Anda di halaman 1dari 11

IDENTITAS NOVEL

a. Judul : Daun yang jatuh tak pernah membenci angin


b. Pengarang : Tere-Liye
c. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
d. Pencetakan : Cetakan kedua
e. Tahun Terbit : 2010
f. Tebal Buku : 264 halaman
g. Desain Cover : eMTe
h. ISBN : 978-979-22-5780-9
i. Warna Novel : Coklat kekuningan

1
SIPNOSIS NOVEL
Salah satu novel karya Tere Liye yang cukup diminati masyarakat Indonesia adalah
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membeci Angin, dengan gaya penulisan yang romantis
dan penggunaan diksi yang indah khas Tere Liye, novel ini disajikan dengan kisah
yang penuh suka serta keharuan yang mampu membius pembaca untuk ikut terhanyut
dalam ceritanya.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini berisikan konflik-konflik
yang dialami para tokoh seperti Danar, Tania, dan yang lainnya. Menceritakan
kehidupan seorang gadis, Tania, yang jatuh cinta kepada malaikat hidupnya. Cerita
bermula ketika tokoh Tania dan Adiknya, Dede kehilangan sang ayah. Mereka
menghabiskan seluruh tabungan keluarga hingga menjual rumah untuk biaya
pengobatan sang ibu yang juga sedang sakit keras.
Hidup dalam jeratan kemiskinan membuat Tania, Dede dan sang ibu harus terus
berjuang untuk menghidupi keluarga mereka yang hanya tinggal di rumah kardus di
sebuah pemukiman kumuh.Tania dan Dede pun terpaksa putus sekolah dan membantu
sang ibu mencari uang dengan mengamen di bus kota. Di sanalah mereka bertemu
dengan Danar, seorang pemuda baik hati yang datang bagaikan malaikat bagi keluarga
Tania. Seorang pemuda yang kemudian membiayai seluruh kebutuhan hidup keluarga
Tania hingga keluarga mereka dapat hidup layak.
Mulai saat pertemuan di bus kota itu Danar selalu membantu keluarga Tania, mulai
dari membiayai Tania dan Dede sekolah sampai memberi modal untuk sang ibu
berjualan. Sehari-hari kegiatan Tania dan Dede pun bertambah. Pagi hari pergi ke
sekolah dan saat pulang mereka pergi ke jalan untuk mengamen lagi. Hingga beberapa
bulan kemudian, sang ibu meninggal dunia karena penyakitnya. Setelah kepergian sang
ibu, Danar mengambil tanggung jawab atas Tania dan Dede dengan membawa mereka
hidup bersamanya. Seiring berjalannya waktu, hubungan Danar dan Tania semakin
dekat. Danar selalu berada di sisi Tania disaat terlemahnya dan juga memberikan
semangat agar Tania menjadi pribadi yang kuat.
Konflik muncul ketika Tania mulai menyadari perasaannya terhadap Danar. Ia mulai
merasakan cemburu ketika Danar selalu memberikan perhatiannya kepada Ratna,
pacarnya. Perbedaan usia antara Danar dan Tania yang cukup jauh menjadi salah satu
masalah yang harus dihadapi oleh tokoh Tania dan Danar yang juga membuat cerita
dalam novel ini menjadi semakin unik. Tania pun memfokuskan diri untuk belajar agar
sukses dan berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Singapura.
Konflik lain muncul ketika Danar dan Ratna memutuskan untuk menikah yang Tania
sangat sedih dan memutuskan untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka. Setelah
pernikahan Danar dan Ratna, Tania maupun Danar tidak pernah saling berhubungan
satu sama lain. Tania mengalihkan kesedihannya dengan aktif bekerja, mengikuti
organisasi, hingga membuka sebuah toko kue di Singapura.
Puncak konflik dalam novel ini terjadi ketika setelah menikah Ratna mulai menyadari
perubahan sikap Danar. Danar yang pada awalnya sangat perhatian menjadi terasa kaku
dan dingin terhadapnya. Singkat cerita, tokoh Danar mulai menyadari perasaannya. Ia
2
mulai menyadari akan perasaan cinta yang dimilikinya untuk Tania. Namun, semuanya
sudah terlambat. Danar sudah menikah dan Ratna sedang mengandung anak mereka.
Tania yang kemudian mengetahui perasaan Danar pun meminta Danar untuk
melupakannya dan kembali menjalani hari-harinya bersama Ratna. Sedangkan dirinya
memutuskan untuk melupakan seluruh cerita cintanya dan kembali ke Singapura untuk
memulai lembaran kehidupan barunya.

