Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

Oleh:
DETALIA APRIANI
NIM: 2023207209041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AKADEMIK 2024
A. Pendahuluan

1. Definisi
a. Inkontinensia urin merupakan salah satu gangguan perkemihan yang terjadi pada lanjut usia. Kejadian
inkontinensia urin dapat disebabkan karena menurunnya fungsi kandung kemih dan penurunan otot
disekitar saluran kemih. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa kejadian inkontinensia urin paling
sering terjadi pada perempuan.
b. Risiko jatuh adalah suatu keadaan dimana seseorang berpotensi mengalami peningkatan
kemungkinan untuk jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik, dimana angka kejadian jatuh pada
lansia di Indonesia dengan jumlah kejadian cidera mencapai 22% dimana 65% diantaranya
dikarenakan kejadian jatuh.(Ariati,2021)

2. Data (Gejala yang muncul)


a. Buang air kecil saat bersin, tertawa, batuk, atau mengangkat beban berat. Buang air kecil saat
mengubah posisi tubuh. Buang air kecil saat mendengar suara air mengalir. Ingin buang air kecil
secara tiba-tiba di malam hari.
b. Sepertiga lansia yang berusia di atas 65 tahun dan setengah dari lansia yang berusia di atas 80 tahun
mengalami jatuh setiap tahun. Sedangkan di Indonesia sebanyak 12,8% lansia terjatuh dalam dua tahun
terakhir, dimana sebanyak 7,6% merupakan jatuh pertama kali dan 5,2% merupakan kejadian jatuh
berulang (Pengpid & Peltzer, 2018). Pengalaman jatuh yang dialami oleh lansia membuat mereka akan
lebih berhati-hati dalam bergerak, sehingga tingkat imobilitas pada lansia akan meningkat.
c. Masalah Keperawatan
1. Incontinence ( buang air besar dan kencing yang tidak terkontrol )
2. Instability (mudah jatuh )

B. Proses Keperawatan
 Keluhan utama
Keluhan yang biasanya muncul adalah pasien mengatakan saat berdiri susah dan ingin jatuh
 Riwayat kesehatan sebelumnya
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, fraktur, stroke dan lain-lain.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat.
 Riwayat kesehatan keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit turunan.
 Riwayat psiko-sosial-spiritual
Apakah pasien memahami mengenai gambaran diri, identitas diri,harga diri, peran diri, serta ideal diri
Pola Kebiasaan Sehari-hari
1). Aktivitas dan istirahat
Pada lansia untuk aktivitas dianjurkan untuk tidak terlalu berlebihan,dan kesulitan untuk akan merasakan
lemas dikarenakan kurang istirahat.
2). Integritas ego
Penderita insomnia pada umunya mengakami riwayat perubahan kepribadian stress, ansietas, nyer yang
dirasa
3). Makanan
Kaji makanan yang disukai pasien
Pemeriksaan fisik
a).persendian
keluhan nyeri pada sendi yang menyebabkan tergagguanya aktivitas
b). Neurosensori
-gejala : keluhan pusing, dikarenakan kurangnya istirahat tidur.
c). pernafasan
jarang ditemukan adanya gangguan pernafasan pada pasien imobilitas dan insomnias

2. Diagnosa keperawatan

a. Risiko Jatuh b.d faktor resiko usia lanjut, gangguan keseimbangan(D.0143)

b. Gangguan eliminasi urin b.d Kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih (D.0040)

3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA INTERVENSI (SIKI)
NO LUARAN(SLKI)
KEPERAWATAN

Setelah dilakukan Pencegahan jatuh(I.14540)


1. Risiko Jatuh b.d faktor tindakan keperawatan
resiko usia lanjut, gangguan selama 3 x 7 jam, maka
Observasi
keseimbangan tingkat jatuh menurun,
(D.0143) dengan kriteria hasil:  Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65
tahun, penurunan tingkat kesadaran,
- Jatuh dari tempat defisit kognitif, hipotensi ortostatik,
tidur menurun gangguan keseimbangan, gangguan
- Jatuh saat berdiri penglihatan, neuropati)
menurun  Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
- Jatuh saat duduk institusi
menurun  Identifikasi faktor lingkungan yang
- Jatuh saat berjalan meningkatkan risiko jatuh (mis: lantai
menurun licin, penerangan kurang)
 Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala (mis: fall morse scale, humpty
dumpty scale), jika perlu
 Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik

 Orientasikan ruangan pada pasien dan


keluarga
 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
 Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
 Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh
dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station
 Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi
roda, walker)
 Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi

 Anjurkan memanggil perawat jika


membutuhkan bantuan untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
 Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat

2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri


urin b.d Kehilangan keperawatan selama 3 x 7 (I.11349)
kemampuan untuk jam, maka eliminasi urin
Observasi
menghambat kontraksi membaik, dengan kriteria
kandung kemih hasil:  Identifikasi kebiasaan BAB/BAK
(D.0040) sesuai usia
- Desakan berkemih
 Monitor integritas kulit pasien
(urgensi) menurun
- Urin menetes Terapeutik
(dribbling) menurun
- Distensi kandung kemih  Buka pakaian yang diperlukan
menurun untuk memudahkan eliminasi
- Berkemih tidak tuntas  Dukung penggunaan
(hesistancy) menurun toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
 Jaga privasi selama eliminasi
 Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu
 Bersihkan alat bantu BAK/BAB
setelah digunakan
 Latih BAK/BAB sesuai jadwal,
jika perlu
 Sediakan alat bantu (mis. kateter
eksternal, urinal), jika perlu
Edukasi

 Anjurkan BAK/BAB secara rutin


 Anjurkan ke kamar mandi/toilet,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai