Anda di halaman 1dari 9

Jawaban Tugas Resume ASWAJA

Nama : Toha Hasan Anwar

NIM : 20202000213

Prodi : MPI 4

Matkul : Aswaja

1. Nahdlatul Ulama memiliki lima karakteristik dalam melaksanakan gerakan dakwah


dan interaksi antar sesama. Menurut Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) KH Ma’ruf Amin, Pertama, NU itu santun. Kepada siapa saja, warga NU
memiliki sikap yang santun. Kedua suka rela. Mengajak orang dengan suka rela.
Tidak ada paksaan wa la intimidasian (intimidasi), kata Kiai Ma’ruf, di Jakarta seperti
dikutip dari laman NU.or.id, Sabtu 29 APril 2017. Ketiga, toleran. NU juga dikenal
sebagai organisasi yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Menurut Kiai Ma’ruf,
teologi Islam itu sangat toleran dan itu yang menjadi pedoman bagi NU. Keempat,
gerakan pelayanan kepada umat. Gerakan NU didasarkan kepada pelayanan untuk
memberikan pelayanan kepada umat, mulai dari pendidikan, kesehatan,
pemberdayaan ekonomi, dan lainnya. Gerakan pelayanan publik untuk memudahkan
orang yang memerlukan, ujar Kiai Ma'ruf. Terakhir, membangun sikap saling
mencintai dan menyayangi antar sesama. Baginya, sikap saling kasih tidak hanya
ditujukan kepada sesama Nahdliyin ataupun sesama Muslim saja, tetapi juga kepada
mereka yang beda agamanya. Maka dari itu NU mengembangkan prinsip ukhuwah
(persaudaraan), tambahnya. Menurut Kiai Ma'ruf, persaudaraan antarsesama warga
NU itu penting, agar Nahdliyin bisa cepat bersatu setelah Muktamar NU
diselenggarakan. Setelah muktamar agar tidak nggrundel terus, tegasnya.
2. NU dibentuk sebagai wadah jamaah yang tidak setuju dengan kebijakan kelompok
Islam Wahabi yang berkuasa di Arab Saudi kala itu. NU
sebagai jam’iyyah (organisasi) yang berbasis para kyai dan santri di pesantren-
pesantren (yang juga merupakan lembaga pendidikan tertua di nusantara). NU
berperan aktif dalam perjuangan melawan penjajah dan terus berbenah dalam
pembangunan NKRI serta mengembangkan keilmuan keislaman.
Dalam rangka melaksanakan ikhtiyar-ikhtiyarnya, NU membentuk organisasi yang
mempunyai struktur tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan
koordinasi bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat
keagamaan maupun yang bersifat kemasyarakatan.
Karena pada dasarnya NU adalah jam’iyyah diniyyah yang membawa faham
keagamaan, maka ulama sebagai mata rantai pembawa faham Islam Ahlussunnah wal
Jama’ah selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan
pembimbing utama jalannya organisasi. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya,
NU menempatkan tenaga yang sesuai dengan bidangnya untuk menangani.
Berikut adalah di antara peran para ulama:
a. Bidang Agama Ulama sebagai pewaris para Nabi dan sebagai pemimpin umat
mempunyai peran yang sangat penting yaitu memperjuangkan dan
mengembangkan syaraiat Islam.
b. Bidang Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Ulama walaupun pada awalnya
adalah pemimpin keagamaan, namun dalam prakteknya adalah pemimpin
masyarakat dalam menghadapi setiap bahaya yang mengancam.
c. Bidang Pembangunan Ekonomi Di bidang ekonomi, ulama tidak ketinggalan.
Ulama dengan fikih muamalahnya mampu mempelopori umat dalam
mempraktekkan nilai-nilai Islam dalam perdagangan.
d. Bidang Hukum dan Pemerintahan Ulama banyak memperjuangkan nilai-nilai
Islam dalam perumusan perundangan-undangan yang diberlakukan di NKRI.
e. Bidang Pendidikan Ulama adalah penjaga ilmu. Oleh sebab itu dalam bidang
pendidikan peran ulama sangatlah sentral.
3. Mustasyar adalah penasihat yang bertugas memberikan nasehat kepada pengurus
NU sesuai dengan tingkatannya. Syuriyah, pimpinan tertinggi, tugasnya membina,
mengendalikan, mengawasi, serta penentu kebijakan NU sesuai tingkatannya.
Sedangkan Tanfidziyah adalah pelaksana, tugasnya adalah melaksanakan program
kerja dan memimpin jalannya organisasi, serta menyampaikan laporan secara
periodik kepada pengurus Syuriah.
4. Badan Otonom NU Serta Tugas dan Fungsinya
a. Jami'iyah Ahli Thariqah
Jami'iyah Tariqah atau dengan nama lengkap Jami'iyah Ahli Thariqah Al
Mu'tabarah An-Nahdliyah merupakan badan otonom yang membantu
melaksanakan kebijakan para pengikut thariqah yang mu'tabar dilingkungan
NU, serta membina dan mengembangkan seni hadrah.
b. Jami'iyatul Qura
Jami'iyatul Qura atau dengan nama lengkap Jami'iyatul Qura Wal Hufazh
(JQH) merupakan badan otonom yang melaksanakan kebijakan pada
kelompok Qori'/Qoriah dan Hafidz/Hafidzah.
c. Muslimat NU
Muslimat NU adalah badan otonom yang melaksanakan kebijakan pada
anggota perempuan NU.
d. Fatayat NU
Fatayat NU adalah badan otonom yang melaksanakan kebijakan pada
perempuan muda NU.
e. Gerakan Pemuda Anshor
Gerakan Pemuda Anshor atau GP Anshor adalah badan otonom yang
menaungi Banser (Barisan Anshor Serbaguna) yang menjadi salah satu unit
bidang garapannya.
f. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
IPNU atau singkatan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama adalah badan
otonom yang melaksanakan kebijakan pada pelajar putra dan santri putra.
IPNU juga menaungi CBP (Corp Brigade Pembangunan) yang merupakan
satgas kusus.
g. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Sedangkan IPPNU adalah banom yang melaksanakan kebijakan pada pelajar
putri dan santri putri. IPPNU juga didirikan di berbagai lembaga pendidikan
guna menggantikan peran OSIS/OSIM.
h. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
Banom yang ke Delapan adalah ISNU atau singkatan dari Ikatan Sarjana
Nahdlatul Ulama. ISNU sendiri merupakan badan otonom yang melaksanakan
kebijakan pada kelompok sarjana dan kaum intelektual.
i. Serikat Buruh Muslimin Indonesia
SARBUMUSI atau singkatan dari Serikat Buruh Muslimin Indonesia adalah
badan otonom yang melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan dan
pengembangan ketenagakerjaan.
j. Pagar Nusa
PN atau pagar nusa adalah badan otonom yang melaksanakan kebijakan pada
pengembangan seni bela diri.
k. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama
PARGUNU atau singkatan dari Persatuan Guru Nahdlatul Ulama adalah
badan otonom yang melaksanakan kebijakan pada guru-guru Nahdlatul
Ulama.
3 Lajnah pada NU
Setelah mempelajari Badan Otonom (Banom), kita beralih pembahasan ke
bidang Lajnah. Lajnah merupakan perangkat atau sebuah organisasi yang
melaksanakan program-program yang memerlukan penanganan khusus NU. lajnah
sendiri mempunyai 3 golongan, yaitu : Lajnah Falakiyah, Lajnah Ta'lif Wan Nasyr
dan Lajnah pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama.
a. Lajnah Falakiyah
Yaitu Lajnah yang bertugas mengurus masalah hisab dan rukyat, serta
pengembangan ilmu Falak
b. Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN)
Yaitu Lajnah yang bertugas mengembangkan penulisan, penerjemah dan
penerbitan kitab atau buku, serta menjadi media informasi menurut paham
Ahlussunnah Wal Jamaah.
c. Lajnah pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU)
Lajnah pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama adalah Lajnah yang bertugas
mengembangkan pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama.

