Ilovepdf - Merged Akselerator
Ilovepdf - Merged Akselerator
Oleh :
Kelompok 1
D Akutansi Malam
Faktor akselerator dapat dilihat dari asasnya yaitu menerangkan bagaimana dan berapa
besar tambahan tingkat konsumsi masyarakat akan mendorong tambahan tingkat investasi
masyarakat,melalui proses tambah tingkatan pendapatan masyaraka. Apabila terdapat
tambahan permintaan akan barang-barang konsumsi dalam jumlah yang besar sekali,
sedangkan tidak cukup dilayani dengan persedian yang ada, maka akibatnya timbul dorongan
bagi para pengusaha mengadakan penanaman modal baru dalam pemberian barang-barang
modal atau perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.
2. utupnya Perusahaan
Tidak semua aktifitas multiplier memberikan efek yang positif untuk orang-orang di
sekitarnya. Ada juga aktivitas yang malah memberikan efek multiplier yang buruk. Buruk
tidaknya multiplier effect adalah efek yang nantinya didapatkan oleh orang yang ada di
sekitarnya.
Untuk efek multiplier yang buruk, terlihat dengan tutupnya suatu perusahaan. Ketika
perusahaan tutup, secara otomatis pekerjanya akan kesulitan mendapatkan pendapatan
bulanan. Ini akan membuat mereka tak punya uang yang cukup untuk bertahan hidup.
Ketika kegiatannya tutup, maka tidak ada lagi pembelian barang barang untuk produksi,
maka pemasok akan kekurangan pelanggan. Jika ini terjadi di banyak tempat, maka ada
gerakan massal yang menyebabkan pengurangan karyawan.
Hal ini jika terus berlanjut akan menimbulkan multiplier effect. Multiplier effect
adalah akibat ketika banyak orang kemudian tak memiliki pekerjaan di kasus ini, sehingga
peredaran uang menjadi macet. Ini juga menyebabkan daya beli menjadi turun.
Apabila pemerintah tidak turun tangan, maka daya konsumsi masyarakat akan menurun.
Sektor lain baik yang bersambungan dengan perusahaan tersebut atau tidak juga akan
berdampak dan mengalami keruntuhan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/405882465/Makalah-Ekonomi-Makro
https://www.academia.edu/33780882/EKONOMI_MAKRO
https://www.jurnal.id/id/blog/multiplier-effect-adalah-sbc/
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
KONSEP AKSELERATOR
PRODI AKUNTANSI
1
menghubungkan output dengan perubahan-perubahan pada investasi, model-model akselerator
menghitung nilai investasi atas dasar perubahan- perubahan pada output.
Untuk memahami investasi, yakni arus pembelanjaan barang-barang modal (capital
goods), kita perlu mengetahui seberapa cepat para investor menutup setiap kesenjangan yang
terjadi antara stok modal aktual (yang benar-benar ada) dengan stok modal optimal. Jika X
ditetapkan sebagai koefisien penyesuaian yang menghitung seberapa cepat kesenjangan antara
stok modal aktual dan optimal itu dapat tertutup. Koefisien X dan a bersama-sama mengaitkan
investasi dengan selisih pertama dalam tingkat-tingkat output, dan hal itulah yang disebut
sebagai koefisien pemacu atau akselerator, yang dilambangkan dengan V.
Dalam tingkat analisis elementer ini pun, pengenalan prinsip akselerator menguak
sejumlah implikasi penting. Pertama, investasi netto yang bersumber dari prinsip akselerator
akan positif (negatif, atau nol) jika (Y, – Yt l) positif (negatif atau nol). Kedua, investasi netto
itu akan turun kalau tingkat kenaikan outputnya berkurang. Di sisi lain, dari tinjauan sederhana
ini pun kita dapat melihat kelemahan mendasar dalam konsep akselerator. Pertama, hasil-hasil
hitungan di atas hanya berlaku jika investasinya memang ditentukan oleh akselerator, yakni
keinginan menambah investasi dalam rangka memperbesar kapasitas output. Itu memang salah
satu motif pokok investasi, namun dalam prakteknya perilaku para investor juga sering
dipengaruhi oleh aneka faktor lainnya. Seperti perubahan perkiraan, adanya teknologi baru.
