Gus Umar, Laras Jagad Dan Nahdlatul Ulama
Gus Umar, Laras Jagad Dan Nahdlatul Ulama
Kamis malam, seperti biasa, di waktu luang, saya selalu mengecek WhatsApp barang
kali ada notifikasi penting. Benar saja. Malam itu, bukan cuma info penting, namun juga
mengejutkan. Tanpa mau termakan isu sumbang, saya segera mencari info A1. Seorang
sahabat yang saya nilai sangat dekat dengan keluarga Gus Umar Fayumi mengiyakan kabar
duka itu. Sontak hati bergemuruh, musti berbuat apa. Yang membuat saya lebih tercenung
adalah bayang-bayang kealiman beliau, kecemerlangan ide, gagasan yang menjulang
sementara kami--seperti biasa--hanya bisa kagum.
Beliau, Gus Umar Fayumi telah berpulang membawa itu semua. Sebagai sahabat, saya
kehilangan sosok yang hangat dan penuh ilmu. Namun sebagai Nahdliyyin dan Muslim,
kepedihan itu jauh lebih dalam. Kami kehilangan sosok panutan. Alim yang faqih, Sufi yang
progresif, budayawan yang bersahaja terhadap semua lapisan.
Saya yang kebetulan diminta Gus Umar untuk menjadi Pembina Yayasan Laras Jagad
bersama beliau merasakan betul kealiman, kafaqihan dan kesufian Gus Umar. Banyak hal
yang beliau sampaikan baik secara pribadi maupun dalam diskusi-diskusi kajian kosmik.
Sekali lagi, saya sangat kehilangan beliau baik sebagai sahabat sekaligus guru yang selama
ini banyak menginspirasi generasi muda dan para santri. Ide, gagasan, cita-cita Gus Umar
yang melampaui batas pemikiran awam ini menjadikan beliau seperti Gus Dur muda.
Saat kami-kami baru menikmati lahapnya mengarungi samudra kosmik
pemikirannya, namun Allah lebih memilih Gus Umar untuk selalu bersama orang-orang
shalih yang dicintai-Nya. Meski secara jasmaniah tidak lagi membersamai kita, namun
beliau telah mewariskan ide-ide, gagasan, pemikiran dan keilmuan untuk diwujudkan
dalam bentuk pergerakan dakwah di beragam bidang kehidupan.