Itulah pembahasan mengenai 11 Macam Badan Otonom NU Serta Tugas dan


Fungsinya. Semoga apa yang kami sampaikan menambah wawasan keilmuan anda

5. Semula pengurus NU hanyalah Syuriah dibantu oleh tenaga teknis administratif yang
tidak ikut dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.Tenaga inilah yang kemudian
disebut tanfidziyah, yang berangsur-angsur meningkat wewenang sesuai dengan
berkembang, tugas yang di embannya.Pada zaman KH.Mahfudz shidiq, menjabat
Ketua PB Tanfidziyah NU (President Hoofd Bestuur Nadlatoel Oelama),posisinya
sudah tampak menonjol, meskipun kekuasaan syuriahmasih penuh seratus
persen.Tanda anggota NU (ar-Rasyidah’Adlawiyah) ditandatangani oleh KH. A.
Wahab Hasbullah sebagai Katib ‘ Aam. PB syuriahNU tanpa tanfidziyah.Padahal
untuk mendapatkan harus melalui persyaratan yang berat dan mesti diurus oleh
pengurus tanfidziyah.

Dominasi tanfidziyah mulai tumbuh ketika NU menjadi partai politik.Semua


mentri dari NU otomatis menjadi anggota PBNU.Ketua tanfidziyah otomatis menjadi
anggota syuriah.Demikian juga ketua Fraksi NU menjadi anggota PBNU.Layak sekali
kalau mereka ini “berpihak” kepada tanfidziyah ketika ada perbedaan pendapat antara
keduanya.

Puncak “dominasi” tanfidziyah ialah pada 1980-an, saat menghadapi pemilu


1982.Ketua umum tanfidziyah mengumumkan bahwa surat-surat PBNU hanya sah
kalau ditandatangani oleh ketua umum tanfidziyah atau wakilnya.Pengumuman ketua
umum PB tanfidziyah NU ini berarti bahwa tanda tangan rais’aam “harus diketahui”
oleh ketua umum yang sudah tidak diakui oleh PB syuriah NU. Dengan kata lain yang
lebih ekstrim, rais’aam dipecat oleh ketua umum tanfidziyah atau “mengakui
kedudukan ketua umum”.

6. Berikut struktur kepengurusan NU mulai PBNU hingga Anak Ranting.

a. PBNU
Singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, adalah struktur organisasi
NU yang berada di tingkat pusat. Untuk saat ini, berkedudukan di Jakarta
tepatnya berkantor di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dalam bagan
struktur PBNU, terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah,
dan Tanfidziyah.

b. PWNU

PWNU atau Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama, merupakan struktur


organisasi NU di tingkat Provinsi. Kedudukannya berada di tiap masing-
masing ibu kota provinsi. Dalam bagan struktur PWNU, terdapat unsur
pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah, dan Tanfidziyah.

c. PCNU/PCINU

Singkatan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. PCNU ini, dalam struktur
organisasi NU menempati atau mengurus kepentingan di tingkat kabupaten
atau kota. Sementara Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU)
berkedudukan di luar negeri. Baik PCNU atau PCINU, bagan struktur
organisasinya sama, yakni terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan
Syuriyah, dan Tanfidziyah.

d. MWCU

MCWU atau Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama, merupakan struktur


organisasi NU tingkat kecamatan. Sama seperti yang sebelumnya, yakni
terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah, dan
Tanfidziyah.

e. PRNU

Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) adalah struktur organisasi NU


yang ada di tingkat desa atau kelurahan. Dalam bagan struktur PRNU, hanya
terdapat unsur pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah.

f. PARNU

Terakhir, Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama (PARNU), yakni struktur


organisasi NU tingkat bawah yang berada di tingkat kelompok masyarakat.
Kedudukannya tergantung pada basis yang ada, bisa dusun, kelompok
masyarakat, masjid atau musala.
7. 4 Permusyawaratan Tingkat Nasional

a. Muktamar

Muktamar adalah istilah yang digunakan oleh kelompok Islam, khususnya


pada ormas Nahdlatul Ulama, yaitu sebuah pertemuan yang diadakan oleh
pimpinan pusat dan dihadiri oleh perwakilan-perwakilan lembaga yang
memiliki kepentingan didalamnya. Tujuan muktamar sendiri adalah untuk
kesepakatan dalam mengambil keputusan.

