, keajaiban itu terjadi dan ketika mereka bangun,
masalahmereka terselesaikan, sehingga mereka merasa lebih baik dan
memilikiharapan untuk menjalani hidupnya. Kemudian konselor
menanyakantentang keajaiban itu, "Apa hal pertama yang akan Anda
perhatikantentang situasi baru Anda bahwa keajaiban telah terjadi?" Ini
membukakemungkinan bahwa konseli dapat melihat perubahan yang
terjadidalam kehidupan mereka. Dan kenali langkah pertama untuk
mencapailebih banyak perubahan yang mereka inginkan.
6) Pertanyaan berskala (scalling question). Pertanyaan berskala berfungsi
untuk memberikan ukuran dasar,menunjukkan tingkat motivasi untuk
perubahan, dan menilai tingkat kepercayaan bahwa perubahan akan
dipertahankan. Hal yang sangat penting, konseli dapat membuat peringkat
numerik (misalnya, pada skala nol hingga sepuluh) dari "di mana saya
sekarang." Ketika peringkat konseli menunjukkan bahwa

8
BAB III
OUTPUT PRODUK YANG TELAH DIBUAT
Output produk yang telah kelompok buat ialah modul ajar dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan Solution-Focused Brief
Counseling (SFBC), Media pemberian layanan, LKPD, dan Evaluasi
Berikut beberapa produk yang kami gunakan dalam mengatasi berbagai
problema selama menjalani PPL
1. RPLBK
Rencana pelaksanaan layanan bimbingan konseling (RPL BK) merupakan
suatu panduan dalam melaksanakan rencana layanan BK. Acuan dalam pembuatan
RPL ini disusun berdasarkan assesment kebutuhan peserta didik kemudian dianalisis
hingga menghasilkan suatu program, program tersebut nantinya jika akan
dilaksanakan harus dibuat kedalam bentuk RPL.

9
2. VIDEO
Media video adalah media audio visual yang menampilkan gambar dan suara.
Pesan yang disajikan bisa berupa fakta (kejadian, peristiwa penting, berita) bersifat
informatif, edukatif maupun instruksional

3. Power Point (PPT)


Power Point disini dapat diartikan sebagai perangkat lunak yang paling
tersohor yang bisa dimanfaatkan untuk presentasi. Pemanfaatan Power Point atau
perangkat lunak lainnya dalam presentasi menjadi sangat mudah, dinamis dan sangat
menarik.

10
4. LKPD dan Penilaian
Lembar Kerja Peserta Didik ini adalah untuk memantau sejauh mana
pemahaman Siswa terhadap Layanan yang sudah diberikan oleh Guru BK Penilaian
proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan
bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk
memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.

5. Web

11
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Model pembelajaran problem based learning dapat membuatt Peserta didik


mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills). Dan
Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery),
bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau
mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau membuat pertimbangan
(considering), dan membuat keputusan (decisionmaking). Dengan bekerja sama atau
berkelompok dapat menumbuh kembangkan minat dan bakat peserta didik
secara tidak langsung.

Dalam pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC), peserta didik


akan berkolaborasi dengan konselor untuk berfokus menemukan solusi sehingga bisa
melakukan perubahan pada diri dan menemukan solusi dari mengatasi kejenuhan
belajar yang dialami. Pendekatan berfokus pada pembangunan solusi sehingga
dengan solusi yang ditemukan, siswa bisa secara singkat untuk membantu
penyelesaian tugas perkembangannya. Namun pada siklus 2 PPL saya sendiri masih
banyak yang harus saya perbaiki karena masih ada beberapa langkah yang tidak saya
lakukan sehinngga permasalahan yang dibahas saat konseling kelompok belum
teratasi sepenuh.

D. Saran

Semoga dengan adanya PPL 1 dengan menggunakan pembelajaran


berdifrensiasi ini dapat memberikan bekal kepada mahasiswa agar menjadi seorang
guru yang kompeten dan professional. Selain itu juga dapat mempererat tali
silaturahmi antara Universitas Tadulako dan SMA Negeri 5 Palu. Semoga
kedepannya dapat dijadikan evaluasi menjadi lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aris, shoimin. 2014. 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Anneahira, http://Eprints.

McLeod, John. 2010. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Terjemahan oleh
A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Seligman, L. 2006. Theories of Counseling and Psychotherapy. Columbus, Ohio:


Pearson Merril Prentice Hall.

13

Anda mungkin juga menyukai