NIM : 20202000213
Prodi : MPI 4
Matkul : Aswaja
5. Semula pengurus NU hanyalah Syuriah dibantu oleh tenaga teknis administratif yang
tidak ikut dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.Tenaga inilah yang kemudian
disebut tanfidziyah, yang berangsur-angsur meningkat wewenang sesuai dengan
berkembang, tugas yang di embannya.Pada zaman KH.Mahfudz shidiq, menjabat
Ketua PB Tanfidziyah NU (President Hoofd Bestuur Nadlatoel Oelama),posisinya
sudah tampak menonjol, meskipun kekuasaan syuriahmasih penuh seratus
persen.Tanda anggota NU (ar-Rasyidah’Adlawiyah) ditandatangani oleh KH. A.
Wahab Hasbullah sebagai Katib ‘ Aam. PB syuriahNU tanpa tanfidziyah.Padahal
untuk mendapatkan harus melalui persyaratan yang berat dan mesti diurus oleh
pengurus tanfidziyah.
a. PBNU
Singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, adalah struktur organisasi
NU yang berada di tingkat pusat. Untuk saat ini, berkedudukan di Jakarta
tepatnya berkantor di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dalam bagan
struktur PBNU, terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah,
dan Tanfidziyah.
b. PWNU
c. PCNU/PCINU
Singkatan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. PCNU ini, dalam struktur
organisasi NU menempati atau mengurus kepentingan di tingkat kabupaten
atau kota. Sementara Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU)
berkedudukan di luar negeri. Baik PCNU atau PCINU, bagan struktur
organisasinya sama, yakni terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan
Syuriyah, dan Tanfidziyah.
d. MWCU
e. PRNU
f. PARNU
a. Muktamar
Muktamar luar biasa adalah muktamar yang diadakan oleh pimpinan pusat
ketika dalam keadaan darurat. Contoh : Kekosongan pemimpin.
d. Konferensi Besar
a. Konferensi wilayah
Musyawarah majelis wakil cabang atau yang kita kenal sebagai rapat kerja
MWC (Musyawarah Wakil Cabang) merupakan forum yang diselenggarakan
sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
8. Rombongan pengurus PBNU yang dipimpin oleh Rais Aam KH Maruf Amin dan
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj diterima presiden Joko Widodo di Istana
Merdeka pada Kamis (31/3). Banyak hal yang didiskusikan dalam pertemuan tersebut,
terutama masalah-masalah kebangsaan. Belum ada seminggu, tepatnya pada Ahad 27
Maret 2016, Jokowi juga menghadiri puncak peringatan hari lahir ke-70 Muslimat NU
di Malang. Di luar dua acara tersebut, susah untuk menghitung berapa kali pertemuan
Presiden dengan tokoh atau komunitas NU. Kita tentu bersyukur dengan hubungan
yang akrab ini mengingat banyak sekali persoalan bangsa yang membutuhkan
kerjasama dari banyak komponen bangsa. Tanpa rasa saling mempercayai dan
kerjasama yang baik, maka perjalanan bangsa ini juga mengalami banyak hambatan.
Sesungguhnya, jika kita menengok perjalanan sejarah, hubungan NU dengan
pemerintah selalu mengalami pasang-surut. Pada era Presiden Soekarno, ketika NU
masih menjadi partai politik, Partai NU merupakan salah satu pendukung Soekarno.
NU memberikan gelar waliyul amri adhharuri bisysyaukah. NU menjadi garda
terdepan membela NKRI yang waktu itu sangat rentan terhadap perpecahan, termasuk
pemberontakan oleh kelompok Islam melalui DI/TII. Pada era Orde Baru, massa NU
yang besar dan solid dianggap menjadi ancaman eksistensi kekuasaan Golkar yang
mendasarkan diri pada ABRI, Birokrasi, dan kino-kino Golkar. Karena itu, hubungan
NU dan pemerintah mengalami masa-masa sulit. Banyak lembaga-lembaga
pendidikan dengan nama NU dicurigai sehingga harus berganti nama. Untuk
menggelar pengajian, sangat sulit dilakukan dan para intel pun mengawasi dengan
ketat aktivitas para dai. Dengan berbagai cara, pemerintah berusaha menjegal Gus
Dur dalam Muktamar NU di Cipasung tahun 1989 karena Gus Dur dianggap
pemimpin oposisi. Pengabaian NU berarti negara telah mengabaikan sebagian besar
potensi bangsa. Situasi berbalik setelah masa reformasi sampai dengan hari ini.
Semua presiden pasca gerakan reformasi selalu menjaga hubungan baik dengan NU.
Berbagai kebijakan penting terkait dengan hubungan agama dan sosial
kemasyarakatan oleh pemerintah selalu meminta saran NU. Perhatian pemerintah
terhadap aspek sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi warga NU ditingkatkan.
Pesantren dan madrasah semakin meningkat dalam sisi pengakuan eksistensinya
maupun bantuan dana, meskipun belum sesuai dengan harapan. Banyak pesantren
mendapat program rusunawa untuk asrama santri, pemberian honor bagi para guru
ngaji, diakuinya ijazah pesantren untuk masuk ke perguruan tinggi dan lainnya.
Semua kebijakan tersebut baru tumbuh di era reformasi. Banyak hal telah berubah
setelah komunitas NU diabaikan selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru. NU memang
memiliki kekuatan massa besar yang tidak bisa diabaikan oleh siapapun. Apalagi saat
dunia dihadapkan dengan merebaknya terorisme dan radikalisme serta aliran Islam
transnasional. Mereka berusaha merobohkan NKRI sesuai dengan cita-cita dan
ideologi yang diusungnya. Tentu saja NU dengan tegas akan membela NKRI. Ajaran
Islam Ahlusunnnah wal Jamaah NU moderat, toleran, dan seimbang merupakan
pilihan tepat bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga bagi dunia. Tak heran Presiden
Jokowi mendukung pengembangan Islam Nusantara yang digagas oleh NU sebagai
cerminan Islam yang menghargai nilai-nilai lokalitas. Tentu saja hubungan baik
tersebut bisa sangat bermanfaat bagi perjalanan bangsa ini. Banyak sekali persoalan
kemasyarakatan yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah melalui berbagai
kementerian dan lembaga negara lainnya. NU dengan jaringan yang dimilikinya bisa
membantu berbagai program pemerintah sampai ke tingkat akar rumput. Banyak
program tidak hanya butuh uang, tetapi pendekatan lain, seperti penanganan kasus
terorisme dan radikalisme yang membutuhkan bimbingan agama yang benar bagi
mereka yang terlanjur masuk aliran tersebut. Posisi NU dihadapan pemerintah tidak
dapat dikategorikan sebagai oposisi atau koalisi karena NU bukan partai politik. Jika
ada kebijakan pemerintah yang tidak pas buat rakyat, tentu sudah sepatutnya bagi NU
untuk mengingatkan pemerintah soal ini. Dengan pengalaman sejarahnya yang
panjang, NU tidak takut atau enggan menyampaikan kritiknya. Tapi tentu saja, kritik
bisa disampaikan secara santun dan tidak harus di depan publik. Yang penting adalah
pesan tersebut sampai kepada pengambil kebijakan. Pengabdian NU adalah kepada
bangsa dan negara, bukan kepada rezim pemerintahan tertentu yang setiap periode
tertentu berganti. NU akan mengawal perjalanan bangsa ini, siapapun presidennya,
siapapun pemerintahannya (Mukafi Niam)