3
PEMBAHASAN
1. Unsur Intrinsik
A. Tema
Tema dalam novel ini adalah cinta yang tidak harus saling memiliki, seperti kutipan
dalam buku sebagai berikut:
"Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini." (Hal 256).
Tema dalam novel ini juga mengenai keikhlasan dalam menerima takdir tuhan,
seperti dalam kutipan berikut:
"Ketahuilah, Tania dan Dede... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin... Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya..." (Hal.
63)
"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus
mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang
tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak
masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan." (Hal. 196)
B. Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur.
Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
a. Pengenalan/Awal cerita
Awal cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah
toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir.
Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama, yang
kemudia berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
b. Konflik/Awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa
perasaan yang menggangu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan
bersama ke Dnia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi
ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.
c. Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni
ketika Tania bertemu dengan Om Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan
mengenai kejujuran yang sebenarnya dari selururh perasaan yang mereka pendam
selama ini.
d. Anti klimaks
Anti klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan
perasaanyanya sendiri dan ingin berudaha melepaskan bayang-bayang Danar di
benaknya.
4
e. Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk
meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.
C. Tokoh/Penokohan
a. Tokoh
-Tania(Tokoh Aku)
-Danar
-Dede
-Ratna
b. Penokohan
-Tania
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab,
menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga
seorang yang menyayangi keluarganya,terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan
sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan
hidup mereka.
Cerdas: "Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil
melampau 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringka
terbaik." (Hal. 127)
Cantik: "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan
panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini:
"mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania." (Hal. 15)
Membanggakan: "Lihatlah... Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu
membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan." (Hal. 192)
-Danar
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang,
dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku
keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan: "Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang
orangtuanya tinggal Selangor mendesisi. "wow, cute," saat bersalaman dengannya.
Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai." (Hal. 95)
Baik: "Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan
saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas
jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudia
membungkusnya perlahan-lahan." (Hal. 24)
-Dede
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyayangi keluarganya, cerdas, memiliki
nalar yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan
5
mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki
hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Danar sewaktu ia kecil
dulu. Ia juga oandai bercerita, karena sering bercerita bersama Danar di kelas
mendongeng.
Cerdas: "Dede ranking empat di kelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit."
(Hal. 44)
-Ratna
Kak Ratna adalah seorang oerempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik,
menyenagkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu
menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar
simpan diam-diam.
E. Latar
a. Latar tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan
Singapura. Seperti ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di:
1. Rumah kardus Tania: "Dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus."
(Hal. 30)
2. Lingkungan rumah kardus Tania: "Aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah
kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti
malam ini." (Hal. 232)
3. Toko buku favorit Danar: "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah
jam lebih aku terpekur berdiam diri dissini. Mengenang semua kejadian itu.
Mengenangnya." (Hal. 104)
4. Rumah Sakit: "Menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit." (Hal. 57)
5. Pusara Ibu: "Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke
pusara ibu." (Hal. 195)
6. Kontrakan Danar: "Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke
kontrakannya." (Hal. 67)
7. Bandara: "Ketika tiba di Bandara, Dia dan Dede sudah menjemputku di lobi
kedatangan luar negeri." (Hal. 78)
Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di:
1.Bandara Changi: "Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi." (Hal. 102)
2.NUS (National University of Singapore): "Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus
National University of Singapore (NUS)." (Hal. 100)
3.Toko buku terbesar di Singapura: "Buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di
salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan." (Hal.
96)
b. Latar Waktu

6
1.Pagi hari: "Besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan
itu dicuci." (Hal. 24)
2.Siang hari: "Kami makan siang di kantin mahasiswa." (Hal. 101)
3.Sore hari: "Aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang
lebih lama dibandingkan anak-anak lain." (Hal.38)
4.Malam hari: "Malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma." (Hal. 37)
c. Latar suasana
1.Menyenangkan: "Pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah
pesta terbaik selama ini)" (Hal. 95)
2.Menyedihkan: "Kak.. kenapa Ibu dibungkus?" aku hanya menggeleng lemah. Usianya
delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata kematian. (Hal. 62)
3.Mengharukan: "Tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu."
(Hal. 130)
4.Mengagetkan: "Mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan." (Hal.
131)
F. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini.
Tercermin dalam kutipan berikut ini:
1."Aku mencintainya. Itulah semua perasaanku." (Hal. 154)
2 "Aku menimpuk kepala anne dengan gumpalan tisu." (Hal. 177)
3."Dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya tuhan, mata itu redup. Redup
sekali." (Hal. 237)

G. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah terkadang hal yang harus kita
lakukan adalah menerima. Menerima, bahwa segala hal yang kita inginkan tidak selalu
harus terjadi. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu memang
bukan hadir untuk kita, meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski
seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan
meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak
akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik
menurut kehendak Tuhan.
Kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif, hendaknya
kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu datangnya satu
paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya bersedih kecuali apabila
hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih bersedih, sebaiknya kita
semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti yang dilakukan

7
Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi
seseorang yang sukses di Singapura. Karena cinta tidak harus memiliki.

2. Unsur ekstrinsik
A. Latar belakang pengarang
Tere Liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979, ia berasal dari Sumatera Selatan dan
merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, nama aslinya adalah Darwis. Tere Liye
merupakan nama populernya yang diambil dari bahasa India yang artinya untukmu. Ia
merupakan Mahasiswa lulusan fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Hingga saat ini
Tere Liye telah melahirkan 14 karya yang best seller dan diantaranya ada beberapa
novel yang di filmkan seperti bidadari-bidadari surga, hafalan shalat Delisa (2005),
moga bunda disayang Allah (2005).

B. Nilai-nilai yang terkandung


-Nilai Sosial
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong
dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak
memandang siapa Tania.
-Nilai Moral
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak
sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam
novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan
yang menghalanginya.

8
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A. Kelebihan
Novel ini mempunyai kelebihan pada penyajian jalan cerita dan akhir ceritanya yang
tidak biasa dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk mengetahui kelanjutan
kisah antara Danar dan Tania. Keunggulan lain dalam novel ini adalah bahasa santai
yang digunakan Tere Liye dalam menggambarkan cerita ini sehingga akan mudah
dimengerti pembaca.
Penggunaan diksi yang indah dan detail juga menambah kesan romantis dalam
ceritanya. Cerita ini juga tidak monoton yang benar-benar akan membawa pembaca
pada suasana dan perasaan tokoh dengan sangat realistis. Ditambah ukuran buku yang
tidak terlalu tebal menggolongkan novel ini merupakan bacaan yang cukup ringan
namun tetap dapat membuat pembaca penasaran. Selain itu, novel ini juga banyak
mengandung pesan moral yang bisa diambil manfaatnya bagi pembaca.

B. Kekurangan
Selain memiliki kelebihan novel ini juga memiliki kekurangan yang terletak pada
desain sampul dan kertasnya yang kurang menarik. Selain itu, perpindahan alur dan
beberapa bagian yang cenderung dipotong tiba-tiba membuat pembaca sesekali
kebingungan. Tetapi, semua itu tidak sedikitpun mengurangi majna dari cerita yang
disampaikan Tere Liye. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, secara umum novel
ini layak untuk dibaca melihat dari kelebihan yang dimiliki novel ini dan nilai nilai
moral yang terkandung didalamnya seperti tata krama dalam berbicara, menghormati
orang tua, bersabar, selalu mengingat kebaikan yang dilakukan orang lain terhadap diri
kita, selalu bekerja keras, tidak pantang menyerah dalam menghadapi segala ujian
kehidupan dan nilai-nilai kehidupan lainnya.

9
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini berisikan konflik-konflik
yang dialami para tokoh seperti Danar, Tania, dan yang lainnya. Menceritakan
kehidupan seorang gadis, Tania, yang jatuh cinta kepada malaikat hidupnya. Cerita
bermula ketika tokoh Tania dan Adiknya, Dede kehilangan sang ayah.

B. Saran
Sebaiknya pada novel ini ditambahkan lagi bagian-bagian cerita yang dapat membuat
pembaca penasaran agar ceritanya menjadi semakin menarik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Web:
https://www.gpu.id/
https://www.kompasiana.com/syahjehanannisa4828/6046f4b551d71b145d190d82/
resensi-novel-daun-yang-jatuh-tak-pernah-membenci-angin
http://repository.usd.ac.id
http://andinurulazizah79.blogspot.com
http://hilmanshani.wordpress.com
http://ftmhfr.blogspot.com

11

Anda mungkin juga menyukai