dan sebagainya. Jadi, konsep akselerator ini hanya menjelaskan sebagian motif investasi yang
tentunya tidak bisa diandalkan untuk memahami total investasi yang tercipta. Sedangkan,
argumen investasi atas dasar kapasitas output seperti ini hanya bertumpu pada model stok
modal optimal. Untuk mengetahui arus atau perkembangan investasinya, kita masih
memerlukan penerapan koefisiensi yang sesungguhnya hanya bisa dibenarkan untuk kasus-
kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi penawaran investasi barang industri, atau dalam
kasus perkiraan investasi tertentu. Jadi, prinsip akselerator hanya akan bermanfaat jika
dipadukan dengan konsep penggandaan (multiplier).
2
Sebaliknya, ketika perekonomian mengalami resesi, permintaan terhadap barang jatuh.
Perusahaan akan mengurangi investasi modal. Penurunan belanja modal ini dapat
memperpanjang resesi karena belanja modal adalah salah satu pendongkrak pertumbuhan
ekonomi.
Contoh sederhana
Sebuah perusahaan mengoperasikan 4 mesin produksi dengan kapasitas output 50 per
tahun. Jadi, dengan kapasitas penuh, perusahaan melayani 200 unit pembelian. Kemudian,
permintaan meningkat menjadi 210. Dengan kapasitas yang ada, perusahaan tidak dapat
memenuhi permintaan. Oleh karena itu, ia membeli mesin baru (dengan asumsi kapasitas yang
sama 50 unit per tahun). Jadi, persediaan modal meningkat sebesar 25% = (5/4) – 1 x 100%,
sementara permintaan meningkat sebesar 5% = ((210/200) -1 x 100%.
Pertimbangkan, satu mesin sudah usang dan hanya berproduksi untuk dua tahun ke depan.
Mengantisipasi permintaan akan terus tumbuh, perusahaan membeli mesin baru untuk
menggantinya. Jadi, investasi modal perusahaan membeli tidak hanya satu mesin tetapi juga
dua mesin (persediaan modal meningkat 50%).
3
Perusahaan lebih percaya diri akan meningkatkan pengeluaran modal, jika optimis bahwa
permintaan akan tumbuh lebih kuat. Pengeluaran modal yang lebih signifikan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan meningkatnya output.
2. Perubahan Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Konsumen
Peningkatan awal dalam permintaan mempengaruhi jumlah investasi modal oleh bisnis.
Seperti kasus sebelumnya, permintaan meningkat menjadi 260 unit. Karena kapasitas
mesin baru adalah 50 unit per tahun, bisnis perlu menambah dua mesin baru. Dengan
mengoperasikan 6 mesin, produksi perusahaan meningkat menjadi 300. Dan, jika
perusahaan hanya membeli satu mesin baru, produksinya hanya 250, tidak cukup untuk
memenuhi permintaan.
3. Masa Manfaat Aset Tetap
Jika lebih banyak mesin usang beroperasi, kebutuhan akan investasi modal akan semakin
tinggi.
4. Tingkat Pemanfaatan Kapasitas
Jika mesin beroperasi pada kapasitas penuh, kebutuhan untuk berinvestasi dalam barang
modal menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, jika beberapa mesin menganggur, perusahaan
masih dapat menggunakan kapasitas yang ada untuk meningkatkan output dan memenuhi
permintaan.
5. Ketersediaan Dana Investasi dan Biaya Modal Untuk Membeli Aset Tetap
Jika perusahaan memiliki banyak uang, membeli barang modal tidak terlalu bermasalah.
Demikian juga, ketika harga mesin rendah, itu berarti biaya investasi rendah, mendorong
perusahaan untuk membeli mesin baru karena kapasitas saat ini tidak mencukupi.
