Anda di halaman 1dari 3

Gus Umar, Laras Jagad dan Nahdlatul Ulama

Oleh: H. Yusuf Hasyim, S.Ag., M.S.I


(Ketua Tanfidziyah PCNU Kab. Pati)

Kamis malam, seperti biasa, di waktu luang, saya selalu mengecek WhatsApp barang
kali ada notifikasi penting. Benar saja. Malam itu, bukan cuma info penting, namun juga
mengejutkan. Tanpa mau termakan isu sumbang, saya segera mencari info A1. Seorang
sahabat yang saya nilai sangat dekat dengan keluarga Gus Umar Fayumi mengiyakan kabar
duka itu. Sontak hati bergemuruh, musti berbuat apa. Yang membuat saya lebih tercenung
adalah bayang-bayang kealiman beliau, kecemerlangan ide, gagasan yang menjulang
sementara kami--seperti biasa--hanya bisa kagum.
Beliau, Gus Umar Fayumi telah berpulang membawa itu semua. Sebagai sahabat, saya
kehilangan sosok yang hangat dan penuh ilmu. Namun sebagai Nahdliyyin dan Muslim,
kepedihan itu jauh lebih dalam. Kami kehilangan sosok panutan. Alim yang faqih, Sufi yang
progresif, budayawan yang bersahaja terhadap semua lapisan.
Saya yang kebetulan diminta Gus Umar untuk menjadi Pembina Yayasan Laras Jagad
bersama beliau merasakan betul kealiman, kafaqihan dan kesufian Gus Umar. Banyak hal
yang beliau sampaikan baik secara pribadi maupun dalam diskusi-diskusi kajian kosmik.
Sekali lagi, saya sangat kehilangan beliau baik sebagai sahabat sekaligus guru yang selama
ini banyak menginspirasi generasi muda dan para santri. Ide, gagasan, cita-cita Gus Umar
yang melampaui batas pemikiran awam ini menjadikan beliau seperti Gus Dur muda.
Saat kami-kami baru menikmati lahapnya mengarungi samudra kosmik
pemikirannya, namun Allah lebih memilih Gus Umar untuk selalu bersama orang-orang
shalih yang dicintai-Nya. Meski secara jasmaniah tidak lagi membersamai kita, namun
beliau telah mewariskan ide-ide, gagasan, pemikiran dan keilmuan untuk diwujudkan
dalam bentuk pergerakan dakwah di beragam bidang kehidupan.

Dari Omah Rakyat, KWP dan Laras Jagad


Pertemuan pertamakali dengan Gus Umar sekitar tahun 2017, saat tanpa sengaja saya
diundang diskusi bersama teman-teman muda pesantren dan aktivis pemberdayaan di
Omah Rakyat Jl. Syekh Jangkung. Sebuah rumah yang disewakan khusus oleh Mas Safin,
pengusaha muda asal Pati yang sukses di Ibukota sebagai tempat curah ide, gagasan, dan
pemberdayaan generasi-generasi muda Pati termasuk para santri dan kyai muda.
Hasil dari beberapa kali diskusi melahirkan konsep pemberdayaan yang
berkesinambungan dengan membentuk teamwork beranggotakan 11 orang, terdiri dari
pengasuh pesantren, aktivis NU, pengusaha, akademisi, praktisi pertanian, dan pelaku
UMKM. Dari konsep pemberdayaan melalui diskusi rutin melahirkan sebuah komunitas
Ngaji UMKM yang dinamai KWP (Kampus Wirausaha Pati). Meski dari namanya terkesan
sebuah kampus perkuliahan, namun sejatinya adalah kelompok-kelompok kajian
wirausaha plus ngaji kosmik yang dilaksanakan secara anjangsana dari satu wilayah ke
wilayah lain. Di Kabupaten Pati sudah ada 9 wilayah KWP yang diampu langsung oleh Gus
Umar yaitu di Rayon I Dukuhseti, Tayu, dan Margoyoso; Rayon II Gunungwungkal an
Cluwak; Rayon III Trangkil dan Wedarijaksa; Rayon IV Juwana dan Batangan, Rayon V
Tlogowungu dan Gembong, Rayon VI Pati kota dan Margorejo; Rayon VII Gabus dan
Winong; Rayon VIII Kayen, Sukolilo dan Tambakromo, Rayon IX Jakenan, Jaken, dan
Pucakwangi.
Pertemuan demi pertemuan dilaksanakan secara anjangsana oleh Tim kecil diikuti
oleh masyarakat umum pelaku UMKM juga kawula muda dan tua yang berkeinginan ikut
pengajiannya Gus Umar. Dari pengajian KWP ini diharapkan muncul wirausahawan yang
mampu berdikari dan memiliki pemahaman keagamaan yang cukup, sehingga usaha yang
dilakukan menjadi barokah bagi semesta alam. Pergerakan dan dakwah Gus Umar Fayumi
yang agak beda dari biasanya ini semakin membuat banyak orang penasaran untuk
mengikuti pengajian cosmic intelegent bahkan mengikuti pelatihan khusus. Metode
pelatihan cosmic intelegent ini semakin meluas di berbagai wilayah nusantara, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung, Kalimantan dan juga Papua. Semakin
meluasnya pemikiran Gus Umar ke berbagai daerah ini maka sahabat-sahabat yang selalu
mengawal Gus Umar sejak awal berpandangan bahwa perlu adanya sebuah organisasi atau
lembaga yang menaunginya secara legal formal. Maka terlahirlah Yayasan Laras Jagad.
Nama yang unik tetapi penuh makna diberikan oleh Gus Umar sebagai pengingat akan visi
dan missi manusia di jagad ini sebagai khalifatullah fil ‘ardh yang membawa rahmat bagi
seluruh alam. Tugas kita adalah menselaraskan visi missi itu dalam bentuk ikhtiar bersama
membangun kesadaran diri akan tugas mulia ini sesuai bidang kehidupan masing-masing.