b. Muktamar Luar Biasa

Muktamar luar biasa adalah muktamar yang diadakan oleh pimpinan pusat
ketika dalam keadaan darurat. Contoh : Kekosongan pemimpin.

c. Musyawarah Nasional Alim Ulama

Musyawarah Nasional Alim Ulama atau Munas Alim Ulama merupakan


sebuah perkumpulan yang diadakan oleh pimpinan pusat, dan bertujuan untuk
membuat sebuah keputusan hukum yang berkaitan dengan problematika umat.
Munas ini biasanya dihadiri oleh beberapa kaum intelektual atau para ulama-
ulama alim yang ahli dalam bidang tersebut. Contoh : Keputusan dalam
hukum Bisnis MLM, Ucapan Kafir, Islam Nusantara dan lain sebagainya.

d. Konferensi Besar

Konferensi Besar merupakan forum tertinggi setelah Muktamar. Konferensi


Besar biasanya diadakan oleh Pengurus Besar, dan membicarakan tentang
keputusan, kajian serta peraturan-peraturan dalam organisasi. Konferensi
Besar biasanya akan dihadiri oleh pengurus besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU).

6 Permusyawaratan Tingkat Daerah

a. Konferensi wilayah

Konferensi wilayah merupakan sebuah permusyawaratan tingkat tinggi dalam


tingkat daerah. Konferensi ini diadakan oleh pimpinan pusat atau pengurus
besar Syuriah (PBNU), dan diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali
dalam 5 (lima) tahun.

b. Musyawarah kerja wilayah


Musyawarah kerja wilayah adalah forum yang di adakan oleh Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) sekurang-kurangnya dilakukan 2 (dua)
kali dalam satu tahun.

c. Konferensi cabang atau konferensi cabang istimewa

Konferensi cabang atau konferensi cabang istimewa merupakan forum


permusyawaratan tertinggi pada tingkat cabang. Forum ini biasanya diadakan
oleh pengurus cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) yang berkedudukan di
kabupaten/kota atau pengurus cabang istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU)
yang berkedudukan di luar negeri.

d. Musyawarah kerja cabang atau musyawarah kerja cabang istimewa

Musyawarah kerja cabang atau musyawarah kerja cabang istimewa merupakan


forum yang diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali dan
diselenggarakan oleh perwakilan Majelis Cabang yang berkedudukan di
Kecamatan.

e. Konferensi majelis wakil cabang

Konferensi majelis wakil cabang merupakan sebuah forum yang sekurang-


kurangnya diadakan 5 (lima) tahun sekali. forum ini diadakan oleh Majelis
Wakil Cabang atau Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) yang
berkedudukan di desa/kelurahan.

f. Musyawarah majelis wakil cabang

Musyawarah majelis wakil cabang atau yang kita kenal sebagai rapat kerja
MWC (Musyawarah Wakil Cabang) merupakan forum yang diselenggarakan
sewaktu-waktu bila dianggap perlu.