6. Insentif Pemerintah Seperti Pajak Atau Subsidi
Pajak yang lebih tinggi meningkatkan biaya operasi, mengurangi insentif untuk
berinvestasi dalam barang modal. Subsidi produksi bekerja secara terbalik. Memberikan
subsidi mengurangi biaya produksi, yang mendorong perusahaan untuk berinvestasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung biaya ekonomi dari penggunaan akselerator
dan mencari biaya iradiasi pada penggunaan akselerator yang layak secara ekonomi.
Pendekatan yang dilakukan untuk menghitung hal tersebut adalah dengan menghitung
komponen-komponen, diantaranya adalah biaya investasi, operasi, kapasitas produksi,
pembayaran utang, parameter keuangan. dengan pemecahannya adalah membandingkan biaya
iradiasi pada kasus referensi dengan kasus Indonesia dan dibandingkan dengan analisis
sensitivitas untuk mencari pemecahan yang layak secara ekonomi yang berguna dalam
pengambilan keputusan.
4
A. Asumsi dan Metode Perhitungan
Pendekatan dilakukan dengan menghitung kapasitas produksi serta biaya iradiasi
dengan menggunakan data dan asumsi sebuah akselerator elektron yang sudah beroprasi
secara komersial. Pendekatan dalam menghitung ekonomi akselerator adalah sebagai
berikut:
a. Perhitungan Biaya tetap dan operasi tahunan dihitung berdasarkan metode yang
dikemukakan oleh Cleland dan Pageau, setelah disesuaikan dengan kondisi lokal
seperti harga bangunan, tanah, perizinan dan upah kerja.
b. Untuk menghitung besarnya power berkas Iradiasi dari akselerator elektron setelah
dikonversikan menjadi sinar X dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Px (KW) = E (MeV) x I (mA) x faktor konversi
Dimana:
Px = Power berkas iradiasi sinar X (kW)
PEB = Power berkas iradiasi akselerator (kW)
E = Energi Akselerator (MeV)
I = Arus berkas akselerator (mA)
Untuk E = 3-5 MeV digunakan faktor konversi sebesar 5-8%.
c. Biaya iradiasi per kg produk dapat dihitung dengan mengetahui kapasitas produk yang
diradiasi menurut rumus sebagai berikut :
M (kg) = 3600 x P (KV) x n x T (jam)
D (kGy)
Atau
Q (kg/jam) = 3600 X. P. (KW X n
D (kGy)
Dimana:
M = massa bahan yang diradiasi (kg)
P = power berkas iradiasi (kV)
n = efisiensi iradiasi
T = waktu iradiasi (jam)
Q = kapasitas produksi persatuan waktu (kg/jam).
d. Perhitungan analisis keuangan, dengan menggunakan modal pinjaman komersial luar
negeri, maka pengembalian modal untuk kontrak selama masa operasi 20 tahun
dihitung berdasarkan program spreadsheet Excel dan untuk mengetahui layak dan
tidaknya provek secara ekonomi dapat dilihat dari Net Present Value (NPV), Internal
Refe of Return (IRR), Benefit Cost Analysis (B/C) juga dengan menggunakan
spreadsheet Excel.
5
B. Hasil
1) Hasil dari perhitungan dapat dilihat sebagai berikut. Pada table 2 menunjukan biaya
tetap akselerator electron 5 MeV. 30 mA, dimana biaya investasi total sebesar Rp.
174.020 juta dan yang paling besar adalah biaya sumber Linac, jasa teknis dan peralatan
radiasi.
2) Pada table 3 menujukan biaya operasi tahunan, dan biaya yang paling besar adalah suku
cadang sebesar Rp. 174.345 dan jumlah biaya total operasi tahunan adalah Rp. 259.374.
3) Pada table 4 menunjukan angsuran invetasi akselerator electron dalam 20 tahun,
dengan bunga 4% /semester, jumlah angsuran 2 kali tiap tahun. Total angsuran Rp. 8,9
milyar.
4) Pada table 5 menunjukan perhitungan kapasitas produksi dengan studi kasus referensi,
dimana power berkas radiasi 16 KW, efisiensi iradiasi 60%, kapasitas produksi 34.560
kg/jam, waktu operasi 6.800 jam/tahun, dengan jumlah biaya tahunan Rp. 268,3
Milyar, biaya iradiasi sebesar Rp. 1.142/kg.