NU dan Tugas Penyelarasan Jagad Semesta


Momen yang paling mengesan bersama Gus Umar adalah saat saya masih aktif
bersama beliau keliling pengajian UMKM di KWP (Kampus Wirausaha Pati) yg didirikan
bersama Gus Umar, saat itu saya masih di sekretaris PCNU di akhir periode pertama
mendampingi KH Ali Munfaat. Gus Umar menyampaikan ke saya, "kasepuhan dawuh
njenengan nanti yg jadi ketua PCNU berikutnya" tanpa basa basi saya langsung menolaknya
dan saya anggap itu guyonan saja, karena sejak awal saya memang tidak nyalon ketua.
Setelah tiba waktu konfercab PCNU, sesuai dengan rundown berjalan lancar, muncul ada
beberapa calon dari pengurus lama dan kader-kader muda, termasuk saya, namun sekali
lagi saya tidak “ngeh” dengan apa yang disampaikan Gus Umar sebelumnya, karena yakin
sudah berjalan sesuai rencana.
Sejak konfercab PCNU Pati, pertemuan dan diskusi saya dengan Gus Umar semakin
intensif. Disamping membahas terkait keberlanjutan KWP (Kampus Wirausaha Pati) agar
lebih berdayafungsi, juga melanjutkan konsep kajian cosmic intelegent di beberapa majlis
pengajiannya Gus Umar yang tersebar di wilayah kabupaten Pati. Beliau berharap,
teamwork KWP ini bisa dikembangkan menjadi sebuah lembaga sosial untuk mensupport
kerja-kerja yang terprogram bersama Nahdlatul Ulama melalui program Desa Berdaulat
yang fokus kepada pemberdayaan ekonomi (UMKM), pertanian dan peternakan (pangan)
dan pengembangan SDM pedesaan.
Tiba saatnya momen yang menentukan, dimana para bakal calon yang nanti bisa
lanjut ke tahap berikutnya adalah mereka yang mendapat restu dari Rais Syuriyah terpilih
dengan pertimbangan poro kyai anggota Ahlul Hali Wal Aqdi. Keputusan dibacakan oleh
Rais terpilih, semua musyawirin terperanjat kaget karena sidang AHWA tidak menyetujui
ketua lama yang mendapatkan suara terbanyak dan justru merekomendasikan saya untuk
maju sebagai calon. Sungguh di luar nalar dan skenario semua orang termasuk saya sendiri,
saya baru menyadari apa yang disampaikan Gus Umar jauh sebelum konfercab NU benar-
benar terjadi. Disitulah saya baru menyadari betapa Gus Umar benar-benar memiliki ilmu
hikmah yang luar biasa “Wah koyo wali tenan Gus Umar”, gumamku saat dihubungi Gus
Zaim mengucapkan selamat. Ternyata Gus Umar melanjutkan telponnya Gus Zaim, dan
beliau menyampaikan kembali ke saya ; “Pak yusuf, Nahdlatul Ulama itu jam’iyyahnya poro
wali yang diberi tugas melanjutkan risalah Nabi Muhammad Saw. Maka, siapa yang dipilih
dan dikehendaki berarti juga dipandang mampu untuk mengemban tugas skenario langit”.
Tandasnya menguatkan saya.
Saya teringat apa yang didawuhkan oleh KH. Ali Ma’shum Krapyak Yogyakarta, bahwa
sebagai pengurus NU itu harus meyakini bahwa Nahdlatul Ulama sebagai pedoman hidup
dan prinsip aqidah yang harus dipertahankan (Ats-Tsiqatu bi Nahdlatil Ulama), artinya
setiap warga NU harus mempercayai NU sebagai tuntunan hidup yang sesuai, tidak serta
merta timbul secara sikap batin semata, melainkan realisasi yang bersifat lahir pula.
Keyakinan ini harus menjadi landasan paradigmatik yang kokoh baik dalam
pemahaman manhajul fikr, manhajul amal, dan manhajul harokah Nahdlatul Ulama di
semua tingkatan. Sehingga program dakwah dan pemberdayaan NU senantiasa
menitikberatkan pada program kesemestaan yang rahmatan lil alamin dengan berpegang
pada prinsip keseimbangan, keadilan dan toleransi. Program-program Nahdlatul Ulama
harus mengakar pada basis kebutuhan warganya, tidak hanya soal aqidah dan syari’ah,
tetapi juga di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, pertanian,
peternakan dan ketahanan pangan.
Gagasan dan cita-cita tinggi Gus Umar akan terciptanya nusantara Indonesia yang
menjadi pusat peradaban rahmatan lil alamin ini bukan hanya isapan jempol semata,
namun benar-benar sudah nampak perkembangannya saat ini dengan bangkitnya kaum
santri mengabdi untuk negeri membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan
bermartabat. Hal ini harus didukung juga oleh Nahdlatul Ulama sebagai organisasi dengan
jumlah pengikut terbesar di dunia. Sugeng kondur Gus Umar, Semoga kami sahabat dan
santri-santrimu bisa melanjutkan cita-cita, perjuangan dan pergerakan dakwah yang telah
kau bukakan untuk kami.. Lahu Alfaatihah.

Anda mungkin juga menyukai