8. Rombongan pengurus PBNU yang dipimpin oleh Rais Aam KH Maruf Amin dan
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj diterima presiden Joko Widodo di Istana
Merdeka pada Kamis (31/3). Banyak hal yang didiskusikan dalam pertemuan tersebut,
terutama masalah-masalah kebangsaan. Belum ada seminggu, tepatnya pada Ahad 27
Maret 2016, Jokowi juga menghadiri puncak peringatan hari lahir ke-70 Muslimat NU
di Malang. Di luar dua acara tersebut, susah untuk menghitung berapa kali pertemuan
Presiden dengan tokoh atau komunitas NU. Kita tentu bersyukur dengan hubungan
yang akrab ini mengingat banyak sekali persoalan bangsa yang membutuhkan
kerjasama dari banyak komponen bangsa. Tanpa rasa saling mempercayai dan
kerjasama yang baik, maka perjalanan bangsa ini juga mengalami banyak hambatan.
Sesungguhnya, jika kita menengok perjalanan sejarah, hubungan NU dengan
pemerintah selalu mengalami pasang-surut. Pada era Presiden Soekarno, ketika NU
masih menjadi partai politik, Partai NU merupakan salah satu pendukung Soekarno.
NU memberikan gelar waliyul amri adhharuri bisysyaukah. NU menjadi garda
terdepan membela NKRI yang waktu itu sangat rentan terhadap perpecahan, termasuk
pemberontakan oleh kelompok Islam melalui DI/TII. Pada era Orde Baru, massa NU
yang besar dan solid dianggap menjadi ancaman eksistensi kekuasaan Golkar yang
mendasarkan diri pada ABRI, Birokrasi, dan kino-kino Golkar. Karena itu, hubungan
NU dan pemerintah mengalami masa-masa sulit. Banyak lembaga-lembaga
pendidikan dengan nama NU dicurigai sehingga harus berganti nama. Untuk
menggelar pengajian, sangat sulit dilakukan dan para intel pun mengawasi dengan
ketat aktivitas para dai. Dengan berbagai cara, pemerintah berusaha menjegal Gus
Dur dalam Muktamar NU di Cipasung tahun 1989 karena Gus Dur dianggap
pemimpin oposisi. Pengabaian NU berarti negara telah mengabaikan sebagian besar
potensi bangsa. Situasi berbalik setelah masa reformasi sampai dengan hari ini.
Semua presiden pasca gerakan reformasi selalu menjaga hubungan baik dengan NU.
Berbagai kebijakan penting terkait dengan hubungan agama dan sosial
kemasyarakatan oleh pemerintah selalu meminta saran NU. Perhatian pemerintah
terhadap aspek sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi warga NU ditingkatkan.
Pesantren dan madrasah semakin meningkat dalam sisi pengakuan eksistensinya
maupun bantuan dana, meskipun belum sesuai dengan harapan. Banyak pesantren
mendapat program rusunawa untuk asrama santri, pemberian honor bagi para guru
ngaji, diakuinya ijazah pesantren untuk masuk ke perguruan tinggi dan lainnya.
Semua kebijakan tersebut baru tumbuh di era reformasi. Banyak hal telah berubah
setelah komunitas NU diabaikan selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru. NU memang
memiliki kekuatan massa besar yang tidak bisa diabaikan oleh siapapun. Apalagi saat
dunia dihadapkan dengan merebaknya terorisme dan radikalisme serta aliran Islam
transnasional. Mereka berusaha merobohkan NKRI sesuai dengan cita-cita dan
ideologi yang diusungnya. Tentu saja NU dengan tegas akan membela NKRI. Ajaran
Islam Ahlusunnnah wal Jamaah NU moderat, toleran, dan seimbang merupakan
pilihan tepat bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga bagi dunia. Tak heran Presiden
Jokowi mendukung pengembangan Islam Nusantara yang digagas oleh NU sebagai
cerminan Islam yang menghargai nilai-nilai lokalitas. Tentu saja hubungan baik
tersebut bisa sangat bermanfaat bagi perjalanan bangsa ini. Banyak sekali persoalan
kemasyarakatan yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah melalui berbagai
kementerian dan lembaga negara lainnya. NU dengan jaringan yang dimilikinya bisa
membantu berbagai program pemerintah sampai ke tingkat akar rumput. Banyak
program tidak hanya butuh uang, tetapi pendekatan lain, seperti penanganan kasus
terorisme dan radikalisme yang membutuhkan bimbingan agama yang benar bagi
mereka yang terlanjur masuk aliran tersebut. Posisi NU dihadapan pemerintah tidak
dapat dikategorikan sebagai oposisi atau koalisi karena NU bukan partai politik. Jika
ada kebijakan pemerintah yang tidak pas buat rakyat, tentu sudah sepatutnya bagi NU
untuk mengingatkan pemerintah soal ini. Dengan pengalaman sejarahnya yang
panjang, NU tidak takut atau enggan menyampaikan kritiknya. Tapi tentu saja, kritik
bisa disampaikan secara santun dan tidak harus di depan publik. Yang penting adalah
pesan tersebut sampai kepada pengambil kebijakan. Pengabdian NU adalah kepada
bangsa dan negara, bukan kepada rezim pemerintahan tertentu yang setiap periode
tertentu berganti. NU akan mengawal perjalanan bangsa ini, siapapun presidennya,
siapapun pemerintahannya (Mukafi Niam)

Anda mungkin juga menyukai