5) Pada tabel 6 menunjukkan hasil analisis keuangan untuk kasus referensi dan kasus
Indonesia, dimana NPV negatif, IRR sama yaitu 17,47% dan B/C kurang dari 1, yaitu
0,831 dan biaya iradiasi untuk kasus referensi Rp 1.142/kg sedangkan untuk kasus
Indonesia lebih besar yaitu Rp 2.074/kg.
6) Pada tabel 7 menunjukan perhitungan kapasitas produksi, dimana waktu operasi lebih
pendek yaitu 3.744 jam/tahun dibandingkan dengan waktu operasi kasus referensi
6.800 jam/tahun. Biaya iradiasi akan lebih besar dibandingkan kasus referensi, yaitu
sebesar Rp. 2.074/kg.
7) Pada tabel 8 menunjukkan analisis sensitivitas dari kasus referensi maupun kasus
Indonesia dimana diambil sensitivitasnya dari biaya iradiasinya yaitu Rp 1.432/kg
untuk kasus referensi dan Rp 2.600/kg untuk kasus Indonesia.
8) Pada tabel 9 menunjukkan hasil analisis keuangan dari sensitivitas yang dilakukan
untuk NPV kasus referensi lebih besar dari kasus Indonesia dan keduanya bernilai
positif. Untuk IRR keduanya memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 17,76%,
sedangkan untuk B/C untuk keduanya menunjukkan lebih besar dari 1, tetapi untuk
kasus referensi lebih besar sedikit dibandingkan dengan kasus Indonesia. Sedangkan
untuk biaya iradiasi terlihat bahwa untuk kasus referensi (Rp 1.432/kg) lebih kecil dari
pada kasus Indonesia (Rp 2.600/kg).
C. Kesimpulan
Untuk kasus referensi biaya iradiasi sebesar Rp. 1.142/kg tidak layak secara
ekonomi, karena NPV Rp. -402,6 Milyar (negatif), B/C 0.831 (kurang dari 1). Pada kasus
Indonesia biaya iradiasi sebesar Rp. 2.074 / kg, sedangkan untuk NPV, B/C, maupun IRR
sama dengan kasus referensi oleh karena itu tidak layak juga secara ekonomi. Dengan
adanya perbedaan waktu operasi pada akselerator elektron akan menyebabkan perbedaan
dalam biaya iradiasinya, semakin pendek waktu operasinya, maka semakin besar biaya
iradiasinya.
6
Untuk layak secara ekonomi sebaiknya menggunakan biaya iradiasi minimal
sebesar Rp. 1.432/kg, karena NPV Rp. 5,1 Milyar (positif), B/C 1.0005036 (lebih dari 1).
Pada kasus Indonesia biaya iradiasi minimal sebesar Rp. 2.600 / kg, karena NPV Rp. 4,45
Milyar (positif) B/C 1.00024 (lebih dari 1) dan semakin kuat nilai tukar rupiah terhadap
US dollar dari asumsi yang digunakan (Rp. 6.500/US $), maka semakin kecil biaya iradiasi
yang dikeluarkan semakin kuat nilai tukar rupiah terhadap US dollar dari asumsi yang
digunakan (Rp. 6.500/US $) maka semakin kecil biaya iradiasi yang dikeluarkan. Semakin
besar pengaruh E, power berkas radiasi, dan efisiensi iradiasi, maka semakin kecil biaya
iradiasinya, sebaliknya semakin besar biaya tahunannya (biaya operasi dan angsuran) maka
semakin besar biaya iradiasinya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal
Sumber Website
Nasrudin. A. 2019. Prinsip AkseleratorI. URL : https://cerdasco.com/prinsip-akselerator/ .
Diakses tanggal 3 April 2023.
Nasrudin. A. 2019. Efek Akselerator. URL : https://cerdasco.com/efek-akselerator/ . Diakses
tanggal 3 April 2023.